Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Kompehensif Tumbuh Kembang Balita

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologik seseorang yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling
berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses
yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberika ciri tersendiri pada setiap
anak.
Oleh karena itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah,
tenaga kesehatan, dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai
kesehatan yang optimal. Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah
dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu
memperhatikan,mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Proses tumbuh
kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat
tergantung kepada orang dewasa atau orang tua. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada
masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak
bayi masih dalam kandungan. Untuk bisa merawat dan membesarkan anak secara
maksimal tentu kita perlu mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan anak itu
sendiri, yang pada gilirannya akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kita dalam
merawat dan membesarkan buah hati kita.

1
B.Tujuan

1 Tujuan Umum
Tujuan umum untuk mengetahui perkembangan stimulasi anak dan balita

2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui perkembangan stimulasi anak yang kurang selama masa
perkembangan.

C. Ruang Lingkup

Masyarakat, institusi, lahan praktik serta pemerintah

D. Manfaat

Hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ibu dan anak untuk memntau
perkembangan stimulasi anak .

2
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. KAJIAN MASALAH KASUS


STIMULASI TUMBUH KEMBANGAN ANAK BALITA

B. KAJIAN TEORI
PENGERTIAN STIMULASI
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orang
tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih
sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh sistem
indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunkasi serta
perasaan pikiran si anak. Seperti di jelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak .
rangsangan atau Stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat
penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi ada faktor eksternal lain
yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola
pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi
kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa
dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan
dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan
berjalan optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan
cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-anak.
Menurut Siswono, 2004 stimulasi adalah suatu upaya merangsan anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun ketermpilan baru ternyata sangat penting
dalam upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak
calon bayi masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di
dalam kandungan janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak,
menelan menghisap jempol, dan lainnya.

3
Menurut Suherman, 2000 Stimulasi juga dilakukan orang tua (keluarga) setiap
ada kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip
stimulasi.
Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialisanak konsultan tumbuh
kembang, stimulasi dini adalahrangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru
lahir.Stimulasi dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan,yang penting untuk kecepatan
proses pembelajaran dan memori.
Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua
sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun
pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan
otaknya dan menjadi dasar  pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini
stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak
stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga
perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang
banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun.
Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil
sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak
menjadi terhambat

C. TUJUAN STIMULASI
Tujuan Stimulasi Pada Anak
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak
mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.
Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti
latihan gerak, berbicara, berfikir, kemandidian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan
orangtua dan keluarga setiap ada kesempatan atau sehari hari, secara berkala dan terus –

4
menerus. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi ( Suherman, 2000 ).
Adapun prinsip dari stimulasi adalah sebagai berikut :
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah laku
orang-orang yang terdekat dengan anak.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4
(empat) aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya. 

D. TAHAP-TAHAP STIMULASI
A. Tahapan Stimulasi Sesuai Usia
1. Usia 0 - 3 bulan    
Berikan si kecil stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman aman, dan
menyenangkan. Anda bisa menstimulasinya dengan cara memeluk, menggendong,
menatap mata bayi, berbicara atau mengajaknya tersenyum. Mainan yang
digantung dengan warna-warna menarik dan mengeluarkan bunyi-bunyian juga
merupakan stimulasi yang menyenangkan bagi si kecil. Menjelang akhir usia 3
bulan, cobalah melatihnya tengkurap, telentang atau menggulingkannya ke kanan
dan kiri. Rangsang si kecil untuk meraih dan memegang mainan, jika tangannya
sudah cukup kuat.
Agar keterampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang secara optimal, Anda
perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan memberikan stimulasi
(rangsangan) yang tepat sesuai dengan tahapan usia bayi. Hal ini penting karena
jika terjadi keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motoriknya bisa segera
terdeteksi dan dikoreksi.
Pada umumnya perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik
kasar dan motorik halus :

5
a. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup
keterampilan otot-otot besar, misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat
leher dan duduk.
b. Motorik halus adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan gerak
otot-otot kecil, seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk,
menggambar dan menulis.

