Review Paper - Taufik Dwi Jayanto - R02
Review Paper - Taufik Dwi Jayanto - R02
Review Paper - Taufik Dwi Jayanto - R02
Produk Bio-Oil
Abstrak
Bio oil merupakan bahan bakar berupa cairan dengan karakteristik berwarna gelap,berbau
asap,berasal dari limbah pertanian seperti; jerami,sekam,kayu,ampas,dan yang lainnya. Bio
oil ini dibuat sebagai sumber energi terbarukan pengganti bahan bakar minyak yang berasal
dari fosil-fosil dengan sifat ramah lingkungan dan bahan yang diperlukan mudah didapat dari
berbagai daerah. Untuk pembuatan bio oil menggunakan metode pirolisis cepat. Pirolisis
adalah proses termokimia melalui proses pemanasan tanpa adanya oksigen atau pereaksi
lainnya. Proses ini menghasilkan tiga produk antara lain; gas,arang,dan cairan minyak
pirolisis. Dalam ulasan ini ada 4 bahan baku pembuatan bio oil yang akan
dijelaskan,yaitu;tongkol jagung,ampas tebu,sekam padi,dan kulit durian.
Pendahuluan
Pada saat ini dunia sedang mengalami krisis energi,sedangkan ketersediaan sumber
energi untuk mencukupi berbagai kebutuhan terbatas. Hal ini dikarenakan masih
diandalkannya sumber energi yang berasal dari fosil, yaitu minyak bumi. Sifat minyak bumi
yang tidak dapat diperbarui membuat keadaan semakin sulit. Untuk itu diperlukan suatu
bahan bakar yang dapat diperbarui, ramah lingkungan dan memiliki ketersediaan yang
melimpah.
(Cahyono, 2016)
Limbah pertanian dipandang prospektif untuk dijadikan alternatif bahan bakar sebagai
sumber energi, hal ini dikarenakan bahan bakar fosil yang selama ini menjadi andalan bagi
kalangan rumah tangga ataupun industri telah mengalami kenaikan harga. Melihat dari
kenyataan tersebut, maka limbah pertanian yang jumahnya melimpah dan mudah didapatkan
sangat berpotensi untuk dijadikan suatu bahan bakar yang relatif lebih murah dengan diolah
melalui teknologi pirolisis.
(Himawanto, Budiana, & Joko, n.d.)
Menurut Kristy (2007), bio–oil adalah cairan coklat gelap yang tersusun dari
senyawa-senyawa teroksigenasi tinggi (highly oxigenated compounds), yang diproduksi
melalui pirolisis cepat, dimana propertinya mendekati Heavy Fuel Oil (HFO) nomor 2 atau 6.
Bio-oil bersifat asam dengan pH sekitar 3-4,yang mempunyai nilai kalor sebesar 75.000 BTU
per galon.
Bio-oil berbeda dengan asap cair yang sudah dikenal secara umum di Indonesia. Asap
cair dihasilkan dari proses pirolisis lambat dimana laju transfer panasnya sangat kecil, vapour
residence time yang panjang dan sebagian besar mengandung air (70%), fenol, asam
karboksilat dan karbonil. Sedangkan bio-oil dihasilkan dari proses pirolisis cepat dimana laju
transfer panasnya cepat, vapour residence time yang pendek dan sebagian besar mengandung
senyawa-senyawa teroksigenasi tinggi. Bio-oil bersifat larut sempurna dalam alkohol, dimana
pelarutannya akan meningkatkan stabilitas bahan dan menurunkan viskositas sehingga cocok
digunakan sebagai bahan bakar. Bio-oil tidak dapat larut dalam diesel oil, tetapi bisa
diemulsifikasi dengan diesel oil. Emulsifikasi 10-30 % bio-oil dalam diesel oil dapat
memperbaiki stabilitas bahan bakar, memperbaiki viskositas, mengurangi tingkat korosifitas,
dan meningkatkan nilai bilangan oktan.
