Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

306 877 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

638 PARTNER, TAHUN 23 NOMOR 1, HALAMAN 638 - 645

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TERPADU PADA ZONA


AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DATARAN TINGGI
BERBASIS KONSERVASI

M. Basri, Noldin Abolla, dan Nimrot E.M Neonufa


Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri kupang
Jalan Prof. Herman YohanesPenfui – Kupang P.O. Box 1152 Kupang 85001
Telpon: (0380)881600, 881601

ABSTRACT
This study aims to analyze the feasibility of the integrated farming system in a conservation-based
highland and dryland agroecosystem zone between plants and livestock. The method of determining
the sample used in the study was random with a sample size of 36 farmers. The data used in this
study were collected through observation techniques, interview techniques, and desk study. The data
then was examined through (1) analysis of revenues and revenues, and (2). Analysis of business
feasibility. The result shows that from the results of economic analysis of integrated farming based
on Conservation in Netpala village, North Molo sub-district, Timor Tengah Selatan district (TTS) with
an average land area of 1 ha, the total cost needed was Rp. 27,550,000. IDR 84,600,000, and
income of IDR 57,050,000 per planting season. With an R / C ratio of 2.07.

Keywords: integrated farming, production, plants and livestock

PENDAHULUAN

Potensi lahan pertanian di wilayah Timor bagian barat provinsi Nusa


Tenggara Timur (NTT) masih sangat luas. Saat ini wilayah Timor Barat memiliki
luas areal potensial untuk pengembangan pertanian mencapai 1.043.023 ha.
Dari total luas lahan tersebut 95,95% atau 1.000.825 ha adalah sesuai untuk
usahatani lahan kering dan sisanya 4,21% (42.198 ha) adalah lahan basah (BPS
NTT, 2013). Memperhatikan potensi lahan tersebut, maka berbagai macam
program pemerintah daerah pun telah banyak digulirkan untuk menjaga
kestabilan pangan melalui peningkatkan produksi pangan dan pendapatan
masyarakat tani pedesaan. Namun, program-program yang digulirkan
pemerintah daerah tersebut, belum memberikan kontribusi yang signifikan
dalam upaya mendukung ketahanan pangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
dua faktor, yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik yang dimaksud adalah
faktor iklim terutama curah hujan dan faktor fisik tanah (topografi) yang
menjadi penentu pola usahatani di lahan kering. Sedangkan faktor non fisik
adalah desain kebijakan pembangunan pertanian daerah yang sampai saat ini
sangat bias ke usahatani padi sawah. Terkait dengan hal itu, maka perhatian
terhadap perkembangan pertanian pada agroekosistem lahan kering menjadi
sangat kurang. Selain desain kebijakan, juga pola usahatani tradisional yang
bersifat parsial atau terpisah antar jenis usahatani, menjadi penyebab
M. Basri, dkk, Analisis Kelayakan Usahatani...…639

rendahnya produktivitas usahatani lahan kering. Secara umum masyarakat


petani di wilayah Timor bagian barat bermata pencaharian sebagai petani dan
peternak. Kedua jenis usahatani ini tidak dapat dipisahkan dalam sistem
usahatani lahan kering. Permasalahannya sistem usahatani bersifat parsial,
yaitu usahatani tanaman pangan diusahakan secara terpisah dengan ternak dan
unit lahan untuk pakan ternaknya. Dampaknya adalah usahatani lahan kering
tidak efektif dan efisien, yang terlihat dari rendahnya produktivitas usahatani
lahan kering. Upaya optimalisasi produktivitas lahan kering yang dapat
dilakukan adalah melalui penerapan sistem pertanian terpadu (SPT) berbasis
potensi lokal yang memadukan komponen tanaman dan ternak dalam satu
sistem. Menurut Rodriguez and Preston (1997) dalam Preston, (2000) penerapan
Integrated Farming System (IFS) atau sistem pertanian terpadu akan
menghasilkan agroekosistem dengan keaneka-ragaman yang tinggi, sehingga
dapat memberi jaminan keberhasilan usahatani yang lebih tinggi.
Integrasi ternak dalam sistem usahatani menurut Diwyanto dan
Masbulan (2001) sangat penting dalam hal : 1) menjamin usahatani akan
berkelanjutan melalui diversifikasi jenis kegiatan untuk menghasilkan pangan
bagi keluarga tani; dan 2) memindahkan unsur hara dan energi antara ternak
dan tanaman melalui pemanfaatan pupuk kandang dan penggunaan limbah
petanian sebagai sumber pakan. Hadirnya komoditi ternak dan tanaman pangan
di areal pertanaman dalam satu sistem usahatani akan membuka peluang
diversifikasi produk hasil dengan memasukan komoditi, hijauan pakan ternak
dalam satu unit usahatani. Diwyanto dan Handiwirawan (2004) menyatakan
bahwa adanya keterkaitan antara usahatani tanaman dan ternak ini membuat
kedua kegiatan tersebut dapat saling bersinergi. Selanjutnya, keterkaitan
tersebut dapat mengoptimalkan usaha agribisnis secara keseluruhan dalam satu
sistem integrasi tanaman dan ternak yang diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan
usahatani terpadu pada zona agroekosistem lahan kering berbasis konservasi
antara tanaman dan ternak

