Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Jurnal Indriati Putri Utami

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA

SECARA MAKROSKOPIK

Indriati Putri Utami1, Eddyman W Ferial1, Eddy Soekandarsih1

1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


Hasanuddin, Makassar, 90245

e-mail: indry.utamip@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian “Profil Kuliatas Spermatozo Pada Manusia Secara


Makroskopik” pada awal bulan Nopember hingga akhir bulan Nopember 2017. Penelitian
dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Prodia Makassar dan pengolahan data
dilakukan Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Unhas. Tujuan
penelitian untuk mengetahui profil semen pada manusia secara makroskopis. Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini dengan meneliti sampel sperma secara makroskopik (volume,
warna, bau, pH, viskositas, dan likuefaksi). Analisis data dilakukan secara deskritif dengan
menampilkan dalam bentuk diagram batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: responden
yang memeriksakan diri untuk diketahui profil semen secara makroskopis (volume, bau, pH,
warna, likuefaksi, dan viskositas) mempunyai rentang usia antara 21 – 50 tahun dengan
jumlah responden terbanyak dengan rentang usia 26 – 30 tahun yaitu 39.6 % dan terendah
dengan rentang usia 46 – 50 tahun. Permeriksaan makroskopis yang dilakukan pada
responden yang memeriksakan diri untuk diketahui profil semennya pada umumnya
mempunyai hasil normal (97 %), sedangkan sisanya abnormal (3 %).

Kata Kunci: profil, makroskopis, spermatozoa, responden

ABSTRACT

A "Microscopic Quality of Spermatozoa Quality Profile" study was conducted in early


November to the end of November 2017. The research and data were collected at Prodia
Makassar Laboratory and data processing was done at Zoology Laboratory, Department of
Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Unhas. The purpose of this research
is to know the cement profile in humans macroscopically. Methods were performed in this
study by examining sperm samples macroscopically (volume, color, odor, pH, viscosity, and
liquefaction). Data analysis was done descriptively by showing in the form of bar chart. The
results showed that: the respondents who checked for macroscopic cement profile (volume,
odor, pH, color, likuefaksi, and viscosity) had an age range between 21-50 years with the
highest number of respondents with age range 26-30 years ie 39.6 % and lowest with age
range 46 - 50 years. The macroscopic examination performed on the respondents who
checked for cement profile generally had normal results (97%), while the rest were abnormal
(3%).

