Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laprak Praktikum PTU FIXS

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak unggas merupakan suatu komoditas yang dapat memberikan

keuntungan ekonomis bagi yang memeliharanya, salah satu jenis unggas yang

memberikan keuntungan yaitu ayam. Banyak hal yang perlu diperhatikan mengenai

ternak ayam terkait dengan tujuan produksi. Semakin optimum sistem organ pada
tubuh ayam bekerja maka akan menimbulkan perfoma yang baik terutama pada

organ eksteriornya.

Banyaknya jenis ayam di dunia adalah salah satu alasan mengapa kita harus

mempelajari anatomi dan morfologi ayam. Fisik ayam banyak sekali jenisnya,

dilihat dari jenggernya saja ada beberapa jenis ayam, misalnya yang jenggernya

satu dan ada juga yang sepasang. Sedangkan tipenya biasanya dibagi menjadi tiga

tipe yaitu tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna. Mengetahui tipe ayam kita

akan tahu pakan apa yang harus diberikan pada ayam tersebut, karena setiap tipe

ayam berbeda porsi pemberian pakan atau ransumnya.

Pengetahuan tentang anatomi dan morfologieksterior ayam juga

diperlukandalam pencegahan dan penanganan penyakit. Hal ini karena pengetahuan

tersebut dipakai sebagai dasar pengamatan (diagnosis) terhadap kondisi ayam.

Secara umum, organ tubuh ayam yang telah terserang suatu penyakit akan

mengalami perubahan secara fisik (baik bentuk, warna, ukuran maupun tekstur) jika

dibandingkan dengan organ normal. Sehingga sangatlah penting mengetahui

anatomi dan morfologi eksterior ayam serta fungsi dari setiap bagiannya.
2

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana anatomi dan morfologi ayam broiler.

(2) Bagaimana anatomi dan morfologi ayam layer.

(3) Bagaimana anatomi dan morfologi ayam kampong.

(4) Bagaimana kerangka ayam.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam broiler.

(2) Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam layer.

(3) Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam kampung jantan.

(4) Mengetahui dan mempelajari anatomi kerangka ayam.

1.4 Manfaat Praktikum

Mengetahui dan dapat menjelaskan bagian-bagian anatomi dan morfologi

eksterior ayam juga dapat mengerti mengenai kegunaan mempelajari bagian-bagian

anatomi dan morfologi eksterior ayam untuk tujuan produksi.

1.5 Waktu dan Tempat

Praktikum Anantomi dan Morfologi Unggas dalam Mata Kuliah Produksi

Ternak Unggas dilaksanakan pada:

Hari/tanggal : Senin, 18 Maret 2018

Waktu : 15.00 – 17.00 WIB

Tempat : Laboratorium Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran
3

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Anatomi Morfologi Ayam Boiler

Ayam pedaging atau broiler adalah ayam jantan atau betina muda yang di

bawah umur 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu mempunyai

pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada lebar dengan timbunan daging yang

banyak (Rasyaf, 2006: 2).

Arga Kusuma (2010: 27) menyatakan ayam broiler mampu memproduksi

daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif

sedikit. Ciri-ciri ayam broiler antara lain: ukuran badan relatif besar, padat,

kompak, berdaging penuh, produksi telur rendah, bergerak lamban, dan tenang serta

lambat dewasa kelamin. Tillman (1986) menyatakan bahwa pertumbuhan

umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan

mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan

pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainya.

2.2 Anatomi Morfologi Ayam Layer

Ayam petelur adalah ayam yang khusus dibudidayakan untuk menghasilkan

telur secara komersil. Jenis ayam petelur terdapat dua kelompok yaitu tipe medium

dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna kerabang cokelat

sedangkan tipe ringan bertelur dengan warna kerabang putih (North and Bell,

1990).

Menurut Sudarmono (2003), ayam tipe medium memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:
4

(1) Ukuran badan lebih besar dan lebih kokoh daripada ayam tipe ringan, serta

berperilaku tenang;

(2) Timbangan badan lebih berat daripada ayam tipe ringan karena jumlah daging

dan lemaknya lebih banyak;

(3) Otot-otot kaki dan dada lebih tebal;

(4) Produksi telur cukup tinggi dengan kulit telur tebal dan berwarna cokelat.

