Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Lobster Air Tawar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEKNOLOGI PERBENIHAN
“Lobster air tawar”

Oleh Kelompok 1 :
Putra kurniawan 16051102003
Novelia Pangalila 16051102016
Adieng Datangmanis 16051102019
Vily Dozen Parenta 17051102009
Maria Sumah 17051102027
Tiara Utami 17051102004
Fatmawati 17051102017

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa

atas rahmat dan hidayah-Nya makalah dengan judul “Teknologi Pembenihan

Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)” dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi

Pembenihan. Penulis mengucapkan banyak - banyak terima kasih kepada semua

teman – teman Program Studi Budidaya Perairan dan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah. Disadari oleh penulis bahwa

dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, namun biarlah kekurangan – kekurangan itu tidak mengurangi makna

dari makalah ini. Dan untuk itu penulis menghargai adanya suatu kritik dan saran

yang bersifat membangun.

Manado, 22 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1. Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) .................... 2
2.2. Klasifikasi Lobster Air Tawar .............................................................. 3
2.3. Keunggulan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ............... 4
2.4. Karakteristik Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) .............. 5
2.5. Siklus Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ............... 6
2.6. Reproduksi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ................. 7
2.7. Teknik Pembenihan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ... 9
2.7.1. Pemilihan Lokasi ............................................................................. 9
2.7.2. Persiapan Wadah .......................................................................... 10
2.7.3. Shelter/Perlindungan .................................................................... 11
2.7.4. Penyediaan Indukan ..................................................................... 12
2.7.5. Seleksi Indukan Berkualitas ........................................................ 13
2.7.6. Pemeliharaan Indukan ................................................................. 14
2.7.7. Pemijahan Indukan....................................................................... 15
2.7.8. Penetasan Telur ............................................................................. 15
2.7.9. Pemeliharaan Larva...................................................................... 17
2.7.10. Hama Dan Penyakit ...................................................................... 18
2.7.11. Pemanenan Benih .......................................................................... 18
2.7.12. Pengemasan dan Transportasi Benih .......................................... 20
3. PENUTUP..................................................................................................... 22
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lobster air tawar merupakan salah satu komoditi perikanan yang mempunyai

bentuk tubuh yang unik serta memiliki warna khas dan beragam. Lobster yang

dikenal oleh masyarakat selama ini adalah udang yang berasal dari tangkapan

dilaut dan belum bisa dibudidayakan. Lobster air tawar (LAT) ini memiliki

keunggulan dibandingkan lobster laut, diantaranya sudah dapat dibudidayakan

dan teknik budidayanya lebih mudah dibanding udang windu dan udang galah.

Perkembangan hidupnya sederhana tanpa melalui stadia larva yang rumit Lobster

air tawar sudah banyak dikembangkan dalam skala akuarium atau kolam sebagai

komoditi ikan hias dan ikan konsumsi karena lobster ini tidak mudah stress dan

tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan

kebutuhan oksigen terpenuhi, lobster ini dapat tumbuh dan berkembang cepat,

sehingga sangat potensial dikembangkan di Indonesia.

yaitu karakternya tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit,

asalkan kebutuhan pakan, kualitas airdan kebutuhan oksigen terpenuhi maka

lobster dapat tumbuh dan berkembangcepat, serta memiliki daya untuk bertelur

yang tinggi. Jika dilihat dari kondisi iklim dan siklus musimnya memungkinkan

lobster untuk dibudidayakansepanjang tahun. Dengan potensi iklim yang sangat

mendukung dan sumber pakan alami yang cukup tersedia di alam dan mudah

diperoleh, maka lobster akan tumbuh dengan cepat.

1
2. PEMBAHASAN

2.1. Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Patasik (2007) mengemukakan bahwa , lobster air tawar memiliki susunan

morfologi yang terdiri dari tiga segmen utama yaitu, kepala-dada (cephalothorax),

badan (abdomen), dan bagian ekor (telson). Sedangkan, menurut Martosudarmo

dan Ranoemihardjo (1980) dalam Kurniasih (2008), tubuh lobster air tawar

dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalothorax (bagian kepala dan dada) dan

bagian abdomen (perut/badan). Berikut adalah penjabaran susunan morfologi

lobster air tawar.