Pada saat bayi baru lahir,saat itu refleks tubuh bayilah yang bekerja
sempurna. Gerakan refleks adalah gerakan-gerakan yg terjadi secara otomatis,
tanpa bayi sadari. Seiring dengan waktu, gerak refleks ini akan tergantikan
dengan gerak motor kasar. Beberapa gerak refleks yang dimiliki bayi adalah :
1. Refleks menghisap (sucking reflex)
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting
susu ke ujung mulut bayi.
2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Bayi Anda akan otomatis menggenggam jari Anda ketika Anda
menyodorkan jari telunjuk kepadanya.
3. Refleks leher (tonic neck reflex)
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi
ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.
4. Refleks mencari (rooting reflex)
Ketika pipi bayi Anda disentuh maka otomatis mulutnya akan terbuka dan
memalingkan wajahnya ke arah sentuhan.
5. Refleks Moro (Moro reflex)
Refleks ini berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori
gerakan motor. Menurut para ahli, refleks moro ini termasuk reaksi
emosional yg timbul dari kemauan atau kesadaran bayi dan akan hilang
dengan sendirinya dalam waktu yg singkat. Refleks moro ini timbul ketika
bayi dikejutkan secara tiba-tiba atau mendengar suara yang keras. Bayi
melakukan gerakan refleks dengan melengkungkan punggungnya dan
mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan
tersebut, kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi yang berlangsung
sesaat ini pada umumnya diiringi dengan tangisan yang keras.

6
2. Usia 3 - 6 bulan  
Rangsang si kecil untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Anda bisa menambahkan stimulasi dengan mengajaknya bermain "cilukba". Pada
rentang usia 3-6 bulan kebanyakan bayi sudah mulai menunjukkan polah tingkah
yang mengundang gemas yang melihatnya, karena pada renatng usia tersebut
kondisi fisik sang buah hati sudah mendukung untuk melakukan beragam aktifitas,
seperti:
1. Berbalik dari telungkup ke telentang
2. Mengangkat kepala setinggi 900
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4. Menggenggam pensil
5. Meraih benda yang ada di dalam jangkauannya
6. Memegang tangannya sendiri
7. Berusaha memperluas pandangan
8. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10. Tersenyum ketika melihat mainan / gambar yang menarik saat bermain sendiri.

3. Usia 6 - 9 bulan 
Di usia ini, Anda bisa mulai meningkatkan stimulasi, dengan cara melatih
tangan anak bersalaman, duduk dan berdiri sambil berpegangan. Penting juga bagi
Anda untuk mulai membiasakan diri membacakan dongeng untuk si kecil sebelum
tidur. dalam memberikan stimulasi pada bayinya, ada 4 hal cara stimulasi
bayi yang benar benar harus diperhatikan, yaitu :
Pertama adalah bicaralah selalu padanya,apa pun yang Anda lakukan
ajaklah bayi Anda berbicara. Tataplah matanya dan bicaralah perlahan-lahan.
Bayi  sedang mendengarkan suara maupun kata - kata yang Anda ungkapkan dan
bayi pun belajar untuk meresponnya.
Kedua adalah biarkan bayi bermain di lantai, tentunya lantai harus bersih
dan aman, seringlah menaruh bayi dilantai untuk merangsangnya lebih leluasa
bergerak dan bisa mengontrol gerakannya. Jangan sering menggendong atau
menaruh bayi dikereta dorongnya. Meski aman baginya namun tidak membantunya
mengembangkan otot - otot geraknya.

7
Ketiga adalah berikan aktivitas fisik, berrmainan permainan yang
menggunakan fisik akan membantu perkembangan dan kerja otot - otot tubuhnya.
Orang tua bisa membantu, misalnya, meletakan bayi dalam posisi terlentang
kemudian menggerakan kedua kakinya seolah membuat gerakan mengayuh sepeda.
Bisa juga dengan menegakkan bayi sambil kita pegang tubuhnya, lalu biarkan ia
melakukan loncatan - loncatan dengan kedua kakinya atau bermain di lantai
dengan merangkak dan mengejarnya.
Keempat adalah dengan memberikan pujian, setiap kali bayi menunjukan
kemajuan pesat berilah pujian, ia pasti sering dan bersemangat untuk selalu
mencoba serta mengulang kembali kemampuannya.

