General Fiction">
Tugas Deadline
Tugas Deadline
Tugas Deadline
TINJAUAN STILISTIKA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan bentuk majas yang terdapat
dalam cerpen Emak karya Fakhrunnas MA Jabbar (2) mendeskripsikan makna majas
yang terdapat dakam cerpen Eman karya Fakhrunna MA Jabbar. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa, kalimat atau paragraf yang terdapat dalam cerpen Emak karya
Fakhrunnas MA Jabbar. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen Emak karya
Fakhrunnas MA Jabbar dan narasumber yang mendukung dalam penelitian ini.
Teknik penggumulan data yang digunakan adalah teknik pustaka,simak dan catat.
Analisis data menggunakan metode pembacaan model semiotic yang meliputi
pembacaan heuristic dan hermeneutic.Teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi teori. Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil dari penelitian ini adalah
(1) bentuk majas pada cerpen Emak meliputi metafora, simile, personifikasi,
metonimia, dan sinekdoki (2) metafora tentang bahasa figuratif, simile tentang
perbandingan, personifikasi tentang benda mati seolah-olah hidup, metonimia tentang
penggunaan atribut untuk mengganti suatu objek, dan sinekdoki berkenaan dengan
penggunaan istilah untuk sesuatu yang penting.
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan dunia imajiatif yang merupakan hasil kreasi
pengarang setelah merefleksi lingkungan sosial kehidupannya (Al-Ma‟ruf,
2012:2). Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang bermediumkan bahasa
yang oleh seorang pengarang digunakan untuk tujuan hiburan dan memiliki aturan
atau struktur tersendiri yang berbeda dengan karya seni yang lain. karya sastra
dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Melalui karya
sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka
dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri.
Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2013:3) mendeskripsikan karya
sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Karya sastra dapat diartikan
sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antara
manusia (Altenbernd dan Lweis dalam Nurgiyantoro, 2013:3).
Stilistika itu sendiri merupakan ilmu yang mengkaji wujud pemakaian bahasa
dalam karya sastra yang meliputi seluruh pemberdayaan potensi bahasa, keunikan
dan kekhasan bahasa serta gaya bunyi, pilihan kata, kalimat, wacana, citraan,
hingga bahasa figurative (Al-Ma‟ruf, 2012:12). Analisis stilistika merupakan
sebuah metode analisis karya sastra. Analisis karya sastra ini bertujuan untuk
menggantikan kritik yang sifatnya subjektif dan impresif dengan analisis yang
sifatnya obyektif dan ilmiah.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk majas yang terdapat dalam cerpen “Emak” karya
Fakhrunnas MA Jabbar
2. Bagaimana makna majas yang terdapat dalam cerpen “Emak” karya
Fakhrunnas MA Jabbar
c. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan Bagaimana bentuk majas yang terdapat dalam cerpen “Emak”
karya Fakhrunnas MA Jabbar,
2. Mendeskripsikan makna majas yang terdapat dalam cerpen “Emak” karya
Fakhrunnas MA Jabbar
d. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pekembangan ilmu pengetahuan yang dalam hal ini bisa menjadi bahan ajara
yang di terapkan disekolah dalam kaitanya menulis sebuah karyasatra yang
terkait dalam penggunaan majas.
2. Manfaat Praktis
Bagi peneliti, sebagai hasil artikel ilmiah yang menambah khasanah studi
keilmuan dalam pembelajaran menulis karya sastra khususnya dalam penulisan
majas serta dapat menjadi acuan untuk pembuatan karya ilmiah yang lebih
lanjut.
BAB II KAJIAN TEORI
Pengertian majas secara umum adalah gaya bahasa yang digunakan penulis
untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Penggunaan majas bisa
dalam bentuk tulisan atau lisan dan dipergunakan dalam suatu karya sastra dengan
tujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran penulis. Gaya bahasa dalam retorika
dikenal dengan istilah style lilin. Pada perkembangan berikutnya, kata style lalu
berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-
kata secara indah (Keraf, 1990: 112). Secara singkat (Guntur Tarigan, 2009: 4)
mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan
kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi
penyimak atau pembaca.
