Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Tentang Pemupukan Dan Pemeliharaan Tanaman Ubi Jalar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

`MAKALAH TENTANG PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN

TANAMAN UBI JALAR


MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN UBI-UBIAN

Disusun oleh :
FRILLY KAWET (18031101001)
DEBBY TORONGKAN (18031101006)
DEBORA MANOPO (18031101007)
REY SALMON (18031101021)
TAMARISKA KAUROW (18031101024)
BARTH MAKAL (18031101030)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar atau ketela rambat (sweet potato) diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli
botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru,
Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani
Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada
abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina,
Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh
provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan Negara penghasil ubi jalar
nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi)
yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah
padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga
cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam
ubi jalar adalah vitamin A (beta karotin), vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan rebovlavin
(vitamin B2). Sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor
(P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam ubi jalar
adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu.
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan
pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk
mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di
daerah yang kurang subur dan kering. Ubi jalar merupakan tanaman yang mudah untuk
dibudidayakan, karena bisa tumbuh disemua jenis tanah. Hasil ubi yang paling bagus adalah
tanah yang sedang-sedang saja kesuburannya, dan cukup mengandung air.
Peningkatan produksi ubi jalar masih terus dilakukan, untuk itu usaha yang dapat
ditempuh salah satunya perbaikan dalam hal pemupukan. Pemberian pupuk yang tepat baik
dalam komposisi maupun pelaksanaan pemupukannya sangat berpengaruh dalam
peningkatan produksi tanaman yang diusahakan. Komponen teknologi pilihan atau
komponen teknologi alternative yang dipilih dalam teknik budidaya tanaman ubi jalar harus
memiliki pengaruh terhadap peningkatan produktivitas atau hasil panen serta pengaruhnya
terhadap kualitas dari umbi ubi jalar, walaupun pengaruhnya tidak sebesar penerapan
teknologi dasar atau utama. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah manajemen
tanaman dengan melakukan paket teknologi budidaya tanaman ubi jalar yang meliputi
penyulaman, pembumbunan, penyiangan, pemangkasan, penggunaan mulsa, pemupukan,
pembalikan kanopi tanaman, pengairan, pengendalian hama dan penyakit. Dengan
pemupukan dan pemeliharaan yang tepat pada penerapan budidaya tanaman ubi jalar, maka
diharapkan dapat menghasilkan hasil produksi yang tinggi dan memiliki kualitas, mutu yang
baik.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana cara pemupukan yang tepat pada tanaman ubi jalar ?
 Mengapa pembalikan batang dibutuhkan pada tanaman ubi jalar ?
 Apa peranan dari penyulaman dan pembubunan pada tanaman ubi jalar?
 Seperti apakah tahap-tahap yang benar dalam melakukan pengairan pada tanaman ubi
jalar ?
 Apa saja hama, penyakit dan gulma yang menyerang tanaman ubi jalar ? Bagaimana
cara mengatasinya ?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami cara-cara yang
efektif dalam melakukan pemupukan dan pemeliharaan pada tanaman ubi jalar, sehingga
dapat menghasilkan hasil produksi yang tinggi dan sesuai harapan.
BAB II
ISI
2.1 Botani Tanaman
Sistematika tanaman ubi jalar diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas (L.)

Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar


penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara
berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara
yang ada dalam tanah, sedangkan akar
lumbung berfungsi sebagai tempat untuk
menimbun sebagian makanan yang nantinya
akan terbentuk umbi. Kedalaman akar tidak
lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen
dari seluruh akarnya yang terbentuk akan
menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat
selama daun masih tetapi aktif.
Ubi jalar adalah tanaman dikotiledon tahunan dengan batang panjang menjalar dan daun
berbentuk jantung hingga bundar yang bertopang tangkai daun tegak. Bagian tengah batang
tempat tumbuhnya cabang lateral biasanya bengkok dan bergantung pada panjang ruas
batang, dapat terlihat berupa semak. Tipe kultivar yaitu semak, semak menjalar, atau
menjalar, lebih ditentukan oleh panjang ruas daripada oleh panjang batang, percabangan
batang berbeda – beda bergantung pada kultivar. Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda
tergantung varietasnya. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm, berwarna merah jambu
pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga
‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta layu dalam
beberapa jam.
Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji berbentuk dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji.
Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan
pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan. Waktu yang diperlukan mulai dari
bibit ubijalar ditanam sampai dipanen adalah sekitar 100-150 hari tergantung jenis ubi jalar
dan keadaan lingkungan tumbuhnya.