Memasuki umur 18 minggu ayam petelur mempunyai pertumbuhan yang

baik, organ reproduksinya sudah dewasa ditandai dengan berkembangnya kelamin

sekunder ayam betina yaitu jengger dan pial mulai memerah, mata bersinar, dan

postur tubuh sebagai ayam petelur mulai terbentuk. Ayam dewasa kelamin pada

umur 19 minggu dan ditandai dengan telur pertama.Prinsipnya produksi akan

meningkat dengan cepat pada bulan-bulan pertama dan mencapai puncak produksi

pada umur 7 sampai 8 bulan (Sudarmono, 2003).

2.3 Anatomi Morfologi Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

memasyarakat dan telah tersebar diseluruh pelosok nusantara. Warna bulu

kombinasi coklat, hitam, putih, merah. Tubuh relatif kecil dan jantan lebih besar

dari betina, Jengger dan Pial berwarna merah, Paruh dan Kaki berwarna

kekuningan, Telur berwarna putih (Yaman, 2010). Menurut (Yuwanta, 2004)

keunggulan dan kelemahan ayam kampung adalah sebagai berikut: Ayam kampung

yang dilepas bebas biasanya memiliki tingkat kekebalan tubuh yang tinggi dan

menghemat biaya makanan, umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan

dilepas berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya, selebihnya

ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah.


5

Kelemahan ayam kampung lambat untuk berkembangbiak lebih banyak,

karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih anak ayam relatif lebih tinggi.

Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktivitas. Kendali akan

keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkingan dimangsa predator maupun

hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini kurang produktif (Austic, 1990).

2.3 Anatomi Morfologi Ayam Kampung

Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong

tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel

darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan

meringankan tubuh saat terbang (North, 1978). Ayam mempunyai banyak macam

tulang yang berongga (tulang pneumatik) yang berhubungan dengan fungsi dari

sistem pernapasan. Beberapa tulang tersebut adalah tulang tengkorak (skull), tulang

lengan (humerus), tulang selangka (clavicle), tulang pinggang (lumbal) dan tulang

kemudi atau sacral vetebrae (Nesheim, 1972).

Tulang sumsum merupakan suatu tulang sekunder baru. Pada ayam petelur

tulang sumsum terdiri atas kalsium tulang yang di dalamnya terdapat ruang sumsum

dengan anyaman tulang yang lembut dan porous yang berfungsi sebagai sumber

kalsium untuk membentuk kulit telur bila kalsium pada pakan rendah. Tulang

sumsum terdapat pada tulang kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pinggul

(pubic), tulang dada (sternum), tulang iga (ribs), tulang hasta (ulna), tulang belikat

(scapula) dan tulang kuku atau toes (Nesheim, 1978).


6

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

(1) Baki atau nampan, berfungsi sebagai alas untuk objek pengamatan

3.2. Bahan

(1) Ayam Ras Pedaging/Broiler, berfungsi sebagai objek pengamatan

(2) Ayam Ras Petelur/Layer, berfungsi sebagai objek pengamatan

(3) Ayam Kampung Jantan, berfungsi sebagai objek pengamatan

3.3. Prosedur Kerja

(1) Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam.

(2) Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat

praktikum objek akan ditukar.

Tabel 1. Prosedur Kerja Praktikum

No. Pengamatan Prosedur

1. Seluruh tubuh 1. Ayam ditaruh di atas baki dan diusahakan dalam

ayam keadaan tenang.

2. Digambar dan disebutkan anatominya

2. Kepala 3. Kemudian digambar kepala dan bagiannya.

4. Diamati bagian-bagian dari kepala seperti jengger

dan sebutkan jenis jenggernya.


7

5. Dimati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh,

pial, cuping telinga, dan mata.

3. Bulu 6. Diamati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan

di bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan

filoplumulae.

7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder,

primer dan bulu axial kemudian digambar.

8. Dicabut salah satu bagian bulu sayap kemudian

digambar dan ditulis bagian-bagiannya.

4. Kaki 9. Digambar bagian kaki dan disebutkan bagiannya

10. Dimati pigmentasi pada kaki.

11. Diukur panjang shank, kemudian bedakan dari ketiga

jenis ayam yang saudara amati.