4. Usia 9 - 12 bulan
Pada retang masa umur 9-12 bulan si kecil sudah menunjukkan beberapa
aktifitas: 
a. Mengangkat badannya ke posisi berdiri
b. Belajar berdiri selama 30 detik atau
berpegangan pada kursi
c. Dapat berjalan dengan dituntun
d. Mengulurkan lengan / badan untuk
meraih mainan yang diinginkan
e. Menggenggam erat pensil
f. Memasukkan benda ke mulut
g. Mengulang menirukan bunyi yang
didengar
h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa
arti
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin
menyentuh apa saja
j. Bereaksi terhadap suara yang perlahan
atau bisikan
k. Senang diajak bermain ”CILUK BA”
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada
orang yang belum dikenal.
Dari hal-hal yang bisa dilakukan si kecil maka Mulailah mengajar si
kecil memanggil mama-papa atau ibu-ayah, kakak atau adik. Anda juga sudah
bisa melatih si kecil untuk berdiri, berjalan dengan berpegangan, meminum dari
gelas, menggelindingkan bola, dan bermain memasukkan mainan ke wadah.

8
5. Usia 12 - 18 bulan  
si kecil bermain bersama menyusun kubus, menyusun potongan gambar
sederhana, memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya, atau
bermain boneka. Ajari juga ia cara menggunakan peralatan makan dan memegang
pensil lalu biarkan ia mencoret-coret kertas dengan pensil warna. Lanjutkan
stimulasi dengan melatihnya berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur,
memanjat tangga, menendang bola,melempar dan menangkap bola, melepas
celana, mengerti dan melakukan perintah sederhana, menyebutkan nama, dan
menunjukkan benda-benda.

6. Usia 18 - 24 bulan  
Di usia ini mulailah merengasang si kecil dengan memintanya
menyebutkan, dan menunjukkan bagian tubuh seperti mata, hidung, telinga, dan
mulut.  Minta pula ia menyebutkan nama-nama binatang, gambar atau benda-benda
di sekitar rumah. Cobalah membiasakan mengajak si kecil berbicara tentang
kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi, main, dan sebagainya). Latih ia  ia
menggambar garis, mencuci tangan, memakai celana, baju, melempar bola, dan
melompat.,selain itu bisa melatih keseimbangan berdiri dengan satu kaki
bergantian,melatih anak menggambar bulatan dan segitiga, Melatih anak mau
menceritakan apa yang dilihatnya, Melatih anak tentang kebersihan diri (buang air
kecil/besar pada tempatnya), melatih anak bernyanyi.

7. Usia 2 - 3 tahun  
Saatnya Anda mengajari si kecil untuk mengenal warna, menghitung benda,
menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit),
menggambar garis, lingkaran dan manusia. Ajari pula cara memakai baju,
menyikat gigi, buang air kecil dan besar di toilet. Stimulasi juga bisa diberikan
dengan mengajaknya latihan berdiri satu kaki, menyebutkan nama teman, bermain
kartu, boneka, dan masak-masakan, Melatih anak menyusun balok.

8. Usia 3 tahun ke atas 

9
Stimulasi yang bisa Anda berikan pada si kecil lebih mengarah pada
pengembangan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa serta untuk
kesiapan sekolahnya.
Ajari ia melakukan motorik kasar seperti berlari, senam sehat, lalu latih
juga motorik halusnya seperti memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal
huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, buang air kecil
dan besar di toilet, berbagi dengan teman, serta kemandirian. Tidak hanya di
rumah, stimulasi juga bisa dilakukan di kelompok bermain dan taman kanak-
kanak.