Gambar 1. Morfologi Lobster Air Tawar


Sumber : Sukmajaya dan Suharjo (2003)

Sukmajaya dan Suharjo (2003) menyatakan apabila dilihat dari organ

tubuh luar, lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut.

1) Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan

kondisi lingkungan.

2
2) Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit

(celiped) yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas

dasar capitnya.

3) Enam ruas badan (abdomen) agak memipih dengan lebar badan rata-rata

hampir sama dengan lebar kepala.

4) Ekor. Satu ekor tengah (telson) memipih, sedikit lebar, dan dilengkapi duri-

duri halus yang terletak di semua bagian tepi ekor, serta 2 pasang ekor

samping (uropod) yang memipih.

5) Enam pasang kaki renang (pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakan

renang. Disamping sebagai alat untuk berenang, kaki renang pada induk betina

yang sedang bertelur memiliki karateristik memberikan gerakan dengan tujuan

meningkatkan kandungan oksigen terlarut di sekitarnya, sehingga kebutuhan

oksigen telarut telur dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga digunakan

untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang terendap.

6) Empat pasang kaki jalan (walking legs / periopod).

2.2. Klasifikasi Lobster Air Tawar

Gambar 2. Lobster Air Tawar


Sumber : http://zionsilinggar.blogspot.com/2016/04/cara-budidaya-lobster-
air-tawar-untuk.html

3
 Kingdom : Animalia

 Filum : Arthropoda/Crustacea

 Subfilum : Crustaceae

 Kelas : Malacostraca

 Ordo : Decapoda

 Subordo : Pleocyemata

 Infraordo : Astacidea

 Superfamili : Parastacoidea

 Famili : Parastacidae

 Genus : Cherax, Procambarus dan Astacopis

 Spesies : Cherax quadricarinatus.

2.3. Keunggulan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Adapun kelebihan dari lobster air tawar menurut Wijayanto dan Hartono

(2003) dalam Ernawati dan Chrisbiyantoro (2011) yaitu :

a) Karakternya tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit, asalkan

kebutuhan pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi maka lobster

dapat tumbuh dan berkembang cepat.

b) Memiliki daya untuk bertelur yang tinggi. Jumlah telur yang dihasilkan dapat

mencapai 600-1000 butir/ekor dalam sekali kawin dan dalam jangka 1 tahun,

induk betina mampu bertelur hingga 5 kali. Pada umur 6-7 bulan, lobster ini

sudah mulai kawin

c) Jika dilihat dari kondisi iklim dan siklus musimnya memungkinkan lobster

untuk dibudidayakan sepanjang tahun

4
d) sumber pakan alami yang cukup tersedia di alam dan mudah diperoleh, maka

lobster akan tumbuh dengan cepat.

2.4. Karakteristik Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Lobster air tawar termasuk hewan yang memiliki sifat kanibalisme yaitu,

suatu sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini mulai muncul sejak

lobster masih kecil. Pada fase juvenil lobster sering menunjukan sifat agresif yang

tinggi dan berprilaku kanibal. Sifat kanibal ini akan lebih nyata terjadi pada saat

tidak tersedia pakan yang memadai dan menyebabkan kematian. Mortalitas

dipengaruhi faktor dalam dan faktor luar. Faktor luar meliputi kondisi abiotik,

kompetisi antar spesies, tinggi jumlah populasi dalam ruang gerak yang sama, dan

kurangnya makanan yang tesedia. Sedangkan faktor dalam dipengaruhi oleh umur

dan daya penyesuaian diri terhadap lingkungan (Rouse, 1997 dan Royce, 1973

dalam Akbar, 2008).

Lobster air tawar termasih jenis binatang omnivora (sumber nabari dan

hewani) dan aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal), sedangkan pada

siang hari aktifitas sedikit atau lebih banyak berdiam diri. Hewan ini di habitat

aslinya makan dari hewani (zoo), seperti cacing tanah, cacing air, plankton, juga

dari tumbuhan (fito), seperti lumut akar selada air. Dalam wadah budidaya lobster

air tawar biasa makan keong mas, daging ikan, cacing darah (blood worm),

potongan daging segar, kentang, ubi-ubian, kacang hijau dan lain-lain. Pakan

buatan yang dimakan lobster air tawar adalah jenis pelet udang galah (Solang,

2008 dalam Mulis, 2012).