8

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Anatomi dan Morfologi Ayam Broiler

Tabel 2. Pengamatan Bentuk Fisik Ayam Broiler

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Seluruh Tubuh

Ayam

Kepala
9

Bulu

Kaki
10

4.1.2 Anatomi dan Morfologi Ayam Layer

Tabel 3. Pengamatan Bentuk Fisik Ayam Layer

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Seluruh Tubuh

Ayam

Kepala
11

Bulu

Kaki
12

4.1.3 Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung

Tabel 4. Pengamatan Bentuk Fisik Ayam Kampung Jantan

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Seluruh Tubuh

Ayam

Kepala
13

Bulu

Kaki
14

Tabel 5. Pengamatan Bentuk Fisik Ayam Kampung Betina

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Seluruh Tubuh

Ayam

Kepala
15

Bulu

Kaki
16

4.1.4 Pengukuran Kuantitatif Ayam

Tabel 6. Pengamatan Sifat Kuantitatif Ayam


No Ukuran Tubuh Broiler Layer Ayam Kampung
Kuantitatif Jantan Betina
1 Panjang Kepala 8 cm 6 cm 12 cm 7 cm

2 Lingkar Leher 9 cm 7 cm 17 cm 9 cm

3 Panjang Leher 9 cm 4 cm 12 cm 13 cm

4 Lingkar Dada 39 cm 14,5 cm 35 cm 28 cm

5 Panjang Sayap 23 cm 39 cm 34 cm 13 cm

6 Lingkar Shank 5 cm 6 cm 5 cm 4 cm

7 Panjang Shank 7 cm 8 cm 8 cm 9 cm

8 Panjang Dada 20 cm 21 cm 18 cm 18 cm

9 Panjang Punggung 20 cm 17 cm 24 cm 21 cm

10 Panjang Paha Bawah 12 cm 4 cm 12 cm 12 cm

11 Panjang Kaki 17 cm 15 cm 22 cm 12 cm

12 Lingkar Paha Bawah 7 cm 8 cm 7 cm 6 cm

4. 2 Pembahasan

4.2.1 Ayam Broiler

a) Anatomi dan Morfologi Ayam Broiler

Pada praktikum anatomi dan morfologi ayam kali ini, ayam yang diamati

merupakan jenis ayam broiler atau ayam tipe pedaging. Ayam pedaging atau broiler

merupakan jenis ayam ras hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang

memiliki keunggulan dalam memproduksi daging, sehingga mutu genetiknya bisa

dikatakan baik. Ayam broiler adalah ayam yang memiliki pertumbuhan yang sangat

cepat, yaitu kisaran 28 hari sampai akhirnya dapat dipanen untuk dijual dan
17

dikonsumsi. Dengan pakan khusus dan pemeliharaan yang baik dapat dihasilkan

ayam yang seragam pertumbuhan, penampakan, kesehatan, dan ukuran tubuhnya.

Dengan kondisi demikian karkas yang dihasilkannya juga seragam (Rasyaf, 2008)

Berdasarkan ayam broiler yang disediakan di laboratorium, dapat dilihat

bahwa ayam broiler memiliki bentuk tubuh yang besar, berbulu putih, memiliki

karakter yang tenang, dan kakinya tampak tebal dan pendek. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Arga Kusuma (2010) mengenai ciri-ciri ayam broiler antara lain ukuran

badan relatif besar, padat,kompak, berdaging penuh, produksi telur rendah,

bergerak lamban, dan tenang serta lambat dewasa kelamin

Pada peternakan ayam broiler baik ayam jantan maupun ayam betina

memiliki peran yang sama yaitu sebagai ayam pedaging. Ayam betina walaupun

menghasilkan telur tetapi tetap memproduksi telur, namun tingkat produksinya

rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987)) yang berpendapat bahwa

produksi telur pada ayam broiler rendah.

b) Perbedaan Anatomi dan Morfologi dengan Ayam Lain

Ayam broiler merupakan ayam yang sengaja dipelihara untuk dmanfaatkan

dagingnya, oleh karena itu penambahan bobot tubuh ayam broiler merupakan

tujuan pemeliharaan ayam ini, sehingga ayam broiler cenderung memiliki tubuh

yang besar dan padat, tidak seperti ayam ayam petelur atau ayam kampung yang

cenderung bertubuh ramping. Ayam broiler memiliki kaki yang tebal dan agak

pendek untuk menopang tubuhnya yang besar, tidak seperti ayam kampung dan

ayam peterlur yang berkaki ramping dan panjang.