DASAR PEMIKIRAN

Integrasi tanaman pangan dan ternak sapi potong pada dasarya merupakan
perpaduan dua komoditas yang bisa dikembangkan secara bersamaan pada unit
lahan yang sama yang masing-masing komponennya saling membutuhkan satu
640 PARTNER, TAHUN 23 NOMOR 1, HALAMAN 638 - 645

sama lain. Tanaman pangan sebagai penghasil limbah pertanian bisa


dimafaatkan sebagai pakan ternak. Semantara ternak sapi merupakan hewan
ternak penghasil pupuk organic potensial yang dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan terpenuhinya salah
satu input produksi terutama pakan untuk ternak sapi dan pupuk organic
untuk tanaman pangan, maka keduan komponen dalam sistem tersebut
diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi.
Dengan meningkatnya produktivitas lahan kering melalui penerapan sistem
pertanian terpadu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani dan menguatnya ketahanan pangan petani di wilayah zona
agro ekosistem lahan kering dataran tinggi. Secara lengkap kerangka dasar
pemkiran di kembangknnya model SPT pada zona agroekosistem lahan kering
dataran tinggi, dapat dilihat pada Gambar 1.

Keseimbangan Lingkungan dengan Prinsip Peningkatan Pendapatan Rumah


Zero Waste Tangga petani

TANAMAN Pendapatan
Usahatani

Limbah Tanaman

Pupuk Peningkatan
Organik Pendapatan &
Pakan Ternak
Ketahanan Pangan

TERNAK SAPI
Kotoran Sapi Hasil Ternak

Sumber Energi
Biogas Rumah Tangga

Gambar 1. Dasar pemikiran pentingnya penerapan integrasi tanaman dan


ternak pada sistem pertanian terpadu dalam upaya meningkatkan produktifitas
pada zona agro ekosistem lahan kering dataran tinggi untuk peningkatan
Gambar 1 di atas merupakan model Intregrated Farming System yang perlu
pendapatan dan kesejahteraan
direkomen
.
METODE DAN LOKASI

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Lokasi


penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
daerah tersebut merupakan daerah zona dataran tinggi pada agroekosistem
M. Basri, dkk, Analisis Kelayakan Usahatani...…641

lahan kering. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – November 2018.
Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani tanaman sayuran
yang berjumlah 36 orang. Penentuan sampel dilakukan secara simple random
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik observasi, teknik wawancara dan penelusuran kepustakaan. Data
yang dianalisis dalam peneltian ini adalah data selama dua kali musim tanam,
yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung terhadap petani
responden yang mengusahatanikan tanaman sayuran di Desa Netpala
kecamatan Molo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua bentuk analisis yaitu
analisis penerimaan, pendapatan dan analisis Kelayakan Usaha sebagai berikut
Menurut Soekartawi et al., (1986) pendapatan atau revenue usahatani pada
agroekosistem lahan kering merupakan semua nilai produk yang dihasilkan dari
suatu usahatani pada agroekosistem lahan kering dalam periode tertentu, satu
musim tanam, atau dalam satu satuan kegiatan usaha. Analisis pendapatan
pada agroekosistem lahan kering diperoleh dari perhitungan penerimaan dan
biaya – biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Penghitungan
penerimaan usahatani (sistem pertanian terpadu pada agroekosistem lahan
kering) dapat dilakukan menggunakan rumus :
TR = Q x P
Alat analisis yang digunakan selanjutnya adalah analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C ratio) . Penggunaan R/C ratio bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha menguntungkan
dalam periode tertentu. R/C ratio atas biaya total dihitung dengan persamaan:

PEMBAHASAN

Model Interaksi pada Integrated Farming System (IFS)


Integrasi tanaman pangan dan ternak sapi dalam satu unit lahan
usahatani menyebabkan terjadinya kesinambungan antara produksi dan alokasi
lahan serta sumberdaya lainnya. Syam et al., (1996) menyatakan terdapat
interaksi komplementer antara pengusahaan tenaman dan ternak dalam satu
sistem. Tanaman menghasilkan biomasa yang dapat dijadikan sebagai pakan
642 PARTNER, TAHUN 23 NOMOR 1, HALAMAN 638 - 645

ternak. Sedangkan ternak menghasilkan pupuk kandang yang dapat


dikembalikan ke lahan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan
tanah. Interaksi tanaman dan ternak dalam model SPT berbasis konservasi
pada Zona Agro Ekosistem lahan kering dataran tinggi dapat dilihat pada
gambar 2.

