Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Full PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 93

PELAKSANAAN BIMBINGAN DZIKIR UNTUK KETENANGAN BATIN

PADA LANSIA DI PANTI JOMPO AISYIYAH SURAKARTA


(Studi Deskriptif Kualitatif Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah


Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh:
MELISA PHUBY ARDIANASARI
NIM.13.12.2.1.010

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
SURAKARTA
2017
PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua Penulis Bapak Drs. Mohammad Kasmadi.S.kom.M.M
dan Almh. Harsi Supeni yang Penulis cintai dan sayangi, dengan segala
hormat dan bakti, terimakasih atas segala yang telah dilakukan selama ini.
2. Kakak Penulis yang Penulis sayang dan cintai, Sigma Saputra Surya
Negara yang selalu menyemangati, memberi dukungan, dan selalu
memberikan masukan - masukan yang positif untuk terus maju.
3. Almamater Penulis IAIN Surakarta.
MOTTO

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.” (Q.S Al-Ra’d/13: 28)

”Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dengan orang yang


tidak berdzikir kepada Tuhannya bagaikan orang hidup dan orang mati”
(H.R Al-Bukhari dan Muslim)

ABSTRAK
Melisa Phuby Ardianasari. (131221010). Pelaksanaan Bimbingan Dzikir Pada
Lansia Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta (Studi Deskriptif Di Panti Jompo
Aisyiyah Surakarta). Skripsi. Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam. Fakultas
Ushuluddin Dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri. 2017

Kegelisahan, kecemasan dan kesepian lansia di panti jompo perlu diatasi


dengan cara bimbingan dzikir. Salah satu panti jompo yang menerapkan
bimbingan dzikir adalah panti jompo Aisyiah Surakarta. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan bagaimana bimbingan dzikir di Panti Jompo Aisyah
Surakarta. Sehingga diharapkan dapat memberikan ketenangan batin pada lansia
di panti jompo lainnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif


deskriptif. Tempat penelitian di Panti Jompo Aisyah Surakarta, yang dilaksanakan
pada bulan awal bulan Juni sampai dengan akhir Juli tahun 2017. Teknik
pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan
teknik dokumentasi. Adapula subjek penelitian, subjek seringkali disebut dengan
penetuan sumber data, yakni menentukan populasi guna memperoleh data yang
diperlukan. Penulis menggunakan teknik purposive sampling. Sesuai dengan
namanya sampel diambil dengan maksud ataupun tujuan tertentu. Sesorang
ataupun sesuatu diambil sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang
atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya.
Adapun subjek didalam panti jompo tersebut adalah tiga perawat dan dan 4 lansia.
Disamping itu penulis menggunakan trianggulasi sumber untuk memperoleh
keabsahan data dan data di analisa dengan tiga tahap, tahap yang pertama yaitu
reduksi data, yang kedua dengan penyajian data dan yang terakhir yaitu dengan
penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pelaksanaan bimbingan


dzikir di Panti Jompo Aisyiyah setelah selesai shalat lima waktu dan dipandu oleh
pembimbing. Tujuan bimbingan dzikir untuk bisa mengontrol diri lansia sendiri,
untuk dapat bisa memaknai hidup, bisa lebih mendekatkan diri pada Sang
Pencipta, untuk dapat menenangkan batin dan jiwa lansia. Bacaan dzikir yang
dilakukan oleh lansia adalah yang pertama Laa ilaha illallah 33 kali, yang kedua
Subhanallah 33 kali, yang ketiga Astagfirullah 33 kali, yang keempat,
Allahhuakbar 33 kali yang kelima Alhamdulilah 33 kali, dan yang keenam
Salawat 1kali. Adapun respon baik yang diperoleh oleh lansia diantara lain, yang
pertama jarang marah bisa mengendalikan emosi, yang kedua adalah bisa optimis
dalam menjalani hidup, dan yang ketiga adalah sabar menghadapi masalah.
Bimbinga dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta dapat menenangkan batin
pada lansia

Kata kunci : Bimbingan Dzikir, Lansia, Panti Jomp


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada pernah henti untuk
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul
PELAKSANAAN BIMBINGAN DZIKIR UNTUK KETENANGAN BATIN
PADA LANSIA DI PANTI JOMPO AISYIYAH SURAKARTA (Studi
Deskriptif Kualitatif Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta)
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas
kemampuan dan usaha penulis semata. Namun juga berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Mudhofir Abdullah, S.Ag, M.Pd selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan
untuk menyelesaikan pendidikan di IAIN Surakarta.
2. Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah IAIN Surakarta.
3. Irfan Supandi, S.Ag., M.Ag selaku Ketua Jurusan Bimbingan Konseling
Islam IAIN Surakarta.
4. Dr. H. Kholilurrahman, M.Si selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan
motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Budi Santosa, S.Psi, M.A selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi hingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, khususnya Bapak Ibu
Dosen Jurusan Bimbingan Konseling Islam dan segenap karyawan yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, bantuan dan pelayanan
administrasi.
7. Seluruh staf bagian akademik yang telah mengakomodir segala
keperluan peneliti dalam urusan akademik dan penelitian skripsi ini.
8. Kepala Yayasan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta, ibu Hj. Medina yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian
9. Seluruh Perawat atau Pembimbing di Yayasan Panti Jompo Aisyiyah
Surakarta tersebut yang telah membantu terselesaikanya skripsi ini
10. Semua lanjut usia yang telah mengajak bercanda.
11. Teman-teman BKI 2013, dan khususnya kelas A. Terimakasih untuk
kebersamaannya selama kuliah di kampus IAIN Surakarta tercinta.
12. Sahabat terbaikku : Agustina Kurnia Sari, Rahmawati Yulianingsih, Eri
Nurhidayati, Desi Retnosari, Hamidah Susiloningtyas, Khoirun Nisa
Dwi Martina, . Terimakasih atas segala ukiran hati bertemakan
persahabatan yang tulus murni sepanjang pendidikan.
13. Hamidah Susiloningtyas dan Ruhila Hajar terimakasih telah menemani
saya sewaktu Di Yayasan sehingga skripsi ini terselesaikan.
14. Dina Fitriani, Anisa Fadlilah, Lutfia Nur Hayati, Rahma Nur Sholihah,
Ifta Ashari Devi, Fitri Nur Azizah, yang telah membantu disaat
kesusahan.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya serta nikmat-Nya untuk
semua. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
E. Tujuan Penelitain ............................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................ …. 9
1. Bimbingan
a. Pengertian Bimbingan ......................................................... .... 9
2. Dzikir ........................................................................................ .... 10
a. Pengertinan Dzikir ............................................................... .... 10
b. Metode Dzikir…........................................................................ 12
c. Macam-macam Dzikir .......................................................... 12
d. Keutamaan Dzikir ..................................................................... 13
e. Manfaat Dzikir........................................................................... 14
f. Fungsi Dzikir ............................................................................. 14
3. Lansia ............................................................................................. 15
a. Pengertian Lansia...................................................................... 15
b. Ciri-ciri Lansia .......................................................................... 17
c. Kondisi Fisik dan Psikologis ..................................................... 20
4. Ketenangan Batin ........................................................................... 23
a. Pengertian Ketenangan Batin .................................................... 23
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketenangan Batin ............ 23
B. Penelitian Yang Relevan. .................................................................. 26
C. Kerangka Berfikir .............................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 30
B. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 30
C. Subyek Penelitian ............................................................................ . 31
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 32
1. Observasi........................................................................................ 32
2. Wawancara ..................................................................................... 33
3. Dokumentasi .................................................................................. 33
E. Keabsahan Data .................................................................................. 34
1. Teknik Analisis Data .......................................................................... 34
1. Reduksi Data……………………………………………………... 35
2. Penyajian Data……………………………………………………. 35
3. Penarikan Kesimpulan……………………………………………. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Ged. Pusat Keg. Penyantunan Lansia Aisyiyah ... 37
1. Letak Panti Jompo Aisyiyah Surakarta…………………………... 37
2. Sejarah Panti Jompo Aisyiyah Surakarta ....................................... 37
3. Visi dan Misi Panti Jompo Aisyiyah Surakarta ............................ 38
4. Syarat Lansia yang masuk ke Panti Jompo Aisyiyah Surakarta ... 38
5. Prosedur Pengajuan Permohonan Tinggal di Panti Jompo
Aisyiyah Surakarta ........................................................................ 39

B. Temuan Data
1. Hasil Temuan ................................................................................. 39
a. Sasaran Bimbingan Dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta 39
b. Pelaksanaan Bimbingan Dzikir di Panti Jompo Aisyiyah
Surakarta .................................................................................. 40
c. Tujuan Bimbingan Dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta.. 41
d. Bacaan Yang Dibaca oleh lansia….......................................... 41
e. Respon Lansia Sesudah Melakukan Bimbingan
Dzikir...............................,,,................................................... 42
f. Bimbingan Dzikir Dapat Menenangkan Batin Pada Lansia
di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta............................................. 43
2. Analisas Data ................................................................................. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 46
C. Saran................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 48
LAMPIRAN

DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Daftar Gambar ................................................................................ 28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman berkembang begitu pesat belakangan ini.

Perkembangan zaman ini banyak menimbulkan masalah diantaranya psikologi

masyarakat yang semakin diperas sehingga menimbulkan masalah kejiwaan bagi

masyarakat. Dari banyaknya masyarakat, peneliti memfokuskan pada masyarakat

yang tergolong lansia.

Lansia adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan makluk hidup

yang memiliki siklus kehidupan menjadi tua yang diawali dari proses kelahiran

kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi tua

dan akhirnya akan meninggal. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang

mengalami kemunduran baik secara fisik maupun psikis yang mengakibatkan

kecemasan (Partini, 2011:119).

Lansia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu

periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Pada umumnya

lansia yang sudah memasuki usia 65 tahun lebih banyak mengalami pengurangan

dalam berbagai faktor. Secara fisik mengalami penurunan stamina atau daya tahan

tubuh, secara mental ditandai dengan tidak tahan lama jika berpikir dan sering

lupa serta beberapa lansia yang memiliki intensitas sosialisasi kurang dalam

bermasyarakat.

Setiap orang khususnya para lansia mendambakan ketenangan jiwa dan

mendapatkan ketenangan jiwa bukanlah hal yang mustahil. Setiap orang

menyadari bahwa konsekuensi dari putaran generasi tidak terlepas dari kenyataan

hidup adanya lansia.Berbagai persoalan hidup yang dihadapi oleh lansia antara

lain kecemasan menghadapi kematian, menimbulkan beban pikiran setelah

ditelantarkan oleh anaknya, merasa tidak mempunyai teman sebaya, serta

lemahnya mental.

Panti Jompo Aisyah Surakarta yang saat ini ditempati oleh kurang lebih 30

lansia juga mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Persoalan hidup yang

pertama adalah kecemasan dalam menghadapi kematian. Perilaku lansia yang

mencemaskan kematian itu dapat dilihat ketika mereka marah ataupun emosi yang

berlebihan, menyebut nama anaknya, berteriak-teriak, mimpi buruk dan lain-lain.

Persoalan yang kedua adalah menimbulkan beban pikiran bagi lansia yang

telah ditelantarkan oleh anaknya. Para lansia merasa terbebani ketika berada satu

atap di rumah dengan anaknya. Anaknya berpikir bahwa orangtua lebih baik

meninggalkan rumah dan dibawa ke panti jompo dengan motif karena biasanya

para lansia ini lebih senang menyendiri, tidak menyusahkan anaknya, dibutuhkan
ketenangan batin daripada tinggal seatap dengan anaknya yang terkadang ada

konflik dan membuat lansia tidak nyaman.

Persoalan yang ketiga adalah merasa tidak mempunyai teman sebaya.

Lansia berfikir mereka hanya sendirian, tetapi pada kenyataan di panti jompo

aisyah mereka mempunyai banyak teman sebaya bahkan ada yang lebih tua dari

lansia tersebut. Selain itu, terlihat para lansia asyik mengobrol (bagi yang sehat).

Sedangkan, lansia yang sedang mengalami sakit atau tidak bisa beraktivitas

normal hanya berbaring di kamar.

Persoalan yang keempat adalah tentang lemahnya kesehatan mental ini

adalah persoalan yang dihadapi oleh lansia di panti tersebut. Masalah kesehatan

mental berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah

tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa

dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Para

lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik

seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat.

Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian.

Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik

masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.

Persoalan yang terakhir adalah kesepian. Kesepian ketika belum masuk ke

panti dengan maksud mereka adalah orang yang belum mempunyai pasangan

hidup. Karena kesepian itu mereka lebih memilih tinggal di Panti Jompo yang

aman, nyaman serta damai daripada hidup di jalan berklantungan.


