Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Motivasi Perspektif Tafsir Al Qur'an

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MOTIVASI PERSPEKTIF TAFSIR ALQURAN

MAKALAH
Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Tafsir
Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad, E.Q., M.A


Dr. Dadan F Ramdhan, M.Ag., M.M.Pd.

Disusun Oleh :

Moh Zidna Faojan Adima (2200060013)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM S-2 REGULER


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Atas nama Allah SWT., yang Maha Pengasih dan Penyayang, penulis
memanjatkan puji dan syukur tiada terhingga. Berkat Rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah dengan judul “Motivasi Perspektif
Tafsir Alquran” Mata Kuliah Tafsir Manajemen Pendidikan dengan dosen
pengampu Prof. Dr. H. Nurwadajah Ahmad, E.Q., M.A. & Dr. Dadan F Ramdhan,
M.Ag., M.M.Pd.
Shalawat dan Salam selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Besar
Muhammad Saw., kepada para Sahabatnya, Keluarganya juga kepada kita selaku
umatnya mudah-mudahan mendapatkan shafa’ah al-‘uzma dari beliau di hari
akhir nanti.
Aamiin…..

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
D. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Pengertian Motivasi ............................................................................................. 3


B. Ayat Terkait dengan Motivasi............................................................................ 4
1. Q.S. Al-An’am : 50 .......................................................................................... 4
2. Q.S. Az-Zumar : 9 ............................................................................................ 7
3. Q.S. Al-Mujadalah : 11 ................................................................................... 9
4. Q.S. Al-Isra’ : 39 .............................................................................................. 11

BAB III : PENUTUP ................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13

B. Kritik dan Saran .................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika Allah SWT mewajibkan seseorang untuk mengerjakan sesuatu, itu
artinya Allah telah menyiapkan imbalan yang dapat dipetik atas apa yang telah
dikerjakan oleh hambanya itu. Seperti ketika Allah mewajibkan bagi setiap umatnya
untuk menuntut ilmu dimanapun itu, karena menuntut ilmu merupakan kewajiban
dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran.
Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban . Bahkan
dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik . dan dari situlah Allah juga akan melihat
kepada hambanya yang benar-benar bekerja keras atau barang siapa yang benar-
benar menunaikan kewajiban tersebut, maka Allah SWT akan memberikan hasil atau
imbalan yang sesuai dengan apa yang telah diusahakan. Disamping itu seseorang
pastinya membutuhkan motivasi dalam menjalankan upayanya tersebut, sebenarnya
banyak orang bijak mengatakan bahwasanya “Motivasi terbesar itu datang dari diri
sendiri”. Ya, kita semua mengetahui akan hal itu, dengan didasari niat yang baik atau
niat yang benar-benar ingin dicapai dari apa yang diupayakan serta menjalankannya
semata lillahi taa’la.
Flashback kembali untuk mengetahui apa itu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah
kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-
angsur melalui perantara malaikat Jibril. Dan dari Nabi Muhammad SAW lah Al-
Qur’an tersebut disampaikan kepada umat manusia dan berfungsi sebagai petunjuk
baginya, petunjuk untuk membawa manusia ke jalan yang lurus, petunjuk sebagai
pembeda antara yang haq dan yang bathil, serta salah satu fungsi dari Al-Qur’an
adalah sebagai motivasi untuk belajar atau motivasi dalam pendidikan. Mengapa
demikian? Terdapat banyak surat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
pendidikan, dan dari sanalah kita dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang
motivasi belajar atau pendidikan dalam Al-Qur’an.
Berangkat dari kata motivasi yang artinya adalah dorongan, dorongan atau
dalam bahasa arab at-tasyji’ dorongan yang mempengaruhi diri seseorang untuk
melaksanakan sesuatu. Atau berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham
Maslow, teori X dan teori Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer,