Tan. Hedgerow/
1
Pakan ternak sapi
3

Limbah hasil panen

Ternak sapi dewasa, 2 ekor


Hasil jagung pada MT1 Kebutuhan hijauan pakan dari
pangkasan tanaman hedgerow
Hasil sayuran, MT2 dan 3 (kaliandra/lamtoro dan rumput
Hasil sapi

Hasil pupuk organic dari kotoran sapi

Keterangan: 1. Barisan tanaman Hedegerow (Kaliandra/lamtoro dan rumput; 2. Area


tanaman pangan (Jagung pada MT, dan sayuran pada MT2 dan MT3; 3. Kandang
ternak sapi kapasitas 2 ekor; 4. Tempat pengolahan pupuk

Hasil analisis kelayakan ekonomi Pertanian terpadu usahatani sayuran


berbasis Konservasi dan Ternak sapi. Hasil Uji-coba model ini melibatkan satu
kelompok tani Akar Mas di desa Netpala, kacamatan Molo utara kabupaten
Timor Tengah Selatan. Luas lahan yang uji-coba adalah seluas 1 Ha. Jenis
usahatani yang dikembangkan adalah usahatani sayuran dataran tinggi. Pilihan
jenis usahatani ini dikarenakan potensi iklimnya mendukung untuk
berusahatani sepanjang tahun. Orientasi usahatani secara umum sudah bersifat
komersial, dengan pasar tujuanya adalah Kota Soe dan kota Kupang. Lahan
usahatani didominasi oleh lahan dengan kemiringan diatas 15%, sehngga
tingkat erosi yang terjadi juga sangat tinggi. Ketergantungan petani terhadap
sarana produksi terutama pupuk dan pestisida kimia sangat tinggi. Oleh karena
M. Basri, dkk, Analisis Kelayakan Usahatani...…643

itu model pertanian yang dikembangkan dengan model pertanian terpadu


berbasis konservasi dan ternak menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan
petani di atas. Komponen penyusun dari model ini, yaitu: (1). Ternak sapi, (2)
tanaman sayuran, dan (3). tanaman legume. Rumput sebagai tanaman penguat
teras (tanaman konservasi). Jumlah ternak yang dimasukan dalam sistem,
sebayak: 2 ekor sapi bakalan untuk tujuan penggemukan, dan dipelihara secara
intensif dalam kandang. Kebutuhan pakan ternak untuk tahun pertama baru
sebagian yang terpenuhi dalam sistem, namun tahun kedua semuanya sudah
terpanuhi dalam sistem. Diantara barisam tanaman hedgerow (berupa lamtoro
dan rumput yang dtanam sepanjang garis kontur teras) diusahakan tanaman
jagung dan berbagi tanaman sayuran, seperti kubis, brokoli, sawi. Jarak tanam
kol adalah 50 cm x 50 cm. Penentuan harga dalam analisis ini adalah harga
yang berlaku saat ini ditingkat petani. Sistem penjualan produk/hasil dari
model adalah dengan cara pedangang membeli langsung di kebun petani.
Berikut ini adalah komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani dan
pendapatan yang diterima oleh petani, dalam mengusahakan model pertanian
terpadu berbasis konservasi dan ternak (analisis dihitung pada tahun kedua
penerapan)
Tabel 3.Hasil analisis eknomi usahatani pertanian terpadu berbasis Konservasi
di desa Netpala, kecamatan Molo utara, kabupaten TTS.
SPT Berbasis Konservasi
No Uraian
dan Ternak Sapi
ZAE Dataran Rendah Fisik Rp
A Komponen Biaya
1 Persiapan Lahan 1 Ha 2,500,000,-
2 Ternak Sapi 2 Ekor @ Rp.3.500.000 7.000.000,-
3  Brokoli 20 gr 5 Bungkus @ Rp. 325.000,-
65.000,-
4  Pitsay 20 gr (1500 biji) 5 Bungkus @ Rp. 65.000 325.000,-
5  Kubis 20 gr (1500 biji) 8 Bungkus @ Rp. 65.000 520.000,-
6  Jagung 5 Bungkus @ Rp. 600.000,-
120.000,-
7  Pupuk Bokashi 3000 kg x 1.000 3.000,000,-
6  Pupuk Urea 150 kg @ Rp. 2.200 330.000,-
8  Obat- Obatan 1 Paket 1.500.000,-
644 PARTNER, TAHUN 23 NOMOR 1, HALAMAN 638 - 645