Berdasarkan perbandingan ayam broiler dan ayam lainnya di laboratorium,

ayam broiler berbulu putih, tidak seperti ayam petelur dan ayam kampung yang

warnanya bervariasi. Hal ini disebabkan kreasi genetic yang sengaja dibuat
18

berwarna putih agar ayam broiler lebih “enak dipandang” untuk dikonsumsi. Pada

ayam broiler diseleksi warna kuning pada shank dan kulit, hal ini juga karena

disukai konsumen (Nesheim dkk, 1979).

Ayam broiler cenderung lebih rentan penyakit dibandingkan ayam lain.

Oleh karena itu perlunya perhatian yang lebih terhadap kualitas pakan dan

lingkungan pemeliharaannya.

4.2.2 Ayam Layer

a) Anatomi dan Morfologi Ayam Layer

Tipe ayam layer adalah ayam yang dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam

layer atau yang lebih akrab disebut dengan ayam petelur memiliki jengger yang

bertipe single untuk mendapatkan angka fertilitas yang tinggi ketika dikawinkan.

Kebanyakan ayam sekarang memiliki comb tipe single. Hal ini karena tipe ini

memiliki angka fertilitas yang paling tinggi dibandingkan tipe jengger yang lain,

ayam masa sekarang sudah mengalami banyak pemuliaan baik di bidang jengger

ataupun sifat-sifat yang lain. Bagian badan bulu yang menyelimuti ayam ini adalah

tipe contur, pada bagian kepala sebagian kecil bertipe filoplumulae kebanyakan

sudah menjadi plumulae. Bagian di bawah sayap bulu bertipe plumulae. Bulu pada

ayam ini tidak terpaut dengan jenis kelamin. Betina memiliki taji yang tidak

berkembang dan pada jantan memiliki taji yang berkembang.

Pada praktikum anatomi dan morfologi ayam, strain ayam layer yang

diamati adalah isa brown dengan jenis kelamin betina. Praktikum kali ini dilakukan

pengamatan fenotipnya berupa sifat kuantitatif. Sifat tersebut berupa panjang dada,

panjang punggung, panjang shank, panjang kepala, bentuk pial, dll. Shank ayam

yang diteliti memiliki panjang 15 cm, ini sesuai dengan pernyataan Djarot (2019)
19

yang menyatakan bahwa ayam petelur yang siap produksi memiliki panjang shank

minimal 10 cm.

b) Perbedaan Anatomi dan Morfologi Dengan Ayam Lain

Ayam tipe layer ini memiiki kaki yang lebih panjang dari ayam broiler

namun tidak lebih panjang dari ayam kampung. Ayam tipe layer ini juga memiliki

sifat yang lebih sensitif dibandingkan ayam broiler, jadi jika ingin memiliki

peternakan ayam layer kita harus memikirkan faktor lingkungan apa saja yang dapat

mengganggu ayam dan dapat mempengaruhi produktivitasnya.

Ayam layer ini juga cepat mencapai dewasa kelamin yaitu sekitar 18-20

minggu. Kualitas telur bagus, kuat dan seragam. Produksi telur pertahun bisa

mencapai 250-300 butir. Ayam layer ini juga bebas dari sifat mengeram. Daya tahan

hidup lebih tinggi (90%) dengan tingkat kematian rendah. Mudah beradaptasi

dengan lingkungan. Dan juga bebas dari sifat kanibalisme dan mematuk bulu.

b) Indikator Produktivitas Pada Anatomi Morfologi Ayam Layer

Jengger ayam layer bisa menjadi suatu cara untuk melihat tingkatan

produktivitas ayam tersebut. Jika jengger ayam itu berwarna merah terang maka

ayam itu lagi dalam masa produktivitas yang baik dan sebaliknya jika warna

jenggernya merah pucat maka ayam itu sedang tidak dalam masa produktivitas

maksimalnya. Bagian kaki atau shank dapat pula diukur tingkat produktivitasnya.

Jika shank itu berwarna kuning pucat maka ayam ini dalam tingkat produktivitas

yang bagus, dan sebaliknya jika shank berwarna kuning terang maka ayam ini

sedang dalam tingkat produktivitas yang tidak maksimal. Dalam shank ini terdapat

dua pigmen yaitu lipocrom dan melanin. Lipocrom sendiri adalah pigmen yang

menghasilkan warna kuning dan melanin adalah pigmen yang menghasilkan warna
20

hitam. Jika shank berwarna pucat maka sebagian besar lipocrom digunakan untuk

pembuatan kuning telur yang menyebabkan ayam sedang dalam kondisi produktif.