1
arti motivasi adalah 'alasan' yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan
orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang
diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Serta motivasi
yang kita garis bawahi disini adalah motivasi pendidikan dalam persepektif atau
pandangan Al-Qur’an. Segala sesuatu yang berkesinambungan atau berjalan diatas
bumi ini telah dijelaskan oleh firman Allah dalam Al’Qur’an. Mulai dari segi sains,
ilmu sosial hingga psikologi. Tinggal bagaimana seorang umat atau hamba Allah
yang berfikirlah yang harus menganalisa kembali apa yang telah Allah wahyukan
melalui Kitab suci Al-Qur’an. Dan apa yang Allah semata-mata berikan kepada umat
manusia adalah segala sesuatu yang berupa hidayah dimana didalamnya terkandung
banyak sekali hikmah. Dan salah satunya adalah pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Motivasi?
2. Ayat Al Quran mana yang terkait dengan Motivasi?
3. Apa makna dari Ayat Al Quran terkait dengan motivasi?
4. Bagaimana asbabun nuzul diturunkan Ayat Al Quran terkait dengan
motivasi?
5. Bagaimana penafsiran Ayat Al Quran terkait tentang motivasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Motivasi?
2. Untuk mengetahui ayat Al Quran mana yang terkait dengan Motivasi?
3. Untuk mengetahui apa makna dari Ayat Al Quran terkait dengan motivasi?
4. Untuk mengetahui asbabun nuzul diturunkan Ayat Al Quran terkait dengan
motivasi?
5. Untuk mengetahui penafsiran Ayat Al Quran terkait tentang motivasi?

D. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis hanya sebatas menyampaikan tentang


motivasi khususnya dalam dunia pendidikan saja. Dengan dasar motivasi inilah
nantinya akan dapat disusun ayat yang terkait dengan tema, makna mufradat,
asbabun nuzul, tafsir terkait dan tafsir kontektual yang lebih detail.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahas latin Movere yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau peratan. Kata
movere , dalam bahasa inggris, sering disepadankan dengan motivation yang berarti
pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang meimbulkan dorongan. Secara
harfiah motivasi berarti pemberi motif. Seseorang melakukan suatu tindakan pada
umumnya mempunyai suatu motif. Seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja,
tentu ada suatu maksud atau tujuan yang mendorongnya melakukan suatu tindakan.
Motif dasar dari seseorang tersebut adalah adanya kebutuhan orang tersebut akan
kebanggaan dan kehormatan serta, mungkin limpahan materi.1 Motif yang
mempunyai arti daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Agar seseorang terdorong untuk melakukan suatu tugasnya dengan baik dia harus
termotivasi. Orang yang sangat termotivasi akan mengerjakan tugas dan
pekerjaannya dengan kerja keras sebaliknya orang yang tidak termotivasi akan
bekerja dengan malas-malasan. Oleh karena itu seorang manajer dituntut dapat
membuat situasi suasana tempat bekerja senyaman mungkin agar setiap karyawan
dapat merasa nyaman dalam bekerja.
Motivasi menurut Hasibuan adalah sebagai suatu keahlian dalam mengarahkan
pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai
keinginan para pegawai sekaligus tercapainya tujuan organisasi. 2
Jadi motivasi dapat disimpulkan menjadi daya pengerak diri yang membuat
seseorang aktif melakukan sesuatu sesuai tujuan yang ingin ditujunya.

1
Suwatno, Manajemen SDM dalam organisasi publik dan bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2014), 171.
2
Agus Purwanto, Al’Alim Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Mizan Publishing House,
2009), 134.

3
B. Ayat Yang Terkait Dengan Motivasi

1. Q.S. Al-An’am : 50

ْ ْ ِ‫ول لا ُك ْم إِنِي املاك ۖ إ‬


ُ ُ‫ب اواَل أاق‬ ِ َّ ِ ِ ِ
‫ول لا ُك ْم ع ْندي اخ ازائ ُن الله اواَل أا ْعلا ُم الْغاْي ا‬
ُ ُ‫قُ ْل اَل أاق‬