5
2.5. Siklus Hidup Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Selama hidupnya, lobster air tawar mengalami beberapa tahap, yaitu

penetasan, burayak, dewasa, dan kawin. Secara detail, siklus hidup lobster air

tawar disajikan pada ilustrasi berikut (Lukito dan Prayugo, 2007).

Perkawinan
90-120 g

Pengeraman,
Dewasa 6-10 minggu

6-12 bulan
dengan
Penetasan
simple food
(omnivora)

Pertumbuhan
Burayak tinggi pada 3
5-15 g bulan
pertama

Gambar 3. Siklus Hidup Lobster Air Tawar

Sumber : Lukito dan Prayugo (2006)

Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada 3 tahapan

kejadian alamiah, yakni perkembangan embrio dalam telur (pre-larva),

perkembangan larva saat diasuh (larva), dan saat juvenil lepas dari abdomen

(post-larva) (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).

6
2.6. Reproduksi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Gambar 4. Proses Perkawinan Lobster Air Tawar

Sumber : Sukmajaya dan Suharjo (2005)

Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah

aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang

dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut.

1. Mencari pasangan.

2. Melakukan percumbuan antar pasangan.

3. Melakukan perkawinan.

4. Induk betina mengerami telur.

5. Induk betinia mengasuh benih hingga waktu tertentu (Sukmajaya dan

Suharjo, 2003).

7
Perbedaan Jantan Dan Betina Lobster Air Tawar :

Bachtiar (2006) menyatakan, lobster jantan dan betina dapat dibedakan dengan

ciri seperti berikut :

 Lobster jantan memiliki 2 buah tonjolan daging di pangkal kaki paling


belakang. Tonjolan ini merupakan alat kelamin jantan (pethasma). Sementara
itu, alat kelamin pada lobster betina berupa bulatan yang berada di pangkal
kaki keiga dari belakang (thelicum).
 Lobster jantan memiliki capit yang lebih besar dan panjang dibandingkan
dengan lobster betina.
 Warna lobster jantan lebih cerah dibandingkan dengan warna lobster betina.
Namun, warna lobster juga dipengaruhi oleh warna air, pakan yang
dikonsumsi, serta kandungan pigmen yang dikandung oleh setiap lobster.

 Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat

bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster

berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm).

 Tanda merah ini juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin

(matang gonad).

 pada lobster jantan di bagian yang sama tampak tonjolan.

 Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah

(ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat

mengeluarkan telurnya.

8
Gambar 5. Jantan Dan Betina Lobster Air Tawar

Sumber : http://www.alamikan.com/2014/05/cara-pembenihan-budidaya-
lobster-air.html

2.7. Teknik Pembenihan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Menurut Bachtiar (2006), pembenihan merupakan proses untuk

mendapatkan benih atau anakan lobster yang baru. Pembenihan dilakukan dengan

cara mengawinkan induk jantan dan induk betina yang telah matang kelamin.

Sedangkan Sukmajaya dan Suharjo (2003) berpendapat bahwa pembenihan

merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya yang mengarah pada

peningkatan hasil produksi benih sesuai dengan standar permintaan pasar.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembenihan adalah

pengelolaan induk, teknik pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva,

pemeliharaan benih, dan teknik pemanenan dari semua segmen.

2.7.1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi budidaya lobster air tawar didasarkan pada beberapa


kriteria, yaitu topografi tanah, jenis tanah, sumber air/pengairan, ekosistem
setempat, dan iklim wilayah sekitar. Setelah mengetahui data-data tersebut,
barulah perencanaan ke depan bisa ditetapkan (Lukito dan Prayugo, 2007).

9
2.7.2. Persiapan Wadah

a) Akuarium

Akuarium digunakan untuk merawat dan memelihara induk yang sedang

mengerami telurnya. Penggunaan wadah tersebut dimaksudkan untuk

mempermudah pengamatan serta pengawasan induk dan perkembangan larva.

Ukuran akuarium yang digunakan dapat berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm

berbentuk kotak atau persegi empat panjang dan menggunakan kaca bening

dengan ketebalan 8-12 mm (Patasik, 2007). Sedangkan menurut Tim Karya

Tani Mandiri (2014), ukuran akuarium dapat dibuat dengan ukuran 0,5 x 1 x

0,5 m dan ketebalan kaca 0,5 cm. Sepanjang bibir atas akuarium dipasang

kaca dengan lebar 5 cm dan panjang disesuaikan dengan dinding akuarium.

Ketinggian air untuk pemeliharaan lobster adalah sekitar 10-15 cm.

b) Bak Semen

Menurut Patasik (2007), bak semen hanya digunakan untuk menampung induk

dan sebagai tempat pemijahan yang berukuran 100 cm x 40 cm x 40 cm. Bak

semen dibangun dari bahan campuran pasir dan semen, dengan ketebalan

dinding bak disesuaikan dengan ukuran bak. Bak semen sebaiknya berbentuk

persegi empat atau disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia dan

berwarna gelap untuk memberi rasa nyaman pada lobster yang dipelihara. Ini

dimaksudkan juga agar lobster cepat memijah. Kondisi bak yang gelap

disesuaikan dengan sifat lobster air tawar yang nokturnal.

Lukito dan Prayugo (2007) menambahkan, ketinggian air pada kolam semen

sekitar 40-70 cm. Dengan kedalaman tersebut, induk akan leluasa dalam

10
beraktivitas dan memudahkan dalam pengambilan pakan. Kolam semen lebih

bagus untuk pembenihan karena naik turunnya suhu dalam kolam semen tidak

terlalu drastis atau suhunya bisa dijaha bila dibandingkan di akuarium. Suhu

yang sesuai untuk benih lobster air tawar adalah 25-30oC (Tim Karya Tani

Mandiri, 2014).

c) Bak Fiber

Tim Karya Tani Mandiri (2014) menyatakan bahwa bak fiber dapat digunakan

untuk pemijahan lobster, penetasan telur, dan wadah pengeraman. Untuk

wadah pemijahan secara massal, ukuran bak fiber 2 x 1 x 1 m atau 6 x 2 x 1

m. Sedangkan untuk wadah penetasan telur lobster, ukuran bak fiber 30 x 30 x

30 cm yang diberi sekat-sekat, dan untuk wadah pengeraman induk-induk

betina dapat digunakan bak fiber bulat dengan diameter 1 meter.

d) Kolam Tanah

Kolam tanah dapat digunakan untuk pemijahan lobster air tawar, namun hal

ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Kolam tanah yang digunakan untuk

pemijahan lobster air tawar berukuran 20 x 50 m atau 1000 m2. Bentuk kolam

seperti wajan (U shaped). Kedalaman kolam di tempat terdalam sekitar 1,2-

1,8 m. Sementara bagian tepian kolam bisa dibuat lebih dangkal dari angka

tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengangkutan alat

berat (excavator) ke dalam kolam (Lukito dan Prayugo, 2007).

2.7.3. Shelter/Perlindungan

a) Pipa PVC

Pipa PVC dapat digunakan dalam pemeliharaan benih lobster maupun dalam

pembesaran dan pemeliharaan induk. Untuk pemeliharaan benih, pipa PVC

11
yang digunakan berukuran ½ inchi, sedangkan untuk pembesaran dapat

menggunakan pipa PVC berukuran 3 inchi (Lukito dan Prayugo, 2007).

Namun, menurut Tim Karya Tani Mandiri (2014), shelter yang berupa

potongan pipa paralon ini berukuran 4 inchi dengan panjang 15-20 cm.

b) Roaster

Roster bila digunakan sebagai tempat persembunyian mempunyai kelemahan,

yaitu hanya bisa digunakan untuk anakan sampai umur 3 bulan atau panjang

tubuh maksimal sudah mencapai 7,5 cm. Kelemahan lain dari roster adalah

daya tahannya yang tidak lama jika dibandingkan dengan pipa paralon. Roster

juga lebih mudah pecah (Wiyanto dan Hartono, 2006).

c) Waring

Lembaran waring atau jaring dibentuk/dibundel sehingga menyerupai pohon

(artificial plant) yang berfungsi sebagai tempat persembunyian lobster air

tawar (Lukito dan Prayugo, 2007).