Ada pula cara untuk mengetahui produktivitas dengan menghitung jarak tulang

pubis kiri dan kanan dan jarak antara tulang sternum ke anus. Jika jarak antar tulang

pubis adalah tiga jari atau lebih maka ayam ini produktivitasnya tinggi, dan jika

jarak dari tulang sternum ke anus adalah 3 jari atau lebih maka dapat dikatakan

produktivasnya juga tinggi.

4.2.3 Ayam Kampung

a) Anatomi dan Morfologi Ayam Kampung

Pada praktikum anatomi dan morfologi ayam, jenis ayam buras yang

diamati adalah ayamkampung dengan jenis kelamin jantan dan betina. Praktikum

kali ini dilakukan pengamatan fenotipnya berupa sifat kuantitatif. Sifat tersebut

berupa panjang dada, panjang punggung, panjang shank, panjang kepala, bentuk

pial, dll.

Ayam kampung memiliki bentuk badan yang kompak dan susunan otot

yang baik. Badan ayam kampung kecil, baik itu ayam penghasil telur maupun

pedaging. Bentuk tubuh ayam kampungtidak dapat dibedakan karena memang

ayam kampung tidak dibedakan atas penghasil telur atau daging (Rasyaf, 1998).

Kepala ayam kampung betina berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kepala

ayam kampung jantan (Sarwono, 1991)

Perbedaan ayam buras jantan dan betina yang diamati dalam praktikum

yaitu pada ayam jantan terdapat spur atau taji di kakinya sedangkan ayam betina

tidak memilikinya, taji berfungsi sebagai alat pertahanan saat ayam bertarung.

Selain taji, ayam jantan memiliki bulu ekor (main tail feather) ayam kampung

jantan biasanya berjumlah 16 helai (Cahyono, 2011). Selanjutnya Cahyono (2011)


21

menerangkan bahwa perbedaan ayam buras jantan dan betina lainnya adalah

jengger. Jengger ayam jantan bergerigi, tegak dan berukuran besar sedangkan pada

betina ukurannya kecil.

b) Perbedaan Anatomi dan Morfologi Dengan Ayam Lain

Terdapat perbedaan pada besarnya kerangka yang dimiliki. Ayam kampung

(buras) memiliki kerangka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ayam ras.

Nozawa (1980) mengungkapkan bahwa perbedaan ukuran tubuh hewan disebabkan

oleh faktor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh ayam yang menentukan

karakteristik antara lain: bobot badan, panjang bagian-bagian kaki

(tarsometatarsus), jarak tulang pubis (tulang panggul) untuk ayam betina, panjang

tulang kering (tibia), panjang tulang paha (femur) dan tinggi jengger.

c) Pigmentase dan Bulu

Siswandi (1996) melaporkan bahwawarna dasar bulu ayam Kampung

jantanadalah hitam, sedangkan pada bulubagian leher dan punggung

berwarnakeemasan. Bulu sayap dan ekorberwarna hitam diselingi satu atau

dualembar bulu berwarna putih. Dimanawarna bulu ayam jantan yang banyak

ditemukan adalah hitam dan sangat jarang yang berwarna polos. Sedangkan ayam

Kampung betina umumnya berwarna hitam berbintik putih ataubintik coklat.

Nishidaet al.(1980) dan Mansjoer (1985) menyatakan bahwa ayam

Kampung yang terdapat diIndonesia mempunyai jarak genetic yang lebih dekat

terhadap ayam hutanmerah Sumatera(Gallus gallus gallus) danayam hutan merah

Jawa(Gallus gallus javanicus)dibandingkan dengan jarakgenetiknya dengan ayam

hutan hijau(Gallus varius)

.
22

4.2.4 Sistem Kerangka

Kerangka adalah kesatuan tulang-tulang yang membentuk tubuh suatu

makhluk hidup. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dr. Edjeng,dkk

(2005) yaitu kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak

tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai tempat melekatnya otot.

Kerangka juga berfungsi sebagai pelindung beberapa organ vital. Sistem kerangka

berintegrasi dengan sistem otot merupakan suatu proses fisiologis yang penting

dalam menunjang aktivitas unggas.

