Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asumsi penggunaan analisis CVP (Cost Volume Profit)?
2. Bagaimana peranan marjin kontribusi (dasar-dasar analisis CVP)?
3. Jelaskan Breakeven Product Mix!
4. Bagaimana perencanaan laba melalui model CVP?
5. Jelaskan aplikasi rumus BEP single produk!
6. Bagaimana menetapkan maksimum biaya variabel per unit?
7. Bagaimana menetapkan biaya tetap dengan tujuan tertentu?
8. Bagaimana hubungan MOS (Margin of Safety), PM (Profit Margin) dan
Rasio Marjin Kontribusi (RMK)?
9. Bagaimana pengembangan analisis CVP (Cost Volume Profit)?
10. Jelaskan Operating, Financial dan Total Leverage!
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui asumsi penggunaan analisis CVP (Cost Volume Profit).
2. Untuk mengetahui peranan marjin kontribusi (dasar-dasar analisis CVP).
3. Untuk mengetahui Breakeven Product Mix.
4. Untuk mengetahui perencanaan laba melalui model CVP.
5. Untuk mengetahui aplikasi rumus BEP single produk.
6. Untuk mengetahui menetapkan maksimum biaya variabel per unit.
7. Untuk mengetahui menetapkan biaya tetap dengan tujuan tertentu.
8. Untuk mengetahui hubungan MOS (Margin of Safety), PM (Profit Margin)
dan Rasio Marjin Kontribusi (RMK).
9. Untuk mengetahui pengembangan analisis CVP (Cost Volume Profit).
10. Untuk mengetahui Operating, Financial dan Total Leverage.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep tentang variablitas cost dapat diterima, karena itu biaya harus
realistis diklasifikasi sebagai variabel dan tetap.
2. Range yang relevan pada semua tahap analisis harus ditentukan.
3. Harga jual per unit tidak berubah jika terjadi perubahan volume.
4. Hanya dijual satu jenis produk (single produk).
5. Jika analisis digunakan untuk berbagai produk atau kombinasi produk
(product mix), sales mixnya harus tetap atau konstan.
6. Kabijakan manajemen terhadap operasi perusahaan tidak berubah secara
material dalam jangka waktu pendek.
7. Tingkat harga umum stabil dalam jangka pendek.
3
8. Sinkronisasi antara penjualan dan produksi, yang berarti tingkat investori
harus konstan atau kosong (nol).
9. Efisiensi dan produktivitas tidak mengalami perubahan-perubahan,
khususnya dalam jangka pendek (Kamaruddin Ahmad, 2009: 57).
4
Harga jual (persen) – biaya variabel (persen) atau,
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1−
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Dengan CM ratio dan CM unit dapat ditentukan BEP.
a) BEP dalam Rupiah
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑀𝐾 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛
b) BEP dalam unit (kuantitas)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑀𝐾 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Jika ingin merencanakan laba tertentu, maka rumusnya:
(laba tanpa pajak):
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐿𝑎𝑏𝑎
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
Untuk laba setelah dipotong pajak:
Rumusnya:
𝐿𝑎𝑏𝑎
Biaya Tetap +
1−𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = Marjin Kontribusi
5
Contoh:
Perusahaan menjual 2 jenis produk A dan B. Volume penjualan A 40
unit dan B 60 unit. Harga jual A Rp 1.000,- , biaya variabel Rp 750,-. Harga B
Rp 2.000,- , biaya variabel Rp 1.000,-. Biaya tetap perusahaan Rp 42.000,-.
Marjin Kontribusi A = Rp 250,- (1.000 750)
B = Rp 1.000,- (2.000 1.000)
Proporsi A = 40/100 = 2/5 (40%)
Proporsi B = 60/100 = 3/5 (60%)
42.000
𝐵𝐸𝑃 = (250×40%)+(1.000×60%)
42.000
= = 60 𝑢𝑛𝑖𝑡
700
6
Gambar 4.1. BEP dan Marjin Kontribusi Produk Mix dan Produk Tunggal
Catatan:
1. Garis vertikal di sebalah atas menunjukkan laba dan sebelah bawah
menunjukkan rugi. Garis vertikal adalah volume penjualan atau dapat dibuat
dalam nilai penjualan dalam rupiah
2. Garis diagonal tebal menggambarkan kontribusi marjin kombinasi A dan B.
Laba maksimal Rp 28.000,-. Titik impas (BEP) 60 unit. Garis ini dimulai
dari rugi biaya tetap Rp 42.000,-
3. Garis putus-putus menggambarkan kontribusi masing-masing produk. Di
mulai dari produk A, dengan penjualan sebanyak 40 unit (marjin kontribusi
sebesar Rp 10.000,- = 250 x 40), atau rugi Rp 32.000,- yaitu biaya tetap
dikurangi MK produk A.
4. Setelah garis MK produk A, dilanjutkan dengan MK B, mulai titik rugi Rp
32.000,- dan ditarik sampai titik impas (BEP tunggal) atau sebanyak 40 unit
A ditambah 32 unit atau 72 unit (A+B). Selanjutnya diteruskan ke laba
maksimal.
7
D. Perencanaan Laba Melalui Model CVP
Bagian ini merupakan ilustrasi terhadap perencanaan laba melalui
persamaan Cost-Volume dan Profit. Misalnya: Diasumsikan suatu investasi
sebesar Rp 1.000.000,- oleh suatu perusahaan dan menetapkan return/laba
sebesar 15% per tahun.
Biaya tetap saat ini per tahun Rp 400.000,- dengan biaya variabel Rp
15,- per unit produk. Pada tahun lalu perusahaan memproduksi dan menjual
produknya sebanyak 50.000 unit dengan harga Rp 25,- per unit (Kamaruddin
Ahmad, 2009: 62).
Bagaimana manajemen dapat mencapai laba Rp 150.000,- (15% x
investasi)?
Problemnya dapat diatasi dengan beberapa cara berikut.
1. Mengurangi Biaya Tetap
Persamaan:
Laba = Hp x Q Total BT (Biaya Tetap) BVp x Q
Hp = Harga jual per unit
BVp = biaya variabel per unit
Maka,
Rp 150.000 = (50.000 x Rp 25) total BT (50.000 x Rp 15)
Rp 150.000 = 1.250.000 TBT Rp 750.000
TBT = 1.250.000 750.000 150.000
TBT = Rp 350.000,-
Atau TBT (Total Biya Tetap) harus berkurang Rp 50.000 (Rp 400.000 Rp
350.000).
2. Pengurangan Biaya Variabel
Rp 150.000 = 50.000 x Rp 25 400.000 50.000 (BVp)
150.000 = 1.250.000 400.000 50.000 (BVp)
50.000 (BVp) = 1.250.000 400.000 150.000 = Rp 70.000
50.000 (BVp) = Rp 700.000,-
700.000
𝐵𝑉 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 50.000
= 𝑅𝑝 14,
8
Atau variabel per unit turun Rp 1,- (15 – 14).
3. Meningkatkan Harga Jual Per Unit
Rp 150.000 = 50.000 (HJp) Rp 400.000 50.000 (Rp 15)
Rp 150.000 = 50.000 (HJp) Rp 400.000 750.000
50.000 (HJp) = 150.000 400.000 750.000
50.000 (SP) = 1.300.000
𝑅𝑝 1.300.000
𝐻𝐽 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 𝑅𝑝 26, −
50.000
Atau harga jual harus dinaikan Rp 1,- (26 – 25)
4. Meningkatkan Unit (Q) yang Dijual
Rp 150.000 = Rp 25,- (Q) Rp 400.000 Rp 15,- (Q)
Rp 25 (Q) Rp 15 (Q) = Rp 400.000 150.000
Rp 10 (Q) = Rp 550.000,-
𝑅𝑝 550.000,−
Q= = 55.000
𝑅𝑝 10,−
MK unit = Rp 25 – Rp 15 = Rp 10,-
(HJp) – (BVp) = MK per unit
9
1. Dalam Unit (Q) penjualan
400.000
𝐵𝐸𝑃 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑈𝑛𝑖𝑡 = = 40.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
10
= Rp 22,50 – Rp 5 – Rp 1,875
= Rp 15. 625,-.
10
Rp 150.000 = Rp 1.500.000 – Rp 900.000 – BT + Promosi
BT + Promosi = Rp 450.000,-
Karena Biaya Tetap yang lama Rp 400.000,- berarti biaya promosi yang
bersedia dikeluarkan adalah Rp 50.000,-.
Mengacu data diatas Biaya Tetap Rp 400.000. total kuantitas 60.000
unit. Harga jual per unit Rp 25, dan BV per unit Rp 15, jika digambarkan
tampak sebagai berikut.
11
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠
𝑀𝑂𝑆 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛
MOS dengan PM dan RMK saling berkaitan sebagai berikut:
PM (Profit margin) = MOS x Rasio Marjin Kontribusi atau jika
memperhatikan formula variabelnya:
PM = MOS x RMK
𝑆 − 𝐵𝑇 − 𝐵𝑉 𝑆 − 𝐵𝐸𝑃 𝐵𝑉
= 𝑋1−
𝑆 𝑆 𝑆
𝐵𝑇 40.000
𝐵𝐸𝑃 = = = 𝑅𝑝 160.000, −
25% 0,25
12
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐵𝐸𝑃
𝑀𝑂𝑃 (𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑜𝑠 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
200.000 − 160.000
=
200.000
= 20%
PM = MOS x RMK
5% = 20% x 25%
𝑃𝑀 𝑃𝑀
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑂𝑆 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑀𝐾 =
𝑅𝑀𝐾 𝑀𝑂𝑆
13
Kasus: misalkan perusahaan ingin memperoleh Profit Margin 10%. Assets
Turover tetap 2 x.
Pemecahan ini harus memperhatikan hubungan ROI yang telah
dijelaskan di atas: Profit Marjin 10%, dan Assets Turnover 2x, maka ROI
harus 2 x 10% = 20%.
Modifikasi rumus:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑀𝐾 − 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
31.000
= = 𝑅𝑝 103.333,33
40% − 10%
2 = 103.333,33
Investasi
14
Contoh:
Perusahaan “Citra” suatu perusahaan yang bergerak di bidang siaran
TV swasta. Pada tahun 19...A merencanakan untuk melayani pelanggan
sebanyak 1.000 orang. Setiap pelanggan harus membayar sewa tetap sebesar
Rp 12.000 per tahun, pendapatan perjam pemakaian Rp 25, biaya per jam Rp
5, sedangkan biaya tetap Rp 132.000.000 per tahun.
Kasus: a. Berapa jam perusahaan berada pada BEP.
b. Laba yang diharapkan Rp 30,000.000,-.
15
Biaya variable per jam pesawat Rp 9.600.000,- Biaya tetap Rp4.800.000,-
BEP dalam frekuensi penerbangan dan dalam hari.
BEP = Biaya Tetap
Harga tiket x Tempat terisi – Biaya Variable
= 4.800.000.000 = 750 penerbangan.
200.000 x 80 – 9.600.000
Atau 750/2 kali pulang pergi.
Atau 375/3 x sehari = 125 hari penerbangan.
16
Pemecahan:
a. Kuantitas BEP : mesin A = 1.500 unit.
b. BEP dan indifferent point kedua mesin.
17
5. Penggunaan BEP pada Target Laba Sebelum dan Sesudah Pajak
a. Rumus pada target laba sebelum pajak :
Penjualan = Biaya Tetap + Tarrget Laba
BV
1- Atau;
Total Penjualan
Penjualan = Biaya Tetap
BV
1- - Target Laba
Penjualan
18
b. Sama dengan contoh a. Target laba 15% setelah pajak tarif pajak 25%
Pemecahan:
600.000 + 15% penjualan
(1 – 25%)
Penjualan =
40%
600.000 + 15% penjualan
75%
40%
40 % P – 20% P = 600.000
20%p = 600.000
P = 600.000
20%
P = Rp 3.000.000,-
19
Laba sebelum pajak Rp 600.000,-
Rp 450.000,-
Rp 3.000.000,-
% Perubahan EBIT
Marjin Kontribusi
Atau, DOL pada penjualan tertentu = EBIT
20
volume yang tinggi, dibandingkan dengan perusahaan yang “ Biaya Operasi
Tetap”nya rendah. Namun penurunan penjuakan sedikit saaja, akan
mempengaruhi laba operasi cukup besar dibandingkan dengan perusahaan
dengan biaya operasi tetap yang relatif rendah.