Salah satu bidang ilmu yang dibutuhkan masyarakat untuk mengatasi

masalah kejiwaan adalah Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to

face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang

mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang

dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat

memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri

serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai

kesejahteraan hidup.

Bimbingan Konseling pada perkembangannya juga mengalami berbagai

penambahan, seperti ke ranah agama dan sebagai contoh adalah pendidikan

bimbingan konseling Islam. Menurut Hallen (2001: 120), menyatakan

bahwabimbingan konseling Islam adalah suatu usaha membantu individu dalam

menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah agama yang dimilikinya,

sehingga ia menyadari kembali peranannya sebagai khalifah dimuka bumi dan

berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya

tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah SWT dan dengan manusia dan

alam semesta. Peran bimbingan konseling islam yang begitu besar tersebut,

terbukti dengan maraknya bimbingan spiritual seperti dzikir yang dilakukan untuk

meningkatkan ketenangan batin pada lansia salah satunya di Panti Jompo Aisyah,

Sumber, Surakarta.Bimbingan spiritual adalah suatu pelayanan bantuan yang

diberikan perawat spiritual kepada pasien ataupun orang yang membutuhkan yang
sedang mengalami masalah kehidupan dan keberagamaannya, serta pasien yang

ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya spiritual, baik

secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan

dewasa dalam beragama, dalam bimbingan akhak (ibadah akhlak muamalah)

melalui jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan

ketakwaan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist (Jaya, 1994:6).

Sebagai suatu ilmu tentu saja bimbingan spiritual mempunyai tujuan yang

sangat jelas, maka untuk melengkapinya harus ada tujuan yang dicapai dari

bimbingan spiritual yaitu membantu individu agar tidak menghadapi masalah,

membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan membantu

individu yang memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik

agar tetap baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,

sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi orang lain (Faqih, 2001:36).

Memberikan bantuan kepada orang yang lanjut usia bukanlah hal yang

mudah. Dibutuhkan seorang pembimbing yang mampu memahami masalah yang

dialami oleh para lanjut usia. Dalam proses bimbingan ini tentu diperhatikan

seorang pembimbing yang memiliki rasa simpati dan empati tinggi, tidak mudah

menyerah ketika berhadapan lansung dengan lansia, sabar dalam melakukan

aktifitas yang bersangkutan dengan kegiatan lansia, sabar dalam mendampingi

lansia, selalu menjaga rahasia ketika lansia mempunyai masalah dalam dirinya.

Ketika berhadapan langsung dengan lansia, pembimbing pun harus sudah

mempunyai sikap keakraban, menjalin suatu hubungan yang solid dengan lansia

untuk dapat berkomunikasi lancar dengan lansia tersebut.


Melalui pendekatan bimbingan spiritual dengan dzikir sangat membantu

para lansia dalam memecahkan problematika, sebagai bentuk penyucian diri, lebih

mendekatkan diri dan ingat kepada Allah SWT. Menurut Supardjo (1999), dzikir

merupakan amalan yang praktis tetapi mempunyai nilai ibadah yang tinggi,

karena dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja agar jiwa manusia selalu ingat

kepada AIlah Sang Maha Pencipta. Dasar untuk berdzikir tercantum dalam firman

Allah SWT. :

Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar

kedudukannya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah

adalah gerak yang paling ringan dan paling mudah segenap anggota badan lainya.

Seandainya anggota badan lainya bergerak sebanyak lidah bergerak (karena

dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan

(Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, 2014:36).

Dzikir menurut bahasa adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan

sesuatu. Dzikir menurut istilah Ahli Sufi, dzikir adalah ingat Asma Allah SWT.

Dengan sarana apa saja baik secara dhoir maupun bathin. Orang yang senantiasa

berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam hidupnya sebagaimana

firman Allah SWT. :


Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pelaksanaan Bimbingan Dzikir Pada Lansia Di Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang didapat berdasarkan latar belakang masalah antara

lain:

1. Terjadinya Lansia yang merasa cemas terhadap kehidupanya

2. Menimbulkan beban pikiran bagi lansia yang telah ditelantarkan oleh

anaknya

3. Merasa tidak mempunyai teman sebaya

4. Lemahnya kesehatan mental

5. Lansia mengalami kesepian

C. Batasan Masalah

Batasan Masalah didalam penelitian ini hanya membahas tentang

Pelaksanaan Bimbingan Dzikir Untuk Ketenangan Batin Pada Lansia Di Panti

Jompo Aisyiyah Surakarta.

D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian ini

adalah bagaimana pelaksanaan Bimbingan Dzikir Untuk Ketenangan Batin

Pada Lansia Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan bagaimana

Bimbingan Dzikir Untuk Ketenangan Batin Pada Lansia Di Panti Jompo

Aisyiyah Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1) Manfaat Akademis

Dengan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan Konstribusi

pemikiran tentang wacana keilmuan, tentang Pelaksanaan bimbingan dzikir

untuk ketenangan batin pada lansia di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa bimbingan dan konseling islam sebagai masukan bahwa

Pelaksanaan bimbingan dzikir bisa meningkatkan ketenangan batin bagi

manusia.

b. Bagi konselor, sebagai bahan masukan dan umpan balik, khususnya

dalam pelaksanaan bimbingan dzikir untuk ketenangan batin pada lansia.


c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referesnsi dan masukan bagi peneliti

berikutnya yang meneliti permasalahan serupa secara lebih mendalam.

BAB II

KAJIAN TEORI

G. Kajian Teori

1. Bimbingan

a. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan dalam bahasa inggris yaitu guidance yang berasal dari

kata kerja to guide yang berarti menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun

membantu (Hellen, 2002:3).

Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah

dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu

yang diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan

pertolongan (Katini Kartono, 1985:9).

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan

dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku

(Prayitno, 2004: 99).

Sehingga bimbingan dapat disimpulkan suatu bantuan yang diberikan

seorang ahli (guru, ahli jiwa, konselor, psikiater, terapis) kepada orang lain

(klien/konseli) yang memiliki masalah yang bersumber dari kejiwaan dengan

harapan klien tersebut dapat memecahkan masalahnya sendiri serta dapat

menyesuaikan diri dengan tata aturan kehidupan sosial (Hasyim, 2010:34).

2. Dzikir
9
Dzikir adalah salah satu bimbingan spiritual yang dapat membantu client

untuk mencapai ketenangan batin. (Hasyim, 2010:34). Dzikir dibagi menjadi

empat keterangan, antara lain :

a. Pengertian Dzikir

Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, sekaligus paling besar

kedudukanya dan paling utama di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan gerak lidah adalah

gerak yang paling ringan dan paling mudah segenap anggota badan lainya.

Seandainya anggota badan lainya bergerak sebanyak lidah bergerak (karena

dzikir), niscaya ia akan letih, dan yang demikian itu tidak mungkin dilakukan

(Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, 2014:36).

Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat Allah

SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal-lafal tertentu, baik yang dilafalkan

dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana

saja tidak terbatas pada ruang dan waktu. Said Ibnu Djubair dan para ulama

lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua
ketaatan yang diniatkan karena Allah SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah

tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yangdiniatkan

kepada Allah SWT (Askat, 2002:6).

Pada kamus tasawuf yang ditulis oleh Solihin dan Rosihin Anwar

menjelaskan dzikir merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk setiap

bentuk pemusatan pikiran kepada Tuhan, dzikirpun merupakan prinsip awal untuk

seseorang yang berjalan menuju Tuhan (Solihin dan Rosihon Anwar, 2002: 36).

Dzikir menurut bahasa adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan

sesuatu. Dzikir menurut istilah Ahli Sufi, dzikir adalah ingat Asma Allah SWT.

Dengan sarana apa saja baik secara dhoir maupun bathin. Orang yang senangtias

berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam hidupnya sebagaimana

firman Allah SWT. Dalam Q.S Al-Ra’d:13/28) yang berbunyi:

Jadi dzikir adalah usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan
cara mengingat Allah dengan cara mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak
terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia
yang diniatkan kepada Allah SWT
Dasar untuk berdzikir tercantum dalam ayat A1 Quran, antara lain : QS. Al-
Ahzab (33) ayat 41
Dzikir sebaiknya dilakukan dengan khusuk dan ikhlas, agar maknanya

meresap ke daIam jiwa atau hati. Manusia bukanlah makhluk horizontal

sepenuhnya, atau makhluk vertikaI semata, melainkan memerlukan keseimbangan

antara keduanya (Anas, 2003: 165).

Pada saat berdzikir dengan tenang dan berserah diri kepada-Nya, individu

akan memasuki alam transendental (vertikal) dan dapat mengalami pengaIaman

mistis keagamaan (mystical experience), serta merasakan kelezatan spiritual (the

taste of spirituality) (Anas, 2003: 165).

b. Metode Dzikir

Adapun metode dzikir (Ainur, 1983:54-55) antara lain:

1). Metode langsung adalah metode dimna pembimbing melakukan

komuniasi lansung dengan orang yang dibimbing. Bisa digunakan

dengan cara komunikasi lanngsung dengan si klien (face to face).

2). Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang dilakukan

melalui media masa. Antara lain yaittu dengan surat menyurat

ataupun dengan via telepon.


c. Macam-Macam Dzikir

Macam-macam dzikir menurut (Basri, 2008:39) sebagai berikut:

1) Dzikir qalby fikri, yaitu berdzikir dengan hati dan pikiran. Hati

memahami apa yang diucapkan oleh lisan dan akal, merenungkan

makna dan konsekuensinya. Sebagaimana lisan ketika mengucap

Allahu Akbar, hati berusaha menghadirkan kebesaran Allah, pikiran

memikirkan kebesaran Allah, sehingga benar-benar hati dan pikiran

meyakini kebesaran Allah diatas seluruh makhluk-Nya, maka perintah

Allah adalah segala-galanya. Demikian juga ketika mengucap

Alhamdulillah, hati dan pikiran menghadirkan berbagai macam

nikmat, keindahan, dan rahmat Allah yang sangat luas, dan kasih

sayang-Nya di penjuru semesta.

2) Dzikir Lisani, yaitu dzikir dengan mengucapkan sanjungan, pujian

kepada Allah, kalimat tauhid, kalimat istigfar, shalawat yang

dibarengi dengan ucapan hati dan pikiran. Dzikir lisan dianjurkan oleh

Nabi, banyak hadist yang memotifasi agar melakukan dzikir lisan.

Ada hadist dzikir lisani dari Abdullah bin Busyr ra. Sesungguhnya

seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya syariat

islam telah banyak atasku, maka kabarilah aku dengan sesutu yang

aku pegangi. Beliau bersabda, Tak henti-hentinya lisanmu mengingat

Allah (HR. Imam Ahmad 177734, Turmudzi No. 3375, hadist

dishahihkan oleh al-bani dan Turmudzi berkata: hadist hasan gharib)


d. Keutamaan Dzikir

Dzikir juga memiliki keutamaan (Basri, 2008: 27), diantara lain:

1) Dzikir menjadi penenang dan penentram hati

2) Dzikir merupakan amalan yang paling disukai Allah

3) Dzikir adalah amalan yang menyelamatkan dari azab Allah

4) Dzikir adalah amalan yang menjaga diri dari gangguan setan

5) Dzikir menambah rezeki dan menjadikan hidup nyaman

6) Dzikir menyebabkan keselamatan dari kesulitan

7) Dzikir menjadi penyebab seseorang dibanggakan Allah di hadapan

para malaikat

e. Manfaat Dzikir

Adapun manfaat dzikir antara lain adalah:

1) Membuat ridha Allah dan mengusir syaitan

2) Mengembangkan kebajikan dan meningkatkan derajat,

3) Melapangkan dada dan meluaskan kubur,

4) Menjaga waktu dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin

5) Membantu bersifat tabah

6) Menjaga diri dari perasaan cemas, membuat wajah kelihatan berseri

dan berwibawa pada hari kiamat kelak (A1 Qarni, 1995).

f. Fungsi Dzikir
Menurut Frager (1999: 204) salah satu fungsi dzikir adalah untuk

membersihkan kotoran-kotoran hati seperti marah, dendam atau bermusuhan, dan

akan menguatkan hati serta menentramkan suasana hati seseorang sehingga tidak

mudah tegang, takut, atau gelisah. Dengan demikian efek psikologis dari banyak

berdzikir akan mampu mengikis perasaan-perasaan negatif yang dimiliki individu.

