Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Diskusi 7 ABK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis.

Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity


disorder). Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga
disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome.

Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif
dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian
istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap
pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks;
gejalanya berbeda-beda.

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke
dalam tiga jenis yaitu :

1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak
menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali
melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.

2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian.
Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.Tipe gabungan.

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak
termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah
merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan
tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Ciri-Ciri Anak Hiperaktif

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu :

a. InatensiTidak ada perhatian

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam
memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan
konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang
lain.Ketidak-mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak
pelajaran.

b. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa
diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari,
berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan
menimbulkan suara berisik.

c. Impulsif

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan
untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk
diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah
perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan.
Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.
Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada
waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Anak juga tidak
bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi
tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat
lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.
Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.

Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :

 Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.

 Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.

 Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.

 Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.

 Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.

 Sering terlalu banyak bicara.

 Sering sulit menunggu giliran.

 Sering memotong atau menyela pembicaraan.

 Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan
bicaranya).

Problem-problem yang biasa dihadapi anak hiperaktif

 Problem di Sekolah

Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang
mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan.
Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas
sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak
berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak
dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan
matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara
umum tidak sebaik anak biasa.
 Problem di Rumah

Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati.
Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan
faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi
terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.

Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera
dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari
keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan
anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan,
banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya
terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan
situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan
bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

 Problem berbicara

Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien
dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi
yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon
lawan bicara secara tepat.

 Problemfisik

Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa
gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya
juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun
pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain: 1. Faktor Genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif.
Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu
XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.

2. Faktor Neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah
prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai
kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak
hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya
sisi sebelah kanan

3. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah
anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil
juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

4.Faktor Kultural dan Psikososial

 Pemanjaan.

Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk
makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.

 Kurang disiplin dan pengawasan.

Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang
dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.

 kesenangan.

Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri
hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri.

Cara Mengatasi Anak yang Hiperaktif

a. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak

 .Mengidentifikasi segi positif.

Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong
anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif
anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak
mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi
anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan
mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.

 Memberi hadiah

Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak , konsisten
yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan,
disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.

Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman.
Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak
akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa
pendidikan, dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas orang tua
adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka menjadi hamba Allah yang shalih.
Dan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.

b. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah

1. Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang tenang dan amat
memperhatikan pelajaran.

2. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar atau lukisan yang
warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.

3. Menatap anak saat berkomunikasi.

4. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya
tidak pecah.

5. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk
memfokuskan perhatiannya.

6. Memberikan pujian bila anak tenang.

7. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi
atau musik keras.

8. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat
waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).

9. Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur,
sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.

Jadi secara garis besar hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap
tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau
mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih
dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik
dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.

Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil
keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan. Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu: Tidak ada perhatian; Hiperaktif,
mempunyai terlalu banyak energi; dan Impulsif, Bertindak tanpa dipikir atau berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk
senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hl berikut dapat dijadikan pedoman
dalam menangani masalah anak hiperaktif

 PERIKSALAH.

Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif.

 PAHAMILAH
Sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual)
maupun fisiologis.

 LATIH kefokusannya.

Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam
menerapkan norma dan tugas.

 TELATENLAH.

Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan
tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf.

 BANGKITKAN kepercayaan dirinya.

Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu
dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.

 KENALI arah minatnya.

Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan
dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya
secara dini.

 MINTA dia bicara.

Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri.
Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat
diterima kelompoknya.

Sumber: PDGK 4407 (PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)

Anda mungkin juga menyukai