Keywords: profile, macroscopic, spermatozoa, respondents


PENDAHULUAN Spermatogonia berada pada dua atau tiga
Di Indonesia terdapat 40% pasangan lapisan permukaan dalam tubulus
usia subur dan 10% diantaranya mengalami seminiferus. Spermatogonia mulai
infertilitas. Penyebab infertilitas pada mengalami pembelahan mitosis, yang
pasangan suami istri dapat diklasifikasikan dimulai saat pubertas, dan terus
menjadi 3 golongan dengan proporsi: faktor berproliferasi dan berdiferensiasi melalui
perempuan 45%, faktor laki-laki 40%, dan berbagai tahap perkembangan untuk
faktor idiopatik 15% (Lestari, 2015). membentuk sperma (Guyton dan Hall,
Angka infertilitas pasangan suami- 2007).
istri di seluruh dunia menurut Badan Spermatogenesis terjadi di tubulus
Kesehatan Dunia (World Health seminiferus selama masa seksual aktif akibat
Organization, WHO) dan laporan lainnya, stimulasi oleh hormon gonadotropin yang
diperkirakan 8-12 % pasangan yang dihasilkan di hipofisis anterior, yang dimulai
mengalami masalah infertilitas selama masa rata-rata pada umur 13 tahun dan terus
reproduktif mereka. Sedangkan data berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan,
infertilitas di Indonesia yang mengalami namun sangat menurun pada usia tua
kesulitan untuk mendapatkan anak sekitar (Guyton dan Hall, 2007).
10%. Faktor yang menyebabkan infertilitas Analisis sperma dipakai untuk
berasal dari suami, istri atau keduanya. diagnosis evaluasi pre/post terapi medikal
Menurut penelitian yang dilakukan WHO maupun surgikal infertilitas pria. Analisis
1989, faktor penyebab yang berasal dari sperma dipakai juga di laboratorium
suami sebesar 40% (Diarti dkk, 2016). forensik guna penanggulangan kasus
Faktor-faktor penyebab kasus infertil perkosaan, kasus penolakan orangtua
pada pria antara lain genetik, umur, infeksi, terhadap bayinya, dan untuk menyaring
autoantibodi, defisiensi testosteron, pengaruh bahan racun/ obat yang toksik
hipogonadisme, kanker, faktor lingkungan, pada organ reproduktif (Khaidir, 2006).
efek samping dari pengobatan, retrograde Pemeriksaan analisa sperma pada
ejaculation, vasectomy, varicocele, dan semen pria merupakan suatu analisa lengkap
kualitas spermatozoa. Kasus infertilitas yang penting untuk pasangan yang
dapat diketahui dengan cara pemeriksaan berkonsultasi masalah infertilitas. Infertilitas
sperma atau analisis semen (Diarti dkk, yang diperkirakan 10% hingga 15% dari
2016). seluruh jumlah pasangan yang ada, bila
Laboratorium klinik sangat berperan ditelusuri setengah dari kasus-kasusnya,
dalam diagnosis dan penatalaksanaan pria penyebabnya dari pihak pria (Widodo,
infertil. Pemeriksaan laboratorium yang 2009).
merupakan tulang punggung laboratorium Analisis sperma adalah suatu
andrologi dan laboratorium rumah sakit atau pemeriksaan yang penting untuk menilai
Assisted Reproductive Technology (ART) fungsi organ reproduksi pria. Yang dianalisa
adalah analisis sperma dan pemeriksaan secara rutin ialah (Taufik, 2009):
hormone (Khaidir, 2006). 1. Kualitas dan kuantitas spermatozoa.
Spermatogenesis merupakan proses 2. Fungsi sakretoris kalenjar asesoris seks.
pembentukan spermatozoa. Spermatozoa Hasil uraian diatas maka perlu
merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi dilakukan penelitian yang berjudul profil
reproduksi pria. Spermatozoa merupakan sel kualitas makroskopik spermatozoa pada pria
hasil maturasi dari sel germinal primordial usia produktif dari gangguan penyakit
yang disebut dengan spermatogonia. infertil.
METODE PENELITIAN Untuk mengukur pH cukup dengan
Alat menggunakan kertas pH. Sperma yang
Peralatan yang diperlukan dalam telah dituangkan kedalam tabung reaksi,
bilangan sperma adalah sebagai berikut. lalu dimasukkan kertas pH, selanjutnya
Mikroskop cahaya, Hemositometer dibaca hasilnya. Sperma yang normal
improved neubauer, Pipet, Cawan petri, menunujukkan sifat yang agak basa yaitu
Gunting bedah kecil, Incubator, Hand 7.2 – 7.8. Pengukuran sperma harus
counter. segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH
Bahan sperma. Menggunakan standar WHO
Bahan yang digunakan adalah Sperma (1999, 2010).
manusia dan kertas pH. Jumlah responden
akan ditentukan setelah perolehan data c. Bau sperma
selama satu bulan dan rentang umur yang Spermatozoa yang baru keluar
juga setelah perolehan data dari mempunyai bau khas atau spesifik, untuk
Laboratorium Prodia Makassar. mengenal bau sperma, seseorang harus
telah mempunyai pengalaman untuk
Prosedur Kerja membaui sperma. Sekali seorang telah
Analisa Sperma secara Makroskopik mempunyai pengalaman, maka ia tidak
Sperma yang baru keluar selalu akan lupa akan bau sperma yang khas
menunjukkan adanya gumpalan atau tersebut. Sperma yang baru keluar pada
koagulum diantara lender putih yang cair. botol penampung, dicium baunya, lalu
Pada sperma yang normal gumpalan ini akan dlaporkan bau khas yang tercium
segera mencair pada suhu kamar dalam menurut standar WHO (1999, 2010).
waktu 15 - 20 menit. Peristiwa ini dikatakan
sperma mengalami pencairan (Liquefaction). d. Warna Sperma
Pemeriksaan Makroskopik antara lain: Sperma yang telah di tampung dalam
tabung reaksi di amati dengan
a. Pengukuran volume menggunakan latar putih dan
Dilakukan setelah sperma mencair, menggunakan penerangan yang cukup.
Sperma ditampung seluruhnya dalam Memeriksa warna sperma sekaligus
botol penampung yang bermulut lebar memeriksa kekeruhan, sperma yang
untuk sekali ejakulasi. Volume diukur normal biasanya berwarna putih keruh
dengan gelas ukur yang mempunyai skala seperti air kanji kadang-kadang agak
volume 0.1 ml, Kemudian baca hasil keabu-abuan. Standar ke normalan warna
dengan menggunakan standar analisis
WHO (1999, 2010).