Shaleh Bin Ghanib As-Sadhan (1999: 3) menyebutkan beberapa fungsi

dzikir adalah sebagai berikut:

1) Mengalahkan, mengusir, menghancurkan setan

2) Menghilangkan rasa kegelisahan dan rasa susah di hati

3) Membuat hati menjadi tenang, damai, tentram, dan gembira

4) Dapat menghapus dan menghilangkan dosa-dosa

5) Dapat menyelamatkan seseorang dari kepayahan di hari kiamat

3. Lansia (Lanjut Usia)

Pada penelitian ini lanjut usia dibagi menjadi empat, antara lain pengertian

lansia, ciri-ciri lanjut usia, kondisi fisik dan psikologis lansia, dan karakteristik

lansia dan penjelasanya sebagai berikut:

a. Pengertian Lansia

Lansia adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan makluk hidup

yang memiliki siklus kehidupan menjadi tua yang diawali dari proses kelahiran

kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi tua

dan akhirnya akan meninggal (Partini, 2011:119).


Menurut Azizah (2011:15) menyatakan bahwa masa tua adalah masa

dimana orang pasti merasa puas dengan keberhasilanya. Tetapi bagi orang lain,

periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa

kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa

ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lansia bukanlah

kelompok yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada

orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia dalam konteks

eksitensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi kesempatan-

kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lansia

yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan

yang pasif dan pemberontakan, pendekatan dan keputusan. Lansia ini menjadi

terkunci dalam diri mereka sendiri dengan demikian semakin cepat proses

kemrosotan jasmani dan mental mereka sendiri.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan

proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiyah. Dimulai sejak lahir dan

umumnya dialami semua makhluk hidup(Azizah, 2011:18).

Dewasa ini, ilmuwan sosial memiliki spesialis dalam mempelajari proses

penuaan membagi menjadi tiga kelompok : lansia muda, lansia tua, dan lansia

tertua. Secara kronologis lansia muda merujuk pada orang berusia 60 sampai 74

tahun biasanya masih aktif, sehat dan kuat. Lansia tua berusia antara 75-84 tahun
sedangkan lansia tertua berusia 85 tahunkeatas, mungkin lebih rapuh dan

mengalami kesulitan untuk mengatur kehidupan sehari-harinya. Klasifikasi yang

berarti lebih adalah fanctional age, seberapa baik fungsi orang itu dalam hal fisik

dan lingkungan sosialnya dan dibandingkan dengan orang lain yang sama usia

kronologisnya (Papalia, 2009:336).

Santrock (2012:336) mnyebutkan bahwa beberapa ahli perkembangan

membedakan antara orang tua muda atau usia tua (usia 65-74 tahun) dan orang tua

yang tua dan usia tua akhir (75 tahun atau lebih). Secara pasti seseorang yang

telah memasuki masa lansia akan mengalami kemunduran kemampuan fisik dan

psikis.

Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan lansia untuk bergaul dengan

masyarakat luas, seiring dengan menurunya perhatian masyarakat luas terhadap

individu lansia maka perhatian dari lingkungan dekat pun semakin lama semakin

turun, maka akan berpengaruh pada diri pribadi lansia menjadi semakin komplek.

Sedangkan menurut Azizah (2011:18) mengatakan bahwa setiap orang yang

berhubungan dengan lansia adalah orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak

mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok

bagi kehidupanya sehari-sehari.

Kesimpulan dari beberapa pengertian lanjut usia, maka dapat disimpulkan

bahwa lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, dimana

secara perlahan mengalami kemunduran baik secara fisik maupun psikis yang

mengakibatkan kecemasan dan akhirnya akan mengalami sebeah kematian.

.
b. Ciri-Ciri Lanjut Usia

Harlock (2013:380) menjelaskan bahwa ada beberapa ciri lanjut usia,

sebagai berikut:

1) Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia yaitu menua, dimana perubahan-

perubahan tersebut dipengaruhi oleh struktur baik fisik maupun

mentalnya dan keberfungsianya. Seseorang akan menjadi semakin tua

pada usia lima puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir

enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik serta

mentalnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sikap

tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan

kehidupan pada umumnya yang bisa mempengaruhi pada psikologis

lansia. Maka dibutuhkan motivasi yang berperan penting dalam

kemunduran pada lansia. Seseorang yang memotivasi rendah akan

semakin memburuk lebih cepat daripada orang yang mempunyai

motivasi kuat dan sebaliknya.

2) Perbedaan individu pada efek menua

Orang menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai

sifat bawaan yang berbeda, latar belakang yang berbeda, dan pola

hidup yang berbeda. Ketika menghadapi masa pensiun, ada lanjut usia

yang beranggapan bahwa masa tersebut penuh dengan keberkahan,

keberuntungan. Akan tetapi ada lansia yang beranggapan bahwa masa

pensiun sebagai beban dalam hidupnya.


3) Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Dalam kebudayaan Amerika, terdapat banyak stereotipe orang

lanjut usia dan kepercayaan tradisional tentang kemampuan fisik dan

mental yaitu sebagai berikut:

a) Cerita rakyat dan dongeng, yang diturunkan dari generasi ke

generasi berikutnya, cenderung melukiskan usia lanjut yang

tidak menyenangkan.

b) Orang yang berusia lanjut sering diberi tanda dan diartikan

orang secara tidak menyenangkan berbagai media masa.

c) Berbagai humor dan canda yang berbeda juga menyangkut

aspek negatif orang lanjut usia dengan acara yang tidak

menyenangkan dan sebagian besar lebih menekankan

kebodohanya sebagai orangtua.

d) Pendapat yang dikenal masyarakat bahwa lanjut usia adalah pria

dan wanita dalam keadaan fisik dan mentalnya loyo, usang,

sering pikun, jalanya membungkuk, dan sulit hidup bersama

dengan siapapun.

4) Sikap sosial terhadap usia lanjut

Orang usia lanjut lebih merasa senang terhadap keadaan diri

mereka sendiri daripada pendapat dari kelompok lain tentang diri

mereka. Maka sikap sosial usia lanjut yang tidak menyenangkan

mempengaruhi cara mereka memperlakukan orang usia lanjut.


Pentingnya menghargai usia lanjut untuk memperlakukan dengan

hormat serta sopan.

5) Orang usia lanjut mmpunyai status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai

akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan kepada orang lanjut

usia dan diperkuat dengan pendapat-pendapat klise yang jelek

terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise seperti lansia lebih senang

mempertahankan pendapatnya daripada mendapatkan pendapat orang

lain.

6) Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai

mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan lansia sebaiknya

dilakukan atas dasar keinginanya sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan.

7) Penyesuain yang buruk pada usia lansjut

Perlakuan yang buruk terhadap orang usia lanjut membuat lansia

cenderung mengembangkap konsep diri yang tidak menyenangkan

dengan adanya perilaku yang buruk. Maka perlakuan itu menjadikan

sikap buruk pada penyesuaian diri.

8) Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada usia lanjut usia.

Status kelompok minoritas menekankan pada orang berusia

lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan untuk tetap muda

dan berusaha mempermudah ketika proses menua tampak.


c. Kondisi Fisik dan Psikologis Lansia

Saat individu memasuki usia lanjut, lansia mulai telihat gejala

penurunan fisik dn psikologis, menurunya intelektual dan lambatnya gerak

motorik.Menurut Santrock (2012:207)berpendapat bahwa lanjut usia

(lansia) telah memasuki tahap intergrity vs despair yaitu kemampuan lansia

mengatasi krisis psikososialnya. Perkembangan-perkembangan psikososial

masa dewasa akhir atau lansia ditandai oleh tiga gejala penting, antara lain:

1) Perkembangan keintiman

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.

Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan dengan orang lain

akan terisolasi. Pembentukan hubungan intim ini merupakan

tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa

dewasa akhir atau lansia.

2) Perkembangan generatif

Generatifitas adalah tahap perkembangan psikososial yang

dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika

seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai

jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak memandang

kehidupan dalam pengertian waktu untuk masa anak-anak seperti cara

anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan

tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini orang membangun
kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan

apa yang penting untuk dilakukan dengan waktu ang masih tersisa.

3) Perkembangan intergritas

Intergritas merupakan tahap perkembangan psikososial yang

terakhir. Intergritas paling tepat dilakukan sebagai suatu keadaan yang

dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang,

produk-produk, ide-ide serta setelah berhasil melakukan penyesuaian

diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupanya.

Lawan dari intergritasadalah keputusan tertentu dalam menghadapi

perubahan-perubahan siklus kehidupan individu (Santrock,2012:232).

Menurut Hurlock (2013:388) menjelaskan bahwa perubahan-

perubahan yang dialami pada lanjut usia sebagai berikut:

a) Perubahan kesehatan fisik

Salah satu perubahan pada lansia ialah terjadinya

degenaratif kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru,

saraf dan jaringan saraf lainya. Pada proses penuaan, lanjut usia

mengalami perubahan postur tubuh, rambut yang menjadi putih

juga menandai penuaan. Penuaan juga merubah sistem saraf,

yang menyebabkan atropi pada otak dan spriral cord.

b) Perubahan psikososial lansia

Pada umumnya seseorang yang telah masuk lanjut usia

akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga


mengalami perubahan psikososial yang berkaitan dengan

kepribadian lansia (Santrock, 2012:172).

c) Perubahan Psikis

Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya individual

difference lansia. Lansia memiliki kepribadian yang berbeda

dengan sebelumnya. Penyesuai diri pada lansia juga sulit karena

ketidakinginan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan

ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi (Hurlock,

2013:368). Keadaan ini cenderung berpoteni menimbulkan

masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara

khusus pada lansia.

4. Ketenangan Batin

a. Pengertian Ketenangan Batin

Ketenangan batin sikap yang tenang dalam menghadapi masalah apa

saja, baik yang terjadi itu sesuatu yang menyedihkan atau menyenangkan

baik datang dari fisik atau psikis (Nasution, 2002: 85). Hal ini sesuai

dengan firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan

berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan

terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (QS. Al-

Hadiid: 23)
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketenangan Batin

Menrut Zakiyah Darajat (1983: 15) Ada dua tipologi ketenangan

pada manusia yaitu manusia yang tenang jiwanya dan manusia yang

tidak tenang jiwanya :

1) Manusia yang tenang jiwanya merupakan merasakan kebahagian

dalam hidupnya. Ia menyadari bahwadirinya berguna, berharga dan

mampu menggunakan potensi dan bakat yang membuat dirinya dan

orang lain bahagia. Dengan kata lain orang yang tenang jiwanya tidak

akan ambisi memberikecintaan dunia yang akhirnya melupakan

tempat ia akan dikembalikan, merasa sombong, tinggi hati dan

bersifat apatis. Ia selalu menghargai orang lain, percaya diri dan

segala perbuatanya mengarah kepada kebaikan diri dan orang lain,

ilmu yang dimiliki senantiasa diamalkan, baik bagi dirinya maupun

orang lain.

2) Manusia yang tidak tenang jiwanya merupakan tingkatan tipologi

manusia yang paling ringan sampai yang paling parah dan dari orang

yang merasa terganggu ketenangannya sampai pada orangyang

mendapat kegilaan.

Menurut Zakiyah Darajat (1983: 17-23) dapat dilihat dari beberapa

segi yaitu:

a) Dari segi perasaan di antara gangguan perasaan yang disebabkan

karena tegangnya mental adalah rasa cemas,gelisah, iri hati, sedih,

merasa rendah diri, pemarah, bimbangdan ragu.


b) Dari segi pikiran gejala yang dapat dilihat yaitu sering lupa,tidak

bisa berkonsentrasi, kemampuan berfikir menurun sehingga

seolah-olah tidak cerdas lagi pikiranya buntu. Dari segi kelakuan

gejala yang ditampakan adalah adanya penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan sehingga menyebabkan orang lain

menderita.

Setelah mengetahui adanya dua tipologi manusia di atas, maka

faktor-faktor yang mempengaruhi ketenangan batin itu secara garis besar

ada dua:

1) Faktor Intern

Faktor ini meliputi faktor fiksik dan psikis pada diri seseorang

seperti keimanan dan ketaqwaan, sikap dalam menghadapi

problem hidup,keseimbangan dalam berdzikir, kondisi jiwa

seseorang dan sebagainya. Seseorang yang memiliki keimanan

dan ketaqwaan yang tinggiakan memperoleh ketenangan dan

kedamaian pada batinya dalam hidup. Bila menghadapi

problematika hidup ia akan menghadapi dengan sabar dan tidak

mudah putus asa, sehingga mampu secara luwes menyiapkan diri

dan menciptakan hubungan antara pribadi yang bermanfaat dan

menyenangkan.

Dengan demikian iman dan taqwa seseorang yang merupakan

faktor penting yang dapat membimbing jiwanya. Keimanan

merupakan titik pokok yang menjadi sumber kehidupan manusia,


iman itulah pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan

seorang. Keimanan kepada Allah akan membuat jiwa seorang

menjadi tenang dan tentram hatinya. Hal ini disebabkan iman

kepada Allah, dapat memberikan pengaruh yang sangat besar

pada jiwa seorang karena diyakininya dengan Maha segala-

galanya. Tempat orang menumpahkan segala rasa, baik cinta

maupun kekecewaan yang dialaminya.

