Bab 1-6 Case Report Retno
Bab 1-6 Case Report Retno
Bab 1-6 Case Report Retno
Umur : 65 tahun
Pekerjaaan : IRT
1
BAB I
PENDAHULUAN
dengan keparahan yang berbeda. Dari hasil survei NHES, prevalensi penyakit
periodontal yang diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari
faktor lokal ataupun sistemik seperti adanya penumpukan plak dan kalkulus,
1995, penyakit periodontal terjadi pada 459 orang diantara 1000 penduduk. Di
1.2 Tujuan
2
1. Penyingkiran semua iritan lokal yang menyebabkan inflamasi gingiva.
2. Penyingkiran faktor etiologi penyakit periodontal.
3. Memotivasi pasien untuk melaksanakan kontrol plak.
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pendukung yang terdiri atas ligament periodontal, tulang alveolar dan sementum,
dimana terjadi kehilangan struktur kolagen pada daerah yang menyangga gigi
akibat gingivitis yang tidak dirawat. Apabila proses berlanjut maka akan
gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dilakukan pencabutan
lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal merupakan faktor-faktor yang berada di
sistemik merupakan faktor etiologi yang berkaitan dengan kondisi umum pasien
4
2.2.1 Faktor lokal
1. Plak Dental
Plak dental atau plak bakteri adalah deposit lunak yang membentuk
biofilm dan mengandung bakteri, produk bakteri dan sisa makanan yang
mulut. Plak dental dibagi menjadi plak supragingival yaitu berada pada
tepi gingiva, dan plak subgingival yaitu berada di apikal dari tepi gingiva
dan diantara gigi dan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Plak
2. Kalkulus
periodontitis.
5
3. Impaksi makanan
karena keausan oklusal yang tidak sam rata, ekstruksi atau terbukany atitik
dan impaksi makan juga dapat disebabkan impaksi lateral dimana tekanan
lateral lidah, pipi dan bibir terhadap makanan. Hal ini merupakan keadaan
periodontal.
4. Faktor Iatrogenik
pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan tidak adekuat sewaktu
6
Defisiensi vitamin C dan protein berhubungan dengan penyakit
yang diakibatkan oleh plak. Begitu juga jika terjadi defesiensi protein,
yang normal, dan memperparah efek destruktif dari iritan lokal dan trauma
2. Gangguan Hormonal
3. Diabetes Melitus
defisiensi insulin absolut maupun relatif atau resistensi insulin, yang dapat
4. Obat-Obatan
7
Jenis obat-obatan tertentu dapat menyebabkan hiperplasia gingiva,
gigi tersebut dan pada akhirnya akan memudahkan penumpukan plak dan
Edward 2000) :
8
4. Penyakit periodontal nekrotik (necrotizing periodontal diseases)
a. Gingivitis ulseratif nekrotik (necrotizing ulcerative gingivitis)
b. Periodontitis ulseratif nekrotik (necrotizing ulcerative periodontitis)
5. Abses periodonsium (abscesses of the periodonsium)
a. Abses gingival (gingival abscesses)
b. Abses periodontal (periodontal abscesses)
6. Periodontitis berkaitan dengan lesi endodontik (periodontitis associated
diseases or periodontitis)
1. Faktor-faktor anatomis gigi
2. Restorasi/piranti dental
3. Fraktur akar
4. Resorpsi akar servikal dan cemental tears
b. Deformitas dan kondisi mukogingival disekeliling gigi geligi
6. Warna abnormal
c. Deformitas dan kondisi mukogingival pada linggir tak bergigi
9
6. Warna abnormal
d. Trauma oklusal (occlusal trauma)
1. Trauma oklusal primer
2. Trauma oklusal sekunder
dalam sulkus gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis.
Sejalan dengan bertambah matangnya plak, plak menjadi lebih patogen dan
respon inflamasi pejamu berubah dari keadaan akut menjadi keadaan kronik.
subgingiva yang matang. Hal ini dikarenakan poket yang dalam terlindungi dari
pembersih mekanik (penyikatan gigi) juga terdapat aliran cairan sulkus gingiva
yang lebih konstan pada poket yang dalam dari pada poket yang diangkat (Arief
10
Gambar 4. Kerusakan jaringan periodonsium
mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Oleh karena itu harus dapat
menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan utama dari rencana perawatan
11
II. Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas
oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan
Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:
hilang.
III. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya
gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal
ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol.
Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah
12
perawatan yang lebih parah. Secara umum tindakan pencegahan dibedakan atas 3
Tiga metode penyikatan gigi yang sering digunakan, yaitu : metode Bass,
1. Metode Bass
gigi yang digunakan adalah yang bulu sikatnya lembut sampai sedang.
Secara garis besar penyikatan pada permukaan vestibular dan oral rahang
2. Dengan tekanan yang disertai getaran, uung bulu sikat ditekankan masuk
13
Gambar 5. Penempatan ujung bulu sikat pada metode Bass. A. Kedalam sulkus; B. Di
daerah interproksimal.
3. Dalam keadaan ujung bulu sikat tetap berada di dalam sulkus dan
pendek. Gerak maju mundur ini dilakukan sebanyak 20 kali pada setiap
posisi. Harus diperhatikan bahwa selama sikat gigi digerakkan, ujung bulu
sikat tidak pernah keluar dari daerah sulkus atau embrasur interproksimal.
Gambar 6. Arah gerakan sikat gigi. A. Pada permukaan vestibular; B. Pada permukaan
oral.
14
Gambar 7. Penyikatan permukaan vestibular gigi kaninus dengan metode Bass. A.
Penyikatan pada separoh bagian distal; B. Penyikatan pada separoh bagian mesial.
Gambar 8. Penyikatan permukaan oral regio anterior dengan metode Bass apabila
15
Gambar 9. Penyikatan pada permukaan oral regio anterior dengan metode Bass pada
16
Untuk menyikat permukaan oklusal, bulu sikat ditekankan kuat-kuat ke
permukaan oklusal gigi geligi sampai ujung bulu sikat tertekan sedalam
2. Metode Stilman
akar gigi, guna menghindari destruksi yang lebih parah pada jaringan
akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
pada bagian servikal gigi dan sebagian pada gingiva didekatnya, dengan
arah koronal sepanjang gingival cekat, gingival bebas dan permukaan gigi.
17
Gambar 11. Penyikatan gigi dengan metode Stillman.
metode Bass.
3. Metode Charter
Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi dengan bulu sikat sedang
periodontal.
Cara penempatan bulu sikat adalah dengan bulu sikat mengarah ke apikal
posisi.
18
Gambar 12. Penyikatan gigi dengan metode Charter.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
terasa goyang.
3. Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasien sudah pernah
2. Lokal :
20
a. Ekstra Oral
1) Wajah : Lonjong
2) Bibir : Simetris
3) TMJ : Normal
b. Intra Oral
1) Tonsil : Normal
2) Lidah : Normal
3) Palatum : Normal
5) Gingiva :
a. Warna
Merah : Vestibular = 32, 31, 41, 42, 43
Oral = 32, 31, 41, 42, 43
Merah Kebiruan : Vestibular =-
Oral =-
Pucat : Vestibular =-
Oral =-
b. Konsistensi
Oedema : Vestibular = 32, 31, 41, 42, 43
Oral = 32, 31, 41, 42, 43
c. Resesi Gingiva : Vestibular = 32, 31, 41, 42
Oral = 32, 31, 41, 42
d. Gingiva Enlargement : Vestibular = -
Oral =-
21
(a) (b)
Gambar 13. Periodontitis pada kasus bagian (a) vestibular dan (b) oral
6) Gigi
FORMULA GIGI
1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
14 : Nekrosis pulpa
17 : Karies superfasialis
16, 15 : Radik
13 : Karies media
23, 24, 25, 26 : Radik
27 : Karies media
38, 37 : Radik
41,42 : Periodontitis (mobility I)
42 : Nekrosis pulpa
43 : Karies media
debris index (1,95) dan skor kalkulus index (2,4), sehingga skor
22
Tabel 1. Derajat kebersihan mulut
dan kehilangan tulang akibat penumpukan plak subgingiva, dan tejadi pada
pada pasien sekitar usia 35 tahun atau lebih, stadium lanjut terjadi pada usia
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
2. Prob periodontal
3.Neirbeken
4. Handuk bersih berukuran kecil
5. Rekam medik
6. ATK (Alat Tulis Kantor)
7.Scaller manual (chisel, sickle, hue)
8.Kuret Grecy
Bahan: 1. Masker
2. Handscoon
3. Providone iodine
23
4. Disclossing solution
5. Iodine tincture
6. Pasta + Fletcher
7. Alkohol 70%
8. Kapas
Perawatan yang diberikan berupa perbaikan OH dan penskeleran dengan tiga kali
1. Setting I
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index
rahang atas.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan menggunakan
24
sehari yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
dan sayur.