2.7.4. Penyediaan Indukan

Bachtiar (2006) menyatakan untuk dapat memperoleh induk lobster air

tawar dapat dilakukan dengan cara berikut.

Membeli calon induk dari pembudidaya lain. Yang perlu diperhatikan jika

membeli dari pembudidaya lain, harus betul-betul ditanya apakah calon

indukan berasal dari turunan yang berkualitas atau tidak.

Membeli benih untuk dipersiapkan sebagai calon indukan. Cara ini

memakan waktu, karena harus membesarkannya terlebih dahulu.

12
Memilih calon induk dari lobster yang telah dibudidayakan sebelumnya.

Jika memakai cara ini, calon indukan yang dipilih harus merupakan hasil

seleksi.

2.7.5. Seleksi Indukan Berkualitas

Menurut pendapat Cuncun (2006), tips untuk memilih calon indukan yang

berkualitas adalah sebagai berikut.

Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster

yang lain.

Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat.

Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang ‘banci’. Pasalnya, ada

indukan yang mempunyai kelamin betina, tetapi juga memiliki kelamin

jantan (sering disebut dengan lobster banci). Lobster tersebut

kemungkinan besar tidak bisa bertelur. Karenanya, bagian kelamin lobster

harus benar-benar diperhatikan.

Pilih lobster yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang

kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya kecil. Ciri seperti itu

menandakan lobster kurang makan.

Calon indukan berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster

jantan dan betina kerika mereka berukuran 2 inchi (5 cm). Tujuannya agar

ketika memasuki ukuran 3 inchi (7 cm), lobster yang sudah matang gonad

tidak kawin. Paling bagus baru dikawinkan setelah masing-masing

mencapai ukuran minimum 4 inchi (9 cm).

13
Perlu diketahui asal-usul lobster atau keluarganya. Pilih jenis lobster yang

murni dari spesies tertentu. Tujuannya agar pertumbuhan anakan lobster

baik.

Bachtiar (2006) menambahkan pendapat Cuncun (2006) tentang tips untuk

memilih calon indukan yang berkualitas.

Pilih calon induk yang punya nafsu makan besar.

Pilih calon induk yang gerakannya lincah. Karena itu, sebaiknya tidak

memilih calon induk saat sedang molting, karena saat itu lobster menjadi

sangat lemah dan hanya banyak berdiam diri.

Pilih calon induk yang badannya berwarna cerah.

2.7.6. Pemeliharaan Indukan

Dalam melaksanakan pengelolaan dalam pemeliharaan calon induk lobster

air tawar, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yakni

kualitas air dalam wadah pemeliharaan, penghindaran serangan penyakit,

pemberian pakan dengan jenis dan dosis yang sesuai, penyiapan wadah

pemeliharaan, serta pengaturan tingkat kepadatan (Sukmajaya dan

Suharjo, 2003).

Calon induk dapat diberi pakan ubi jalar (sweet potato) yang dipotong

kecil-kecil berbentuk dadu dan cacing tanah sebagai sumber protein.

Pakan tersebut diberikan setiap dua hari sekali dengan jumlah disesuaikan

dengan kebutuhan calon induk atau tidak terlalu banyak karena lobster air

tawar tidak rakus makan. Menurut Bachtiar (2006), untuk menghasilkan

telur yang berkualitas dan meningkatkan daya tetas telur, pakan yang

diberikan sebaiknya mengandung protein tinggi sebesar 25-35%.

14
Pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan sifat nokturnal lobster,

yaitu dilakukan pada sore hari atau menjelang malam.