2) Faktor Ekstern

Faktor Ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar

seorang seperti kondisi lingkungan, pendidikan dan keadaan ekonomi,

sosial serta faktor yang lain. Sebagaimana pendapat Zakiyah Darajat

(1990: 25) menyatakan bahwa sesungguhnya ketenangan hidup,

ketenangan jiwa atau kebahagian batin itu banyak tergantung pada

faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat

kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan

sikap mengahadapi faktor tersebut. Jika melihat pendapat tokoh di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa faktor intern itu lebih dominan

pengaruhnya dari faktor ekstern. Dengan alasan walaupun ketenangan

hidup dan ketenangan jiwa itu tergantung pada faktor-faktor dari luar,

namun lebih tergantung dari bagaimana cara dan sikap untuk

mewujudkan ketenangan batin dalam kehidupan sehari hari.

H. Penelitian Yang Relevan


Skripsi Amelia, Riana. Jurusan Bimbingan dan Penyeluhan Islam. Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pada tahun 2011. Penelitian ini berjudul “Metode Bimbingan Mental

Spiritual terhadap penyandang Masalah Tuna Susila Di Panti Sosial Karya Wanita

(PSKW) Mulya Jaya Jakarta”. Penelitian ini lebih terfokus pada bimbingan

mental spiritual pada penyandang tuna sosial di PKSW tersebut. Hasil penelitian

ini menyatakan bahwa bimbingan spiritual bermanfaat terhadap penyandang

masalah tuna susila. Perbedaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti

yaitu metode bimbingan keagamaan islam dalam meraih husnul khotimah pada

lansia.

Skripsi Dino, Eko. Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada tahun 2015. Penelitian ini berjudul “Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas

Dengan Kesiapan Lanjut Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan

Kecamatan Kartasura”. Hasil penelitian ini diketahui lansia yang siap dalam

menghadapi kematian memiliki tingkat spiritualitas dalam kategori baik.

Skripsi Avita, D.N. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang. Pada tahun 2010. Penelitian ini berjudul “Pengaruh

Kecerdasan Spiritual Terhadap Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Di

(UPT) Pelayanan Lanjut Usia Pasuruan. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa tingkat kecerdasan lansia dalam posisi sedang, kecerdasan spiritual

mempunyai pengaruh yang negatif ketika lansia merasa cemas akan datangnya

kematian.
Skripsi Lestari. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Fakultas Ilmu

Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun

2010. Penelitian ini berjudul “ Pelaksanaan Bimbingan Agama Pada Anak Yang

Berupaya Memecahkan Masalah Serta Mengembangkan Kecerdasan Spiritual.

Bimbingan tersebut bersumber pada Al-Qur’an, Hadist, Alam sekitar. Serta

menggunakan media yang lain seperti selebaran fotokopi dan waktu yang

digunakan setelah sholat dhuhur. Kesamaan dengan peneliti yang akan

dilaksanakan yaitu sama-sama bimbingan agama akan tetapi penelitian ini lebih

terfokus pda metode bimbingan keagamaan islam dalam meraih husnul khotimah

pada lansia.

Skripsi Lutfi, Qoyimah Sari. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

Fakutas Ushuluddin dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Pada

tahun 2016. Penelitian ini berjudul “Bimbingan Spiritual Dalam Mengatasi

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Aliansi Peduli Perempuan Sukowati Sragen.

Penelitian ini lebih terfokus pada bimbingan spritual untuk mengatasi perlakuan

kekerasan di aliansi sukowati sragen.

I. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir

Keterangan :

Mengingat lansia mengalami kemunduran secara fisik dan psikis sehingga

berpengaruh pada gangguan kesehatan dan lansia sendiri mengingat akan

kematian. Apakah mati dalam keadaan husnul khotimah atau tidak. Namun kerena

banyak faktor seperti kurang mendukungnya kondisi ekonomi, kurangnya waktu

yang diberikan oleh anak-anak yang sudah beranjak dewasa yang memiliki

kehidupan masing-masing atau karena faktor lainnya, banyak lansia yang

dititipkan ke panti jompo. Banyak juga lansia yang ditelantarkan bahkan sengaja

dibawa ke panti jompo karena alasan yang sepele. Alasan yang sepele itu adalah

anaknya tidak mau lagi merawat orang tuanya, orang yang lebih tua (diatas 60

thn) dianggap sebagai beban anak bahkan dianggap sudah tidak layak hidup.

Maka pembimbing akan mengarahkan supaya para lansia dalam sisa hidupnya

dapat memaknai hidupnya dan juga dapat meningkatkan spiritual didalam dirinya

sen
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah Surakarta yang beralamatkan di Jl.

Pajajaran Utara III No. 7. Telp. 0271 – 715805 Kel. Sumber, Banjarsari

Surakarta. 57138. Yang merupakan salah satu Panti Jompo milik swasta

yang berada di Surakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2017 - Juli 2017.

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research)

dengan pendekatan deskriptif kulitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu poses

yang dilakukanuntuk mencoba memahami tentang yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya presepsi, perilaku, motivasi, tindakan dengan deksripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa yang alamiah dan dengan metode alamiyah (Mungin,

2006:63).

Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu yang pertama

adalah menggambarkan dan mengungkap, dan yang kedua adalah

menggambarkan dan menjelaskan tentang bimbingan spiritual dengan dzikir

dalam meningkatkan ketenangan batin para lansia di Panti Jompo Aisyah

Surakarta. Pemilihan pendekatan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa data

yang hendak dicari adalah data yang menggambarkan. Di samping itu pendekatan

30
ini juga bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan penafsiran secara

mendalam dan natural tentang makna dari fenomena yang ada di lapangan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis akan mendeskripsikan bagaimana

pelaksanaan bimbingan spiritual dengan dzikir mampu meningkatkan ketenangan

batin pada lansia Di Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah

Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek seringkali disebut dengan penetuan sumber data, yakni menentukan

populasi guna memperoleh data yang diperlukan. Dalam pengumpulan data dari

sember data, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Sesuai dengan

namanya sampel diambil dengan maksud ataupun tujuan tertentu. Sesorang

ataupun sesuatu diambil sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang

atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya.

Populasi di Panti Jompo terdiri dari 30 orang Lansia, kemudian untuk

mendapatkan subjek maka minimal mengambil 10% dari banyaknya Populasi.

Sehingga didapatkan 4 orang subjek untuk diteliti. Adapun kriteria lansia yang

akan diteliti, yang pertama berumur 60-80 tahun, yang kedua sehat dan tidak

pikun, dan yang ketiga bisa beraktifitas normal.


D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Secara metodologis, penggunaan pengamatan atau observasi adalah untuk

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,

perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti

merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek penelitian sehingga

memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data (Moleong, 2009). Bentuk

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi

pasif, dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati tetapi

tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2007).

Observasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan menggunakan

pengamatan langsung di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan

daerah penelitian dan untuk melihat langsung permasalahan yang ada.

Dengan metode ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara obyektif

tentang bimbingan spiritual dengan dzikir di Panti Jompo Aisyah Surakarta.

Observasi yang dilakukan adalah mendiskripsikan bagaimana kegiatan bimbingan

spiritual yang dilakukan, dan pengamatan tentang kegiatan lain yang menunjang

keberhasilan bimbingan.

Observasi ini dilakukan pada 1). Situasi dan kondisi ruangan yang ditempati

lansia 2). Perilaku lansia sebelum dan sesudah melakukan bimbingan spiritual

dengan dzikir
2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer). Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi sumber data yang

utama. Sebagian besar data yang diperoleh melalui wawancara. Untuk itu

penguasaan teknik wawancara sangat mutlak diperlukan(Suharsimi Arikunto,

198).

Penulis menggunakan teknik wawancara terstruktur dan terbuka.

Wawancara terstruktur adalah mengikuti pedoman wawancara yang telah

ditentukan oleh penulis, dan tujuan wawancara biasanya untukmendapatkan

penjelasan tentang suatu fenomena. Sedangkan wawancara terbuka adalah

jawaban dari klien tersebut sama dengan jawaban asli dari si klien tersebut,

maksudnya klien akan menjawab secara terbuka dan dan menceritakan secara

detail.

Wawancara ini dilakukan kepada kepala Yayasan Panti Jompo, Perawat

atau Pembimbing dan Pada Lansia.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan

ketepatan pengamatan. Hal ini dilakukan untuk merekam pembicaraan dan juga

dapat merekam suatu perbuatan yang dilakukan oleh responden pada saat

wawancara (Nazir, 2003). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini


adalah berupa rekaman suara hasil wawancara dengan responden dan foto

responden ketika diberi bimbingan dzikir.

E. Teknik Keabsahan data

Keabsahan data adalah penyajian data yang didapatkan penelitian untuk

mengetahui apakah data tersebut kebenaranya dapat dipertanggungjawabkan atau

tidak (Moleong, 2007:324).

Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Adapun kriteria tersebut adalah derajat

kepercayaan, keterlibatan, ketergantungan, kepastian (Moleong, 2007:324).

Dalam hal ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber yang berarti

membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong,

2004:173). Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

sebagai perbandingan terhadap data itu.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang

terkumpul terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,

dukumen yang berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan

analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokan,


memberikan kode dan mengategorikanya. Berikut adalah langkah-langkah umum

yang dilakukan peneliti dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bagian dari proses analisa yang menegaskan,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemiian rupa sehingga kesimpulan dari penelitian dapat

dilakukan.

Reduksi data bagian analisa data berfungsi untuk mempertegas,

memperpendek, dan membuat fokus hal-hal yang penting dalam mengatur

sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukanuntuk penarikan kesimpulan

akhir. Proses tersebut berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian

misalnya saat mendapatkan data dari hasil pengamatan maupun wawancara

penulis hanya akan mengambil hal-hal yang penting dan fokus.

2. Penyajian Data

Tahap ini merupakan upaya untuk merakit kembali semua data yang

diperoleh dari lapangan. Data yang selama kegiatan diambil dan disederhanakan

dalam reduksi data. Kesimpulan tersusun yang memberikan kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data merupakan sebuah langkah atau cara untuk menyaring data

yang sudah terkumpul di lapangan. Data ng mempunyai tujuan untuk

mempermudah dan pemahaman data penelitian.


3. Penarikan Kesimpulan

Yaitu mencari benda-benda, mencatat keterangan yang merupakan

kesimpulan akhirdari penelitian. Proses analisa data dalam penelitian

menggunakan teknik analisis data interaktif yang terdiri dari tiga komponen

analisa datayaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses

ketiga komponen tersebut merupakan siklus reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan akan rangkain kegiatan analisa secara berurutan.

Dalam penelitian ini peneliti mengetahui sejak awal terhadap hal-hal yang

ditemui sehingga peneliti melakukan pencatatan. Dalam melakukan penarikan

kesimpulan penulis melalui proses reduksi data, penyajian data sehingga

kesimpulan dapat ditarik.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Letak Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

Panti Jompo Aisyiyah Surakarta terletak di Kelurahan Sumber,

Kecamatan Banjarsari tepatnya di Jalan Pajajaran Utara III No.7 Kotamadya

Surakarta. Lokasi Panti Jompo Aisyiyah Surakarta berbatasan dengan:

a. Sebelah Timur : berbatasan dengan SMK Bhineka Karya Surakarta.

b. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Sumber.

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan SMK N 5 Surakarta.

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Perumahan Klodran

2. Sejarah Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

Gedung pusat kegiatan penyantunan usia lanjut Aisyiyah Surakarta

adalah tanah waqaf dengan luas 579 M dari ibu Sukamtinah Karto Suwagnyo

yang berasal dari solo. Bagian PKU kota Surakarta berniat untuk memulai

pembangunan Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah

Surakarta yang membangun ialah dr. H. Istar Yuliadi Usman dengan dibangun

gedung ini dapat menghasilkan maanfaat bagi yang menempatinya.

Tepatnya pada tanggal 5 April 1989 peletakan batu pertama dimulai oleh

walikota yaitu bapak R. Hartomo dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak

Djarnawi Hadikoesumo. Selesai pembangunan pada tahap pertama pada tahun

37
1990 dengan menghabiskan biaya Rp. 51.970.000,- untuk tapap ke II

pembangunan ini dibantu oleh salah satu dermawan yang tidak mau disebutkan

namanya. Setelah selesai pembangunan tahap ke I langsung digunakan untuk

operasional penyantunan para lanjut usia non profit. Sebanyak kurang lebih

150 lanjut usia dan santunan beupa kebutuhan pokok sehati-hari, pengobatan

gratis setiap 3 bulan sekali.