2.2 Syarat Tumbuh


A. Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi dengan
daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20 °C dan suhu
minimum tinggal di atas 15 °C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara 15 hingga 33
°C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara 20 hingga 25
°C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan
temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan vegetatif (perkembangan
umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan
umumnya berhenti di bawah 10 °C).
Ubi jalar adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk
pembangunan maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-
hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan
dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan
produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban
penting untuk mencapai perkecambahan yang baik. Tanah juga harus tetap basah selama
masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk
mencegah busuk umbi . Kondisi yang mendukung perkembangan bagian vegetatif
tanaman meliputi kelembaban relatif 80% dan tanah lembab.
B. Tanah
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau
berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning
dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-
7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda
tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup.

2.3 Pemupukan
Untuk budidaya tanaman ubi jalar
pemupukan dilakukan pada tanah yang
mempunyai kesuburan tanah rendah, hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh hasil produksi
yang tinggi. Dalam pemupukan kita harus
memperhatikan asas pemupukan yaitu tepat jenis,
dosis, waktu dan cara. Langkah tersebut dilakukan
untuk mendapatkan efisiensi pemupukan.
Efisiensi pemupukan bertujuan untuk menghemat
jumlah pupuk yang digunakan, dengan harapan
untuk meningkatkan taraf hidup para petani.
Jenis pupuk yang digunakan oleh petani didaerah penelitian dalam budidaya ubi jalar
adalah pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos dan pupuk buatan seperti urea,
TSP dan KCl. Sebagian petani menggunakan pupuk buatan saja tanpa ada tambahan pupuk
organik, mereka beralasan karena jika ditambahkan pupuk organik akan menyebabkan tanah
terlalu subur. Dikarenakan semua unsur hara yang dibutuhkan ubi jalar terdapat dalam pupuk
kandang dan pupuk kompos. Selain itu pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah
karena menambah bahan organik, struktur tanah yang baik akan mendukung penyerapan
unsur hara pada tanaman. Tanah yang terlalu subur tidak baik untuk tanaman ubi jalar, akan
menyebabkan pertumbuhan daun terlalu subur yang akan menyebabkan pertumbuhan umbi
menjadi kecil. Selain unsur hara mikro ubi jalar juga memerlukan unsur hara makro N, P, dan
K, sebab setiap umbi menyerap unsur hara yang ada dan perlu diganti.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan (dari si peneliti) dapat disimpulkan bahwa
dosis pupuk yang digunakan petani tidak sama, tidak ada ketetapan yang jelas. Dosis yang
diberikan tergantung dari modal yang dimiliki petani, dan pengalaman yang mereka dapatkan
dari bertani. Berdasarkan salah satu penelitian Pupuk kandang 10 t/ha diberikan pada saat
pembuatan guludan tanpa penambahan pupuk anorganik mampu menghasilkan ubi jalar
hingga 28 t/ha dipanen umur empat bulan di tanah aluvial. Pemberian pupuk dilakukan sesuai
dengan pengalaman pribadi petani yang diperoleh dari penanaman sebelumnya. Pemberian
pupuk dilakukan dengan cara memberikan pupuk dasar yaitu bahan organik bisa dari pupuk
kandang atau sisa tanaman masa tanam sebelumnya pada saat melakukan pengolahan tanah.
Pemberian pupuk susulan diberikan dengan cara menabur pupuk pada bedengan yang
sebelumnya disisik, kemudian menutupnya dengan tanah. Pupuk diberikan secara bertahap
sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Untuk pupuk susulan, dosis yang digunakan 2/3
bagian. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dan ditaburkan sepanjang barisan tanaman
dengan jarak 7 – 10 cm dari sisi barisan tanaman dengan kedalaman parit 10 cm, kemudian
ditutup dengan tanah sesudah pupuk dimasukkan. Berdasarkan salah satu penelitian,
dikatakan untuk penggunaan pupuk buatan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu
Urea 200 kg/ha (40 g/bedengan), TSP 100 kg/ha (20 g/bedengan) dan KCL 100 kg/ha (20
g/bedengan)
Waktu pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat pengolahan tanah yaitu pada saat
membuat bedengan atau guludan, adapun pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.
Kemudian setelah tanaman ditanam kira-kira 30 hari setelah tanam dilakukan pemupukan
susulan. Pemberian pupuk susulan pada daerah penelitian ada yang dilakukan sekali dan ada
yang dilakukan dua kali. Jika dilakukan pemupukan dua kali maka pemberian pupuk susulan
kedua dilakukan antara 7 – 14 hari setelah dilakukan pemupukan susulan pertama. Pemberian
pupuk dilakukan dua kali yaitu pada pemupukan awal saat pengolahan tanah (sebagai pupuk
dasar) dan pada pemupukan susulan waktu fase pertumbuhan berakhir yaitu pada umur
antara 1,5 – 2 bulan. Dengan dosis 1/3 sebagai pupuk awal dan 2/3 digunakan pupuk susulan.
Pemupukan susulan pertama bertujuan untuk memacu pertumbuhan tajuk, dan pemupukan
susulan kedua untuk mempercepat proses pembesaran dan pengisian umbi.
Setelah itu pada saat panen ubi jalar zat hara yang terikut sangat tinggi, yaitu terdiri dari
70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per
hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Oleh karena itu bagi tanah yang ditanami secara
terus-menerus dan kurang subur, dianjurkan untuk dilakukan pemupukan dengan dosis 200
kg urea + 100 kg SP36 + 150 kg KCL/ha ditambah mulsa jerami 10 t/ha serta pupuk kandang
10 t/ha. Pemupukan dimaksudkan untuk menggantikan unsur hara yang terangkat setelah
panen serta untuk menambah kesuburan tanah. Langkah pemberian pupuk organik
bersamaan dengan pupuk buatan dilaporkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.