Pirolisis cepat (fast pyrolysis) merupakan teknik yang relatif baru untuk menghasilkan
sumber energi terbarukan. Dibandingkan dengan pembakaran dan gasifikasi serta
karbonisasi, yang juga merupakan proses pirolisis lambat yang telah dipraktekkan secara luas
dan komersial, pirolisis cepat masih berada dalam tahap pengembangan awal
(Poerwanto,2009).
(Cahyono, 2016)
1. Bi oil dibuat dari biomassa tongkol jagung melalui pirolisis cepat dengan
mempergunakan pesawat pirolisis berskala laboratorium. Tongkol jagung merupakan
limbah makanan dapat digunakan sebagai sumber biomassa karena bahan ini mudah didapat
dengan jumlah yang berlimpah. Selain itu tongkol jagung mengandung kadar unsur karbon
43,42%) dan hidrogen 6,32% dengan nilai kalomya berkisar antara 14,7 - 18,9 MJ/kg
2. Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi/pemerahan cairan tebu. Satu
pabrik rata-rata menghasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang
digiling.Berdasarkan data Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu
yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006, data Ikatan
Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 73 pabrik
gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton. Sehingga ampas tebu yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, baru 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan antara lain; sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri
kanvas rem, industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperkirakan sebanyak 40% dari
ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan.
Komposisi(%berat) Bagasse
Air 20,8
Lignin 23,5
Cellobiosan -
Glyoxal 2.2
Hidrosida asetaldehid 10,2
Levoglukosan 3,0
Formaldehid 3,4
Asam Format 5,7
Asam Asetat 6,6
Acetol 5,8
Tidak diketahui 18,8
Total 100
3. Padi (Oryza sativa L.) yang telah dipanen akan digiling, pada proses penggilingan
tersebut sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah
penggilingan. Produksi gabah padi kering di Indonesia mencapai 51,4 juta ton pada tahun
2007. Sekitar 20% bobot gabah kering adalah sekam padi. Berdasarkan jumlah tersebut
limbah sekam padi yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 10,28 juta ton
(Murdiyono, 2009:1).
Ditinjau dari data komposisi kimiawi, sekam padi mengandung unsur kimia sebagai berikut :
Komposisi Persentase (%)
Selulosa 32,12
Hemiselullosa 22,48
Lignin 22,34
Abu Mineral 13,87
Air 7,86
Bahan lain 2,33
Kimia Mineral Persentase (%)
SiO2 93,19
K2O 3,84
MgO 0,87
Al2O3 0,78
CaO 0,74
Fe2O3 0,54
4. Kuli buah durian terdiri dari 60,5% selulosa, 13,1% hemiselulosa, dan 15,45%
lignin (Masrol et al., 2015). Komposisi selulosa yang tinggi ini menjadikannya sumber yang
sangat menarik untuk produk bernilai tambah, yang berguna dalam berbagai aplikasi (Aditiya
et al., 2016). Kulit durian adalah biomassa yang diproduksi di Asia Tenggara yang
mengandung titik uap tinggi dan kandungan karbon. Karya-karya sebelumnya terutama
menyangkut persiapan karbon aktif menggunakan kulit durian tetapi uap pirolisis diabaikan.
Tujuan utama ini pekerjaannya adalah mempelajari efek parameter pirolisis pada distribusi
produk dan properti dengan pirolisis cepat kulit durian dalam tipe tetesan tetap reaktor
unggun. Reaksi diselesaikan pada suhu yang berbeda (250-65oC) dengan berbagai ukuran
partikel (hingga 5 mm), dan produk dikumpulkan dan dikarakterisasi.
(Tan, Abdullah, & Hameed, 2017)
Produksi Bio-Oil dari Limbah Pertanian.