ِ ‫أاتَّبِع إََِّل ما يوح ٰى إِلا َّي ۚ قُل اهل يستا ِوي ْاْلا ْعم ٰى والْب‬
ْ ‫ص ُير ۚ أافا اَل تاتا اف َّك ُرو ا‬ ‫ا ا ا‬ ْ‫ْ ْا‬ ‫ُ ا ُ ا‬

“Katakanlah, ‘Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan


Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah, ‘Apakah
sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kalian
tidak memikirkan(nya)?.3

a. Makna Mufrodat
ُُُ‫َخ َزائِن‬ : Penyimpanan (perbendaharaan)
ُُ‫ست َ ِوي‬
ْ َ‫استوىُ–ُي‬ : Sama (menyerupai)
ُُ‫ْاْل َ ْع َمى‬ : Buta (blind)
ُ‫ا ْل َب ِصير‬ : Melihat

b. Penafsiran
ُ‫ق ْل‬
Katakanlah (wahai Muhammad);
Dalam ayat ini, Allah mengarahkan Nabi Muhammad untuk memberi
tahu kepada manusia dan Nabi Muhammad dengan spesifik
memberitahukan kepada manusia tentang apa yang akan disampaikan.
Oleh karena itu, hendaklah kita memperhatikan dengan baik dengan apa
yang hendak disampaikan. Ada tiga perkara yang perlu disampaikan oleh
Nabi.4

3
Agus Purwanto, Al’Alim Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Mizan Publishing House,
2009), hlm. 134.
4
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hlm. 385

4
ُ‫ََلُأَقولُلَك ْم‬
“Aku tidak mengatakan kepada kamu
Nabi diutus untuk menjelaskan pemahaman manusia tentang dirinya.
Supaya jelas siapakah Nabi Muhammad itu. Ini penting karena banyak
salah faham dalam masyarakat sekarang yang merasakan Nabi
Muhammad itu bukan manusia biasa. Mereka yang berkata demikian itu
tidak bisa saja membawa dalil, tapi hanya sangkaan-sangkaan manusia
saja. Mereka sebenarnya menolak dalil ayat Quran ini.
ُ‫ِع ْندِيُ َخ َزائِنُاللَّ ِه‬
Perbendaharaan Allah ada padaku
Nabi diutus untuk mengatakan bahwa beliau tidak mempunyai
perbendaharaan Allah untuk diberikan sedikitpun kepada manusia.
Perbendaharaan itu bolehlah diandaikan sebagai satu tempat yang
diletakkan rezeki di dalamnya. Nabi juga tidak memegang kunci atas
perbendaharaan itu. Beliau sama dengan manusia biasa yang lain. Bukan
tugas Nabi untuk memberi rezeki kepada manusia. Bahkan Nabi juga
memerlukan rezeki dari Allah. Oleh Sebab itu, kita pun pernah mendengar
kisah bagaimana dapur Nabi berbulan-bulan tidak berasap. Beliau pun ada
masanya mengikat perut karena kelaparan. Jikalau beliau memiliki pintu
rezeki, tentulah Nabi tidak akan ada masalah kelaparan dan sebagainya.
Maka dari itu apabila kita memerlukan sesuatu, bukan kita meminta
sesuatu itu kepada Nabi kerana Nabi juga mengharap kepada Allah.
ُ‫َو ََلُأ َ ْعلَمُا ْلغَ ْي َب‬
Dan aku tidak mengetahui perkara-perkara yang ghaib.
Jikalau nabi seorang manusia yang paling mulia pun tidak tahu
tentang perkara ghaib, lalu bagaimana dengan manusia biasa yang lebih
rendah kedudukannya daripada Nabi? Tentulah mereka tidak tahu. Maka
jangan kita bertanya tentang perkara ghaib kepada sesama manusia.
Misalnya seorang peramal yang mengetahui perkara ghaib dan bisa
meramal itu sangatlah salah besar. Dan telah berlaku musyrik jika kita
percaya kepadanya.
Apakah yang dimaksudkan dengan ghaib?:
1. Berita masa depan; apa yang akan berlaku esok, lusa dan sebagainya.