g. Instruksikan kepada pasien agar tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut
dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C.
i. 1 minggu kemudian pasien disuruh datang kembali.
2. Setting II
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index
rahang bawah.
e. Instruksikan cara penyikatan gigi yang benar dengan memakai metode
yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut
dirumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C (jika dibutuhkan).
i. 1 kemudian minggu pasien disuruh datang kembali.
3. Setting III
25
a. Melakukan pengukuran kedalaman saku, level attachment (jarak dari
gingiva (jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke crest gingiva margin
mukogingiva junction).
b. Melakukan pengukuran papilary bleeding index dan oral hygiene index
rahang bawah).
d. Scalling, root planning dan kuretase supragingiva dan subgingiva pada
rahang atas dan rahang bawah (apabila belum bersih dan tidak ada
yang bertujuan untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut
di rumah.
h. Pemberian obat kumur chlorhexidine serta vitamin C (jika dibutuhkan).
i. Instruksikan untuk periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk
26
BAB V
HASIL PERAWATAN
Tabel 4. Pengukuran Kedalaman Saku (KS), Resesi Gingiva/Jarak CEJ-CGM (CC) Level
Attachment (LA), Lebar Keratin Ginginva (KG), Lebar Attached Gingiva (AG) pada
regio 43, 42, 41, 31, 32, 33
(a) (b)
Gambar 14. Periodontitis pada kasus setelah perawatan, (a) vestibular dan (b) oral
27
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada kasus di atas
kerusakan tulang terjadi pada regio 41 dan 42 dan pasien berusia 65 tahun, pasien
juga mengeluhkan adanya perdarahan pada gusi saat pasien menyikat gigi dan gigi
depan bawah terasa goyang. Selain itu, pada hasil pemeriksaan gingiva terdapat
warna gingiva yang merah pada bagian vestibular dan oral regio 32, 31, 41, 42,
dan 43. Selain itu konsistensi gingiva oedem pada bagian vestibular dan oral pada
28
regio 32, 31, 41, 42 dan 43, serta terdapat resesi gingiva pada vestibular di regio
32, 31, 41 dan 42. Setelah dilakukan pemeriksaan OH pasien termasuk kategori
sedang yaitu sebanyak 1,5. Pemeriksaan rontgen foto diketahui terjadi kerusakan
tulang horizontal pada regio 41 dan 42. Salah satu penyebab ini adalah
penumpukan plak dan kalkulus dimana pasien menyikat gigi pada waktu dan cara
yang tidak tepat. Dari hasil pemeriksaan dan diagnosa diketahui prognosis adalah
baik.
dan pemberian obat kumur dengan 3 kali kunjungan dan jarak 1 minggu tiap
kunjungan.
6.2 Saran
mulutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Langlais, RP., Craig SM., 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang
Lazim. Hipokrates: Jakarta.
Lumentut dkk. 2013. Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan pada Usia
Lanjut. Jurnal e-GiGi. Vol 1, No 2.
Pinborg, JJ. 2006. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta: Binarupa Aksara.
Taqwim, Ali. 2011. Anatomi dan Histologi Jaringan Periodontal [online]. 24 Juni
2014. Dari: http://wor/2012/05/anantomihistologijaringanperiodontal.pdf
30