Beberapa persyaratan kualitas air untuk budidaya lobster air tawar yang

ideal yaitu temperatur dalam pemeliharaan lobster air tawar adalah 24-

31°C. Derajat keasaman (pH) yang pada kisaran 6-8, kandungan amoniak

dalam air maksimal 1,2 ppm, tingkat kekeruhan pada angka 30-40 cm

(Setiawan, 2006 dalam Tumembouw, 2011).

2.7.7. Pemijahan Indukan

a) Pemijahan Secara Massal

Cuncun Setiawan (2006) menyatakan , perbadingan jumlah indukan pada

pemijahan massal yang digunakan adalah 1 : 3 (satu jantan : tiga betina)..

Sukmajaya dan Suharjo (2003) menambahkan, standar ukuran induk

jantan dan betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan masal antara

20-22 cm. Wadah yang digunakan untuk pemijahan secara masal adalah

bak permanen berukuran 6 x 2 x 1 m dan 2 x 1 x 1 m.

b) Pemijahan Secara Individu

Pemijahan secara individu menggunakan induk jantan dan induk bertina

yang berukuran 16-18 cm dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 1 per

wadah. Wadah untuk pemijahan secara individu dapat berupa akuarium

dengan ukuran 0,5 x 0,4 x 0,3 m (Sukmajaya dan Suharjo, 2003).

2.7.8. Penetasan Telur

Sukmajaya dan Suharjo (2003) berpendapat, strategi yang perlu


dilaksanakan dalam proses pengeraman dan penetasan telur adalah sebagai
berikut.

15
 Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk

yang tidak mengandung telur dan induk jantan. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang

menyebabkan gangguan fisik.

 Pakan yang diberikan relatif sedikit.

 Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu

air harus rendah. Dikarenakan agar lingkungan lebih nyaman karena pada

fase embrio, nauplius, dan protozoa, juvenil memiliki karateristik

sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan suhu air.

 Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu. Hal ini

bertujuan untuk menghindari terjadinya saling ganggu jika pelaksanaan

pengeraman hingga penetasan telur dilakukan secara masal dalam satu

wadah.

Berikut adalah proses pematangan telur lobster air tawa menurut Cuncun

(2006).

 Minggu ke-2 bentuk telur masih bulat

 Minggu ke-3 mulai terlihat dua bintik hitam pada telur. Bintik hitam

tersebut merupakan embrio.

 Minggu ke-4, capit, sungut, dan kakinya mulai tumbuh. Namun embrio

lobster tersebut masih mngandung kuning telur. Pada fase ini, lobster

masih belum bisa mandiri. Jika pada fase ini telur rontok dari induknya,

kemungkinan besar embrio akan mati. Sebenarnya bisa saja embrio

dipotong dari induknya, kemudian diberi gelembung air dan ditetaskan

sendiri, tetapi persentase hidupnya sangat kecil karena ketika embrio

16
menempel di kaki renang induknya, sedikit demi sedikit ia mendapat

suplai nutrisi dan gizi dari induknya. Ketika menempel di kaki renang

induknya, induknya akan dengan telaten merawat embrio tersebut dengan

cara menggoyang-goyangkan kaki renangnya, untuk memberikan oksigen

pada anaknya.

 Minggu ke-5 hampir seluruh kuning telur sudah habis. Dengan demikian,

cadangan makanan untuk embrio sudah habis. Ketika itu, embrio mulai

lepas satu per satu dari induknya untuk mencari makan sendiri.

2.7.9. Pemeliharaan Larva

Menurut Kanisius (2006), bak pemeliharaan larva berupa kolam permanen

berukuran 2 x 2 m bisa digunakan untuk memelihara 1.000 ekor benih,

dengan pemberian pakan secara intensif. Jika menggunakan kolam renang

plastik, ukuran yang paling ekonomis adalah diameter 1,83 m dan

ketinggian 38 cm. Kolam ini bisa diisi 1.000 benih

Benih yang baru menetas dipelihara dalam kolam penetasan 10 hari.

Selanjutnya benih dipindahkan ke kolam pembesaran benih (pendederan)

untuk dipelihara selama 2 bulan (Bachtiar, 2006).