Kerangka dibagi menjadi dua bagian, yaitu Axial dan Ekstremitas. Tulang

axial merupakan tulang bagian tengah yang meliputi tulang tengkorak, tulang

rusuk, tulang belakang dan tulang dada. Sedangkan tulang ekstremitas meliputi

tulang sayap dan tulang kaki. Berikut penjelasan kedua tulang tersebut, yaitu:

A. Axial

Tulang axial atau yang disebut kerangka axial tersusun dari tulang

tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang dada. Hal tersebut sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Nurhayati (2004) yaitu Skeleton axial primitif

tersusun oleh notokord yang dapat ditemukan pada perkembangan awal pada

semua chordate yang selanjutnya digantikan oleh columna vertebratalis.

Skeleton axial terdiri dari tulang tengkorak, columna spinalis, vertebrae,

corpus danentrum, costae (rusuk), dan sternum. Tulang tengkorak terdiri dari,

Incisive (paruh bagian atas), yang berfungsi untuk mengambil makanan dan

menguyah makanan. Mandible (paruh bagian bawah), yang berfungsi untuk

mengambil makanan dan mengunyah makanan. Quadratum berfungsi untuk

menggerakan incisive dan mandible. Tulang ini berkaitan dengan incisive dan

mandible karena apabila quadratum ditekan maka maka paruh bagian atas akan
23

bergerak. Occipital yaitu tulang yang melindungi otak pada unggas. Lacrimal

(tulang air mata) yaitu tulang untuk melekatkan saraf, otot serta kelenjar air

mata pada unggas. Nasal (tulang hidung) yaitu tulang untuk mencium bau-bau

dari makanan, tetapi pada ayam indera penciuman tidak terlalu berkembang

dengan baik.

Tulang belakang (Columna vertebralis) terdiri dari 13-14 ruas yang

terdiri dari tulang leher yang terdiri dari atlas dan epistropheus, kedua tulang

tersebut sangat penting dalam unggas. Tulang leher berfungsi untuk

menggerakan leher pada ayam. Tulang scapula yang berfungsi sebagai

melekatnya otot-otot dan saraf pada ayam dan melakukan fusi bersama-sama

untuk membentuk persendian tulang. Tulang Ilium berfungsi sebagai tempat

melekatnya usus ayam dan saraf. Tulang Ischium berfungsi untuk melindungi

organ-organ pencernaan dalam. Tulang pubis berfungsi sebagai gerbang keluar

telur dan dapat dijadikan sebagai indikator bahwa ayam tersebut sedang

produksi atau tidak. Pengertian tulang belakang tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Syamsuri (2004) yaitu Tulang belakang terdiri dari 7 ruas

tulang leher, 12 ruas tulang punggung, 5 ruas tulang pinggang, serta tulang

kelangkang (sacrum) dan tulang ekor. Pada orang dewasa, tulang kelangkang

tunggal merupakan gabungan dari 5 ruas tulang belakang. Demikian juga

tulang ekor merupakan tulang tunggal hasil fusi 4 atau 5 tulang belakang

Tulang rusuk terdiri dari 7 pasang. Tulag ke-2 dan ke-5 saling bertautan

sehingga dinamakan uncinated apophysis yang mampu membentuk rongga

dada yang kuat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syamsuri

(2004) yaitu tulang rusuk sejati ada 7 pasang dan melekat langsung pada tulang

dada. Tulang rusuk palsu ada 5 pasang, yaitu 3 tulang rusuk yang melekat pada
24

tulang rusuk di atasnya, dan 2 pasang tulang rusuk melayang. Tulang ini

memiliki fungsi yaitu untuk melindungi organ bagian dalam pada ayam, seperti

organ pencernaan.

Selanjutnya tulang dada, yang terdiri dari Clavicle (tulang selangka),

yang berfungsi untuk menjauhkan bagian atas ayam dari anggota dada agar

lengan atau sayap dapat leluasa melakukan gerakannya. Coracoid berfungsi

untuk membantu menggerakan sayap dan tempat melekatnya sayap pada

tubuh. Sternum berfungsi untuk melindungi organ dalam dan tempat

melekatnya otot-otot. Patella berfungsi untuk melekatnya otot-otot.