E. MACAM-MACAM STIMULASI
A. KOMUNIKASI
Jalinlah komunikasi dengan sang buah hati sesering mungkin, bisa
menceritakan apa saja untuk mendukung pengetahuan bahasa dan mengembangkan
pikirannya, tentunya bercerita tentang hal-hal ringan saja, ajaklah anak untuk
berbicara. Salah satu contoh berkomunikasih adalah:
1. Ceritakan kesibukan Kita. 
Ceritakan dengan lantang apa saja yang sedang di kerjakan dan lemparkan
pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara, walaupun nampak konyol
karena batita tak bisa menjawab,” usul Pam Quinn, terapis wicara di RS
Rehabilitasi Schwab, Chicago.

2. Jadi ‘role model’. 


Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan pengucapan yang
benar ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan penguasaan bahasanya
dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu warnanya putih, enak
sekali.” Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga
mengajarkan cara kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya.
“Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia
itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata
ibu,” kata Pam lagi.

3. Berlagak “bodoh”. 

10
Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya
sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan
bola dan Anda tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja
Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, “Ibu harus
apa?” Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi.

4. Tetap nyata. 
Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa
slang atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua
wajib berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang
akan membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang
bermakna.

5. Mengenalkan anggota tubuh


Ajaklah bayi berkomunikasi dengan mengenalkan anggota tubuh. Misalnya
menunjuk kepala, pundak, hidung, kaki, mata dan sebagainya. Memperlihatkan
cerita bergambar, atau kumpulan gambar buah, hewan dan benda sehari-hari. Latih
gerak motorik tangan dengan membuat garis, berlatih mencuci tangan sendiri,
latihan melempar bola.

6. Menggunakan Bahasa Isyarat


Membangun rasa percaya dan meningkatkan interaksi. Secara psikologis
bayi akan merasa lebih dekat dengan orang yang berkomunikasi. Dengan mengerti
apa yang dikomunikasikan bayi, orangtua menjadi lebih mengetahui kebutuhan
yang diinginkan bayi saat itu.
Mendorong berkomunikasi lebih awal. Sebenarnya bayi usia muda, dengan
kemampuan pergerakan koordinasi mulut yang belum sempurna, mempunyai
keterbatasan dalam berbahasa. Meskipun terdapat beberapa parameter kemampuan
bahasa yang dapat dinilai dengan bunyi-bunyian yang keluar dari mulut atau mimic
muka dan posisi tubuh bayi. Dengan keterbatasanya tersebut tampaknya bahasa
isyarat dapat digunakan untuk alternatif dalam berkomunikasi. Kesulitan
berkomunikasi dengan anak akan menimbulkan perasaan yang cemas dan frustasi
baik pada anak dan orangtua. Seringkali orangtua tidak mengetahui keinginan
anak, sebaliknya anak sulit mengungkapkan keinginannya. Apalagi ungkapan yang

11
membingungkan tersebut disertai tangisan yang hebat. Dengan bahasa isyarat
kesenjangan komunikasi dapat diminimalkan, pada akhirnya membuat perasaan
orangtua lebih nyaman bila keinginan anak dapat dipahami.