2.4 Pemeliharaan
A. Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar harus
diamati secara berkelanjutan
(kontinu), terutama bibit yang mati
atau tumbuh secara abnormal. Bibit
yang mati harus segera disulam. Cara
menyulam adalah dengan mencabut
bibit yang mati, kemudian diganti
dengan bibit yang baru, dengan
menanam sepertiga bagian pangkal
stek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada
saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (stek)
untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
B. Pembumbunan
Untuk efisiensi tenaga,
pembumbuhan biasanya dilakukan
bersamaan dengan penyiangan kedua.
Tujuan pembumbunan yaitu untuk
memperkokoh posisi batang sehingga
tanaman tidak mudah rebah. Selain itu,
pembubunan juga bertujuan untuk
menutup akar yang bermunculan atau
terbuka diatas permukaan tanah karena
adanya aerasi dan untuk membuat pertumbuhan tanaman menjadi tegak dan kokoh.
Pembumbunan dilakukan dengan cara menaikan atau menimbunkan tanah pada pokok
tanaman, adapun tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman di uruk dengan
cangkul, kemudian ditimbun dibarisan tanaman, dengan cara ini, akan terbentuk guludan
yang  panjang. Kegiatan pembumbunan biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah
tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
C. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakuan dengan upaya pengendalian atau pengurangan gulma yang
tumbuh diareal penanaman. Kehadiran gulma  diberantas karena dapat menurukan
kuantitas dan kualitas hasil produksi gulma berperan sebagi kompetitor tanaman pokok.
Langkah-langkah untuk melakukan pengendalian gulma :
 ldentifikasi jenis gulma (rumput, teki, gulma berdaun Iebar) dan menentukan tingkat
kepadatan gulma untuk menetapkan cara/teknik pengendalian.
 Taktik dan teknik pengendalian : fisik, mekanis, kultur teknis, kimiawi. Penyiangan
secara manual dilakukan dengan menggunakan tangan, cangkul atau alat lainnya.
 Tergantung perkembangannya, penyiangan gulma  dapat dilakukan 2-3 kali pada
umur 2 bulan pertama pertumbuhan ubi jalar. Penyiangan I sebaiknya dilakukan
sebelum susulan II dan bersamaan dengan pembubunan. Penyiangan II dapat
dilakukan sebulan setelah penyiangan I dan penyiangan II dapat dilakukan jika di
anggap perlu, yaitu pertumbuhan gulma terlihat subur dan lebat.
 Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera
disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan (tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut
arah garis kontur atau memotong lereng), kemudian ditimbunkan pada guludan
tersebut.

