Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Takakura Biokimia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA PERTANIAN

“Pupuk Takakura”

Disusun Oleh:

NAMA : FADEL MUHAMAD SALEH


NIIM : D1B118090
KELAS : AGROTEKNOLOGI D
KELOMPOK : II (Dua)

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang di tambahkan pada


tanaman, dimana tanaman kekurangan akan unsur hara. Nutrisi pupuk dapat
berupa bahan organi (mineral). Pupuk berbeda dengan suplemen. pupuk
mengandung bahan bakar yang di perlukan pertumbuhan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan yang membantu kelancaran proses
metabolisme.
Pupuk dapat berupa pupuk organik dan pupuk kimia. pupuk kimia
merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan kimia sehingga sangat berefek
negatif pada lingkungan dan menurunkan kualitas dari tanaman, sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pembusukan atau pengomposan.
Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran ayam. Pupuk
organik biasanya berupa zat padat.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah
tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan aktivator pengomposan,
disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambahan
aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi
nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Meskipun dalam metode ini
tidak ditambahkan aktivator pengomposan, namun ke dalamnya ditambahkan
organik agen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi memacu
pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos.
Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu
diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa
panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah
proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi,
kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar
karbon dan Nitrogen yang ideal.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan pupuk
takakura dengan mengolah sampah sayur-sayuran. Selain itu juga untuk
mengetahui cara aplikasi serta manfaat pupuk takakura secara langsung di
lapangan
Adapun kegunaan pada praktikum pembuatan pupuk takakura adalah
pemanfaatan limbah skala rumah tangga dalam bentuk sayur-sayuran di
masyarakat dapat berkurang. Serta dalam penggunaan limbah ini juga dapat
tercipta sesuatu yang dapat bermanfaat untuk keseharian masyarakat terutama
bagi yang ingin membuat pupuk takakura.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang


diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas
lahan.(Adnyana 2010)
Terdapat beberapa metode pengomposan yang telah di kembangkan
dengan memanfaatkan bahan bekas atau bahan baru yang dapat digunakan sebagai
komposter, salah satu metode yang sudah cukup terkenal adalah metode keranjang
takakura. Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses
pengoposan aerob, dimana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses
pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos (Puspa
et al, 2017).
Kompos takakura pertama kali di perkenalkan di Surabaya pada tahun
2004 oleh seorang jepang bernama Mr. Takakura. Aadalah suatu ide mendaur
ulang sampah rumah tangga dengan metode pembuatan kompos yang bisa di
lakukan di dapur. Syaratnya harus higienis tidak berbau dan tidak jorok (Skoni, et
al., 2019).
Metode pengomposan keranjang takakura memiliki keunggulan
dibandingkan dengan metode lain, diantaranya praktis karena sangat cocok untuk
perumahan dengan lahan yang tidak begitu lebar. Keranjang dapat ditempatkan
dimana saja sesuai kebutuhan dan ketersediaan lahan. kunggulan lain yaitu mudah
karna sampah hanya dimasukan setiap harinya tanpa ada perlakuan khusus seperti
penambahan cairan atau bahan-bahan tambahan yang lain. Tidak berbau karena
melalui proses fermentasi bukan pembusukan (Rezagama et al, 2015).
Keranjang takakura adalah keranjang pembuat kompos (komposter) yang
sangat ringkas dan praktis. Sesuai dengan namanya keranjang ini merupakan buah
pemikiran Koji Takakura dari Jepang. Keranjang ini dirakit dari bahan –bahan
sederhana di sekitar kita yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos.
Sampah rumah tangga diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari.
Penemuan takakura berawal dari konsepsi sederhana dengan mencari solusi apa
yang layak dan realistis dilakukan untuk memecahkan masalah timbunan sampah
di masyarakat (Gufron et al, 2017).
Pengomposan takakura merupakan salasatu metode pengomposan baik
skalah rumah tangga maupun skala kawasan. Metode ini tidak memerlukan lahan
yang luas dan kapasitasnya cocok dengan volume sampah domestik yang dibuang
oleh rumah tangga sehari harinya. Sampah organik rumah tangga dapat di kelola
dengan mudah dengan metode pengomposan ini, tidak menimbulkan bau, tidak
menyita banyak waktu dalam memproses dan hasilnya langsung di manfaatkan
(Zuhrufah, 2015).
Fungsi dan konsep dari metode pengomposan takakura adalah upaya
pemanfaatan limbah yang berasal dari pasar maupun hasil peternakan yang
bertujuan mengurangi masalah lingkungan. penanganan limbah yang baik dan
benar dapat mengurangi dampak lingkungan dan dapat mengatasi masalah
kurangnya kebutuhan pupuk buatan. untuk menangani permasalahan tersebut
dihadirkan suatu bentuk metode pengolahan limbah dengan konsep keranjang
takakura (Nurdini, et al 2016).
Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang
biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing
sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan sangat baik untuk
memperbaiki struktur tanah karena kandungan unsur hara dan kemampuanya
menahan air. tujuan dari pengomposan diantaranya yaitu megubah bahan organik
menjadi bahan yang bersifat stabil sehingga dapat mengurangi volume masanya
(Hamida et al 2018).
Suatu cara yang digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut
dengan teknik keranjang takakura, biopori maupun komposting sederhana. Dalam
melakukan teknik pengomposan ada beberapa hal yang perlu di perhatikan antara
lain pada proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di
dekomposisi, kinerja aerasi dan kelembaban yang mendukung kinerja
mikroorganisme (Artomo, 2015).
Pupuk kompos baru bisa di pakai atau di gunakan setelah melalui proses
permentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan alami. jika dilihat dari segi tahap
pembuatan kompos, proses dekomposisi perubahan dapat dibagi jadi 4 tahap yaitu
proses perubahan bahan-bahan organik awalnya daun segar dengan volume yang
besar den berwarna hijau. terjadi pengeringan bahan-bahan organik, pengeringan
disebabkan oleh proses penguapan air sehingga warna daun menjadi kecoklatan.
Pada semula berwarna hijau berubah menjadi kehitaman dan teksrutnya juga
menjadi lebih remah. Perubahan ini disebabkan oleh adanya aktivitas
mikroorganisme jamur dan bekteri perombak. Perubahan bahan organik menjadi
bentuk yang lebih sederhana yaitu kompos, bentuk bahan organik sudah berubah
90% dan teksturnya sudah lebih menyerupai tanah (Nisa, 2019).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul


bertempat 15:30 WITA sampai selesai. Bertempat Laboratorium Lapangan Unit
Percobaan 2 Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang/pisau,


sekop/pengaduk, jarum, kain penutup warna hitam, kerajang berongga segi empat
dan batalan sekam.
Bahan yang digunakan adalah EM4, sampah organik (sayuran), pupuk
kandang, kain kasa, kardus dan botol bekas berlubang.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:

1. Melapisi keranjang denagn kardus bekas.


2. Meletakkan dan merapikan bantalan di dasar keranjang.
3. Memasukkan dan meratakan kompos sebanyak 1/3 wadah.
4. Mengaduk sampah organik yang suadh dipotong kecil-kecil dan
mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan.
5. Memasukkan sampah organik yang telah tercampurkan dengan EM4 kedalam
kerjang.
6. Menyemprotkan kembali EM4 di permukaan sampah organik.
7. Menambahkan kembali kompos di atas sampah organik.
8. Menutup keranjang dengan bantalan sekam, kain dan penutup keranjang.
9. Meletakkan keranjang pada tempat yang sejuk dan memiliki sirkulasi yang
baik.
10. Memasukkan sisa sampah organik kedalam keranjang untuk setiap minggu.
11. Membiarkan selama 1 bulan dan pupuk siap digunakan/panen.
4.2. Pembahasan