5
2. Cerita yang sudah berlalu. Jangankan masa depan, yang telah berlalu
pun kita tidak tahu dengan pasti. Kalau kita tahu pun sesuatu yang berlaku
dahulu, itu bukanlah sesuatu yang benar-benar berlaku.
3. Perkara ghaib alam roh, alam malaikat, syurga, neraka dan sebagainya.
‫َو ََلُأَقولُلَك ْمُإِنِيُ َملَك‬
Dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah
malaikat
Nabi Muhammad diutus memberitahu bahwa beliau tidak
memiliki sifat-sifat malaikat. Nabi bersifat manusia. Tidak sama dengan
malaikat karena mereka mempunyai sifat-sifat tersendiri. Mereka
mempunyai sifat-sifat istimewa yang diberikan oleh Allah. Dalam ayat
ini, Nabi Muhammad diutus untuk memberitahukan kepada manusia
bahwa beliau adalah seorang manusia dan hanya mempunyai sifat-sifat
manusia saja.5
Sifat Nabi Muhammad adalah sama dengan sifat manusia yang lain.
Nabi memiliki nafsu, malaikat tidak memilikinya. Kalau manusia
memiliki sifat pelupa, Nabi juga memiliki sifat lupa.
ُ‫ِإ ْنُأَت َّ ِبعُ ِإ ََّلُ َماُيو َحىُ ِإلَي‬
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Oleh karena itu, Allah berfirman “Aku hanya mengikuti apa yang
diwahyukan kepadaku”. Nabi hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu
oleh Allah, dan beliau menjalankan apa yang diwahyukan kepadanya,
serta tidak pernah melampauinya atau berpaling (dari wahyu tersebut)
walau hanya sejengkal.
َ ‫يُاْل َ ْع َمى‬
ُ‫ُوا ْلبَ ِصير‬ ْ ‫ست َ ِو‬
ْ َ‫قلُْ َهلُْي‬
’Katakanlah,‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat?’
"Katakan pula, wahai Nabi, "Apakah sama orang yang tersesat dan
yang mendapat petunjuk dalam mengetahui kebenaran- kebenaran ini?
(orang yang buta) orang kafir (dengan orang yang melihat?") orang yang
beriman, tentu saja tidak.6

5
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi. (Semarang : CV Toha Putra, 1993), hlm. 120.
6
Muhammad Quraish Shihab, hlm. 387.

6
َُ‫أَفَ ََلُتَتَفَكَّرون‬
Maka apakah kalian tidak memikirkan(nya)?
(Maka apakah kamu tidak memikirkan) tentang hal itu, kemudian
kamu beriman. Apakah pantas kalian berpaling dari petunjuk yang aku
bawa kepada kalian, hingga tidak merenungkannya dengan akal pikiran
supaya menjadi jelas kebenaran itu bagi kalian?" Sehingga kamu dapat
memposisikan sesuatu pada tempatnya.7

Dan mengetahui mana yang harus dikerjakan dan ditinggalkan.

2. Q.S. Az-Zumar : 9

‫اج ًدا اوقاائِ ًما يا ْح اذ ُر ْاْل ِخ ارةا اويا ْر ُجو ار ْح امةا اربِ ِه ۗ قُ ْل اه ْل‬
ِ ‫أ َّامن ُهو قاانِت آنااء اللَّْي ِل س‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ْ ا‬
ِ ‫ين اَل يا ْعلا ُمو ا ْ ۗ إِنَّ اما ياتا اذ َّكر أُولُو ْاْلالْباا‬ ِ َّ ِ َّ
ُ ‫يا ْستا ِوي الذ ا‬
‫ين يا ْعلا ُمو ا ْ اوالذ ا‬

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.8

a. Makna Mufrodat
ُُ‫قَانِت‬ : ُ‫ُعابدُاللهُتعالى‬,‫ُخاضع‬,‫( مطيع‬Taat, dan beribadah kepada Allah)
ُ‫ آنَا َءُاللَّ ْي ِل‬: ُ‫( ساعته‬waktunya bersujud dan berdiri dan mengharap rahmat)

b. Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Umar
bahwa yang dimaksud dengan, ُ ُ‫أ َ َّم ْن ُه َو ُقَانِت‬,,, ‫اليُأخره‬... (apakah kamu hai
orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah…)
dalam ayat ini (az-Zumar: 9) ialah ucapan ‘Utsman bin ‘Affan (yang selalu