Berikut beberapa jenis gulma beserta pengendaliannya :

 Mimosa pudica L.
Gulma ini dikenal dengan nama Putri malu, Si Kejut (Indonesia) atau Kumis
Kucing (Jawa). M. pudica merupakan tanaman tahunan, herba berkayu, tegak atau
agak merambat hingga mencapai 1,5 m, sering menjalar mendatar. Akar panjang,
batang utama silindris, berwarna hijau atau keunguan. Bercabang-cabang, berduri
agak melengkung, keras dan tajam. Pengendalian : Secara mekanis dengan
mencabut tanaman terutama sebelum besar, menjalar/membelit tanaman utama.
Apabila diperlukan, disemprot dengan herbisida 2,3,5 T (1 kg/500 l), amitrole 4,5
kg/ ha, picloram.
 Amaranthus spinosus L..
Tanaman ini dikenal dengan nama bayam berduri (Indonesia), bayem eri (Jawa),
Senggang cucuki (Sunda), Tarnyak duri (Madura), berupa semak tinggi hingga 1 m,
batang bercabang banyak . Daun berseling, bulat memanjang ujung meruncing,
berwarna hijau. Apabila tidak dikendalikan dengan baik gulma ini cukup
merepotkan dalam pemeliharaan dan panen tanaman dan mengurangi hasil umbi.
Pengendalian : secara mekanis dengan mencabut tanaman sebaiknya dilakukan
sebelum tanaman membentuk biji. Menggunakan herbisida 2,4 D, triazine, atrazin
dll.