1. Tongkol Jagung
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung dari Pasar Panam,
Kecamatan Tampan-Riau, zeolit alam sebagai katalis, aquades, gas N2, dan silinap 280M
{thermo oil). Alat-alat yang digunakan antara lain lumpang porselin, pengayak 40/ 60 mesh,
reaktor alas datar ukuran 1 L, satu set motor pengaduk, oven, furnace tube, timbangan
analitik, tabung serta regulator gas N2, reaktor pirolisis, condenser, magnetic stirrer,
thermocouple thermometer (Bamant), piknometer, viskometer Oswald, gelas piala, pengaduk
listrik (Heidolph).
Ada tiga tahapan persiapan katalis zeolit alam yaitu perlakuan awal, aktivasi dan
kalsinasi. Pada tahap persiapan katalis zeolit alam, mula-mula katalis dibersihkan dan dicuci
sehingga zat pengotor yang menempel pada katalis hilang. Kemudian katalis ini dikeringkan
di dalam oven sampai konstan beratnya. Aktivasi katalis zeolit alam dilakukan dengan
menggunakan furnace pada temperatur 400°C sampai beratnya konstan. Sampel katalis
dimasukkan ke dalam tube sebanyak 10 gram. Sebelumnya ke dalam tube telah diisi dengan
porcelain bed sebagai heat carrier dan penyeimbang unggun katalis, di antara porcelain bed
dengan unggun katalis diselipkan glass woll. Tube ditempatkan dalam tube furnace secara
vertikal, dikalsinasi pada suhu 500°C selama 7 jam sambil dialirkan gas nitrogen sebesar
±400 ml/menit.
Tahap penelitian pembuatan bio-oil dari tongkol jagung dengan proses pyrolysis
menggunakan katalis zeolit alam anatara lain tahap persiapan biomassa, tahap pirolisis.
Biomassa berupa tongkol jagung yang digunakan diperoleh dari Pasar Panam, Kecamatan
Tampan-Riau. Mula-mula tongkol jagung dibersihkan dari pengotor yang menempel
padanya.Kemudian dijemur sampai kering di bawah terik matahari setelah itu dikeringkan
dalam oven untuk menghilangkan kadar aimya sampai beratnya konstan. Biomassa tersebut
kemudian dihaluskan dan diayak (screening) untuk memperoleh ukuran -40+60 mesh.
2. Ampas Tebu
Bahan : Ampas tebu yang digunakan diambil dari Pabrik Gula (PG) Mojopanggung,
Tulungagung, Jawa Timur. Ampas tebu yang digunakan dalam penelitian telah diuji di
Laboratorium Kimia dan Biokimia, Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Peralatan : Reaktor yang digunakan terbuat dari pipa besi jenis 5737 berdiameter
7,62 cm dan panjang 37 cm. Bagian atas dari reaktor ditutup dengan isolator. Bagian luar
reaktor dilapisi dengan isolator tungku (asbes pita). Reaktor dimasukkan ke dalam furnace
yang berdiameter 15,24 em dan panjang 40 em.Bagian luar dari furnace ditutup dengan
isolator nikelin sepanjang 12 meter. Suhu di dalam reaktor diukur dengan termokopel.
Keeepatan pemanasan dalam reaktor diukur dengan regulator 25 amper yang dihubungkan
dengan arus listrik. Hasil cairan yang keluar dari reaktor didinginkan dengan kondensor pipa
lurus. Hasil cair ditampung dalam penampung bio-oil. Gas yang tidak terkondensasi akan
masuk ke dalam 2 galon yang berisi air masing-masing galon berukuran 19 liter. Gas yang
keluar diukur suhunya dengan termokopel dan tekanannya dengan manometer terbuka.
Volume gas yang dihasilkan ditampung dalam gelas ukur yang berukuran 2000 mL dan 3000
mL.