% Peubahan EBIT
21
Dengan demikian jika ada Dividen Saham Proferen, rumusnya:
DFL = EBIT
% Perubahan penjualan
Contoh:
Harga jual Rp 100,- per unit, sebanyak 100 uni. Biaya variabel rp 20,- per
unit, biaya tetap Rp 6.000,- Bunga pinjaman Rp 1.600,- tarif pajak 40%
22
Biaya Tetap 6.000 6.000
% kenaikan penjualan
= 200% / 5% = 4x
% Kenaikan EBIT
= 1.000%/ 200%= 5x
Penjulan Rp 10.000,-
23
Marjin Kontribusi 8000,-
Pajak 160,-
B = Bunga
24
4. Kesimpulan
a. Dari rumusan yang telah dibahas maka arti sederhana dari:
1) DOL (degree of levarage) adalah seberapa besar kenaikan atau
penurunan EBIT disebabkan kenaikan atau penurunan EBIT disebabkan
kenaikan atau penurunan penjualan.
2) DFL (degree of financial levarage) adalah mengukur seberapa besar
kenaikan atau penurunan laba bersih penurunan EBIT.
3) DCL(degree of combined levarage)adalah mengukur seberapa besar
kenaikan atau penurunan laba bersih disebabkan kenaikan atau
penurunan penjualan.
b. DOL sebesar 4 kali, berari jika penjualan naik 50% maka EBIT akan naik
sebesar 200% (4 x 150%). Tetapi sebaliknya jika terjadi penurunan
penjualan 50% mengakibatkan EBIt juga akan turun 200%.
Jadi DOL yang tinggi (biaya operasi tetap yang tinggi) akan menaikan EBI
cukup besar dengan hanya sedikit kenaikan penjualan (volume),
sebaliknya resiko yang cukup tinggi pula, jika terjadi sedikit saja
penurunan penjualan.
c. DFL sebesar 5 kali mempunyai arti, bahwa jika EBIT naik sebesar 200%,
maka laba bersih aka sebesar 1.000% atau5 x 200%. Tetapi sama dengan
pembahasan DOL, jika terjadi penurunan EBIT 200%, maka laba bersih
akan mengalami penurunan sebesar 5 x 200% atau 1000%.
Penurunan laba bersih atau risiko yang berkaitan dengan kewajiban tetap
seperti bunga pinjaman akan lebih tinggi pula.
25
Pada contoh di atas = 20 kali, menunjukkan bahwa jika penjualan naik
50%, maka laba bersih untuk pemegang saham (EFS = Earning per Share)
juga akan mengalami kenaikan sebanyak 1.000% atau (20 x 50%) atau
meningkat 10 kali.
Laba bersih pada contoh:
Laba bersih sebelum kenaikan Rp 240,-
Kenaikan 10 x Rp 240,- Rp 2.400,-
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan laba merupakan rencana kerja perusahaan untuk
mencapai target laba yang telah ditentukan. Sedangkan pengendalian
merupakan suatu langkah yang dilakukan manajemen untuk menigkatkan
kecenderungan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahap
perencanaan dan juga untuk memastikan bahwa seluruh bagian organisasi
berfungsi sesuai dengan kebijakan cukup penting bagi manajemen,
perencanaan efektif dan pengendalian laba yang sistematis.
B. Saran
Makalah ini dibuat untuk memberi motivasi pada pembaca agar
pembaca dapat lebih memahami tentang Perencanaan dan Pengendalian Laba.
Di dalam makalah ini sudah banyak dijelaskan beberapa tentang Perencanaan
dan Pengendalian Laba. Semoga makalah ini berguna, saran dan kritiknya
saya harapkan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
28