 Imperata cylindrical L.
Gulma ini lebih dikenal dengan nama Alang-alang, Ilalang (Indonesia), Alang-
alang, Kambengan (Jawa) atau Eurih (Sunda). Cylindrica merupakan gulma sejenis
rumput menahun berbatang pendek menjulang ke atas hingga ketinggian 0,2–1,5 m.
Alang-alang dapat berkembang dengan cepat dengan bantuan biji yang tersebar
oleh angin, atau melalui akar rimpangnya yang cepat menembus tanah. Gulma
berkembang baik pada lahan yang terbuka maupun agak ternaungi, pada lahan
subur maupun lahan yang kurang subur. Apabila tidak dikendalikan dengan baik,
gulma tersebut sangat merugikan tanaman pertanian dan perkebunan.
Pengendalian : Pada saat pengolahan tanah, rhizoma dikumpulkan dan dibuang.
Dilakukan penyemprotan lahan dengan herbisida sistemik gliposat dengan dosis 4–
6 l/ha, diikuti dengan pemyemprotan herbisida kontak paraquat 3–5 l/ha.
 Cyperus rotundus L..
Rumput teki terkadang disebut Mota, Koreha wai, Rukut Wuta dapat tumbuh
setinggi 10–75 cm. Tumbuhan ini umumnya tumbuh liar di dataran rendah hingga
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Rimpang yang tua terdapat banyak tunas
yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Umbi umumnya mengumpul.
Pengendalian : Secara mekanis dengan mencabut bersama akar, rimpang dan
umbinya. Pada daerah endemik, lahan disemprot dengan herbisida lebih kurang 7–
10 hari sebelum pengolahan tanah.
D. Pemangkasan Daun
Pemangkasan daun tanaman dilakukan jika tanaman sudah kelihatan terlalu
rimbun, sehingga dilakukan pemangkasan dengan tujuan agar sinar matahari dapat
masuk ke dalam tanaman sehingga proses Fotosintesa dan pembentukan umbi dapat
berjalan dengan baik sehingga memiliki hasil yang optimal, serta untuk mencegah
tanaman tidak membentuk perakaran pada tiap buku yang menyentuh tanah.. Apabila
ditinjau berdasarkan bentuk daunnya, tanaman ubi jalar memperlihatkan terjadinya
aktivitas fotosintesis yang tinggi per unit luas daun. Sedangkan jika dilihat dari susunan
daunnya, daun yang terlalu rapat atau terlalu rimbun menyebabkan rendahnya penetrasi
cahaya yang masuk ke dalam tajuk tanaman dikarenakan kondisi saling menaungi antara
daun yang satu dengan lainnya. Akibatnya, laju asimilasi bersih berkurang dengan
meningkatnya indeks luas daun pada populasi yang ada.
Perlakuan pemangkasan daun pada tingkat tertentu akan meningkatkan hasil,
namun pemangkasan daun yang berlebihan tidak akan meningkatkan hasil tanaman
bahkan dapat menurunkan hasil. Hal ini disebabkan karena laju fotosintesis dari daun
yang tertinggal tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan fotosintat yang semakin
meningkat. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada fase vegetatif, karena cadangan
makanan dalam akar cukup tersedia untuk pertumbuhan kembali. Pemangkasan
dilakukan pada sulur-sulur yang merayap dalam saluran di sela-sela bedengan.
Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Pemangkasan ini dilakukan
sekali sebulan yang dimulai pada umur 2 bulan.
E. Penggunaan Mulsa
Mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik, untuk mencegah berkembangnya
akar adventif yang akan menjadi umbi, dan mencegah tumbuhnya gulma di bedengan
F. Pengairan
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan
membutuhkan ketersediaan air tanah
yang memadai. Sesuai tanam, tanah
atau guludan tempat pertanaman ubi
jalar harus diairi selama 15-30 menit
hingga tanah cukup basah, kemudian
airnya dialirkan keseluruh
pembuangan. Ubi jalar membutuhkan
pengairan minimal setiap 2-3 minggu,
atau paling tidak 3 kali selama masa
pertumbuhannya. Pengairan pertama dilakukan setelah pemupukan dasar yaitu tanaman
berumur 1 minggu. Pengairan kedua dilakukan pada umur 1,5 bulan, setelah pemupukan
kedua dan pembumbunan ulang. Pengairan ketiga diberikan pada umur 2,5 bulan atau 3
bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu 2-3 minggu sebelum
panen, pengairan dikurangi atau dihentikan (kondisi lahan kering).
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang
sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu (secara berkelanjutan)
seminggu sekali. Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang). Saluran drainase
diperlukan terutama pada musim hujan untuk mencegah terjadinya genangan air.
G. Pembalikan Kanopi Tanaman
Akar adventif dapat pula tumbuh dari ruas-ruas sulur di atas tanah saat
bersinggungan langsung dengan tanah. Akar tersebut juga mampu untuk berdiferensiasi
menjadi umbi, tetapi tidak optimal, sehingga justru mengganggu pengisian dan
perkembangan umbi yang diutamakan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya
kontak antara sulur dengan tanah dilakukan pembalikan tanaman. Pembalikan dilakukan
dengan mengangkat dan membalik batang/sulur tanaman. Dalam membalik sulur
sebaiknya hanya mengangkat untuk memutuskan akar yang baru terbentuk, tidak
merubah posisi menjadi tumpang-tindih, karena hanya akan mempercepat proses
pengguguran daun. Gugur daun awal akibat kesalahan pembalikan batang justru dapat
menurunkan hasil umbi.
H. Pengendalian Hama dan Penyakit
 Hama
 Penggerek Batang (Omphisia anastomasalis)
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya
adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian
ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat). Gejala : terjadi
pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun
menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.
Pengendalian : Rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;
pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama:
bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi;
pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat;
penyemprotan dengan insektisida dan fungisida yaitu Decis 2,5 Ec dan Antracol
70 Wp dengan konsentrasi yang dianjurkan. Secara kultur teknis : menanam
stek yang terbebas dari telur penggerek melalui seleksi stek yang ketat. sanitasi
lahan dengan cara membersihkan lahan dari pupa penggerek dan sisa batang ubi
jalar setelah panen. Secara biologis : pemangsa cecopet, dan semut.
 Kepik Coklat (Physomerus grossipes)
Gejala yang ditimbulkan Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan
batang dan tangkai daun ubi jalar yang dapat mengakibatkan layu ataupun
terhambat pertumbuhannya. Pengendalian : Serangga sering makan secara
berkelompok dalam jumlah besar, sehingga dapat dikumpulkan dengan tangan
atau tanaman yang terserang dipotong dan serangganya dimatikan.
 Ulat daun atau Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : ulat instar I
memakan epidermis
daun bagian atas,
sehingga daun-daun
yang terserang dari jauh
terlihat berwarna putih
sedang ulat instar IV dan
V memakan seluruh
bagian daun kecuali
tulang daun.
Pengendalian : Secara Kultur Teknis; sanitasi gulma seperti Amarantus
sp., Passiflora foetida, dan Ageratum sp. yang merupakan inang ulat grayak
akan mengurangi populasi ulat grayak. Pupa-pupa ulat grayak biasanya
diletakkan di dalam tanah, dengan pengolahan tanah akan membalik tanah dan
membinasakan pupa yang ada dalam tanah. Secara Biologis ; Jamur Nomuraea
riliyi, virus Borrelinavirus litura dapat menyebabkan mortalitas ulat setelah
mengalami inkubasi selama 4–7 hari. Bt (Bacillus thuringiensis ) dan formulasi
NPV efektif mengendalikan larva yang masih kecil, di bawah instar-3. Predator
yang berupa kumbang carabid, labalaba dan 40 spesies parasit dari famili
Scelionidae, Braconidae, Ichneumonidae, dan Tachinidae telah diketahui
merupakan musuh alami dari ulat pemakan daun. Secara Mekanis ; Mengambil
dan mengumpulkan kelompok telur, ulat yang baru menetas dan ulat yang
berukuran besar kemudian membakarnya.