Sementara itu, Leech dan Short (1981): mengemukakan bahwa gaya bahasa
adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk
tujuan tertentu.
b. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian penelitian deskriptif kualitatif, yang
akan menghasilkan data-data deskriptif. Penelitian ini bertujuan menemukan bentuk
dan makna majas cerpen “Emak”. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif.
c. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka, simak, dan catat.
b. Simile (Perbandingan)
Simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan
menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, seperti, semisal,
seumpama, laksana, ibarat, bak, dan kata-kata pembanding lainnya (Pradopo, 2000:
62).
“Ia diam bagai batu besar yang terperosok ke dalam lubang yang amat
dalam” (Emak, 2007: 69)
Pada kutipan di atas dinyatakan menggunakan majas simile karena terdapat
katakata pembanding seperti: bagai, sebagai, seperti, semisal, seumpama, laksana,
ibarat, bak, dan kata-kata pembanding lainnya. Yaitu pada kata bagai dalam.
c. Personifikasi
Majas ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat
dapat berbuat, berfikir, melihat, mendengar, dan sebagainya seperti manusia.
“Ia pergi tanpa merasa terusir dari kampung halaman yang telah
membekali darah dan watak yang tegar sebagai lelaki” (Emak, 2007:
71)
Kutipan di atas menunjukkan majas personifikasi dikarenakan pada kalimat
tersebut benda mati anggap seolah-olah hidup yang di gambarkan dengan kampong
halaman yang telah membekali, kata membekali di anggap lebih condong kepada
seseorang yang melakukan aktifitas dibandingkan dengan kampong halaman yang
berupa kata benda.
d. Metonimia
Metonimia atau majas pengganti nama adalah penggunaan sebuah atribut sebuah
objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk
menggantikan objek tersebut.
“Kadangkala ia terkesan jadi pemain wayang yang tiba-tiba
memerankan sebuah cerita melodis di dalam suasana yang beringas”
(Emak, 2007: 69)
Tokoh „aku‟ dalam cerita ini menggunkan objek lain dengan penyebutan
namanya sebagai „pemain wayang‟ untuk itu dikatakan sebagai majas metonimia.
e. Sinekdoki (Synecdoche)
Majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu hal atau benda itu
sendiri disebut sinekdoki (Altebernd dan Lewis, 1970: 21).
Di bawah ini akan dipaparkan mengenai majas sinekdoki berikut penjelasannya:
Tak usah mengajari aku. Aku lebih tahu tentang apa yang aku
perbuat,” tangkisnya. (Emak, 2007: 69)
Jadi kalimat di atas menunjukkan adanya majas sinekdoki dikarenakan kata
tersebut menyebutkan secara lansung bagian yang penting dalam suatu hal.
“di luar kesadaran dirinya. Kadangkala ia menjerit sejadi-jadinya
sehingga kedua anaknya yang masih kecil itu jadi kecut dan ketakutan”
(Emak, 2007: 69)
b. Simile
“Ia diam bagai batu besar yang terperosok ke dalam lubang yang
amat dalam.” (Emak, 2007: 69)
Ia diam terpaku dengan masalah yang dihadapinya hungga terlalu terbawa
perasaan.
Kutipan ini menjelaskan mengenai Kau musuhi emak bagai memusuhi seorang
perempuan asing atau seseorang yang belum pernah kamu kenal sebelumnya yang
tidak pernah memberikan kontribusi yang nyata pada hidupmu dari dulu hingga saat
ini.
Darah di dadanya bergemuruh bagai lecutan lidah ombak Selat Malaka
di kampung halamannya.