7
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir ibnu Katsir Jilid 2, (Jakarta : Gema Insani Press,
1999), hlm. 214
8
Agus Purwanto, hlm. 460

7
bangun malam sujud kepada Allah swt.)Menurut riwayat Ibnu Sa’d dari
al-Kalbi, dari Abu Shalih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, orang yang
dimaksud dalam ayat 9 adalah ‘Ammar bin Yasir. Menurut riwayat
Juwaibir yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, orang-orang yang dimaksud
dalam ayat ini adalah Ibnu Mas’ud, ‘Ammar bin Yasir, dan Salim, maulaa
Abu Hudzaifah.
Menurut riwayat Juwaibir yang bersumber dari ‘Ikrimah, orang yang
dimaksud dalam ayat 9 ini adalah ‘Ammar bin Yasir. 9

c. Penafsiran
‫ًاُوقَائِ ًما‬
َ ‫اجد‬ َ ُ‫أ َ َّم ْنُه َوُقَانِتُآنَا َءُاللَّ ْي ِل‬
ِ ‫س‬
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
Yakni dalam keadaan sujud dan berdirinya mereka berqunut. Karena
itulah ada sebagian ulama yang berdalilkan ayat ini mengatakan bahwa
qunut ialah khusyuk dalam solat bukanlah do’a yang dibacakan dalam
keadaan berdiri semata, yang pendapat ini diikuti oleh ulama lainnya. As-
Sauri telah meriwayatkan dari Firas, dari Asy-Sya’bi, dari Masruq, dar
ibnu Mas’ud r.a, yang mengatakan bahwa al-qanit adalah orang yang
selalu taat kepada Allah dan Rasulnya. Ibnu Abbas r.a, Al-Hasan, As-Sadi
dan ibnu Za’id mengatakan bahwa yang dimaksud ana-al lail yakni
waktu-waktu tengah malam.10
َ َ‫وُر ْح َمة‬
‫ُربِ ُِه‬ ْ ‫يَ ْحذَر‬
َ ‫ُاْل ِخ َرةَُُ َويَ ْرج‬
Sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya?
Maksudnya, yaitu dalam ibadahnya ia takut dan sangat mengharap
kepada Allah, juga hendaknya perasaan takut itu mendominasi sebagian
besar pada masa hidupnya. Karena itulah disebutkan dalam firman-
Nya Sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya. Dan apabila saat menjelang ajal hendaklah rasa harap lebih
menguasai dirinya yang bersangkutan.

9
Jalaluddin As-Suyuti, Asbabu Nuzul. (Beirut : Muassasu Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, 2002), hlm.
320.
10
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, hlm 95

8
َُ‫ُوالَّ ِذينَ ََُلُ َي ْعلَمون‬
َ َ‫ست َ ِويُالَّ ِذينَ ُ َي ْعلَمون‬
ْ ‫قلُْ َهلُْ َي‬
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?"
Maksudnya, apakah orang yang demikian sama dengan orang yang
sebelumnya yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk
menyesatkan manusia dari jalan Allah? Tentu saja tidak.
ِ ‫وُاْل َ ْل َبا‬
ُ‫ب‬ ْ ‫ِإنَّ َماُ َيتَذَكَّرُأول‬
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Yakni sesungguhnya yang mengetahui golongan ini dengan golongan
sebelumnya adalah orang yang memiliki akal. (Hanya Allah lah yang
mengetahui).