B. Ekstremitas

Tulang ekstremitas yaitu tulang-tulang yang berperan sebagai alat gerak.

Tulang yang terdiri dari tulang ekstremitas yaitu tulang sayap dan tulang kaki.

Hal tersebut menjadi kuat dengan adanya pendapat dari Syamsuri (2004) yang

mengatakan bahwa Tulang anggota gerak atas meliputi tulang lengan atas

(humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius), tulang pangkal

tangan (karpus), tulang telapak tangan (metacarpus), dan jari tangan (falang).

Tulang hasta terletak satu garis dengan kelingking, sedangkan tulang

pengumpil terletak satu garis dengan ibu jari. Sedangkan untuk tulang anggota

gerak bawah meliputi tulang paha (femur), tulang tempurung lutut (patella),

tulang betis (fibula), tulang kering (tibia), tulang pangkal kaki (tarsal), tulang

telapak kaki (metatarsus), dan tulang jari kaki (falang). Tulang-tulang tungkai

menyangga tubuh untuk berdiri sehingga dapat bebas bergerak. Bagian-bagian

tulang yang termasuk kedalam tulang ekstremitas yaitu terdiri dari :

1. Tulang sayap yang meliputi humerus, berfungsi untuk pelekatan otot-otot

dan menjadi pendukung fisik lengan atau gerakan lengan seperti


25

mengangkat sayapnya. Selain itu, humerus juga berfungsi sebagai titik

originasi sejumlah otot. Radius, tulang ini berhubungan dengan produksi

ayam tersebut dan berfungsi sebagai alat gerak ketika unggas tersebut

terbang. Ulna yaitu tulang yang mendukung secondary, melekatnya otot-

otot pada tubuh ayam dan sebagai alat bantu untuk menggerakkan

sayapnya. Metacarpus berfungsi sebagai tulang yang membantu

menggerakan sayap pada ayam. Phalanges berfungsi untuk

menghubungkan tulang jari .

2. Tulang kaki yang meliputi Femur berfungsi sebagai tempat produksi sel

darah merah pada sumsum tulangnya. Fibula berfungsi sebagai perlekatan

otot-otot tulang kaki dan sebagai rangka untuk berdirinya ayam. Tibia

berfungsi untuk menopang tubuh dan menggerakan pergelangan kaki.

Metatarsus berfungsi sebagai penopang berat tubuh dan menstabilkan jika

ayam berpijak pada tanah yang tidak rata.

C. Medullary Bone dan Pneumatic Bone

1) Medullary bone yaitu tempat menyimpan cadangan makanan, supply

kalsium ketika ayam defisiensi kalsium pada ransum. Yang termasuk

kedalam medullary bone yaitu semua ekstremitas kecuali humerus. Hal

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dr. Edjeng, dkk (2005)

yaitu untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang

disebut medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, femur, pubic bones,

sternum, ribs, toes, ulna dan scapula. Tulang ini mempunyai rongga

sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik.

Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat

dimobilisasi saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi


26

telur. Pada ayam dewasa, hamper 12% tulang merupakan tulang ini. Pada

tulang rusuk 30% merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini

tidak ditemukan pada ayam jantan atau betina yang sedang tidak produksi.

Akan tetapi tulang ini dapat dibentuk dengan menambahkan hormone

estrogen. Ayam dara mulai membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari

menjelang pembentukan telur pertama. Namun, cadangan kalsium pada

tulang ini hanya dapat menyediakan untuk beberapa butir saja. Sekitar

40% kalsium tulang ini akan habis setelah bertelur 6 butir, bila kondisi

pakan kekurangan kalsium.

2) Pneumatic Bones berkaitan dengan sistem pernapasan dan terbang pada

unggas. Yang termasuk kedalam pneumatic bones yaitu humerus, corcoid

dan clavicula. Pneumatic bones berfungsi sebagai tempat penampungan

udara dan meringankan berat tubuh saat terbang.


27

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Aspek yang membedakan yaitu bentuk ayam secara keseluruhan yaitu pada

ayam broiler terdapat beberapa perbedaan dengan ayam yang lainnya. Kaki

ayam broiler lebih pendek daripada ayam lainnya, karena untuk menopang

bobot tubuhnya. Warna bulu ayam broiler rata-rata putih, shank kuning dan

jengger kecil.