B. PERMAINAN
Menurut para ahli, idealnya Mama memiliki cara-cara kreatif untuk terus
menstimulasi anak. Adakalanya Anda juga kehabisan ide. Kabar baiknya, Alvin N.
Eden, MD., penulis buku Positive Parenting: Raising Healthy Children from Birth
to Three Years, memberikan beberapa rekomendasi alat apa saja yang perlu Anda
miliki untuk bisa menstimulasi si 2-3 tahun dengan optimal. Ini dia beberapa di
antaranya:
1. Sepeda roda tiga. Ajarkan anak untuk mengayuh pedalnya, juga mengarahkan
setangnya. Tentu dampingi ia selalu saat mencoba.
2. Gerobak sorong roda satu (wheelbarrow). Anak bisa membawa mainan untuk
dibawa ke ruang lain (atau untuk dibereskan). Jangan lupa memastikan
gerobaknya bersih. 
3. Perlengkapan memanjat, bisa berupa tangga, pagar, tali pengaman, dll. Tentu
saja Anda harus mengawasi ketika anak bermain panjat-panjatan, bukan lalu
melarangnya sama sekali. 
4. Perkakas dan meja kerja. Ketika anak berusaha memalu paku mainan atau
memasang sekrup, sebetulnya dia sedang mengasah keterampilan motorik
halusnya.
Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya.
Berikut contoh permainan pada stimulasi anak:
1. Main senyum, cium, dan suara (0-3 bulan)
Pada periode yang sangat awal ini, rangsang penglihat, peraba, pencium,
dan pendengar penting untuk perkembangan otak atau kognisi bayi.
Stimulasi seperti mendaratkan ciuman ke kening, pipi, mata, atau bagian
tubuh yang lain, mengelus-elus, memberikan senyuman terindah, mengajak
bicara, dan mendengarkan musik, membantu si buah hati belajar sense of
sensations, sensasi. Hasilnya, bayi mampu memberikan senyum balasan di
umur 6 atau 8 minggu. Otak bayi diajak belajar menginterpretasikan
berbagai hal seperti ekspresi wajah atau suara dan membantu

12
mengembangkan ukuran otaknya dua kali lipat. Bayi akan mengurangi
perhatian pada rangsang yang berulang dan akan menambah perhatiannya
saat rangsang itu berubah. 
2. Main gerak dan tebak (Usia 3-6 bulan).
Di usia 4 bulan, bayi mulaimengenal dan menjalani rutinitas seperti bangun,
tidur, atau makan. Anda dapat mengenalkan rutinitas lain yang membantu
perkembangan otaknya seperti mengikuti aktivitas bermain sambil gym atau
aktivitas motorik.
Kegiatan ini membantu bayi belajar sebab-akibat, misalnya ia dapat
menggapai mainan yang terjuntai di atasnya bila ia duduk dan merentangkan
tangannya ke atas. Selain itu, bermain belajar mengenal anggota tubuh dari
cermin juga seru. Anda menunjuk lalu mengucapkan bagian tubuh apa
secara jelas dan perlahan. Misalnya “Ini apa? (sambil menyentuh matanya)
Ini mata.” Meski ia masih dalam tahap bergumam atau bubble, perlahan ia
belajar mengucap satu akhiran kata, misalnya “ta” dari “ma-ta”. Bayi pun
bisa memperlajari anggota tubuh dan belajar bicara. 
3. Main  “Petak Umpet”(Usia 6-9 bulan)  
Pencapaian kekonstanan atau objek permanen sebuah benda bisa diraih pada
periode usia ini. Maksud dari konstan yaitu pemahaman bahwa benda
sebenarnya tetap ada walaupun tidak terlihat.
Umumnya, bayi akan berusaha terus mencari, menemukan benda yang
disembunyikan. Berhubung dia sedang belajar merangkak, tentu bayi akan
mencari dengan cara merangkak.Biarkan ia merangkak sesukanya.
Aktivitas ini dapat menstimulasi koordinasi otak kiri dan kanannya.
Bermain Cilukba, menutup benda dengan sapu tangan, atau sembunyi di
bawah selimut bisa menjadi permainan sederhana yang menstimulasi
otak bayi untuk pemahaman objek permanen. 

4. Bermain kreatif
Dalam periode usia ini terjadi peningkatan mobilitas dan pengenalan
lingkungan sekitar. Ia  semakin aktif dan cenderung mencoba memberikan
stimulus pada orang lain. Misalnya ia mulai menarik perhatian Anda dengan

13
menarik-narik pakaian Anda, menggapai dan mengambil barang-barang di
sekitarnya, atau meniru suara Anda. Ia paham situasi yang ia rasakan. Kalau
ia merasa sedang tidak mendapat perhatian Anda, langsung ia mencari
perhatian! Idenya sangat fantastis.
Memanfaatkan situasi ini, Anda bisa mengajaknya bermain yang
menstimulasi kreativitasnya serta mengenalkan perintah-perintah sederhana.
Misalnya meminta dia  menyusun balok kemudian meruntuhkannya,
menaruh barang di tempatnya, atau bermain tepuk-tepuk tangan sambil
bernyanyi. Kira-kira bangunan seperti apa yang dibuatnya atau bagaimana
ritme tepukannya?