3. Q.S. Al-Mujadalah : 11

ُ‫س ِح الله‬
‫س ُحوا يا ْف ا‬ ِ ِ‫س ُحوا فِي ال اْم اجال‬
‫س فاافْ ا‬ َّ ‫يل لا ُك ْم تا اف‬ِ ِ
‫ين آ اامنُوا إ اذا ق ا‬
ِ َّ
‫ياا أايُّ اها الذ ا‬
‫ْم‬ ِ ِ َّ ِ ِ َّ ِ ِ
‫ين أُوتُوا الْعل ا‬
‫آمنُ ْوا منْ ُك ْم اوالذ ا‬
‫ين ا‬
‫ش ُزوا يا ْرفا ِع اللهُ الذ ا‬
ُ ْ‫ش ُزوا فاان‬
ُ ْ‫يل ان‬
‫لا ُك ْم اوإذاا ق ا‬
ٍ ‫ادرج‬
‫ات اواللهُ بِ اما تا ْع املُو ا ْ اخبِير‬ ‫اا‬
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.11

a. Makna Mufrodat
َّ َ‫تَف‬
‫سحوا‬ : Maksudnya adalahُ ‫توسعوا‬ : saling
meluaskan/mempersilahkan.
ُِ ‫س‬
‫ح‬ َ ‫يَ ْف‬ : Allah akan melapangkan rahmat dan rizki bagi mereka.
‫فَا ْنشزوا‬ : Saling merendahkan hati untuk memberi kesempatan kepada
setiap orang yang datang.

11
Agus Purwanto, hlm. 460

9
َُ‫يَ ْرفَ ِعُاللهُالَّذِين‬ : Allah akan mengangkat derajat mereka yang telah
memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat pada tempat yang khusus sesuai
dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.

b. Asbabun Nuzul
Ayat ini diturunkan pada waktu Rosulullah SAW ingin memuliakan
sahabat ahli perang badar dari pada sahabat muhajirin dan anshor. Qatadah
mengatakan “ Ayat ini turun berkenaan dengan majelis-majelis dzikir.
Yaitu, bahwa apabila mereka melihat salah seorang datang menuju tempat
mereka, mereka mempersempit tempat duduk disamping Rasulullah
SAW, kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk
melapangkan tempat duduk satu sama lain” yaitu ketika Rosulullah SAW
duduk di tempat yang sempit beliau ingin memuliakan sahabat ahli badar,
maka datanglah sahabat ahli badar tersebut saling berdesakan dan berdiri
di hadapan beliau sambil menanti kelapangan majlis (tempat duduk),
Rosulullah memerintahkan sahabat yang bukan ahli badar yang berada
disampingnya untuk berdiri.12

c. Penafsiran
َّ َ‫يَاُأَيُّ َهاُالَّ ِذينَ ُآ َ َمنواُ ِإذَاُقِي َلُلَك ْمُتَف‬
ُ‫سحواُفِيُا ْل َم َجا ِل ِس‬
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis"
Lapangkan atau luaskanlah tempat duduk dalam majelis, agar orang
lain yang baru datang bisa menduduki tempat tersebut (berbagi).
‫ُو ِإذَاُقِي َلُا ْنشزواُفَا ْنشزوا‬
َ ‫حُاللهُلَك ْم‬ َ ‫فَا ْف‬
َ ‫سحواُيَ ْف‬
ِ ‫س‬
Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah
Maka lapangkanlah karena barang siapa yang menanam maka ia akan
memanen. Banyak sekali pemberian pahala dengan yang seperti ini. Itulah
sebabnya allah berfirman Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu abbas
dan yang lain bahwa mereka menafsirkan firman Allah SWT “Apabila

12
Jalaluddin As-Suyuti, Asbabu Nuzul.(Beirut : Muassasu Al-Kutub Al-Tsaqafiyah, 2002), hlm.
423.
10
dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu” dengan
majelis-majelis dipeperangan. Dan mereka mengatakan lagi arti firman
Allah SWT., “Dan apabila dikatakan ‘berdirilah kamu, maka berdirilah’
yaitu bangkit untuk berperang.13

َ ‫ُوالَّ ِذينَ ُأوتواُا ْل ِع ْل َمُد ََر َجات‬


ُ‫ٍُواللهُبِ َماُت َ ْع َملونَ ُ َخ ُِبير‬ ِ ‫فَا ْنشزواُيَ ْرفَعُِاللهُالَّ ِذينَ ُآ َمن ْو‬
َ ‫اُم ْنك ْم‬
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang
melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang
khusus, baik dari pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap
orang mukmin dianjurkan agar memberikan kelapangan kepada sesama
kawan yaitu datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar
meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan
ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya.
Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada
Tuhannya, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang
dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di
dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan
buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut.
Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang
yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.