Metode :Persiapan Bahan Baku :Bahan baku dihaluskan dan diklasifikasi
berdasarkan diameter partikel (-20+25) mesh, (-25+30) mesh, (-30+35) mesh, (-35+40) mesh,
dan -40 mesh. Kemudian bahan baku dikeringkan dengan oven selama 8 jam
Proses pirolisis : Bahan baku yang telah ditimbang sebanyak 150 gram kemudian dimasukkan
ke dalam reaktor dengan membuka bagian atas reaktor. Kabel termokopel dimasukkan ke
dalam reaktor untuk mengukur suhu padatan selama proses pirolisis. Selanjutnya menutup
reaktor dan memastikan tidak ada bagian yang bocnor dengan menggunakan silicon white.
Reaktor dimasukkan ke dalam furnace dan menyalakan reaktor dan termokontrol yang
terhubung dengan arus listrik. Cairan yang dihasilkan ditampung dalam penampung bio-oil.
Proses pirolisisdihentikan jika massa bio-oil yang terbentuk mengalami perubahan kecil. Uji
hasil bio-oil.
Hasil dan pembahasan :Bio-oil yang dihasilkan pada proses pirolisis mempunyai
sifat-sifat yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.Kandungan senyawa dalam bio oil hasil dari
pirolisis bergantung pada jenis biomassa yang digunakan sebagai bahan baku. Pirolisis
dengan bahan ampas tebu menghasilkan bio-oil dengan kandungan terbanyak senyawa asam
asetat. Kandungan senyawa lain dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 5. Sifat-Sifat Fisik Bio-Oil pada Variasi Diameter
Parameter
Uji Hasil Metode
(20+25) (25+30) (30+35) -40
mesh mesh mesh mesh
SNI06-
pH (T) 2,96 2,96 3,03 2,09 6989.11-2004
(25,5°C) (25,8°C) (29,9°C) (24,8°C)
Paramet
er Uji Hasil Metode
100 volt 105 volt 115 volt 120 volt
SNI06-6989.11-
pH(T) 3,02 2,99 2,94 2,94 2004
(26,2°C) (26,6°C) (26,5°C) (26,1°C)
Viskosita (cP) 1,4681 1,4129 1,5101 1,3306 Oswald
Wama Coklat Organoleptik
Massa
jenis 1,04 1,039 1,0649 1,041
(g/mL) (34°C) (29°C) (30°C) (28°C)
Tabel 7. Komposisi Senyawa di dalam Bio-Oil
Rumus
(%)
2-Cyclopenten-l-one, 2-hydroxy-3-
1,84 C5H6O methyl
- 40 mesh 34,16
3. Sekam padi
Produk Pirolisis
Setelah dilakukan proses pirolisis pada sekam padi dengan kapasitas pemasukan sekam
padi sebesar 5 kg/jam dan kadar air 20% dengan menggunakan temperatur dinding
reaktor 300, 400 dan 500 º C didapatkan hasil pirolisis seperti dapat dilihat pada Gambar
3.
Gambar 3. Hasil pirolisis sekam padi kapasitas 5 kg/jam, kadar air 20%.
Dengan kadar air rata-rata sekam padi 20% terlihat bahwa proses pemanasan sekam
padi memerlukan waktu yang lama. Akibatnya pada temperatur 300 ºC dan 400 ºC
sekam yang terdekomposisi hanya sedikit. Pada Gambar 3 terlihat bahwa pada
temperatur reaktor 400 oC, jumlah padatan yang tersisa lebih banyak. Hal ini disebabkan
karena sekam yang digunakan mempunyai kadar air yang tinggi. Pada temperatur 500 ºC
proses dekomposisi sekam padi terlihat semakin baik dan dibuktikan dengan semakin
sedikitnya padatan yang dihasilkan yaitu sebesar 48% dan kadar gas sebesar 36%. Pada
temperatur 500 ºC terjadi penurunan kadar bio oil yang dihasilkan karena adanya reaksi
tar sekunder.
