Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Acara 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ACARA IV

INTERPRETASI PENUTUP LAHAN CITRA SATELIT SECARA


MONOSKOPIS

I. TUJUAN

1. Melatih kemampuan mahasiswa dengan melakukan interpretasi citra


satelit secara monoskopis untuk penutupan/ penggunaan lahan.
2. Melatih pengenalan pada citra satelit berdasarkan unsur-unsur
interpretasi.
3. Memetakan penutupan/pengenalan lahan dengan menggunakan citra
satelit sebagai sumber datanya.
4. Menghitung luas obyek yang terdapat pada citra satelit.

II. ALAT DAN BAHAN

1. Spidol OHP
2. Alat tulis
3. Kertas HVS
4. Pensil warna
5. Milimeter kalkir
6. Plastik transparan
7. Penggaris

III. LANDASAN TEORI

a. Pengertian Citra
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor
lainnya. Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji citra dan atau
foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti
pentingnya obyek. Dengan demikian, penafsir citra/ intepreter berupaya
untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan
menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geografi,
pertanian, ekologi, dsb. Dalam pengenalan obyek pada citra, terdapat tiga
rangkaian kegiatan yang diperlukan meliputi deteksi, identifikasi, dan
analisis. Deteksi adalah pengamatan atas adanya suatu obyek, atau
penentuan ada atau tidaknya obyek pada citra. Deteksi merupakan tahap
paling awal dalam kegiatan interpretasi citra. Keterangan atau informasi
yang diperoleh pada tahap deteksi masih bersifat global. Identifikasi
merupakan upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup. Keterangan atau informasi yang
diperoleh pada tahap identifikasi bersifat setengah terperinci. Pada tahap
analisis, dengan berdasarkan hasil identifikasi, dikumpulkan keterangan-
keterangan lebih lanjut atau keterangan selengkap-lengkapnya. Informasi
atau keterangan yang diperoleh pada tahap analisis bersifat terperinci.

b. Definisi interpretasi
Interpretasi adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau
issu-issu yang rumit dan kemudian membaginya dengan masyarakat
awam/umum. Suatu interpretasi yang baik adalah suatu interpretasi yang
dapat membangun hubungan antara audiens dengan obyek interpretasi.
Apabila dilakukan secara efektif, interpretasi dapat digunakan untuk
meyakinkan orang lain, dapat mendorong orang lain untuk merubah cara
berpikir dan tingkah laku mereka. Interpretasi adalah pelayanan kepada
kelompok sasaran yang datang ke taman-taman, hutan, tempat-tempat
yang dilindungi dan rekreasi yang lain, karena kelompok sasaran selain
ingin bersantai atau mencari inspirasi juga mempunyai keinginan untuk
mempelajari tentang alam, atau kebudayaan. Sumberdaya alam yang
ingin dilihat dapat berupa proses geologis, satwa, tumbuhan, kominitas
ekologis, atau sejarah manusia. Karakteristik obyek yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi
citra, yang terdiri dari :
1. Rona dan Warna
Rona merupakan tingkat kegelapan/ kehitaman pada citra, dan pada
umumnya rona dibedakan menjadi putih, kelabu putih, kelabu hitam,
dan hitam. Dalam interpretasi citra, rona dan warna merupakan kunci
utama untuk pengenalan obyek, sehingga rona dan warna disebut
unsur dasar atau unsur interpretasi primer. Contoh pengenalan obyek
berdasarkan pada rona : pada foto pankromatik, air nampak dengan
rona gelap, namun air akan nampak dengan rona cerah apabila air
tersebut dangkal, deras alirannya, keruh, atau gabungan di antaranya.
2. Bentuk
Bentuk merupakan atribut yang jelas, sehingga banyak obyek yang
dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. Contoh pengenalan obyek
berdasarkan bentuk : tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk
pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu.
3. Ukuran
Ukuran merupakan atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi, lereng, dan volume. Ukuran obyek pada citra merupakan
fungsi skala, sehingga dalam interpretasi citra harus selalu
diperhatikan skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarkan ukuran
: lapangan sepakbola, disamping dicirikan dari bentuknya yang
persegi panjang, lebih dicirikan dari ukurannya yaitu 100m x 80m.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra,atau pengulangan
rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara
individual. Tekstur sering dinyatakan dalam tekstur kasar, sedang, dan
halus. Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur : hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur
halus.
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi
banyak obyek bentukan manusia dan bebrapa obyek alamiah. Contoh
pengenalan obyek berdasarkan pola : kebun karet, kopi, dikenali dari
pola larikan dan jarak tanamnya yang teratur.
6. Bayangan 3
Bayangan bersifat menyembunyikan obyek yang berada di daerah
gelap, sehingga obyek yang tertutup bayangan akan samar atau tidak
tampak sama sekali. Namun bayangan sering merupakan kunci
pengenalan yang penting dari obyek yang justru lebih tampak dari
bayangannya. Contoh pengenalan obyek berdasarkan bayangan :
lereng yang curam, lebih mudah dikenali dari bayangannya
7. Situs
Situs diartikan sebagai letak obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.
Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitar. Contoh pengenalan obyek
berdasarkan situs : sawah, situsnya di dataran aluvial
8. Asosiasi
Beberapa obyek sering berasosiasi erat dengan obyek lain sehingga
suatu obyek dapat ditandai dengan obyek lainnya. Asosiasi ini lebih
besar manfaatnya dalam mengenali obyek bentukan manusia. Contoh
pengenalan obyek berdasarkan asosiasi : stasiun kereta api berasosiasi
dengan rel, lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang, dsb.