 Penyakit
 Kudis (Sphaceloma batatas)
Gejala Mula-mula berupa bercak kemudian membentuk benjolan seperti
kudis, biasanya terdapat pada tulang-tulang daun bagian bawah. Jika cuaca
mendukung kudis tersebar sampai mencapai daundaun yang berada di pucuk,
dan pucuk seperti terpilin dan tumbuh tegak. Gejala tunas terpilin dan tumbuh
tegak tersebut secara cepat dapat dilihat dari jarak agak jauh. Penyakit kudis
dapat menyerang tulang-tulang daun, batang, dan pucuk tanaman, yang
dicirikan dengan daun-daun yang terserang menjadi kecil, berkerut (keriting)
dan tidak membuka sepenuhnya. Pada serangan berat pucuk menjadi kerdil dan
akhirnya mati.
Pengendalian : Menanam varietas tahan. Sanitasi lahan dengan memotong
dan membakar atau mengubur batang/cabang tanaman yang terserang penyakit
kudis di dalam tanah. Rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit.
Pemberian Fungisida clorotalonil, Dithane M-45 pada umur satu bulan hingga
berumur tiga bulan dengan interval waktu satu bulan.
 Busuk batang Sclerotium (Sclerotium rolfsii)
Gejala khas penyakit busuk batang adalah daun menguning, tanaman layu.
Pada tanaman ubi jalar,
jamur dapat hanya
menyerang salah satu
cabang, sementara
cabang yang lain masih
sehat. Pada kondisi yang
mendukung
perkembangan penyakit,
selain gejala berupa
busuk pada batang,
seringkali ditandai
adanya miselia jamur
berwarna putih dan
sklerotia jamur yang
bulat, kecil seperti biji
sawi.
Pengendalian : Untuk menghindari serangan pada pembibitan, gunakan
bibit umbi yang sehat. Sebelum tanam bibit/umbi dicelup dalam larutan
fungisida. Mengusahakan drainase yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya
pertanian, yang dimanfaatkan akarnya dalam bentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat)
yang tinggi. Syarat tumbuh ubi jalar meliputi keadaan iklim dan keadaan tanah. Peningkatan
produksi ubi jalar masih terus dilakukan, untuk itu usaha yang dapat ditempuh salah satunya
perbaikan dalam hal pemupukan. Pemberian pupuk yang tepat baik dalam komposisi maupun
pelaksanaan pemupukannya sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman yang
diusahakan. Komponen teknologi pilihan atau komponen teknologi alternative yang dipilih
dalam teknik budidaya tanaman ubi jalar harus memiliki pengaruh terhadap peningkatan
produktivitas atau hasil panen serta pengaruhnya terhadap kualitas dari umbi ubi jalar,
walaupun pengaruhnya tidak sebesar penerapan teknologi dasar atau utama. Salah satu
pendekatan yang dilakukan adalah manajemen tanaman dengan melakukan paket teknologi
budidaya tanaman ubi jalar yang meliputi penyulaman, pembumbunan, penyiangan,
pemangkasan, pemupukan, pemulsaan, pembalikan kanopi tanaman, pengairan, pengendalian
hama dan penyakit. Dengan pemupukan dan pemeliharaan yang tepat pada penerapan
budidaya tanaman ubi jalar, maka diharapkan dapat menghasilkan hasil produksi yang tinggi
dan memiliki kualitas, mutu yang baik.
Pemupukan dosisnya berbeda-beda tergantung dari modal petani, dosis pupuk yang
digunakan petani tidak sama, tidak ada ketetapan yang jelas. Dosis yang diberikan tergantung
dari modal yang dimiliki petani, dan pengalaman yang mereka dapatkan dari bertani.
Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan pengalaman pribadi petani yang diperoleh dari
penanaman sebelumnya. Namun suatu penelitian dalam penggunaan pupuk dapat menjadi
patokan untuk diterapkan dalam budidaya tanaman ubi jalar.
Daftar Pustaka :
anonymous. (2015). BUDIDAYA UBI JALAR LOKAL. Retrieved 2020, from malut.litbang.pertanian.go.id:
http://malut.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/budidaya/374-budidaya-ubi-jalar-
lokal-bag-2-persiapan-pembibitan-dan-pengolahan-media-tanam

