JR 1 Perawatan BBL DGN Kearifan Lokal
JR 1 Perawatan BBL DGN Kearifan Lokal
JR 1 Perawatan BBL DGN Kearifan Lokal
Oleh :
Virgina Yasmin
NIM. 210070500111014
A. Jurnal utama
Kulon Progo
Pemberian asuhan pada bayi dan anak balita yang baik dan benar belum dapat
diterapkan dengan sepenuhnya oleh keluarga dan masyarakat. Terutama pada daerah
pelosok masih banyak masyarakat yang melakukan perawatan bayi dengan cara-cara
bayinya yang mereka dapatkan dari bidan setempat ataupun informasi secara turun
perawatan neonatus.
2) pemberian ASI esklusif pada bayi karena percaya bahwa ASI itu penting
3) posisi menyusui bayi yang terkadang tiduran dan duduk
Pemberian ASI sangat penting karena ASI merupakan asupan nutrisi yang tebaik
ada yang menggunakan alkohol swab. Praktik ini bertentangan dengan penelitian
terbaru bahwa tali pusat yang terbuka lebih mudah kering dan mudah lepas. Oleh
karena itu perlu edukasi bagi ibu postpartum mengenai perawatan tali pusat yang
baik.
Partisipan dalam penelitian ini tidak melakukan pemberian apapun untuk merawat
kulit bayi dengan alasan kulit bayi yang sensitif. Hal ini dilakukan dengan tujuan
Praktik pemberian imunisasi pada bayi yang telah dilakukan meliputi jadwal
pemberian imunisasi dan macam- macam imunisasi pada bayi. Sebagia contoh
imunisasi BCG setelah lahir. Semua partisipan menyadari bahwa imunisasi sangat
penting dilakukan.
Praktik memandikan bayi diawali dnegan menyiapkan air hangat terlebih dahulu,
Menjaga kestabilan suhu tubuh dilakukan dengan menjemur bayi di pagi hari,
memberikan pijatan pada bayi, dan sebagian besar partisipan membedong juga
memberikan minyak telon pada tubuh bayi. Menjaga kestabilan suhu tubuh sangat
Macam pakaian yang dikenakan bayi menggunakaan popok, baju, sarung tangan
Budaya menjauhkan bayi dari gangguan makhluk halus yang dilakukan meliputi:
kepercayaan pada dukun bayi; menaruh kaca dan gunting; diberikan pencahayaan;
buncit, pemerian cahaya lampu pada plasenta agar tidak diganggu hewan.
B. Jurnal utama
Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama bidan dengan dukun
kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Keberadaan dukun
bayi tidak bisa dihilangkan dalam pemberian pertolongan persalinan. Hingga saat ini
keberadaan dukun bayi masih diakui dalam masyarakat, namun bukan lagi sebagai
Penelitian ini disusun untuk mengetahui peranan dukun bayi dalam perawatan
bayi perinatal dan menggali rincian perawatan yang dilakukan oleh dukun terhadap
bayi baru lahir di desa Sidoharjo, Kec. Tugumulyo, Kab. Musiwaras, Sumatra Selatan.
Desain penelitian yang digunakan ada penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan
sampling.
Dukun bayi adalah seseorang yang memiliki keterampilan dan kemampuan untuk
membantu proses persalinan. Dukun bayi lebih banyak dipilih oleh masyarakat karena
atau malu. Di desa Sidoharjo sendiri, dukun bayi diberi upah sekitar 300.000 rupiah
atau terkadang dengan hasil panen. Aktivitas keseharian dukun di desa ini adalah
petani.
Sejarah dukun di desa Sidoharjo bermula dari adanya migrasi masyarakat Jawa
ke daerah Sumatra. Dukun pertama bersuku Jawa ini sangat dihormati dan dipercaya
oleh masyarakat karena kemapuannya dalam memijat maupun memberikan saran bagi
1) Pemimpin Ritual
a. Ritual Mitoni
Mitoni dilakukan dengan tujuan agar janin dalam kandungan dan ibu yang
pecah telur, memutuskan benang atau janur, brojolan, pecah kelapa, ganti
b. Mendhem ari-ari
harus diperlakukan dengan baik dan dikubur dengan tujuan agar tidak
dimakan hewan.
c. Ritual brokohan
dalam upacara brokohan yang dilakukan pada hari pertama bayi lahir
d. Ritual sepasaran
setelah tali pusat yang menempel pada perut bayi telah lepas, umumnya
didasarkan pada kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun bayi
3) Pemberi nasihat
Larangan jenis makanan ini berkaitan dengan budaya, adat serta sistem
makanan yang tidak boleh untuk dikonsumsi ibu menyusui (cabe, berminyak,
a. Memandikan bayi
Dukun membantu memandikan bayi atas permintan ibu yang khawatir dan
takut. Ini biasanya berlangsung hingga lepanya tali pusat. Dukun pertama
menyiapkan air bersuhu hangat/ suam kuku, bak mandi, sabun dan handuk
.Saat memandikan bayi, tali pusat harus dijaga dan dibungkus dengan
menggunakan bahan yang tahan air atau anti air agar tali pusat tidak terkena
air. Tali pusat bayi dijaga agar selalu tetap kering agar cepat lepas dari perut
bayi untuk membantu proses persalinan dan juga melakukan perawatan bayi
sama, serta kedekatan secara emosional yang terjalin diantara dukun bayi dan warga
masyarakat.