b. pH
sperma menggunakan standar dari koagulumnya. Bila 20 menit belum
WHO (1999, 2010). homogen kemungkinan ada gangguan
pada kelenjar prostat. Bila sperma yang
e. Likuefaksi baru diterima langsung encer mungkin
Likuefaksi di periksa 20 menit tidak mempunyai koagulum karena
setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). saluran pada kelenjar vesica seminalis
Dapat dilihat dengan melihat
buntu atau memang tidak mempunyai vesica seminalis. Standar ke normal

Analisis Data
f. Viskositas Analisa data yang diperoleh diolah dengan
Kekentalan atau viskositas sperma cara deskriptif dalam bentuk histogram
dapat diukur setelah likufaksi sperma dengan menggunakan perangkat pengolah
sempurna. Pemeriksaan viskositas dapat Microsoft Office 2010 dalam bentuk
dilakukan dengan 2 cara yaitu (WHO, diagaram batang.
1999; 2010):
 Cara subyektif HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan cara menyentuh permukaan Hasil penelitian yang dilakukan di
sperma dengan pipet atau batang Klinik Prodia Makassar selama kurun waktu
pengaduk, kemudian di tarik maka akan empat minggu pengambilan data, mulai
terbentuk benang. tanggal 1 November hingga 30 November
 Cara pipet Elliason 2017 dengan jumlah responden 187 individu
Syaratnya sperma harus homogen dan yang melakukan pemeriksaan semen. Hasil
pipet yang digunakan harus kering. pemeriksaan profil semen secara
Mengukur viskositas dengan keseluruhan (volume, bau, pH, warna,
menggunakan pipet elliason. Prosedurnya likuefaksi dan viskositas) dari responden
cairan sperma dipipet sampai angka 0.1 yang memeriksakan diri di Laboratorium
kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Prodia Makassar selama rentang waktu
Setelah itu arahkan pipet tegak lurus dan empat minggu dari tanggal 1 – 30 Nopember
stopwatch dijalankan, jika terjadi tetesan 2017, menunjukkan hasil yang normal
pertama stopwatch dimatikan dan dengan nilai untuk volume 97.3 %, bau 100
dihitung waktunya dengan detik. %, pH 99.5 %, warna 99.5 %, likuefaksi
97.9 %, dan viskositas 87.7 %.
Gambar 4.3. Histogram profil semen berdasarkan rentang usia responden yang memeriksakan
diri di Laboratorium Prodia Makassar pada tanggal 1 – 30 Nopember 2017