3. Visi dan Misi Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

a. Visi Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah

Surakarta

Menjadikan Usia Lanjut Yang Bermakna Dan Bermartabat Menuju

Akhir Hidup Khusnul Khotimah.

b. Misi Gedung Pusat Kegiatan Penyantunan Usia Lanjut Aisyiyah

Surakarta

Berlatih Mandiri, Mensyukuri Nikmat Allah, Beraktifitas Dengan Ikhlas

Dan Gembira Istiqomah Dalam Beribadah Dzikir Dan Doa Tiada Henti.

4. Syarat Lansia Yang Masuk Ke Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

a. Warga Negara Indonesia (WNI)

b. Beragama Islam

c. Umur minimal 56 tahun keatas atau kemungkinan karena sesuatu bisa

dipantikan

d. Status janda atau tidak bersuami


e. Tidak cacat jasmani atau rohani

f. Masih bisa menolong dirinya sendiri

g. Surat keterangan dari dokter bahwa tidak mempunyai penyakit

h. Surat ijin dari keluarga maupun yang bersangkutan

i. Surat keterangan tidak mampu dari pamong desa (KL atau pamong desa)

j. Mengisi Formulir yang telah disediakan

5. Prosedur Pengajuan Permohonan Tinggal Di Panti Jompo Aisyiyah

Surakrta

a. Surat permohonan yang telah dilampiri persyaratan-persyaratan yang

telah ditentukan, diajukan kepada pengurus Gedung Pusat Kegiatan

Penyantunan Usian Lanjut Aisyiyah Surakarta.

b. Permohonan diseleksi oleh pengurus apabila memenuhi persyaratan yang

telah dilakukan akan dipanggil oleh pengurus.

B. Temuan Data

1. Hasil Temuan

a. Sasaran Bimbingan Dzikir Di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

Lansia yang kondisinya bisa beraktifitas dan sehat yang dapat

menunaikan ibadah shalat lima waktu dan bimbingan dzikir. Lansia yang

kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk shalat di mushola, bisa

dilakukan di kamarnya dengan niatan ingin shalat lima waktu. Tetapi jika

tidak memungkinkan lansia untuk duduk diperbolehkanya untuk tidur dan


dalam keadaan bersih. Ketika saya wawancara, penulis menanyakan tetang

siapa saja sasaran bimbingan dzikir, dan ibu Suparman menjawab:

“Iya, salah satunya yang bisa beraktifitas, mau ke muhola, terus yang
punya niatan, yang ingin belajar mengontrol dirinya” (S9.W9, 134-137)

Jadi yang mengikuti bimbingan dzikir ini lansia yang masih

beraktifitas, ada niatan, mau datang ke mushola dan yang ingin mengontrol

emosinya serta mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

b. Pelaksanaan Bimbingan Dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

Beberapa lansia yang masih sehat dan dapat beraktifitas normal

dapat mengikuti pelaksanaan bimbinngan dzikir di panti jompo Aisyiyah

Surakrta. Bimbingan dzikir ini diterapkan atau dilaksanakan setiap hari

setelah selesai shalat lima waktu. Berdasarkan wasil wawancara ibu

Suparman menjawab:

“Ya setiap hari selesai shalat lima waktu mbak” (S9.W9, 43-44)

Bimbingan dzikir tersebut diterapkan setiap selesai shalat lima waktu

Seperti yang ibu Suparman utarakan:

“Iya sehabis shalat, saya mengingatkan untuk melaksanakan


bimbingan dzikir. kita dzikir bareng mbak, saya didepan saya yang
memandu simbahnya lalu simbahnya mengikuti. Sebagian saja mbak
yang ikut tidak banyak”(S9.W9, 47-55)

Bimbingan dzikir ini untuk lebih mengingat Tuhan yang memberikan

kesehatan bagi lansia, memberikan ketenangan batin dan jiwa, dan dapat

memberikan rasa aman, damai, nyaman dan tentram di hati.


Jadi pelaksanaan bimbingan dzzikir di Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta adalah setiap selesainya shalat lima waktu lalu dibimbing oleh

pembimbing.

c. Tujuan bimbingan dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

Di setiap panti jompo yang ada di Surakarta pasti terdapat tujuan dari

bimbingan dzikir. Di Panti Jompo Aisyiyah juga ada tujuan dari bimbingan

dzikir.

Tujuan bimbingan dzikir pada lansia di Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta untuk dapat bisa mengontrol dirinya sendiri, untuk dapat bisa

memaknai hidup disisa waktunya, untuk bisa lebih mendekatkan diri pada

Sang Pencipta, untuk dapat menenangkan batin dan jiwa lansia. Penulis

menanyaan pada Ibu Suparman tentang tujuan bimbingan dzikir untuk apa

saja Kemudian Ibu Suparman menjawab:

“Tujuanya itu dapat membantu lansia mengontrol dirinyya sendiri,


dapat juga untuk menengankan batin pada simbahnya, dapat juga
untuk memaknai kehidupan dan bisa untuk lebih mendekatkan diri
dengan Sang Pencipta” (S9.W9, 100-109)

Jadi tujuan bimbingan dzikir tersebut supaya lansia dapat bisa

mengontrol diri, dapat memaknai kehidupan dan yang lebih utama adalah

cara mendekatkan diri kepada Allah.

d. Bacaan yang dibaca Lansia Saat Bimbingan Dzikir

Di panti jompo tersebut terdapat bacaan-bacaan yang dibaca oleh

pembimbing dan yang terbimbing (lansia). Penulis menanyakan tentang apa


saja bacaan yang dibaca oleh lansia ketika ansia diberikan bimbingan dzikir.

Seperti yang pertama Laa ilaha illallah 33 kali, yang kedua Subhanallah 33

kali, yang ketiga Astagfirullah 33 kali, yang keempat, Allahhuakbar 33 kali

yang kelima Alhamdulilah 33 kali, dan yang keenam Salawat 1kali. Seperti

yang diutarakan oleh ibu Suparman:

“Ya, laa ilaha illallah 33kali kali, subhanallah 33 kali,


alhamdulilah 33 kali , allahuakbar 33 kali , astagfirullah 33 kali ,
dan salawat mbak biasanya” (S9.W9, 90-95)

Jadi bacaan dzikir untuk lansia di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

adalah tahlil, tahmid, tasbih, dan lain sebagainya.

e. Respon Lansia Sesudah Melakukan Bimbingan Dzikir

Dari keempat subjek penulis, terdapat respon baik yang diperoleh

oleh lansia diantara lain, yang pertama jarang marah, ditunjukan bahwa

keempat subjek tidak keliatan marah, mengendalikan emosi. Yang kedua

adalah sabar menghadapi masalah, masalah dengan orang sekamar ataupun

dengan orang lingkungan. Seperti yang diutarakan oleh ibu Suparman:

“Alhamdulilah, sebagian kecil sudah bisa merasakan hal yang positif


misalnya jarang marah dan bisa mengendalikan diri ” (S9.W9, 113-
117)

Mereka menganggap semua penghuni panti adalah teman yang baik.

Yang ketiga adalah merasa optimis untuk menjalani hidup, tidak gampang

mengeluh, tidak gampang putus asa dikarenakan meraka yakin bahwa Allah

adalah penyelamat dunia. Yang keempat lebih lebih bisa mengontrol diri

dan lebih bisa menenangkan batinya karena ingat Allah.


Jadi respon lansia setelah dilakukanya bimbingan dzikir adalah lansia

jarang marah, merasa optimis,

f. Bimbingan dzikir untuk menenangan batin pada lansia di Panti

Jompo Aisyiyah Surakarta

Selanjutnya penulis menanyakan tentang bagaimana bimbingan

dzikir dapat menenangkan batin lansia, seperti yang ibu Suparman

utarakan:

“Iya mbak, dapat menenangkan batin, semisal lsalah satu lansia stress
dapat dilakukan dengan bimbingan dzikir terus menerus lansia akan
semakin mengurangi stress dan demi sedikit akan menjadi tenang batinya”
(S9.W9, 124-129)

Jadi bimbingan dzikir di panti jompo Aisyiyah Surakarta dapat

menenangkan batin pada lansia

C. Analisa Data

Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah

dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu

yang diperlukan dalam menolong kepada orang lain yang memerlukan

pertolongan (Kartini-Kartono, 1985:9). Seperti halnya di Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta bimbingan disana ialah sebuah pertolongan yang dilakukan oleh

perawat yang mempunyai keahlian khusus untuk mengurus simbah-simbah di

sana, serta menolong simbahnya. Seperti mengurus segala keperluan simbah,

memasak, mencuci (kalau simbahnya normal dan dapat beraktvitas mencuci

sendiri, kalau tidak ya dicucikan perawat. Tidak itu saja perawat juga memantau
dan mengawasi setiap simbah-simbah di panti yang sedang makan-minum, sholat,

mencuci senam pagi, belajar kreaktifitas (hanya yang bisa dan yang mau saja).

Takutnya kalau simbahnya kecapekan takut sakit juga. Seperti hanya setiap

simbah yang akan melakukan senam pagi (selasa dan jumat pagi jam 8) ditanyai

dulu, mau ikut senam atau tidak (yang masih normal dan masih bisa beraktifitas

saja). Biasanya senam untuk simbah-simbah itu yang mudah untuk dilakukan

seperti geleng kepala, anggukan kepala dan tangan keatas, kebawah, dan

kesamping dilakukan tiga kal gerakan. Keraktivitas simbah juga ada misalnya

menjahit taplak (bagi yang mau dan yang bisa).

Bimbingan dzikir adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang

yang mengalami kesulitan, baik lahirian maupun batiniah, yang menyangkut

kehidupan di masa kini ataupun di masa yang akan datang. Bantuan tersebut

berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual dengan maksud agar orang

yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitanya dengan kemampuan yang ada

pada disisinya sendiri melalui kekuatan iman dan takwa (Arifin, 1982:2). Berbeda

dengan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta yang memberikan bantuan berupa

pengajian, siraman rohani di waktu pagi (bagi yang bisa ke mushola). Pengajian

dapat memberikan suatu pencerahan atau solusi ketika simbah-simbah disini

empunya masalah tentang agama. Biasanya pengajian di luar diadakan setiap

minggu pagi di barat Panti Jompo Aisyiyah dan yang di mushola Panti diadakan

satu bulan sekali.

Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat Allah

SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal-lafal tertentu, baik yang dilafalkan


dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana

saja tidak terbatas pada ruang dan waktu. Said Ibnu Djubair dan para ulama

lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua

ketaatan yang diniatkan karena Allah SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah

tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yangdiniatkan

kepada Allah SWT (Askat, 2002:6). Sama halnya dengan Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta Dzikir disini adalah mengingat Allah Sang Maha Pencipta,

mengagungkan asma-asma-Nya dengan bacaa-bacaan tertentu. Biasanya simbah-

simbah disini ada dua dikir, dzikir sendiri dan dzikir bersama. Dzikir sendiri

adalah dzikir per individu yang dimaksud adalah dzikir di kamar sebelum tidur,

mendapat kesusahan, hatinya gelisah atau tidak tenang. Dzikir bersama (yang mau

saja) di mushola yaitu setelah melakukan sholat lalu mereka dibimbing untuk

berdzikir. Membaca takbir, tahlil, tahmid, tasbih setelah itu simbahnya membaca

doa-doasendii. Setelah selesai shalat simbah-simbah tidak banyak yang stay atau

tinggal di mushola untuk membaca Al-Qur’an, yang lainada yang masuk kemar

tidu kecapekan, ada yang liat televisi, ada yang ngobrol-ngobrol.

Ketenangan batin adalah sikap yang tenang dalam menghadapi masalah apa

saja, baik yang terjadi itu sesuatu yang menyedihkan atau menyenangkan baik

datang dari fisik atau psikis (Nasution, 2002: 85). Sama halnya seperti di Panti

Jompo Aisyiyah Surakarta. Simbah-simbahnya menghadapi masalah itu dengan

tenang, karena mereka yakin adanya Allah yang selalu setia membantunya. Di

Panti terseebut biasanya simbah-simbah juga memiliki berbagai masalah, tetapi

dengan selalu ingat Allah, yakin dengan Allah, akan diberi kemudahan dan jalan
keluar yang terbaik. Sedemikian rupa simbah disini yang berada di panti itu lebih

disiplin untuk ibadahnya, lebih taat kepada peraturan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis data penelitian, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Bimbingan Dzikir di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

diterapkan setelah selesai shalat limat waktu.