4. Q.S. Al-Isra’ : 39

‫ْح ْك ام ِة ۗ اواَل تا ْج اع ْل ام اع اللَّ ِه إِلٰا ًها ا‬


‫آخ ار فاتُ لْ اق ٰى فِي‬ ِ ‫ك ِمن ال‬ ‫ك ِم َّما أ ْاو اح ٰى إِلاْي ا‬
‫ك اربُّ ا ا‬ ‫ٰاذلِ ا‬

‫ورا‬
ً ‫وما ام ْد ُح‬
ً ُ‫َّم امل‬
‫اج اهن ا‬

13
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir ibnu Katsir Jilid 4. hlm. 629.

11
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu, dan
janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, (yang
menyebabkan) kamu dilemparkan ke dalam neraka Jahannam (dalam
keadaan) tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).”14

a. Makna Mufrodat
َ ‫فَت ْل‬
ُ‫ق‬ : Maka kamu dicampakkan.
‫َملوم‬ : Tercela.
‫ورا‬
ً ‫َّمدْح‬ : Terbuang.

b. Penafsiran
َ َ‫ُم َّماُأ َ ْو َحىُإِلَ ْيك‬
ِ َ‫ُربُّك‬
َُ‫ُمن‬ ِ َ‫ذَ ِلك‬
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu,
Allah SWT, berfirman bahwa akhlak mulia ini (hikmah) yang kami
perintahkan kepadamu dan sifat-sifat hina yang kami melarangmu
melakukannya merupakan sebgian perkara yang kami wahyukan
kepadamu, hai Muhammad, agar kamu memerintahkan atau
memberitahukan perkara itu kepada manusia.15

ُ‫َو ََلُت َ ْج َعلُْ َم َعُاللَّ ِهُ ِإلَ ًهاُآ َخ َرُفَت ْلقَىُفِيُ َج َهنَّ َم‬
Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah,
(yang menyebabkan) kamu dilemparkan ke dalam neraka Jahannam
Janganlah kamu meyekutukan Allah, karena jika kamu melakukannya
itulah yang menyebabkanmu dilempar kedalam neraka Jahnnam. Artinya,
kelak nanti kamu akan mencela dirimu senidiri.
‫ورا‬
ً ‫َملو ًماُ َمدْح‬
tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)
Dan Allah beserta semua makhluk akan mencelamu dan dijauhkan kamu
dari semua kebaikan. Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan yang
dimaksud adalah dijauhkan atau dihindari dari Rahmat Allah khitab dalam
ayat ini adalah memang ditujukan kepada Rasulullah SAW, tetapi makna
yang dimaksud ialah untuk umatnya, mengingat Rasulullah SAW adalah
seseorang yang dima’sum dari segala dosa atau perbuatan hina.