Hasil pemeriksaan profil semen (volume, calon istri hendak melangsungkan akad
bau, pH, warna, likuefaksi dan viskositas) pernikahan, harus benar - benar telah
berdasarkan rentang usia dari responden matang secara fisik (rentang usia 21 – 30
yang memeriksakan diri di Laboratorium tahun untuk pria) maupun secara psikis
Prodia Makassar selama rentang waktu (rohani), atau sudah harus siap secara
empat minggu dari tanggal 1 – 30 Nopember jasmani dan rohani, sesuai dengan
2017, menunjukkan hasil yang normal pengertian yang tertera dalam perkawinan
dengan nilai untuk rentang usia 21 – 25 itu sendiri, “Perkawinan adalah ikatan lahir
tahun (volume 100 %, bau 100 %, pH 100 batin antara seorang pria dengan seorang
%, warna 100 %, likuefaksi 100 %, dan wanita.” Sedangkan menurut BKKBN
viskositas 100 %), usia 26 – 30 tahun (2017) menyatakan bahwa umur ideal yang
(volume 97.3 %, bau 100 %, pH 100 %, matang secara biologis dan psikologis
warna 100 %, likuefaksi 100 %, dan adalah 20 – 25 tahun bagi wanita, kemudian
viskositas 98.6 %), usia 31 – 35 tahun umur 25 – 30 tahun bagi pria. Usia tersebut
(volume 94.7 %, bau 100 %, pH 98.2 %, dianggap masa yang paling baik untuk
warna 100 %, likuefaksi 98.2 %, dan berumah tangga, karena sudah matang dan
viskositas 89.5 %). bisa berpikir dewasa secara rata-rata.
Berdasarkan hasil data yang
Berdasarkan hasi data yang diperoleh diperoleh dari Laboratorium Prodia
dari Laboratorium Prodia Makassar, rentang Makassar, rentang usia yang melakukan
usia terbanyak melakukan pemeriksaan pemeriksaan terhadap profil semen secara
profil semen secara makroskopis berturut – makroskopis mempunyai rentang usia antara
turut berada di rentang usia 26 – 30 tahun 21 – 50 tahun, dengan jumlah terbanyak
(39.6 %), usia 31 – 35 tahun (30.5 tahun), yang melakukan pemeriksaan dengan
usia 36 – 40 tahun (17.1 %), usia 41 – 45 rentang usia berturut – turut adalah usia 26 –
tahun (5.5 tahun), usia 21 – 25 tahun (3.7 30 tahun dan terendah dengan rentang usia
tahun), dan terendah pada rentang usia 46 – 46 – 50 tahun. Volume semen total yang
50 tahun (3.2 %). Tingginya permintaan dilakukan pemeriksaan di Laboratorium
untuk pemeriksaan profil semen secara Prodia Makkasar menunjukkan nilai volume
makroskopis pada rentang usia 26 – 30 di atas 2 ml. Sesuai dengan standar yang
tahun diduga: 1. responden merupakan calon dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan
pasangan yang siap untuk melakukan Dunia (WHO, 1999, 2010) telah
pernikahan; 2. merupakan salah satu syarat mengeluarkan nilai acuan untuk analisa
dalam kelengkapan berkas pernikahan; 3. sperma/air mani yang normal untuk volume
Merupakan usia yang sangat reproduktif total cairan semen manusia lebih dari 2 ml.
dalam proses reproduksinya. Unicef (2015) Selain itu volume total semen dapat
mencatat bahwa rentang usia produktif diukur dengan menggunakan gelas ukur atau
untuk siap memasuki jenjang pernikahan pipet khusus. Menurut Yatim (1982),
untuk pria berada di rentang usia 25 – 30 Cooper (2016), dan Franken (2012),
tahun. Hal ini dikarenakan pada rentang usia menyatakan bahwa volume semen rata-rata
tersebut sudah siap secara mental dan spermatozoid pada pria adalah 2.5 – 3.5 ml,
material. Menurut Asrorim (2016) sedangkan menurut standar volume yang
menyatakan bahwa setiap calon suami dan ditetapkan untuk sperma normal dari
McLachlan (2013) dan Zhou (2015), volume Makassar, pada umumnya pemeriksaan
total spermatozoid antara 1 – 5 ml. makroskopis, dengan rentang usia 21 – 50
Pada pemeriksaan bau semen oleh tahun, tentang profil warna semen adalah
responden yang dilakukan di Laboratorium normal yaitu dengan warna putih keabu-
Prodia Makassar, memberikan hasil yang abuan. Namun ada satu responden dengan
sama (100 %) pada responden dengan rentang usia 36 – 40 tahun mempunyai