Anonymous. (2016). Ubi Jalar. Retrieved 2020, from scholar.unand.ac.id:


http://scholar.unand.ac.id/31444/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf

Anonymous. (2017). Ubi Jalar. Retrieved 2020, from repository.usu.ac.id:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23711/Chapter%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

kurniawan, a. (2017). Makalah Budidaya Ubi jalar. Retrieved 2020, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/35333976/Makalah_Budidaya_Ubi_jalar_

Mustikawati, R. (2018). Tugas Budidaya Ubi Jalar. Retrieved 2020, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/37146212/Tugas_Budidaya_Ubi_Jalar

S, A. K. (2008). KAJIAN PENGELOLAAN TANAH UNTUK TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI DESA
PLUMBON KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR. Retrieved 2020, from
core.ac.uk: https://core.ac.uk/download/pdf/12350699.pdf

Saleh, N. (2015). Hama, Penyakit, dan Gulma pada Tanaman Ubi Jalar Identifikasi dan Pengendaliannya.
Retrieved 2020, from balitkabi.litbang.pertanian.go.id:
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2018/12/buku_hama_ubijalar_full-.pdf

Suminarti. (2016). PENGARUH PEMUPUKAN N DAN FREKUENSI PEMANGKASAN TAJUK PADA ASPEK
AGRONOMIS DAN HASIL TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) var. KRETEK.
Retrieved 2020, from journal.uinsgd.ac.id:
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ja/article/download/856/_2

Widodo, Y. (2017). TEKNOLOGI BUDIDAYA PRAKTIS UBI JALAR MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN
USAHA AGROINDUSTRI. Retrieved 2020, from balitkabi.litbang.pertanian.go.id:
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/02/bp_no-17_2009_03.pdf

Anda mungkin juga menyukai