9  Tenaga Kerja 7Org @ Rp. 50.000,x14 hari 4.900.000,-


11  Pembuatan Kandang 1 Unit 5.000.000,-
12 Sperayer 2 buah 800.000,-
13 Cngkul 5 buah @ Rp. 75.000,- 375.000,-
14 Sabit 5 buah @ Rp. 35.000,- 175.000,-
15 Garu 5 buah @ Rp. 40.000,- 200.000,-
 Total Biaya 27.550.000,-
B Penerimaan Produksi Harga Jumlah
1 Ternak Sapi 2 Ekor 7.500.000, 15.000.000,-
-
2 Brokoli, 2 x tanam 3600 crop 6.000,- 21.600.000,-
3 Pitsay, 2 x tanam 3600 crop 6.000,- 21.600.000,-
4 Kubis, 2 x tanam 3600 Crop 6.000,- 21.600.000,-
5 Jagung 4.800 tongkol 1.000,- 4.800.000,-
Total Penerimaan 84.600.000,-
Keuntungan 57.050.000,-
Pendapatan/ bln 4.754.116,-
R/C ratio 2,07

Hasil analisis pendapatan dan R/C ratio (Tabel 1), menunjukkan bahwa model
usahatani sayuran berbasis konservasi dan ternak sapi yang dikembangkan di
zona agroekosistem dataran tinggi, memberikan keuntungan sebesar
Rp.57.050.000, atau setara dengan pendapatan bulanan sebesar Rp 4.754.116
per bulan, dengan nilai R/C ratio sebesar 2.07. Nilai R/C yang > 1 ini
menunjukkan bahwa usaha pertanian terpadu berbasis konservasi layak untuk
dikembangkan. Keuntungan yang diterima petani ini akan meningkat pada
tahun berikutnya, karena ada efisiensi atau penghematan biaya penggunaan
pupuk yang berasal dari pupuk organik yang dihasilkan dari kandang sapi yang
ada dalam sistem .

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usahatani terpadu berbasis
konservasi pada zona agroekosistem lahan kering dataran tinggi dapat
disimpulkan bahwa:
M. Basri, dkk, Analisis Kelayakan Usahatani...…645

1. Untuk dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani berbasis


konservasi dan ternak sapi harus melakukan diversifikasi usahatani baik
vertikal maupun horizontal. Caranya dengan menerapkan pola usahatani
terpadu sistim integrasi berbasis tanaman sayuran dan sapi.
2. Pendapatan usahatani pertanian terpadu pada zona agroekosistem lahan
kering berbasis konservasi dengan rata-rata luas lahan 1 ha dengan total
biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 27.550.000,-, penerimaan sebesar Rp
84.600.000,- dan pendapatan yang diterima adalah sebesar Rp 57.050.000,-.
3. Agroekosistem dataran tinggi berlokasi di desa Netpala kecamatan Mollo
Selatan kabupaten Timor Tengah Selatan diketahui bahwa pada zona
agroekosistem dataran tinggi pada model SPT.secara ekonomis dinyatakan
layak karena Nilai B/C ratio > 1

Saran
Berdasarkan hasil kajian ini, maka disarankan agar perlu intervensi
pemerintah dalam mensosialisasikan pengembangan sistem pertanian terpadu
berbasis konservasi dengan focus pada komoditi sayuran bagi petani sebagai
upaya meningkatkan produktivitas usahatani lahan kering

DAFTAR PUSTAKA

Diwyanto, K. dan E. Masbulan 2001. Pengembangan Sistim Agribisnis


Peternakan Ramah Lingkungan. Kasus : Integrasi Sapi di Lahan
Persawahan. Makalah pada Apres iasi Teknis Program Litkaji CLS.
Puslitbangnak, Bogor.

Diwyanto, K. dan E. Handiwirawan, 2004. Peran Penelitian dan Pengembangan


Pertanian Alam Mendukung Usaha Agribisnis Pola Integrasi Tanaman-
Ternak. Prosiding Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Ternak
– Tanaman. Denpasar, 20 – 22 Juli 2004. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian.

Syam, M., Hermanto, dan A. Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman


Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani
dan Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai