Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

2 Herbarium

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Ada dua macam cara pembuatan herbarium yaitu pembuatan herbarium kering dan

herbarium basah. Pada Herbarium basah biasanya bahan tumbuhan yang yang diawetkan adalah
jenis tumbuhan yang hidup di air atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti ganggang dan
jamur. (Widya, 2018)
Awetan/herbarium adalah spesimen (koleksi tumbuhan) baik koleksi basah maupun
kering. Spesimen kering pada umumnya telah dipres dan dikeringkan, sedangkan spesimen basah
yaitu koleksi yang diawetkan dengan menggunakan larutan tertentu, seperti FAA (larutan yang
terdiri dari formalin, alkohol, asam glasial dengan formula tertentu) dan alkohol (Murni, dkk,
2015). Menurut Tjitrosoepomo (2005), herbarium/awetan basah adalah spesimen tumbuhan yang
telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan.
Kelebihan awetan / herbarium sebagai media pembelajaran di sekolah menurut Yelianti,
dkk (2016) dan Budiwati (2015) adalah, siswa dapat mengamati secara langsung sehingga
pengalaman mereka lebih melekat; mempermudah guru dalam penyajian materi sesuai dengan
objek sesungguhnya; mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tenaga dengan kata lain guru
tidak perlu membawa siswa turun langsung ke lokasi; tidak merusak sumber daya alam;
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa.
Pembuatan herbarium basah pada alga yang bersifat makroskopik. Pada Teknik ini
dilakukan dengan menggunakan bahan pengawet larutan (solusi) 6-3-1 dari Transeu dan dapat
menggunakan larutan FAA. Larutan FAA sangat baik untuk pengawetan berbagai jenis
tumbuhan termasuk alga. Variasi formula yang digunakan untuk pengawetan tumbuhan alga 10
cc formalin komersial, 5 cc asem asetat glacial, dan 80 cc alcohol 70%. Larutan pengawet 6-3-1
dari Transeu terbuat dari 6 bagian air, 3 bagian adalah 95% alcohol dan 1 bagian formalin
komersial. Apabila menggunakan alga laut maka menggunakan air laut untuk membuat
formulasinya. Untuk mempertahankan warna hijau dari sampel alga maka ditambahkan copper
sulfat.
Teknik pembuatan herbarium alga dilakukan dengan mencuci sampel alga dari berbagai
kotoran yang melekat dengan air bersih jangan dicuci dengan air laut karena dapat terjadi
pembusukan, setelah bersih sampel alga yang sudah dewasa dan tidak cacat untuk dijadikan
bahan specimen herbarium, kemudian dimasukkan kedalam botol herbarium namun tidak
sampai penuh, kemudian diberi larutan pengawet sampai semua specimen alga terendam, dan
botol ditutup rapat. Botol diberi label yang berisi: nama ilmiah dari alga, nama daerahnya,
tanggal, tempat ditemukan, nama kolektor, dan determination. Selanjutnya disimpan pada rak-
rak koleksi.
Teknik pembuatan herbarium kering dapat dilakukan dengan membersihkan spesimen
alga dari berbagai kotoran, kemudian ditata di atas kertas herbarium. Jika spesimen mudah ditata,
maka spesimen tadi dapat langsung ditata, dan ditutup dengan lembaran kain, kemudian ditutup
lagi dengan beberapa lembar kertas koran, di bawah kertas herbarium juga diberi beberapa
lembar kertas koran, kalau spesimennya banyak dapat ditumpuk di atas yang pertama kurang
lebih sampai 5 tumpukan, tumpukan jangan terlalu banyak. Tumpukan tersebut diletakkan di
antara dua papan sasak dan diikat erat, akan lebih baik jika ditindih dengan pemberat yang rata.
Setiap 2 hari sekali kain dan kertas koran diganti dengan yang kering. Kain yang telah terpakai
dapat digunakan lagi jika sudah kering, begitu pula kertas korannya. Sebaiknya spesimen-
spesimen yang lunak atau tipis dipisahkan dari spesimen yang lain. Untuk spesimen yang sukar
ditata (biasanya spesimen lunak), spesimen tadi ditata dalam air (untuk ganggang laut digunakan
air laut). Caranya adalah nampan diberi air laut ± separuh volume nampan, masukkan kertas
herbarium ke dalam air tersebut kemudian ganggang diletakkan di atas kertas tadi dan ditata
sesuai selera, angkat kertas bersama ganggangnya yang telah tertata, ditempatkan di atas kertas
koran, tutuplah dengan kain dan kemudian kertas koran. Jika spesimen sudah diawetkan dalam
formalin air laut maka air dalam nampan yang untuk menata ganggang tidak perlu air laut lagi
cukup menggunakan air tawar saja. Selanjutnya, disimpan di tempat yang kering (tidak lembab),
dua hari sekali kain dan kertasnya diganti dengan yang kering sampai herbarium menjadi kering
sempurna (jangan dijemur), selanjutnya diberi label dan disimpan di rak-rak atau almari
herbarium yang suasananya tidak lembab.Teknik pembuatan herbarium alga yang bersifat
mikroskopik pada umumnya dapat dilakukan dengan menambahkan copper sulfat atau tawas
(alum) pada media pertumbuhannya. Pada umumnya dengan menambahkan 100 cc copper sulfat
pada 900 cc kultur alga (Sujadmiko.2003).
Pembuatan herbarium pada preparat yang mengandung banyak air alat yang dibutuhkan
adalah alat pemotong untuk mengambil material seperti: pisau,gunting, parang, dan kapak skop,
alat pembungkus material: kertas koran,kantung plastic, label , dan alat tulis. Bahan-bahan yang
diperlukan jika tanaman memungkinkan mengambil seluruh bagian yaitu
akar,batang,daun,kuncup,bunga dan buah, jika tidak memungkinkan maka mengambil bagian
yang penting untuk diidentifikasi seperti batang,tangkai dengan daun-daun dan bunga. Larutan
yang digunakan dalam pembuatan herbarium dengan preparat mengandung banyak air adalah
1000 ml aquades, 25 ml formalin, 1 ml asam asetat, 15 ml cupri sulfat. Cara kerja untuk
melakukan pembuatan herbarium basah adalah dengan mengumpulkan bagian tumbuhan
biasanya tumbuhan yang diawetkan adalah jenis tanaman yang hidup di air atau mempunyai
kadar air yang tinggi, seperti ganggang dan jamur, selanjutnya menyiapkan specimen yang akan
diawetkan, membersihkan bagian tumbuhan yang akan dibuat herbarium, lalu mencucinya
dengan air, menyediakan larutan kimia yang sudah diencerkan, memasukkan specimen pada
larutan formalin dalam botol, dan terakhir menutup rapat botol kemudian memberi label
identifikasi
Herbarium kering untuk tumbuhan herba yang tidak mudah membusuk dengan kadar air
rendah. Teknik atau cara membuat herbarium yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan herbarium
b. Spesimen tumbuhan herba ditemukan atau yang akan diawetkan sebelumnya diamati
morfologinya kemudian dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dan disemprotkan
dengan menggunakan alkohol 70%. untuk mematikan mikroorganisme pada spesimen
c. Spesimen tumbuhan herba kemudian dipres diantara kertas Koran dan mengerinkannya
dengan penjemuran. Tumbuhan dikatakan kering apabila sudah kaku dan tidak terasa
dingin.
d. Herbarium yang sudah diawetkan disimpan pada album foto, lalu dipasang label yang
berisi semua informasi yang telah diperoleh dari tumbuhan herba tersebut, diantaranya :
1. No urut
2. Nama kolektor:
3. Nama daerah:
4. Tempat pengambilan :
5. Tanggal pengambilan :
6. Habitat :
7. (Ulfa,2018).
Pada pembuatan preparat yang mengandung banyak air, pada tumbuhan pengumpulan
bagian tumbuhan: biasanya bahan tumbuhan yang yang diawetkan adalah jenis tumbuhan yang
hidup di air atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti ganggang dan jamur. Menyiapkan
specimen yang akan diawetkan. Membersihkan bagian tumbuhan yang akan dibuat herbarium,
lalu cuci dengan air. Menyediakan larutan kimia yang sudah diencekan. Adapun komposisi
larutannya sebagai berikut: a. 1000 ml aquadet b. 25 ml formalin c. 1 ml asam asetat d. 15 ml
terusi ( cupri sulfat). Masukkan specimen pada larutan formalin tersebut dalam botol. Menutup
rapat botol kemudian beri label identifikasi (Suyitno, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Sujadmiko, H. 2003. Buku Petunjuk Praktikum Biologi. Laboratorium Taksonomi


Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Suyitno A.L. 2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Jurusan Biologi
FMIPA UNY, Yokyakarta.
Ulfa, Syarifah Widya. 2018. Penuntun Praktikum Botani Cryptogamae (revisi 1).
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Sumatra Utara: Universitas Islam Negeri.
Widya, Syarifah Ulfa. 2018. Penuntun Praktikum Botani Cryptogamae (revisi 1).
Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Murni, P., Muswita., Harlis., U. Yelianti & W. Dwi Kartika. Lokakarya Pembuatan
Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia Muaro
Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. 30 (2):1-6.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Budiwati. 2015. Spesimendalam Blok Resin untuk Media
PembelajaranBiologi.Majalah WUNY. 15 (1): 1-6.
Yelianti, U., A. Hamidah., Muswita & T. Sukmono. 2016.
PembuatanSpesimenHewandanTumbuhan sebagai Media Pembelajaran di SMP Sekota
Jambi. Jurnal Pengabdianpada Masyarakat. 31 (4):36-43.

Anda mungkin juga menyukai