2. Adapun tujuan yang didapat bimbingan dzikir di Panti Jompo Aisyiyah

Surakarta yakni untuk dapat bisa mengontrol dirinya sendiri, untuk dapat

bisa memaknai hidup disisa waktunya, untuk bisa lebih mendekatkan diri

pada Sang Pencipta, untuk dapat menenangkan batin dan jiwa lansia

3. Bacaan dzikir lansia diberikan untuk lansia . Seperti yang pertama Laa ilaha

illallah 33 kali, yang kedua Subhanallah 33 kali, yang ketiga Astagfirullah

33 kali, yang keempat, Allahhuakbar 33 kali yang kelima Alhamdulilah 33

kali, dan yang keenam Salawat 1kali.

4. Lansia yang kondisinya bisa beraktifitas dan sehat yang dapat menunaikan

ibadah shalat lima waktu dan bimbingan dzikir

5. Bimbingan dzikir di panti jompo Aisyiyah Surakarta dapat menenangkan

batin pada lansia

46
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan antara lain:

1. Lansia Di Panti Jompo

a. Para Lansia diharapkan untuk lebih membuka diri, konikatif, dan tidak

minder ketika akan melakukan sebuah komunikasi

b. Para Lansia diharapkan selalu berdzikir karena brdzikir adalah salah satu

mendekatan kepada Allah.

2. Bagi perawat

a. Diharapkan adanya siraman rohani untuk lansia supaya dapat

meningkatkan ketenangan batin.

b. Diharapkan perawat lebih tanggap dan memantau lansia ketika ada

kegiatan didalam maupun didalam panti.

3. Bagi Penulis selanjutnya, diharapkan untuk mengeksplor terkait hal-hal

Pelaksanaan Bimbingan Dzikir Di Panti Jompo, karena lansia harus

mempunyai semangat hidup di sisa hayatnya dan bisa mengontrol dirinya

sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016),”Al-Ahzab” (diakses pada tanggal 11 April 2017)


[http://quran.com/33/41#]
Anonim, (2016),”Ar-Rad” (diakses pada tanggal 11 April 2017)
[http://quran.com/13/28#]
Alimul. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Al-Qarni, U. 1995. Obat Penyakit Hati. Jakarta: Gema Insani Press.
Ahsin, W. Al-Hafidz. (2010). Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah.
Ainur Rahim Faqih, (1983). Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta:
UII Press.
Amelia, Riana. (2011). Metode Bimbingan Mental Spiritual terhadap penyandang
Masalah Tuna Susila Di Panto Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya
Jakarta. Jakarta. Jurusan Bimbingan dan Penyeluhan Islam. Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Anas, A. (2003). Menguak Pengalaman Sufistik. Semarang: Pustaka Pelajar.
Arifin, H.M. (1982). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Golden Tayaran Perss.
Askat, Abu Wardah Bin. (2000). Wasiat Dzikir dan Doa Rasulullah SAW.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Avita, D.N. (2010). Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kecemasan
menghadapi kematian pada lansiadi UPT pelayanan lanjut usia Pasuruan.
Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Azizah. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Daradjat, Zakiyah. (1990). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Dino, Eko. (2015). Hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lanjut
usia dalam menghadapi kematian di desa pucangan kecamatan kartasura.
Surakarta. Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Farida.(2009). Bimbingan Rohani Pasien. Kudus: STAIN Kudus.
Faqih, Ainur Rahim. (2001). Bimbingan dan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta:UII Press.
Frager, R. (1999). The Sufi Psychology of Growth, Balance, and Harmony.
Wheaton: Theological Publishing House.
Hasyim, dkk. (2010). Bimbingan dan Konseling Religius.Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Hallen A, Dra, M.Pd. (2001). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.
Hellen, A M.Pd. (2002). Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Ciputat Pers.
Hurlock, E.B. (2013). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ibnu Qayyim. (1999). Terapi Penyakit dengan Al-Quran dan Sunnah. Jakarta:
Pustaka Amani.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. (2014). Faedah Dzikir Yang Menabjubkan. Jakarta:
Pustaka Ibnu’ Umat.
Imam, Gunawan. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jaya, Yahya. (1994). Spritualisasi Islam. Jakarta:Ruhana.
Katini Kartono. (1985). Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, Jakarta:
Rajawali,
Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Pers.
Katini Kartono. (1985). Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya. Jakarta:
Rajawali.
Lestari, (2010). Pelaksanaan bimbingan agama pada anak yang berupaya
memecahkan masalah serta mengembangkan kecerdasan spiritual.
Jakarta: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Fakultas Ilmu Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.
Lutfi, Qoyimah Sari. (2016). Bimbingan spiritual dalam mengatasi kekerasan
dalam rumah tangga di aliansi peduli perempuan sukowati Sragen.
Surakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Fakutas Ushuluddin
dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Moleong, Lexy J. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mu’innudinillah Basri Dr. H., Lc.M.A, (2008). Penuntun Dzikir dan Doa.
Surakarta: Indiva Media Kreasi.
Mungin, Burhan. (2006). Analisis data peneliyian kualitatif: Pemahaman Filsofis
dan Metodologis ke arah penguasaan Model aplikasi. Jakarta: Selemba
Humaika.
Nasution. (2002). Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Papalia. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba
Humaika.
Partini, Siti. (2011). Psikologi Lanjut Usia. Yoogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Prayitno, Erman Amti. Dasar-daras Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
RinekaCipta.
M. Solihin, R Anwar. (2002). Kamus tasawuf. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robert, H, Thouless. 2002. Pengantar Psikologi Doa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada Cet. Ketiga, hal. 165
Santrock, John W. (2012). Life Spant Development: Perkembangan Masa Hidup
edisi ketigablas. Jakarta: Erlangga.
Shaleh Bin Ghanim As-Sadhan. (1999). Doa Dzikir Qouli dan Fi’il (Ucapan dan
Tindakan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Solihin & Rosihon, Anwar. (2002). Kamus Tasawuf. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktek. hlm. 198.
Supardjo. H. (1999). Mengatasi Musibah dan Problem Kehidupan dengan
Kekuatan lman. Yogyakarta: Menara Mas Offset.
Syamsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi. (2014). Energi Dzikir. Jakarta:
Amzah.
Syukir, Asmuni. (1993). Dasar-dasar StrategiDakwah Islam. Surabaya: Al-
Ikhlas.
Yani, A. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
LAMPIRAN
Foto kegiatan di Panti Jompo

1. Ketika selesai shalat

Sebelum menunaikan ibadah shalat, para lansia yang sehat dan bisa

beraktifitas normal terlebih dahulu untuk wudhu, walaupun lansianya

sudah sepuh semua, jalanya lambat dan kalau berbicara suka tidak jelas

tetapi lansia berusaha dan mau menjalankan ibadah shalat mempunyai

semangat yang tinggi untuk bertahan hidup dan mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesudah mengambil air wudhu kemudian

mengambil posisi yang sudah disediakan di tempat mushola tersebut.

Seusai selesai shalat, pembimbing selaku Imam di mushola langsung

mengingatkan kepada lansia untuk berdzikir, berdoadan kadang-kadang

ada pengajian juga bersama di mushola juga. Adapun lansia lainya yang

setelah selesai shalat tidak ikut berdzikir dikarenakan factor capek. Tidak

banyak yang ikut sekitar 10 orang yang mengikuti bimbingan dzikir

tersebut. Meskipun begitu lansia yang mengikuti dan niat untuk diberikan
dzikir ini selalu mempunyai tekat semangat dan ingin mempelajari serta

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Salah satu lansia membaca Al-Qur’an

Salah satu lansia di Panti Jompo Aisyiyah tengah membaca al-quran di

mushola. Walaupun beliau sudah tua tetapi untuk belajar tentang agama

beliau sangat ingin mempelajari. Meskipun membacanya masih terbata-

terbata tetapi semangat lansia ini menggebu-nggebu. Padahal yang lain

masih dibawah beliau, masih iqro, adapula yang belum lancar baca iqro,

tetapi lansia yang tertera diatas telah membuktikan bahwa dia niat dan

mampu untuk membaca al-quran berkat bimbingan dan permbimbing

mushola..

3. Salah satu kegiatan di Panti tersebut


Salah satu kegiatan yang ada di Panti Jompo tersebut adalah senam

akupuntur. Senam ini tidak banyak yang ikut karena banyak lansia yang

tidak bisa kemana-mana, tidak bisa berjalan dengan normal, tidak bisa

duduk terlalu lama dan mudah kecapekan. Senam ringan ini dilakukan

setiap hari Selasa dan Sabtu pagi. Tujuanya untuk lansia biar badan

tidak kaku, terhindar dari stroke, dan menyehatkan badan. Senam

tersebut gerakan pertamanya adalah kedua tangan diatas, ditengah dan

dibawah lalu di arahkan ke samping kanan kemudian kesamping kiri.

Gerakan kedua tangan mengepal lalu digoyangkan. Gerakan ketiga

kepada digelengkan ke sebelah kanan dan kiri. Gerakan terakhir adalah

pernapasan. Setelah selesai para lansia boleh untuk istirahat.


Struktur Organisasi Panti Jompo Aisyiyah Surakarta

SUSUNAN PENGURUS GEDUNG PUSAT KEGIATAN

PENYANTUNAN USIA LANJUT ‘AISYIYAH SURAKARTA

Penasehat : 1. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota

Surakarta

2. Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Majelis

Kesejahteraan Sosial (MKS) Surakarta

Ketua : H. Istar Yuliadi, dr. M.Si

Wakil Ketua I : Ibu Hj. Fathoni

Wakil Ketua II : Ibu Hj. Sumedi

Sekertaris I : Drs. H.M Safrudin

Sekertaris II : Agus Setiawan, SE

Bendahara I : dr. Hj. Yulidarhafidh, Sp.A

Bendahara II : dr. Isye Kusumawardhani

Seksi Kerohanian : Ibu Hj. Sri Djumtari Wiyono

Ibu Hj. Sumedi

Seksi Kesehatan : dr. Isye Kusumawardhani

dr. M. Sigit W.P

drg. Hj. Tini Sutomo

dr. Indah Yulianto. Sp.K


dr. H. Sutomo Sudono, Sp. THT

Seksi Dana : Ibu Hj. Danarsih Santosa

Ibu. Hj. Srijanto

Ir. Susy Ahmady Suroso

dr. Hj. Siti Nurjanah, Sp. THT, MMR


TRANSKIP WAWANCARA
Lampiran 01.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S1, W1)
Nama : Ibu Hj. Sumedi
Umur : 55 Thn
Agama : Islam
Jabatan : Ketua Yayasan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta
Hari/tanggal : Rabu, 20 juni 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum buk? Opening (1-9)