Kutipan ini bermakna semangatnya mulai tinggi atau memuncak.
c. Personifikasi
“Ia pergi tanpa merasa terusir dari kampung halaman yang telah
membekali darah dan watak yang tegar sebagai lelaki” (Emak, 2007:
71)
Kutipan di atas dapat diartikan tokoh ia pergi tanpa merasaterusir dari kampung
halaman yang telah membesarkannya hingga menjadi seperti sekarang ini yang tegar
sebagai lelaki.
d. Metonimia
“Kadangkala ia terkesan jadi pemain wayang yang tiba-tiba
memerankan sebuah cerita melodis di dalam suasana yang beringas”
(Emak, 2007: 69)
Makna majas Ia di sini merasa di ibaratkan senbagai tokoh wayang yang
merasakan kesedihan dalam keadaan yang buruk, tokoh aku yang pada dasarnya
adalah tokoh kedua namun seolah-olah ia menjadi tokoh utama yang memerankan
suatu peran.
e. Sinekdoki
“Tak usah mengajari aku, Aku lebih tahu tentang apa yang aku
perbuat,” tangkisnya. (Emak, 2007: 69)
Tokoh aku menunjukkan kemarahan atau sisi emosionalnya didepan istrinya,
karena menurut tokoh aku ia yang lebih tau dan merasakan kepedihan yang
dialaminya saat ini.
Di luar kesadaran dirinya. Kadangkala ia menjerit sejadi-jadinya
sehingga kedua anaknya yang masih kecil itu jadi kecut dan ketakutan.
(Emak, 2007: 69)
Makna majas tersebut yaitu terkadang tokoh aku merasakan depresi dan
menggungkapkan perasaannya dengan menjerit sejadi jadinya untuk melegakan apa
yang ia rasakan, sehingga kedua anak kecilnya ketakutan melihat ayahnya menjerit-
jerit.
BAB V SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian yang berjudul “Majas dalam Cerpen Emak karya Fakhrunnas MA Jabbar
Tinjauan Stilistika maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, majas terbagi menjadi dua jenis, yakni (1) figure of thought: tuturan
figuratif yangt terkait dengan pengolahan dan pembayangan gagasan, dan (2)
rethorical figure: tuturan figuratif yang terkait dengan penataan dan pengurutan kata-
kata dalam kontruksi kalimat (Aminudin, 1995:249). Pemajasan (figure of thought)
merupakan teknik untuk pengungkapan bahasa, penggaya-bahasaan, yang maknanya
tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada
makna yang ditambahkan, makna yang tersirat. Kedua, majas terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu: (1) Metafora adalah majas seperti simile, hanya saja tidak
menggunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, laksana, seperti, dan
sebagainya. Salah satu wujud kreatif bahasa dalam penerapan makna disebut
metafora. Metafora merupakan bahasa figuratif yang paling mendasar dalam karya
sastra, terlebih puisi (Cudoon dalam Al-Ma‟ruf, 2012:64) (2) Simile adalah majas
yang menyamakan satu hal majas seperti simile, hanya saja tidak menggunakan kata-
kata pembanding seperti bagai, sebagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Salah satu
wujud kreatif bahasa dalam penerapan makna disebut metafora. Metafora merupakan
bahasa figuratif yang paling mendasar dalam karya sastra, terlebih puisi (Cudoon
dalam Al Ma‟ruf, 2012:64). (3) Personifikasi mempersamakan benda dengan
manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir, melihat, mendengar, dan
sebagainya seperti manusia (4) Metonimia, atau majas pengganti nama adalah
penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat
berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut (5) Sinekdoki,
Sinekdoki (Synecdoche) adalah majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting
suatu hal atau benda itu sendiri disebut sinekdoki (Altebernd dan Lewis dalam Al-
Ma‟ruf, 2012:71).
DAFTRA PUSTAKA
Al-Ma‟ruf, Ali Imron. 2010. Dimensi Sosial Keagamaan dalam Fiksi Indonesia
Modern. Solo: Smart Media.
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang: IKIP Semarang Press.