tingkatan rentang usia berbeda, yaitu: sama- profil warna semen putih kekuningan.
sama memiliki bau spermatozoid yang khas, Sesuai dengan prosedur standar yang
yaitu seperti bau pohon akasia. Hal tersebut ditetapkan oleh Laboratorium Prodia, warna
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh sperma yang kekuningan dianggap tidak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1999, nornal. Sedangkan menurut standar WHO
2010), bau dari semen dinyatakan normal (1999, 2010) warna sperma dianggap normal
jika memenuhi standar seperti bau pohon jika dalam rentang putih sampai putih
akasia. Selain itu, nilai standar rujukan yang kekuningan. Seperti yang dinyatakan oleh
dikeluarkan oleh Bagian Ilmu Patologi Kuswondo (2002) Jika spermatozoid
Klinik FK UNHAS RSUP DR Wahidin berwarna jernih/bening, maka biasanya
Sudirohusodo Makassar (Harun et al.,2017), ditafsirkan sebagai mani encer. Apabila
yaitu mempunyai bau yang khas. didapatkan sel-sel darah merah, maka
Wibisono (2010) mengatakan bahwa sperma berwarna kecoklatan, disebabkan
spermatozoid memiliki bau khas yaitu adanya hemoglobin. Hasil penelitian ini juga
seperti bau akasia. Bau-bau lain seperti amis didukung oleh Yatim (1982), warna normal
dan busuk dapat dicurigai adanya lekosit spermatozoid adalah seperti lem atau kanji
(infeksi) atau sebab-sebab lain (parasit). atau putih kelabu. Jika agak lama abstinensi
Selain itu Khaidir (2006) dan Akasai et al. akan berwarna kekuningan. Menurut
(2015) menyatakan bahwa bau semen itu Widjanarko (2014), gangguan pada sperma
khas, seperti bau bunga chestnut. Bau itu manusia lebih banyak akibat adanya
oleh spermin yang dihasilkan prostat. gangguan pada sistem hormonal.
Hasil pengolahan data primer yang
diperoleh dari Laboratorium Prodia
Pengukuran pH juga menjadi terjadi kelainan yang disebabkan oleh
pengukuran yang penting. pH harus infeksi akut atau kronis. Aitken (2006)
diperiksa dalam waktu 1 jam setelah semen menyatakan bahwa profil sperma dengan pH
dikeluarkan. Nilai normal: > 7,2 (WHO dibawah 7.2 dan diatas 8, maka dianggap
1999 : 7.2 – 8.0) dan (WHO 2010 : 7.2 – terdapat kelainan pada sistem hormonal.
7.8). pH lebih tinggi dari 8,0 patut dicurigai
adanya infeksi sedangkan lebih rendah dari KESIMPULAN
7,0 dengan azoospermia, maka Responden yang memeriksakan diri untuk
kemungkinan terjadi disgensi dari vas diketahui profil semen secara makroskopis
deferens, vesika seminalis, atau epididimis. (volume, bau, pH, warna, likuefaksi, dan
Hasil perolehan data dari Laboratorium viskositas) mempunyai rentang usia antara
Prodia Makassar, untuk pemeriksaan profil 21 – 50 tahun dengan jumlah responden
makroskopis pH semen responden dengan terbanyak dengan rentang usia 26 – 30 tahun
rentang usia 21 – 50 tahun menunjukkan yaitu 39.6 % dan terendah dengan rentang
hasil yang normal dengan rentang pH 7.2 – usia 46 – 50 tahun.
7.7. Menurut Kuswondo (2002), pH sperma
melampaui nilai normal dari WHO diduga DAFTAR PUSTAKA
Aitken RJ, Buckingham W, Brindle J, dan Tudung Akrosom Spermatozoa.
Gomez E, Baker HWG, Irvine DS. 1995. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.
Analysis of sperm movement in relation
to the oxidative stress created by Ferial E.W. 2013. Macroscopic
leukocytes in washed sperm preparations Examination of Human Spermatozoa
and seminal plasma. Hum Reprod; Vol 10 Through Nutrition of Blood Cockle’s
(20): 61-71. (Anadara granosa L.). Makassar.

Aitken, R.J. 2006. Sperm Function Tests


and Fertility. Int. Jour. Andrology. Vol. 29
(1) :69-75.

Akashi T, Watanabe A, Komiya A, Fuse H.


2010. Evaluation of the sperm motility
analyzer system (SMAS) for the
assessment of sperm quality in infertile
men. Systems biology in reproductive
medicine.Vol.56(6):473-7.

Al-Haija Fakhira.2011. Kelainan pada


Sperma Efek Waktu Sentrifugasi
Terhadap Motilitas, Daya Tahan Hidup

Anda mungkin juga menyukai