Pemeliharaan larva bertujuan untuk memelihara larva yang baru menetas

(nauplisoma) hingga menjadi lobster muda yang berukuran sekitar 7-10

cm. Kegiatan pemeliharaan larva biasanya mempunyai tingkat kesulitan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Pada fase larva,

lobster sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, baik suhu dan

salinitas maupun jenis, kuantitas, dan kualitas pakan yang diberikan

(Kanna, 2006).

17
Pada umumnya, pada fase larva lobster cenderung menyukai pakan alami

yang berupa rotifera dengan kepadatan dipertahankan antara 10-15

ekor/ml. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi,

siang, dan malam hari (Kanna, 2006).

Untuk kualitas air pemeliharaan Suhu air yang digunakan berkisar 16-

22oC dan pH sekitar 6-7.

2.7.10. Hama Dan Penyakit

a) Hama

Menurut Lukito dan Prayugo (2007), ular sawah termasuk hewan

nokturnal. Makanan yang paling disukai ular sawah adalah ikan, burayak

dan binatang air lainnya. Pencegahan ular sawah yaitu menjaga agar pagar

areal perkolaman tidak bolong sehingga hewan ini tidak mudah masuk.

b) Penyakit

Penyakit yang umumnya menyerang lobster air tawar yaitu antara lain,

oenyakit yang disebabkan oleh parasite. Cara pengobatan dilakukan

dengan merendam lobster yang terserang kutu di dalam air garam berdosis

20 ppt, PK 5 mg/L, dan formalin 0,025 ml/L selama 20-30 menit. Air

garam hanya membunuh parasit, tetapi tidak termasuk telurnya. Untuk

membasmi telur kutu, perlu dilakukan penambahan Abate 1 sachet (Lukito

dan Prayugo, 2007).

2.7.11. Pemanenan Benih

Pemanenan benih dilakukan untuk mendapatkan benih yang bisa dijual

kepada pembudidaya lain. Benih yang bisa dipanen dan dijual adalah benih yang

sudah berumur 70 hari dengan panjang tubuh sekitar 5 cm (Bachtiar, 2006).

18
Cuncun (2006) menambahkan, panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam

hari, karena suhu masih rendah sehingga benih tidak lemas karena kepanasan.

 Teknik Pemanenan

a) Pemanenan di Akuarium
Jika akuarium dilengkapi saluran pembuangan di dasar akuarium, buka

saluran tersebut hingga air berkurang. Jika tidak ada saluran

pembuangannya, pengurasan dilakukan dengan pompa air yang

dihubungkan dengan selang plastik ¼ inchi.

Jika ketinggian air telah mencapai 1-2 cm, tutup kembali saluran

pembuangan atau hentikan penyedotan dengan pompa air.

Angkat tempat persembunyian beserta dengan benih yang menempel.

Untuk menghindari benih yang berjatuhan, pengangkatan tempat

persembunyian harus menggunakan scoop net.

Masukkan benih beserta tempat persembunyian ke dalam ember yang

telah diisi air, dimana kualitas dan parameter air yang digunakan harus

sama dengan air dalam akuarium agar benih tidak stres.

Ambil sisa benih yang tidak menempel pada tempat persembunyian

menggunakan scoop net.

b) Pemanenan Bak Semen

Buka tutup saluran pembuangan agar airnya keluar

Siapkan jaring dan pasangkan di pintu pembuangan air agar benih tidak terikut

bersama dengan air buangan.

Hentikan pengurasan hingga ketinggian air mencapai 1-2 cm.

19
Angkat semua tempat persembunyian. Serok benih atau alirkan ke outlet

kolam yang ujungnya telah diberi perangkap.

Tampung benih yang telah tertangkap dalam ember atau wadah lainnya.

c) Pemanenan dengan Flowtrap

Pasang saluran yang terbuat dari seng yang dilapisi karpet kasar di dasar

kolam. Sementara ujung lainnya dihubungkan dengan bak plastik.

Isi bak plastik dengan air bersih.

Pasang pipa PVC yang dihubungkan ke pompa air. Nyalakan pompa tersebut

hingga air dalam bak plastik bergolak dan mengalir melalui saluran.