Menjadikan dukun sebagai mitra bidan merupakan upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi tingkat AKI dan AKB Pemerintah mengadakan pelatihan- pelatihan
kepada dukun bayi tentang cara pertolongan persalinan dan merawat bayi dengan
memperhatikan konsep-konsep kesehatan seperti menjaga kebersihan dan kesterilan
barang-barang yang digunakan agar ibu maupun bayi yang dilahirkan dalam keadaan
sehat.
C. Jurnal utama
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi di Indonesia dapat
disebabkan oleh penyebab tidak langsung yang erat kaitannya dengan faktor sosial
masyarakat terhadap perawatan kehamilan, nifas dan bayi. Suatu masyarakat desa
yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan
tradisi mereka, karena kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan
dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup mereka.
masyarakat ini memanfaatkan sumber daya alam yang secara turun temurun
digunakan sebagai pengobatan tradisional, khususnya dalam hal kehamilan, nifas, dan
bayi.
Tujuan dari penelitian ini untuk memahami gambaran budaya Papua terkait
perawatan kehamilan, nifas dan bayi dalam menurunkan AKI dan AKB. Metode
penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan focus
analysis.
a. Perawatan Kehamilan
K1 tidak dilakukan, karena ibu memeriksakan ke dukun untuk menguatkan kandungan
K2 jarang dilakukan karena ibu melakukan pemijatan oleh dukun untuk mengatur letak
janin, mengeluarkan darah kotor dari kepala akibat sakit yang berlebihan.
Pada UK 9 bulan tidak kembali ke tenaga kesehatan karena ada ritual pemijatan
Ibu dan suami memiliki pantangan-pantangan selama kehamilan baik dalam hal
anjuran memakan campuran papeda, kelapa tua, dan garam) maupun perbuatan
(dilarang tidur sore dan saat bulan purnama, dianjurkan melakukan aktifitas berat,
tidur diteras hingg larut malam, larangan mandi diatas jam 6 sore, ayah dilarang
masuk ke lokasi keramat milik suku lain dan memegang parang serta memotong
b. Perawatan Nifas
Pemberian sagu panas/ papeda phi segera setelah menyusui pertama kali dengan
Selama 1 bulan, ibu nifas didudukan diatas uap handuk panas untuk mengeluarkan
darah kotor, tangan dukun kemudian dimasukkan untuk memeriksa bagian dalam
Ibu nifas mengonsumsi ramuan-ramuan seperti prakepei/ tali kuning untuk mengatasi
gatal, daun siri untuk mengeringkan luka, daun miyana untuk pendarahan dan daun
Ibu nifas menggunakan hasduk/ pembalut yang dicuci dan digunakan kembali
jarak kelahiran anak akan disampaikan oleh dukun dengan melihat pada titik hitam
c. Perawatan Bayi
Segera setelah lahir, bayi diminumkan kopi kental kemudian ditidurkan tengkurap
kelapa atau sari buah ketepeng atau papeda cair sebagai pengganti ASI
Dalam perawatan tali pusat, dukun menggunakan arang tempurung kelapa dan sisa
terlebih dahulu
Untuk mengahangatkan bayi, anak ditidurkan di dekat bakaran api kayu/ tempurung
kelapa dalam suatu ruangan dan pada usia 3 bulan, dimandikan air dingin. Hal ini
diyakini bahwa pada masa pertumbuhan bayi akan tahan terhadap perubahan iklim
sebelum pusat anak jatuh maka bayi tidak boleh dimandikan dengan cara
mencelupkan ke dalam air hanya dengan menyeka pada bagian tertentu dilakukan 2
Pelanggaran pantangan bagi orang tua dipercaya dapat berdampak pada kesakitan
dan kematian bayi. Pantangan-pantangan tersebut antara lain larangan ibu pergi ke
hutan dan kerja berat agar mempercepat keringnya tali pusat, juga larangan ayah
untuk memotong pohon di hutan selama tali pusat belum lepas agar darah tidak
keluar dari tali pusat, memegang benda tajam dan menanam tanaman jangka
Praktik perawatan kehamilan, nifas dan bayi di kampung Yepase sebagian besar
belum mendukung kesehatan seperti dukun menjadi prioritas utama dalam melakukan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada ibu dalam menambah pengetahuan
ibu tentang budaya perawatan masa nifas yang sesuai dan perlu dipertahankan dalam
Berdasarkan ketiga jurnal yang telah ditelaah, perawatan pada bayi baru lahir
masih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya yang diduga bekontribusi tehadap
masih tinggina angka kesakitan dan kematian bayi. Pada jurnal utama, menunjukkan
perawatan yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar praktik sudah sesuai
dengan anjuran kesehatan. Berbeda dengan jurnal pembanding 1 dan 2 yang masih
pendamping bidan dalam memberikan pertolongan pesalinan dan perawatan bayi baru
lahir. Dukun juga berperan sebagai pemimpin upacara/ ritual yang masih banyak
dilakukan dengan dasar kepercayaan bahwa dapat meneyelamatkan sang bayi. Pada
dukun, ramuan-ramuan dan ritual-ritual kebudayaan sebagai upaya untuk merawat ibu
Maka pentingnya dilakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada ibu
dalam menambah pengetahuan ibu tentang budaya perawatan yang sesuai dan perlu
mendukung dan menyebabkan kematian bayi. Menjadikan dukun sebagai mitra bidan
merupakan upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat AKI dan AKB
Suratmini, dkk. 2016. Peran Dukun Dalam Perawatan Bayi Periode Perinatal. Jurnal
Yufuai Agustina dan Widadgo Laksmono. 2013. Pratek Budaya Suku Kampung
(1), 60-71