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang


diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas
lahan. Kompos takakura pertama kali di perkenalkan di Surabaya pada tahun 2004
oleh seorang jepang bernama Mr. Takakura. Aadalah suatu ide mendaur ulang
sampah rumah tangga dengan metode pembuatan kompos yang bisa di lakukan di
dapur. Syaratnya harus higienis tidak berbau dan tidak jorok.
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat dibahas bahwa pada
pengamatan pertama, aroma pupuk takakura masih menyerupai aroma kotoran
sapi dan sayur-sayuran dikarenakan mikroba pengurai belum bekerja, dengan
warna coklat kehijauan sebagai indikasi bahwa pupuk belum matang dan masih
belum siap dipanen dan pupuk masih ber tekstur keras. Pengamatan kedua, aroma
pupuk takakura mengalami perubahan, dari yang tadinya seperti kotoran sapi dan
sayur-sayuran menjadi bau busuk menyerupai aroma kotoran sapi dan tanah
dikarenakan mikroba pengurai baru mulai bekerja, dengan warna coklat sebagai
indikasi bahwa sayuran yang ada pada pupuk mulai terurai dan hanya menyisakan
warna coklat tanah yang tercampur dengan kotoran sapi dan pupuk mengalami
perubahan tekstur menjadi agak lunak, dikarenakan starter yang mulai bekerja.
Pengamatan ketiga, aroma pupuk takakura mengalami perubahan menjadi
agak busuk, dari yang tadinya ber aroma kotoran sapi yang agak kuat menjadi
berkurang, hal ini disebabkan karena bekerjanya mikroba starter yang digunakan
dan pengaruh dari bantalan sekam, dengan warna coklat gelap sebagai indikasi
bahwa warna coklat tanah menyatu dengan warna kotoran sapi dan ditambah
dengan starter yang bekerja dan pupuk mengalami perubahan tekstur dari yang
tadinya agak lunak menjadi makin lunak.
Pengamatan keempat, aroma pupuk takakura mengalami perubahan dan
kehilangan aroma kotoran sapi dan hanya menyisakan bau tanah dikarenakan
kotoran sapi yang sudah terurai dan tercampur dengan tanah, dengan warna hitam
sebagai indikasi bahwa kotoran sapi tercampur seutuhnya dengan tanah dan
mengalami perubahan warna. Pupuk juga mengalami perubahan tekstur dari yang
tadinya makin lunak menjadi lunak seutuhnya.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, pupuk


berhasil dibuat, hal ini dikarenakan pupuk takakura mengalami perubahan mulai
dari yang tadinya berbwarna coklat kehijauan dengan aroma kotoran sapi dan
sayur-sayuran serta ber tekstur keras menjadi bau busuk dengan warna coklat dan
tekstur yang agak lunak, setelah pengamatan ketiga pupuk takakura mengalami
perubahan aroma menjadi agak busuk dengan warna coklat gelap dan tekstur
makin lunak. Pada pengamatan keempat pupuk kembali mengalami perubahan
menjadi pupuk Takakura yang siap dipanen dengan indikasi bahwa pupuk
mengalami perubahan aroma menjadi bau tanah, berwarna hitam dan ber tekstur
lunak. Hal ini juga disebabkan oleh bantuan mikroba starter dan juga penggunaan
bantalan sekam.

5.2. Saran

Saran yang saya ajukan pada praktikum kali ini yaitu kepada praktikan
agar lebih serius dan lebih rajin dalam melakukan pengamatan, serta tidak adanya
lagi pemberitahuan secara tiba-tiba, agar praktikan dapat mempersiapkan
semuanya dari jauh hari.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, 2010. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem
Pertanian Organik. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 1(2) : 34-42.

Artomo, Tinton, Purwadaksi. 2015. Halaman Hijau, Cara Bijak dan Cerdas
Mengelola Lingkungan dari Rumah. Yogyakarta.

Gufron MA, Refi RR, Ayu. 2017. Pelatihan Pengolahan Sampah Organik
Menjadi Kompos Dengan Medi Keranjang Takakura. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 1(1): 99-100.

Hamida N, Ardana R, Listin F, Luqman H. 2018. Pelatihan Pengomposan Sampah


Organik Dengan Sistem Takakura Pada Siswa MA Darul Ulum Waru.
Jurnal Of Science And Social Development. 1(1): 2247-6165.

Nisa. 2016. Memproduksi Kompos Mikro Organisme Lokal (MOL). Ruko Gaharu
Residence. Depok.

Nurdini, Riska DA, Aninda NU. 2016 Pengolahan Limbah Sayur Kol Menjadi
Pupuk Kompos Dengan Metode Takakura. Jurnal Pengolaan Sumber
Daya Alam Indonesia. 2(1): 23-30.

Puspa R, Sri S, Ganjar S. 2017. Pengaruh Kadar Air dan Ukuran Bahan Terhadap
Hasil Pengomposan Sampah Organik TPST Universitas Diponegoro
dengan Metode Takakura. Jurnal Teknik Lingkungan. 6(2): 123-129.

Rezagama, Ganjar S. 2015. Studi Optimasi Takakura Dengan Penambahan Sekam


dan Bekatul. Jurnal prespitasi. 12(2): 190-200.

Soni M, Deden ID, Invan A. 2019. Peningkatan Potensi ibu rumah tangga dalam
Mengelola Sampah Organik Rumah Tangga dengan Metode Takakura di
Desa Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung. Jurnal Pengabdian pada
Masyarakat. 4(2): 179-186.

Zuhrufah, Sri Haryanti. 2015. Pengaruh Pemupukan Organik Takakura Dengan


Penambahan EM4 Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau.
Jurnal Biologi. 4(1): 13-35.

Anda mungkin juga menyukai