14
Agus Purwanto, hlm. 287.
15
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir ibnu Katsir Jilid 3, hlm. 61.
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak hal yang dapat kita petik dalam pembelajaran ayat-ayat diatas
mengenai motivasi pendidikan dalam Al-Qur’an. Karena menuntut ilmu merupakan
kewajiban setiap umat, maka sudah dapat dipastikan segala sesuatu yang telah kita
upayakan dalam pendidikan juga akan menuai hasil yang sesuai nantinya.
Motivasi pendidikan tersebut diantaranya :
1. QS. Al-An’Am : 50
Perumpamaan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sama
dengan orang mu’min dengan orang kafir, diserupai bagaikan orang yang bisa
melihat dan orang yang tidak bisa melihat, karena walaupun ia memiliki kedua mata,
tetapi tidak digunakan dengan baik serta akal pikiran tidak digunakan untuk berfikir,
ataupun orang yang memiliki kesempatan tetapi tidak memanfaatkan kesempatan itu
dengan baik maka itu sama saja seperti orang yang tidak memiliki ilmu.
2. QS. Az-Zumar : 9
Perbandingan orang yang beruntung (selalu taat pada Allah dan mengharapkan
rahmat-Nya) dengan orang yang rugi (kafir). Tidak sama antara orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan dengan orang tidak memiliki ilmu pengetahuan,
sebagai contoh kita sebagai pelajar sangat beruntung daripada orang yang tidak
punya kesempatan untuk belajar, kita sebagai pekerja sangat beruntung jika
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan. Maka sudah sepantasnya
kita bersyukur serta mengoptimalkan posisi kita saat ini.
3. QS. Al-Mujadalah : 11
Maksudnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkan agar memberikan
kesempatan kepada sesama kawan yaitu yang datang belakangan atau kita bisa
memberitahukan/mengajarkan apa yang kita tahu, apabila dianjurkan agar keluar
meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada
prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilanhkan haknya. Melainkan
merupakan kesempatan yang dapat menambah kinerja seseorang untuk
meningkatkan kualitasnya pribadinya, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan
setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang
13
setimpal di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan
buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang
yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk
akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.
4. Qs. Al-Isra’ : 39
Pendidikan yang baik adalah apabila seseorang itu tidak hanya mendapatkan
ilmu saat ia menerima pelajaran melainkan juga mendapatkan pelajaran akhlak, dan
bisa menerapkannya dalam kehidupan atau kesehariannya. Dalam ayat inipun kita
pahami bahwa jangan pernah menyia-nyiakan / menghilangkan kepercayaan orang
terhadap kinerja kita, karena apapun yang kita kerjakan maka hasilnya akan kita
dapatkan sesuai dengan apa yang kita lakukan.
B. Kritik dan Saran
Motivasi pendidikan sudah banyak berkecimpung dalam kehidupan umat
manusia, hanya saja kurang dilihat dari kacamata perspektif Al-Qur’an, segala
sesuatunya telah banyak dijelaskan dalam al-Quran tinggal diaplikasikan dalam
dunia pendidikan yang sebenarnya. Seseorang yang sudah mendapatkan ilmu tidak
hanya menghentikan perjuangannya disitu, akan tetapi haruslah ia mengajarkannya
kepada orang lain sehingga ilmu tersebut menjadi amal yang Insya Allah dibawa
hingga ke akhirat. Pendidikan adalah lentera kehidupan, karena seseorang akan
benar-benar menjadi orang ketika ia belum cukup puas akan ilmu yang
didapatkannya dan diamalkannya. Seperti yang sering kita dengar dalam hadits
ِ ‫أ ْطلبواُا ْل ِع ْل َم‬
َ ‫ُمنَ ُا ْل َم ْهدُِا‬
Rasul ُ‫ِلىُاللَّ ْه ِد‬

Demikian saya selaku penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini
tidaklah sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki. Untuk
itu saya mengharap masukkan dan saran yang bersifat membangun dari para
senior/dosen pengampu yang membimbing kami dalam pembuatan makalah. Yang
terakhir, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat yang besar terutama bagi
penulis dan para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Agus, (2009). Al’Alim Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Al-


Mizan Publishing House.
Quraish Shihab, Muhammad, (2000), Tafsir Al-Misbah Volume 6, Jakarta :
Lentera Hati.
Musthafa Al-Maraghi, Ahmad, (1993). Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV
Toha Putra.
Nasib Ar-Rifa’i, Muhammad, (1999), Ringkasan Tafsir ibnu Katsir Jilid 2,
Jakarta: Gema Insani Press.
As-Suyuti, Jalaluddin, (2002), Asbabu Nuzul, Beirut: Muassasu Al-Kutub Al-
Tsaqafiyah.

15

Anda mungkin juga menyukai