Viskositas
Data viskositas dari bio oil hasil pirolisis lambat sekam padi dapat dilihat pada Tabel
1. Terlihat bahwa viskositas bio oil lebih besar dari viskositas air. Hal ini menunjukkan
bahwa bio oil lebih kental dibandingkan air. Viskositas bio oil rata-rata dari seluruh
sampel adalah sekitar 0,82 cP (0,82 g/m.s).
Pengukuran viskositas bio oil setelah disimpan selama beberapa hari dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh bio oil akan mengendap. Karena bio oil yang dihasilkan akan
cenderung mengendap dan mengental setelah disimpan selama beberapa hari. Terlihat bahwa
dalam satu minggu hanya terdapat sedikit minyak pirolisis yang mengendap. Pada hampir
semua sampel terlihat bahwa pengendapan mulai terjadi setelah disimpan lebih dari satu
minggu. Setelah disimpan 14 hari, viskositas bio oil menjadi 3,29 cP.
Laju massa
5 kg/jam 5 kg/jam 5kg/jam
Sekam
T_wall 300 oC 400 oC 500 oC
Kadar air
sekam
0,21 0,20 0,20
Lama
Disimpan 5 11 14
(hari)
Visk_PO 0,82 4,98 3,29
(cP)
Densitas (kg/m3)
Harga massa jenis minyak pirolisis sesaat setelah pengujian menunjukkan harga
massa jenis minyak pirolisis adalah berkisar antara 987 – 1004 kg/m3 dengan rata-rata 995,3
kg/m3. Setelah lebih dari 1 bulan disimpan, terjadi pengendapan bio oil. Bio oil terpisah
menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Hal ini menunjukkan bahwa bio oil
tidak stabil dalam penyimpanan lebih dari 15 hari dan mulai terlihat memisah dengan jelas
setalah 1 bulan. Rata - rata massa jenis bio oil bagian atas adalah 770 kg/m3. Rata-rata massa
jenis bio oil bagian bawah adalah 858 kg/m3.
Tabel 4. Massa jenis bio oil setelah disimpan kurang dari 15 hari.
Nilai kalor
Dari hasil pengujian ini menunjukan bahwa nilai kalor bio oil termasuk rendah. Rata-
rata nilai kalor dari bio oil yang dihasilkan sebesar 1,2 MJ/kg. Harga ini tergolong sangat
rendah karena bio oil ini belum dilakukan pengolahan (treatment) dan masih banyak
mengandung air kondensat. Bio oil dengan nilai kalor 1,2 MJ/kg tidak layak digunakan
sebagai bahan bakar. Untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bio oil mentah yang
masih bercampur dengan air diolah kembali untuk ugrading. Pengolahan yang dilakukan
adalah dengan memanaskan kembali bio oil pada temperatur 105oC. Hasil dari bio oil yang
telah diolah mempunyai nilai kalor 27,6 MJ/kg. Nilai kalor bio oil yang dihasilkan cukup
tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Unsur kimia
Pada pengujian unsur kimia dilakukan terhadap sampel pada saat pengujian dengan
temperatur dinding 400 oC. Hal ini dimaksudkan untuk mulai terlihat memisah dengan
jelas setalah 1 bulan. Rata - rata massa jenis bio oil bagian atas adalah 770 kg/m3. Rata-
rata massa jenis bio oil bagian bawah adalah 858 kg/m3.
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa pirolisis lambat sekam padi bawah
dengan kadar air 20% dan pengujian karakteristik bio oil yang dihasilkan,dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Viskositas rata - rata bio oil sekam padi lebih tinggi dibandingkan dengan air yaitu
sebesar 0,82 cP.
2. Massa jenis rata-rata bio oil dalam penyimpanan kurang dari 15 hari sebesar 995, 3
kg/m3.
3. Setelah penyimpanan lebih dari 1 bulan maka, bio oil akan terpisah menjadi 2 bagian
yaitu bagian atas dan bagian bawah.
4. Unsur penyusun utama bio oil sekam padi adalah acetic acid, kelompok phenol, dan
kelompok furan.