c. Teknik Interpretasi
1. Teknik visual (manual)
Teknik interpretasi visual (manual) citra satelit yang merupakan
adaptasi dari teknik interpretasi foto udara. Citra satelit yang
dimaksudkan disini adalah citra satelit pada saluran tampak dan
perluasannya. Adaptasi teknik ini bisa dilakukan karena baik citra
satelit tesebut dan foto udara, sama-sama merupakan rekaman nilai
pantulan dari obyek. Namun karena perbedaan karakteristik spasial
dan spektralnya, maka tidak keseluruhan kunci interpretasi dalam
teknik interpretasi visual ini bisa digunakan. Kelebihan dari teknik
interpretasi visual ini dibandingkan dengan interpretasi otomatis
adalah dasar interpretasi tidak semata-mata kepada nilai kecerahan,
tetapi konteks keruangan pada daerah yang dikaji juga ikut
dipertimbangkan. Interpretasi manual ini peranan interpreter dalam
mengontrol hasil klasifikasi menjadi sangat dominan, sehingga hasil
klasifikasi yang diperoleh relatif lebih masuk akal.
2. Teknik digital
Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang
informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra
digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan
dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra
secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan
secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang
sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan
pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk
kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.
IV. LANGKAH KERJA
1. Mendeliniasi citra foto pada plastik mika.
2. Menyalin hasil deliniasi pada kertas milimeter kalkir.
3. Menyalin hasil deliniasi pada kertas HVS kemudian warnai.
4. Menghitung luas obyek dan rata-rata.
5. Membuat tabel deliniasi dan isi sesuai kenampakan obyek.
6. membuat laporan praktikum.
V. HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)
VI. ANALISIS

Kegiatan interpretasi citra dapat megidentifikasikan objek-objek yang


ada didalam citra dengan meperhatikan unsur-unsur interpretasi dari
masing-masing objek yang menjadi ciri khas suatu objek. Berdasarkan
pada peta citra Das Keduang yang memiliki skala 1 : 10.000 terlihat
vegetasi yang berupa hutan dan sawah dan keduanya dibedakan dengan
unsur-unsur interpretasi yaitu tekstur dan pola. Pada tekstur vegetasi
berupa hutan memiliki tekstur yang kasar sedangkan vegetasi sawah
memiliki tekstur yang halus. Dan unutuk polanya vegetasi berupa hutan
tidak memiliki pola sedangkan sawah meiliki pola yang teratur.

Permukiman di Citra Das Keduang permukimannya cenderung


berkelompok yang dipisahkan oleh sawah, hutan, dan jalan. Jalan yang
berada di citra Das Keduang cenderung berkelok-kelok dan ini
menandakan berada di daerah perbukitan/ dataran tinggi.
VII. KESIMPULAN

1. Interpretasi citra dapat mengidentifikasikan objek-objek yang diambil.


2. Foto citra hutan dan sawah dibedakan dengan unsur-unsur interpretasi.
3. Hutan memiliki rona/warna hijau tua, sawah memiliki rona/warna hijau
muda, dan permukian memiliki rona/warna merah
4. Permukiman cenderung berkelopok yang dipisahkan oleh hutan,sawah
dan jalan.
DAFTAR PUSTAKA

Guntara. (12 April 2013). “Pemetaan Penggunaan Lahan dan Penutup Lahan
dengan Citra Satelit”. Pada 9 november 2019. Oleh
<https://www.guntara.com/2013/04/pemetaan-penggunaan-lahan-dan-
penutup.html>
Hmit. (23 Juni 2010). “Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra”. Pada 9
november 2019. Oleh <http://hmit.lk.ipb.ac.id/2010/06/23/penginderaan-
jauh-dan-interpretasi-citra/>

Anda mungkin juga menyukai