Narasumber Waalaikumusalam mbak,


iya ada perlu apa mbak?
Peneliti Iya buk, ini saya Melisa
5. dari IAIN Surakarta datang
kesini untuk melakukan
penelitian disini buk
Narasumber Oh iya silakan mbak,
gapapa
10. Peneliti Saya mau tanya ibuk, Sejarah (10-
sejarah terbentuknya Panti 26)
Jompo ini bagaimana ya
buk?
Narasumber Intinya semua sudah ada
15. tertera di pamflet situ
mbak (memberikan
pamflet). Disini mah tanah
wakaf mbak, dari ibu
namanya Sukamtinah
20. Karto Suwagnyo Solo, lalu
munculah ide itu membuat
panti mbak, sekitar tahun
1989. Bangunan ini selesai
pada tahun 1990 yang
25. dihuni kurang lebih 150
lansia. Begitu mbak
Peneliti Oh jadi ini tanah wakaf ya Visi, Misi,
buk, saya mau tanya Syarat-syarat
tentang visi dan misi, (27-41)
30. syarat-syarat lansia yang
masuk kesini buk, di panti
ini buk?
Narasumber Di pamflet situ lengkap
mbak, ya disitu ada visi
35. dan misi, syarat-syarat
masuk panti, struktur
organisasi ada, ada fotonya
juga, serta prosedur
40. pengajuan pemohonan ada
mbak, lengkap lah
Peneliti Begitu ya buk, wah Kegiatan (42-
lengkap nggeh buk, ibuk 75)
disini kegiatanya apa saja
45. ya, terus ada bimbinganya
tidak buk, seperti apa
bimbinganya?
Nrasumber Banyak, ada senam
akupuntur ada simbah-
50. simbah energik banget,
ada kerajinan tangan yang
bisa dan masih kuat
(memperlihatkan taplak)
lalu sholat lima waktu
55. mbak di mushola bagi
yang bisa aktifitas normal,
pengajian, sesekali ada
pengajian di luar panti,
habis sholat itu ada yang
60. dzikir, ada yang ngaji
bareng, ada kultum,
nonton tv ada juga mbak.
Bimbingan disini ya kita
ngebimbinga lansia supaya
65. mandiri, supaya bertahan
hidup, memanfaatkan
hidup, mecari ridho Allah,
dapat hidup denagn aman
dan tentram tenang damai.
70. Disini ada dzikir juga
mbak tujuanya ingat
kepada Allah, mengurangi
kecemasan simbah,
meningkatkatkan
75. ketenangan.
Peneliti Banyak ya buk,
alhamdulillah simbahnya
masih bisa beraktivitas
normal, itu tujuan
80. bimbingan dzikir ya buk,
alhamdulilah, semoga
simbahnya sehat terus buk,
amin
Narasumber Amin mbak, Insyaallah
85. sehat semua mbak
Peneliti Kalau perawatnya itu siapa Tugas Perawat
saja dan tugasnya ngapain (86-102)
saja buk?
90. Narasumber Ada 7 orang mbak, yang
satu cuti hamil. Ya
tugasnya masak buat
simbah, mandiin, ganti
popok itu yang di bangsal
95. isolasi (yang tidak
beranjak dari tempat
tidur), nyuci, ngepel,
banyak mbak. Kadang-
kadang perawat nginep
100. disini, kan shift-shiftan
mbak, jadinya harus ada
yang jaga simbahnya
Peneliti Oh begitu nggeh buk, Closing (103-
terimakasih sudah 204)
105. diperbolehkan wawancara
dengan ibuk, sekiranya itu
dulu ibuk, terimakasih
ibuk
Narasumber Iya mbak gapapa, jangan
200. bosan-bosan kesini yah
(dengan tersenyum)
Peneliti Assalamualaikum buk
Narasumber Waalaikumusalam mbak
melisa
Lampiran 02.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S2, W2)
Nama : Mbak AR
Umur : 27 Thn
Agama : Islam
Jabatan : Perawat Yayasan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta
Hari/tanggal : Rabu, 20 juni 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum mbak Opening (1-9)
Narasumber Waalaikumusalam mbak,
ada perlu apa ya?
Peneliti Saya Melisa dari IAIN
5. Surakarta, mau wawancara
sama mbak perawat, bisa?
Narasumber Iya gapapa mbak,
mumpung ini jam istirahat
saya, silakan
10. Peneliti Saya mau tanya mbak Interaksi
interaksi yang terjalin (komunikasi)
antara mbak dengan (10-19)
simbah bagaimana?
Narasumber Lancar kadang tapi ya
15. agak jengkel juga sih kan
simbahnya ada yang sudah
pikun, kurang
pendengaran, ya kita mung
bisa mendengar.
20. Peneliti Oh begitu mbak, berarti Metode dan
kadang lancar kadang Media (20-32)
tidak, oh ya mbak lalu
metode dan media apa
yang digunakan untuk
25. pendampingan bimbingan?
Narasumber Ya kita pendekatan dulu
mbak, menyesuaikan
dengan keadaan
simbahnya juga, ya harus
30. sabar, telaten, peka la
mbak, kalau tidak begitu
kasian simbahnya.
Peneliti Wah harus sangat ekstra Sikap
banget nggeh mbak, lalu Pembimbing
35. sikap pembimbing dalam (33-47)
memberikan bimbingan
spiritual itu seperti apa
mbak?
Narasumber Ya pertama harus ramah la
40. sama simbah, yang kedua
ikhlas (simbah bilang apa
ya kita denger), tidak
boleh marah dan
menggertak simbah
45. dikarenakan simbah
sukanya murung, mesrasa
dirinya itu tidak penting.
Peneliti Lantas bekal apa yang Bekan yang
diberikan terhadap simbah diberikan (48-
50. mbak? 55)
Narasumber Ya dikasih motivasi, diberi
dukungan dan bimbingan
serta pengarahhan yang
mengarah tentang mandiri,
55. dan bertahan hidup
Peneliti Lantas penerapan bimbingan Penerapan
spiritual dengan dzikir Bimbingan (56-
bagaimana mbak? 61)
Narasumber Alhamdulilah penerapanya
60. cukup bagus mbak,
dibimbing terus
Peneliti Terimakasih banyak infonya
mbakk, mungkin ini sudah Closing (62-67)
65. cukup datanya mbak, saya
pamsumberit dulu nggeh
Narasumber Iya mbak, sama-sama
Lampiran 03.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S3, W3)
Nama : Mbak AT
Umur : 27 Thn
Agama : Islam
Jabatan : Perawat Yayasan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta
Hari/tanggal : Rabu, 20 juni 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum mbak Opening (1-7)
Narasumber Waalaikumusalam mbak,
ada perlu apa?
Peneliti Saya Melisa mbak dari IAIN
5. Surakarta, mau wawancara
mbak, boleh?
Narasumber Boleh mbak, silakan
Peneliti Saya mau tanya mbak, Interaksi (8-
bagaimana interaksi anda 16)
10. dengan simbah disini?
Narasumber Ya kadang lancar, ya kadang
ada yang diajak ngobrol itu
malah muter-muter,
namanya ya sudah sepuh,
15. pendengaranya kurang baik
atau penurunan mbak
Peneliti Oh begitu mbak, kalau disini Metode dan
metode dan media yang Media (17-27)
digunakan untuk
20. pendampingan bimbingan
bagaimana mbak?
Narasumber Ya metode nya kita face to
face mbak, pendekatan
dengan simbah, penyesuaian
25. dengan simbak, komunikasi
yang baik, media ya ngobrol
saja
Peneliti Lantas sikap pembimbing Sikap
dalam memberikan Pembimbing
30. bimbingan spiritual dengan (28-34)
dzikir itu bagaimana mbak?
Narasumber Ya sikapnya ramah dengan
simbah, tidak boleh marah,
ngebentak, harus sopan,
35. harus peka
Peneliti Kalau bekal yang diberikan Bekal yang
simbah untuk hidup mandiri diberikan (36-
apa mbak? 45)
Narasumber Ya dikasih tau atau
40. pengarahan ke simbah
tentang hidup sendiri
dipanti maksudnya dalam
aktifitas sehari-hari yang bisa
45. jalan atau normal (lansia)
Peneliti Wah seperti bimbingan ya Penerapan
mbak, lalu penerapan Bimbingan (46-
bimbingan spiritual dengan 51)
dzikir bagaimana mbak?
50. Narasumber Penerapanya ya dibimbing
oleh perawat mbk
Peneliti Begitu mbak, terimakasih Closing (52-56)
atas informasinya, ini sudah
cukup mbak, terimakasih
55. sangat ya
Narasumber Iya sama-sama mbak
Lampiran 04.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S4, W4)
Nama : Ibu IN
Umur : 37 Thn
Agama : Islam
Jabatan : Kepala PerawatYayasan Panti Jompo Aisyiyah Surakarta
Hari/tanggal : Rabu, 20 juni 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum ibuk Opening (1-7)
Narasumber Waalaikumsalam mbak
Peneliti Saya melisa dari IAIN
Surakarta, saya mau
5. wawancara dengan ibuk,
bisa?
Narasumber Boleh mbak, silakan
Penelitii Terimakasih ibu, saya mau
bertanya interaksi ibuk
10. dengan simbah
bagaimana?
Narasumber Iya kalau interaksi ya Interaksi
harus sabar, kudu murah (komunikasi)
senyum, selama ini saya (8-15)
15. kerja lancara-lancara saja
Peneliti Lalu metode dan media Metode dan
yang digunakan untuk Media (16-30)
pendampingan bimbingan
bagaimana buk?
20. Narasumber Saling pendekatanlah,
kalau sudah dekat dan
nyaman pasti mbahnya
enak diajak bicara, terus
enaknya tuh simbahnya
25. suka diajak ngobrol
dikarenakan diam saja
dikamar, ada sih yang di
kamar tidur, liat televisi
kan didalam satu bangsal
30. ada satu televisi
Peneliti Jadi dengan cara Sikap
pendekatan ya buk, lalu Pembimbing
sikap pembimbing dalam (31-42)
memberikan bimbingan
35. spiritual itu bagaimana?
Narasumber Ya sikapnya harus baik ,
terus tidak boleh
ngebentak, tidak boleh
marah-marah, murah
40. senyum, perhatian, harus
sabar juga kalau misalnya
simbah mau minta apa-apa
Peneliti Lantas bekal yang akan Bekal yang
diberikan untuk simbah diberikan (43-
45. supaya bisa mandiri? 53)
Narasumber Bekalnya ya harus mandiri
maksudnya kita memberi
motivasi untuk bertahan
hidup, untuk bisa belajar
50. sendiri, untuk aktifitas
sendiri untuk lansia yang
normal dan masih bisa
beraktifitas sendiri
Peneliti Lantas penerapan Penerapan
55. bimbingan spiritual Bimbingan
bagaimana buk? (54-68)
Narasumber Ya sekali dua kali dalam
sebulan di aula atau di
mushola, kita beri
60. bimbingan dan arahan
serta motivasi yang
mengarah kepada hal yang
baik, walaupun simbahnya
agak budek sama agak
65. pikun tapi saya bangga
karena semangat mereka
untuk tetap bertahan hidup
itu sungguh luar biasa
Peneliti Wah sungguh luar biasa ya Closing (69-
70. simbah-simbah disini, 77)
saya salut buk, ingin
nangis buk, terimakasih
ibuk, waktunya untuk
wanwancara, terimakasiih
75. sangat buk
Narasumber Sama-sama mbak, jangan
bosan main kesini ya