4.Kulit durian
Sebelum digunakan sebagai bahan baku u ntuk pembuatan bio-oil, kulit durian segar
terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan air PDAM hingga bersih. Kemudian kulit durian
dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dalam sebuah oven pada suhu 105oC selama 24 jam .
Kemudian kulit durian kering dihancurk an menggunakan hammer mill JANKE & KUNKEL
dan dipisahkan berdasarkan ukuran parti kel (8/12, 16/20, dan 25/40 mesh) dengan
menggunakan sieve shaker. Analisa proximate dilakukan dengan menggunakan metode
ASTM D31 73-75. Analisa profil pemanasan (TGA ) dari kulit durian dilakukan
menggunakan TGA/D SC starsystem (Mettler Toledo) dengan gas N2 sebagai gas pembawa.
Proses pirolisis dilakukan dalam sebuah horizontal tubular reactor, reaktor dilengkapi
dengan pengontrol suhu tipe FID. Secara singkat proses pembuatan bio -oil dari kulit durian
dengan menggunakan proses pirolisis adalah sebagai berikut: kulit durian sebanyak 25 gram
dimasukkan dalam reaktor, kemudian gas nitrogen dialirkan dalam reaktor dengan laju alir
tertentu (3, 4, dan 5 liter/menit). Setelah beberapa saat, kemudian pemanas dihidupkan
dengan laju alir pemanasan sebesar 10 oC/menit hingga dicapai suhu yang diinginkan (400-
700o C). Setelah suhu yang diinginkan tercapai, suhu dijaga konstan pada suhu operasi
selama 30 menit. Gas yang keluar selama proses pirolisis berlangsung dialirkan ke sebuah
alat pengembun (kondensor) untuk dipisahkan fraksi yang dapat terembunkan (cairan) dari
campuran gas. Cairan dari kondensor kemudian ditampung dan kemudian massanya
ditimbang. Setelah proses pirolisis selesai, sistem kemudian didinginka n hingga mencapai
suhu sekitar 30oC. Selama proses pendinginan berlangsung, nitrogen tetap dialirkan ke dalam
sistem. Kemudian padatan yang tertinggal ditimbang massanya. Massa gas yang dihasilkan
dihitung berdasarkan selisih massa kulit durian mula-mula terhadap massa padatan dan cairan
(bio-oil).
Padatan (bio-char) yang dihasilkan dilakukan analisa proximate, sedangkan
komposisi kimia cairan (bio-oil) dianalisa dengan menggunakan GC/MS QP 2010 Shimadzu.
Sedangkan nilai kalor dari bio-oil dianalisa dengan menggunakan Parr Bomb Calorimeter.
Analisa proksimat dan nilai kalor kulit durian dapat dilihat pada Tabel I. Dari Tabel I
dapat dilihat bahwa kandungan zat terbang atau volatile matter dari kulit durian cukup tinggi
sehingga diharapkan hasil bio-oil yang dihasilkan juga cukup besar.
Kehilangan massa pada permulaan proses disebabkan karena penguapan air yang ada
di dalam bahan. Pada kenaikan suhu yang lebih tinggi air terikat juga mengalami penguapan.
Penurunan massa secara tajam pada rentang suhu antara 270 hingga 370oC disebabkan oleh
pelepasan zat terbang (volatile matter ). Di atas 370o C kehilangan massa disebabkan oleh
dekomposisi lanjut dari kulit durian.
Pada percobaan yang dilaku kan pada suhu 400oC dilakukan variasi laju alir gas inert
dan ukuran partikel ternyata diperoleh data yang menunjukkan bahwa laju alir gas inert (N2)
tidak memberikan pengaruh pada hasil bio-oil, sehingga untuk proses pada suhu yang lebih
tinggi laju alir gas nitrogen dibuat konstan pada 3 Liter/menit. Laju alir gas nitrogen tidak
berpengaruh pada hasil bio-oil Distribusi produk pirolisis kulit durian pada berbagai macam
kondisi operasi dapat dilihat pada Tabel II berikut ini.