2) Ayam layer memiliki kaki yang lebih panjang daripada ayam broiler, shank

berwarna kuning pucat yang menandakan ayam tersebut sedang

berproduksi. Warna bulu ayam layer bermacam-macam tetapi yang sering

dijumpai berwarna coklat. Jengger ayam layer tidak terlalu besar dan

ukuran pial sedang.

3) Ayam kampung memiliki warna bulu yang bermacam-macam, jengger


ayam kampung jantan besar dan pialnya terdapat satu pasang. Jengger ayam

kampung jantan besar karena untuk menarik perhatian betina. Terdapat taji

(spur) pada kaki ayam kampung jantan. Ayam kampung jantan memiliki

produktivitas daging yang baik hal tersebut dapat dilihat dari dada ayam,

sedangkan ayam kampung betina memiliki produktivitas telur yang baik.

Tetapi produktivitas tersebut tidak sebaik pada ayam broiler dan ayam layer.

Ayam kampung betina memiliki jengger yang kecil, shank berwarna kuning

pucat dan tidak memiliki taji (spur).


28

4) Kerangka ayam terdiri dari kepala, tulang belakang (Columna vertebralis),

tulang leher (Vertebrae cervicalis), tulang rusuk, tulang dada, tulang rusuk,

tulang sayap dan tulang kaki.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya praktikan diharapkan dapat memperhatikan

lagi ketepatan dalam pengukuran anatomi dan morfologi ayam sehingga data yang

didapatkan lebih maksimal.


29

DAFTAR PUSTAKA

Atmomarsono. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Penebar Swadaya:


Jakarta.

Austic, R.E. 1990. Poultry Production. 13th Ed. Lea and Febiger: Philadelphia.
Dr. Edjeng Suprijatna, Prof. Dr. Umiyati Atmomarsono, dan Prof. Dr. Ruhyat
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Depok

Kusuma, Arga .2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-


Faktor ProduksiPeternak Probiotik dan Non Probiotik Pada Usaha Ternak
Ayam Ras Pedaging. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifat-sifatproduksi ayam kampung


sertapersilangannya dengan ayamrhode island red.Disertasi.Program
Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor: Bogor.

Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

Nesheim. 1972. Poultry Production. 13th Ed. Lea and Febiger: Philadelphia.

Nishida, T., K. Kondo., S.S. Mansjoer andH. Martojo. 1980.Morphologicaland


genetical studies on theIndonesian native fowl. The Originand Phylogeny of
IndonesianNative Livestock.

North dan Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Oklahama: New
York.

Nozawa, K. 1980. Phylogenetic studieson native domestic animal inEastand


Southeast Asia. TropicalAgriculture Reseach Center,JapanIV : 23-43.

Nurhayati, Awik Puji Dyah. 2004. Diktat Struktur Hewan. ITS. Surabaya

Rasyaf, M. 1995. Seputar ayam Kampung. Kanisius: Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya: Jakarta

Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras. Cetakan Ketiga. PenebarSwadaya:


Jakarta.

Siswandi, A. 1996. Penampilan sifat-sifatkualitatif dan kuantitatif ayamburas.


Skripsi. Fakultas PeternakanUniversitas Andalas: Padang.
30

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penebar


Swadaya: Jakarta.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta

Tillman, A. D. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan


Universitas Gajah Mada, GajahMada University Press: Yogyakarta.

Winarno, Djarot. 2019. Kapan dan Bagaimana Transfer Pullet ke Kandang


Produksi. Dikutip 24 Maret 2019 dari Infopet dalam situs
http://www.majalahinfovet.com/2018/09/kapan-dan-bagaimana-transfer-
pullet-ke.html.

Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar


Swadaya: Jakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius: Yogyakarta.


31

LAMPIRAN

Nama NPM Pembagian Tugas


Sabilla Yuspita 200110170169 Pembahasan 4.2, Daftar Pustaka

Dandi Herliansyah 200110170270 Hasil Pengamatan dan Bab III

Ihsan Maulana 200110170098 Kata Pengantar Bab I, Bab II,


Daftar Isi
Selvin Dhea Larasati 200110170103 Pembahasan 4.4, Kesimpulan

Karina Fidelia Ramadhani 200110170281 Pembahasan 4.1, Lampiran

Dity Asa Priyastomo 200110170289 Pembahasan 4.3, Saran

Anda mungkin juga menyukai