Surutkan air dalam kolam dengan membuka saluran pembuangannya.

Seiring menyurutnya air dalam kolam, benih akan mencari sumber air

mengalir. Dengan sendirinya, benih akan menaiki saluran seng dan

terperangkap dalam kotak plastik.

Jika bak plastik telah penuh dengan benih, ganti dengan wadah plastik

lainnya.

Ketika air sudah menyurut, angkat substrat yang ada di dasar kolam dan

masukkan ke dalam wadah penampungan, berupa ember atau kotak plastik.

2.7.12. Pengemasan dan Transportasi Benih

Menurut Patasik (2007), cara pengangkutan benih disesuaikan dengan lokasi

pembesaran. Jika lokasi sangat dekat atau bisa ditempuh hanya beberapa jam saja

maka pengangkutan benih dari lokasi pembenihan ke lokasi pembesaran dapat

dilakukan tanpa menggunakan oksigen, tetapi cukup dengan menggunakan ember

terbuka yang diisi air setinggi 12-15 cm atau tanpa air. Lobster dapat bertahan

20
hidup tanpa oksigen selama 3-4 jam. Jika jarak lokasi pembesaran jauh dari

tempat pembenihan, sebaiknya pengangkutan benih dilakukan dengan

menggunakan plastik berisi air dan oksigen.

Terdapat dua teknik pengangkutan benih lobster air tawar yang

dikemukakan oleh Bachtiar (2006). Berikut uraiannya.

1. Pengemasan dengan Wadah Plastik

Plastik yang digunakan dapat berukuran 40 x 50 cm. Untuk mencegah

kebocoran atau sobeknya plastik karena gigitan capit lobster, pilihlah plastik yang

agak tebal atau dirangkap dua. Dengan cara pengemasan ini, benih dapat bertahan

selama 24 jam. Proses pengemasannya sebagai berikut.

 Isi plastik dengan air sebanyak sepertiga dari kapasitas plastik.

 Masukkan benih dengan jumlah 50 ekor/plastik.

 Isi oksigen ke dalam plastik sehingga perbandingan air dan oksigen 1 : 3.

 Ikan ujung plastik menggunakan karet gelang atau tali plastik untuk

diangkut menuju lokasi pasar.

2. Pengemasan dengan Kotak Styrofoam

Kotak styrofoam yang digunakan berukuran 25 x 15 x 25 cm. Kemasan ini

bisa memuat benih ukuran 5 cm sebanyak 50 ekor dan benih dapat bertahan

selama 24 jam. Cara pengemasannya sebagai berikut.

 Lapisi dasar kemasan menggunakan kapas basah setebal ±1 cm.

 Letakkan lobster di atas kapas.

 Lapisi kembali dengan kapas basah, begitu seterusnya.

 Sebelum ditutup, kemasan diberi lubang sirkulasi udara.

21
3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Lobster air tawar memiliki jenis yang beragam, namun hanya beberapa jenis yang

dapat dibudidayakan di Indonesia. Bisnis lobster air tawar di Indonesia memiliki

prospek yang cukup baik karena cakupan pasarnya cukup besar. Hal ini didukung

oleh oleh iklim tropis di Indonesia, sehingga potensi pengembangan budidaya

lobster air tawar sangat tinggi.

Kegiatan pembenihan lobster air tawar secara garis besar meliputi pemilihan

lokasi, persiapan wadah, manajemen induk, pemijahan induk, penetasan telur,

pemeliharaan larva, pengendalian hama dan penyakit, serta panen larva. Wadah

yang digunakan dalam kegiatan pembenihan lobster air tawar disesuaikan dengan

kebutuhan dan ketersediaan serta skala pembenihan yang disesuaikan dengan

modal.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/269703422_Budidaya_Lobster_Air_Ta
war

http://www.academia.edu/34857410/Pembenihan_Lobster_Air_Tawar_Cherax_sp
._

https://mamanabee.wordpress.com/2009/10/29/lobster-air-tawar-cherax-
quadricarinatus-pendederan/

http://www.alamikan.com/2014/05/cara-pembenihan-budidaya-lobster-air.html

23

Anda mungkin juga menyukai