Senyawa Komposisi, %
Asam-asam organik 19,1
Senyawa-senyawa fenol 15,7
Aldehid dan keton 18,5
Alkohol 9,4
Ether 0.7
oxygenated cyclic
compounds 3,1
senyawa hidrokarbon dan 0,5
Derivative
Ester 8,3
Senyawa-senyawa yang 2,1
mengandung nitrogen
Senyawa-senyawa lain
yan g 22,6
tidak teridentifikasi
Bio-oil yang dihasilkan dari proses pirolisis kulit durian berkisar antara 20,9% sampai
49,8% pada suhu operasi 400-70 0oC. Komposisi kimia dari bio-oil yang dihasilkan
secara umum dapat digolongk an dalam golongan asam organic, aldehid dan keton,
senyawa-senyawa fenol, golongan ester, alkohol, oxygenated cyclic compounds, ether,
senyawa hidrokarbon dan derivative nya, serta se nyawa-senyawa organik lainnya
yang mengandung unsur nitrogen. Nilai kalor (HHV) dari bio-oil yang dihasilkan dari
proses pirolisis kulit durian ini adalah sebesar 26,7 ± 3,1 MJ/kg.
Kesimpulan
Bio-oil merupakan produk utama dari proses pirolisis cepat (Fast Pyrolysis), bio–oil adalah
cairan coklat gelap yang tersusun dari senyawa-senyawa teroksigenasi tinggi (highly
oxigenated compounds), yang diproduksi melalui fast pyrolisis, dimana propertinya
mendekati Heavy Fuel Oil (HFO) nomor 2 atau 6. Limbah pertanian sangat berpotensi untuk
dijadikan suatu bahan bakar padat yang relatif lebih murah dengan diolah melalui teknologi
pyrolisi sehingga dapat menggantikan fosil sebagai sumber energi yang terbarukan. Dari
setiap bahan yang digunakan untuk memproduksi bio-oil dapat dilihat bahwa setiap bahan
memiliki metode,bahan yang digunakan,katalis,maupun perlakuan untuk memproduksi bio-
oil berbeda-beda.
Daftar Pustaka
Arifin, Z., Hadi, S., & Hidayat, Y. (2009). BIO OIL DARI PIROLISIS LAMBAT SEKAM
PADI BASAH : SIFAT FISIK DAN UNSUR KIMIA Abstract : 7, 27–32.
Cahyono, M. S. (2016). Pengaruh Jenis Bahan pada Proses Pirolisis Sampah Organik menjadi
Bio-Oil sebagai Sumber Energi Terbarukan. Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 5(2),
67–76. https://doi.org/10.20885/jstl.vol5.iss2.art1
Erawati, E., Sedawan, Wahyudi, B., & Mulyono, P. (2013). Karakteristik Bio-Oil Hasil
Pirolisis Ampas Tebu (Bagasse) Emi. Jurnal Kimia Terapan Indonesia, 15(2), 47–55.
Himawanto, D. A., Budiana, E. P., & Joko, P. (n.d.). Bagus Setiawan, 2 Dwi Aries
Himawanto, 3 Eko Prasetyo Budiana, 4 Purwadi Joko Widodo 1. 49–56.
Kimia, J. T., Teknik, F., & Riau, U. (2009). Konversi Tongkol Jagung Menjadi Bio-Oil
dengan Katalis Zeolit Alam.
Rahayu et.al. (2012). Faculty of Mathematics and Natural Sciences Board. 1–3.
Tan, Y. L., Abdullah, A. Z., & Hameed, B. H. (2017). Fast pyrolysis of durian (Durio
zibethinus L) shell in a drop-type fixed bed reactor: Pyrolysis behavior and product
analyses. Bioresource Technology, 243, 85–92.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2017.06.015