Lampiran 05.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S5, W5)
Nama : Ibu SR
Umur : 72 Thn
Asal : Semarang
Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum ibuk Opening (1-7)
Narasumber Waalaikumusalam mbak, ada
perlu apa ya?
Peneliti Saya melisa bu dari IAIN
5. Surakarta ingin melakukan
wawancara dengan ibuk,
boleh?
Narasumber Boleh mbak wawancara apa Perkenalan (10-
mbak? Saya namanya ibu Sri 18)
10. (SR) asalnya dari semarang
tapi dulu ikut suami ke
kalimantan saya pensiunan
PNS mbak, lalu beliau
meninggal saya lansung balik
15. ke semarang terus anak-anak
saya tidak tahu kemana, terus
saya ke solo ke tempat teman,
nah dari situ saya di panti ini
Peneliti Wah ibuk alumni Pns ya, hebat Masalah (19-26)
20. buk, Saya mau bertanya sama
ibuk permasalahan apa saja
yang pernah dialami ibuk?
Narasumber Iya dulu masalah kamar mbak,
masalah lingkungan di panti,
25. masalah selisih sama penghuni
juga
Peneliti Oh begitu ya buk, ibuk sering Menanyakan
gelisah atau hatinya tidak gelisah (27-41)
tenang?
30. Narasumber Ya dulu saya pernah gelisah,
masalah penyesuaian diri
terhadap lingkungan kalau
dirumah mah kasurnya gede 2
kali lipat dari ini, la disini kecil
35. saya ppernah jatuh 2 kali lo
mbak, gara-gara kekecilan.
Peneliti Lalu yang dilakukan ibu saat
gelisah atau batinya tidak
tenang apa buk?
Narasumber Iya ibuk suka ikut pengajian,
40. berdoa, sholah, dzikir, baca-
baca mbak
Peneliti Sering tidak buk melalukan Tentang Dzikir
dzikir? (42-58)
Narasumber Ya sering mbak
45. Peneliti Biasanya dzikirnya apa buk?
Narasumber Ya takbir itu 33 kali, tahmid 33
kali, tahlil 33 kali. Saya punya
catetan tapi di bawa mbak
perawat
50. Peneliti Setelah melakukan dzikir yang
dirasakan apa buk?
Narasumber Ya alhamdulilah plong, tenang,
nangis aku mbak, taubat,
tentram
55. Peneliti Apa dengan dzikir dapat
menenangkan batin bu
Narasumber Iya nu mbak, saya tenang
karena adanya Allah
Peneliti Oh begitu ya buk, terimakasih, Closing (59-54)
60. mungkin ini sudah cukup
infonya buk, terimakasih
sangat ibuk
Narasumber Sama-sama mbak, jangan
bosenke sini ketemu saya ya
Lampiran 06.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S6, W6)
Nama : Ibu AN
Umur : 69 Thn
Asal : Surabaya
Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum ibuk Opening (1-9)
Narasaumber Waalaikumusalam mbak,
ada apa ya?
Peneliti Saya melisa dari IAIN
5. Surakarta mau wawancara
ibuk
Narasumber Iya mbak gapapa kok, saya
malah senang bisa diajak
ngobrol
10. Peneliti Ibuk saya mau bertanya Masalah (10-
permasalahan apa saja yang 29)
pernah ibu alami di panti ini?
Narasumber Ya dulu pernah sekali mbak,
saya mau ke pasar toh tapi
15. diam-diam tanpa
sepengetahuan dari panti,
saya ke pasar sendiri mbak
naik ojek dari kelurahan
depan situ mbak. Disitu
20. (kelurahan) ada tukang
parkir baik sangat sama saya
mbak, dicarikan ojek sampai
ak tiba disana ojeknya
nunggu saya mbak. Pas di
25. pasar saya Cuma beli jajanan
pasar tapi pas pulang aku
ketahuan mbak sama salah
satu perawat panti, saya
dimarahi mbak
30. Peneliti Owalah begitu ya buk, Menanyakan
(sambil senyum saya Gelisah (30-40)
menanyakan lagi), ibuk
sering merasa gelisah atau
batinya tidak tenang
35. Naasumber Penah mbak, ketika anak
saya tidak datang dan dulu
pernah lupa, tapi pas
kemarin lebaran anak saya
kesini tapi sendiri mbak, naik
40. sepeda motor
Peneliti Jika ibuk gelisah atau batin
ibuk tidang tenang, apa yang
ibuk lakukan?
Narasumber Ya saya berdoa, berdzikir
45. pada Allah
Peneliti Alhamdulillah, kalau begitu, Tentang Dzikir
seberapa sering ibuk (46-63)
berdzikir?
Narasumber Ya sering mbak, selesai
50. sholat terus mau tidur
Peneliti Bacaanya apa saja buk?
Narasumber Ya allahu akbar,
alhamdulillah, subhanallah,
astagfirullah, laa illaa ha
55. illallah, shalawat nariyah
Peneliti Terus yang ibuk rasakan
setelah dzikir bagaimana?
Narasumber Ya tenang, tentram, plong,
nangis mbak saya
60. Peneliti Terus apa dengan dzikir itu
dapat meningkatkan batin
anda?
Narasumber Ya alhamdulillah mbak, habis
dzikir itu lega banget
65. Peneliti Terimakasih sangat ibuk atas Closing (65-68)
informasinya, ini sudah
cukup
Lampiran 07.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S7, W7)
Nama : Ibu HT
Umur : 62 Thn
Asal : Nusukan
Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum bu Opening (1-7)
Narasumber Waalaikumusalam, ada apa
ya?
Peneliti Saya melisa dari IAIN
5. Surakarta ingin wawancara
ibuk boleh?
Narasumber Iya boleh mbak
Peneliti Saya mau betanya, Masalah (8-19)
permasalahan yang pernah
10. anda alami di panti ini?
Narasumber Ya masalahnya saya kurang
bisa beradap tasi mbak
awalnya dulu itu, saya akui
pendengaran saya juga
15. kurang, tapi saya berusaha
untuk bisa mendengarkan
dengan baik. Toh namanya
juga udah tua (sambil
tersenyum)
20. Peneliti Oh begitu ibuk, terus ibu Menanyakan
pernah tidak merasakan Gelisah (20-43)
gelisah?
Narasumber Sering mbak, waktu awal
dulu waktu belum disini,
25. saya dan saudara saya
tinggal di surabaya, saya
masih sendiri mbak, yang
lain sudah mempunyai
pasangan, setelah itu saya
30. pulang ke solo untuk
bertemu ibuk, dan setelah
ibuk saya meninggal, kakak
laki-laki saya punya ide kalau
saya mau dititipkan di panti.
35. Saya mau mbak, kalau
dipanti kan di pantau terus,
nah pas di panti awal-awal
saya gelisah kalau tidak ada
teman mbak
40. peneliti Oh terus yang dilakukan ibu
saat gelisah bagaimana ibuk?
Narasumber Ya saya ngaji-ngaji mbak,
dzikir
Peneliti Seberapa sering ibuk Tentang Dzikir
45. berdzikir? (44-62)
Narasumber Ya setiap kali saya gelisah
Peneliti Dzikirnya apa saja buk?
Narasumber Ya cuma allahu akbar,
alhamdulillah, subhanallah,
50. astagfirullah, laa illaa ha
illallah
Peneliti Habis dzikir biasanya yang
dirasakan oleh ibuk apa buk?
Perasaanya bagaimana ibuk?
55. Narasumber Ya tenang mbak hati saya,
batin saya, tentram rasanya
Peneliti Apa dengan dzikir dapat
meningkatkan ketenangan
batin buk
60. Narasumber Ya tentu karena Allah ada
untu saya, untuk semua
makluk hidup mbak
Peneliti Jadi dapat meningkatkan ya Closing (63-67)
buk, alhamdulillah kalau
65. begitu, terimakasih sangat ya
buk atas infonya
Narasumber Iya mbak, sama-sama
Lampiran 08.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S8, W8)
Nama : Ibu SPI
Umur : 61 Thn
Asal : Purwodadi
Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti assalamualaikum Opening (1-8)
Narasumber Waalaikumusalam, ada perlu
apa mbak?
Peneliti Saya melisa dari IAIN
5. Surakarta, saya mau
wawancara ibu, boleh?
Narasumber Boleh mbak, silakan saja
gapapa kok
Peneliti Terimakasih buk atas Masalah (9-25)
10. waktunya, ibu permasalahan
apa yang pernah ibuk alami
di panti ini?
Narasumber Kalau awalah sih ya
15. penyesuaian dengan
lingkungan panti ya mbak,
dengan penghuni lain, ingin
itu, ini. Dulu mbak saya
masuk disini tuh ceritanya
20. minta tolong sama penyiar
radio untuk dicarikan panti,
karena didesa saya kesepian,
saya masih sendiri lo.
Akhirnya dapat juga di panti
25. sini mbak
Peneliti Owalah ceritanya yang nyari- Menanyakan
nyari itu tim daari radio ya Gelisah (26-31)
buk, pernah merasakan
gelisah buk?
30. Narasumber Ya pernah mbak, dulu tapi
sekarang tidak
Peneliti Terus yang dilakukan ibuk
saat gelisah?
Narasumber Ya saya berdzikir mbak,
35. berdoa kepada Allah, baca
alquran
Peneliti Sering tidak ibuk berdzikir? Tentang Dzikir
(37-61)
Narasumber Ya secukupnya, setiap habis
sholat
40. Peneliti Biasanya ibuk dzikir apa?
Narasumber Ya tasbih tuh, sholawat,
doa-doa. Sebelum tidur
wudlu dulu terus baca surah
al-mulk, al-falq, an-nas, ayat
45 kursi
Peneliti Owalah banyak ya buk,
lantas yang dirasakan oleh
ibuk setelah berdzikir
bagaimana buk?
50. Narasumber Ya tenang, tentram, nyaman,
aman, karena Allah ada,
terus kalau di tempat tidur
langsung merem
Peneliti Lansung tidur buk, lalu
55. dengan dzikir ini apakah
dapat meningkatkan
ketenangan batin ibuk?
Narasumber Iya tentu mbak, bukan hanya
dzikir saja, sholat pun juga,
60. karena Allah ada dan
menjaga kita mbak
Peneliti Wah saya kagum dengan Closing (62-67)
ibuk, terimakasih atas
waktunya dan informasinya,
65. mungkin itu dulu ibuk,
terimakasih banyak
Narasumber Iya sama-sama mbak
Lampiran 09.
Laporan Hasil Wawancara Satu (S9, W9)
Nama : Ibu SPA
Umur : 68 Thn
Asal : Wonogiri
Hari/tanggal : Selasa, 11 Juli 2017

No. Pelaku Verbatim Main Tema


1. Peneliti Assalamualaikum bu Opening (1-7)
Narasumber Waalaikumsalam mbak, ada
perlu apa ya?
Peneliti Saya melisa dari IAIN
5. Surakata, mau wawancara
ibu, bisa?
Narasumber Iya bisa mbak, silakan
Peneliti Terimakasih buk atas Menanyakan
waktunya, saya ingin Kerja dan
10. menanyakan ibu disini berapa lama (8-
sebagai apa dan sudah 16)
berapa tahun kerja disini?
Narasumber Saya sebagai ahli gizi dan
pembimbing mbak, yang
15. mengolah makanan dan
yang ngebimbing simbah
dan saya disini kurang lebih
15 tahun
Peneliti Em, jadi ibu yang mengolah Menanyakan
20. makanan simbah-simbah ibadah simbah
disini dan yang ngebimbing (17-28)
ibu, wah sudah lama ya
ternyata, lalu saya mau
menanyakan tentang ibadah
25 simbah-simbah disini itu
bagaimana bu?
Narasumber Ya yang bisa aktivitas
normal, masih bisa jalan, ya
di mushola kalau yang tidak
30 bisa di kamar, tapi kita tidak
bisa mantau mbak kalau itu
Peneliti Biasanya sehabis shalat yang Sehabis Shalat
dilakukan oleh simbah- Ada Bimbingan
simbah apa bu? Dzikir (31-36)
35 Narasumber Ya saya ngebimbing
simbahnya, dzikir bareng,
berdoa bareng, membaca al-
quran dan iqro yang bisa dan
kadang-kadang saya
40 memberikan tausyiah
Peneliti Pelaksanaanya bimbingan Menanyakan
dzikir itu kapan bu? Pelaksanaan
bimbingan (35-
39)
Narasumber Ya setiap hari selesai shalat
lima waktu mbak.
45. Peneliti Seperti apa bu bimbingan
dzikirnya?
Narasumber Iya sehabis shalat saya
mengingatkan untuk
melaksanakan bimbingan
50. dzikir. kita dzikir bareng
mbak, saya didepan saya
yang memandu simbahnya
lalu simbahnya mengikuti.
Sebagian saja mbak yang ikut
55. tidak banyak
. peneliti Mbahnya mungkin Menanyakan
kecapekan bu, soalnya tentang
mereka tidak kuat ubtuk bimbingan Al-
yang lama-lama, inginya qur’an (50-62)
60. istirahat terus. Kalau
membaca al-quran juga
masih dibimbing atau
gimana bu?
Narasumber Ya masih dibimbing mbak
65. sampai bisa, yang iqro
sampai bisa, yang belum bisa
iqro juga diajarin, yang
sudah al-quran juga diajarin
juga.
70. Peneliti Owalah gitu to buk,
namanya juga sudah tiyang
sepuh, sudah tidak kuat
untuk banyak pikiran. Oh ya
bu berarti pelaksanaan
75. bimbingan dzikir itu hanya
dilakukan setiap hari saja ya
bu?
Narasumber Iya mbak, tapi kalau yang
shalat untuk yang malam
80. bukan saya yang ngimami
sama ngebimbing tapi ada
bapak namanya (S) tapi
beliau juga ngebimbing dzikir
saja.
85. Peneliti Owalah kalau yyang malam
bapak-bapak ya bu, jadi Menanyakan
sebagian lansia disini masih Bacaan Dzikir
aktif ya bu, kalau bacaan (85-95)
dzikir itu apa saja bu?
90. Narasumber Ya, laa ilaha illallah
33kali kali, subhanallah
33 kali, alhamdulilah 33
kali , allahuakbar 33 kali ,
astagfirullah 33 kali , dan
95. salawat mbak biasanya.
Peneliti Oh semua 33 nggeh bu,
terus kalau tujuan diadakan Menanyakan
bimbingan dzikir itu untuk Tujuan
apa saja? Bimbingan
100. Narasumber Tujuanya itu dapat Dzikir (96-109)
membantu lansia
mengontrol dirinyya sendiri,
dapat juga untuk
menengankan batin pada
105. simbahnya, dapat juga untuk
memaknai kehidupan dan
bisa untuk lebih
mendekatkan diri dengan
Sang Pencipta.
110. Peneliti Oh bagaimana respon dari
lansia setelah mendapatkan
Respon Lansia
bimbingan dzikir bu?
Narasumber (110-117)
Alhamdulilah, sebagian kecil
sudah bisa merasakan hal
115. yang positif misalnya jarang
marah dan bisa
mengendalikan diri.
Peneliti Lalu apa dengan adanya
bimbingan dzikir dapat
120. menenangkan batin lansia?
Narasumber Iya mbak, dapat
menenangkan batin, semisal
lsalah satu lansia stress
dapat dilakukan dengan
125. bimbingan dzikir terus
menerus lansia akan
semakin mengurangi stress
dan demi sedikit akan
menjadi tenang batinya.
130. Peneliti Bererti yang dibimbing dzikir
itu hanya lansia yang masih
beraktifitas normal saja ya
bu?
Narasumber “Iya, salah satunya yang bisa
135. beraktifitas, mau ke muhola,
terus yang punya niatan,
yang ingin belajar
Peneliti mengontrol dirinya”
Cara pelaksanaan bimbingan
140. dzikir bagaimana ibu?
Dipandu atau dibimbing
oleh seorang pembimbing
mak, ya saya sendiri.
Kemudia semua mengikuti
145. bicara saya dengan
memohon minta ampunan
Gambar 1.1 Depan Panti Jompo

Gambar 2.2 Wawancara salah satu dengan Perawat

Gambar 2.3 Wawancara dengan salah satu lansia

Anda mungkin juga menyukai