C. TEMAN SEBAYA
Mengajak anak bertemu dan bermain dengan teman sebaya merupakan salah
satu cara untuk menstimulasi kecerdasan anak dalam bersosialisasi. Melatih anak
bersosialisai sebenarnya dapat dilakukan di rumah. Misalnya anak diajak berkenalan
dengan anak sebaya di sekitar rumah,  atau  diajak ke playground  agar bayi bisa
melihat anak-anak seusianya. Memasukkan anak ke sekolah bayi bisa menjadi pilihan
bila anak tinggal di rumah  dengan lingkungan sekitar  tidak ada playground atau
teman sebaya, sehingga  ia harus di rumah saja. Pada usia dini 0-6 tahun, otak
berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan
menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa
yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk.
Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak
(golden age).
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa
emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Pada usia dini
inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita
sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental
berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka
mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya
dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk
karakter yang positif dan sukses. Seperti mengajak anak – bermain dengan teman
sebayanya dengn tetap mendapat pengawaaaasan dari orang tua, memberikan

14
tontonan yang sesuai dengan usia anak, sewajanya anak – anak menonton film untuk
anak – anak, mendengarkan lagu – lagu anak – anak.
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula
sebaliknya. Sewajarnya lah anak – anak bergaul dengan teman- teman seusianya,
sehingga karakter anak akan terbentuk sesuai dengan usianya, dan kemampuannya
bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang disekelilingnya menjadi sealami
mungkin. Sehingga tidak terjadi hal – hal seperti anak yang minder/penakut saat
bertemu orang selain dari keluarganya dikerenakan jarang keluar dan bermain dengan
anak – anak lain seusianya. Dan tidak ada anak – anak yang karakter emosionalnya
lebih dewasa dari usianya dan kehilangan masa-masa bermain yang menyenangkan
dengan teman – temannya.

BAB III

PEMBAHASAN

15
A. PENGKAJIAN

Hari/tanggal :5-3-2020 Tempat : Puskesmas Namorambe


Jam :10.00 wib

SUBJEKTIF DATA
Biodata:
Nama anak :Saskia fitri Nama orang tua: Rina
Umur :1 thn Umur : 25 thn
Jenis kelamin :Perempuan Pekerjaan :Ibu RT
Alamat :Namorambe

                    
1. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan perkembangan putrinya
yang sudah berumur 1 tahun.

2. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke : pertama
b. Tempat ANC : klinik
c. Imunisasi TT : 3 kali
d. Obat-Obatan yang pernah
diminum selama hamil : tidak ada
e. Penerimaan Ibu/Keluarga
Terhadap kehamilan : kehamilan direncanakan dan keluarga sangat mengharapkan
kelahiran anak pertamanya
f. Masalah yang pernah
dialami ibu saat hamil : tidak ada

3 . Riwayat IntraNatal
a. Persalinan ke : pertama
b. Tempat dan penolong persalinan :klinik
c. Masalah saat persalinan : tidak ada
d. Cara Persalinan : pervaginam
e. Keadaan bayi saat lahir : normal

16
f. Segera menangis/tidak : segera menangis
g. BB lahir/PB Lahir :3200 gram/ 45 cm

4. Riwayat Kesehatan Anak : ibu mengatakan anak tidak sedang/pernah menderita penyakit
yang berat seperti penyekait jantung,diabetes,asma,TBC dan
lain-lain. Keluarga : ibu mengatakn keluarga tidak
sedang/pernah menderita penyakit degenaratif seperti
hipertensi,TBC,DM,Jantung dan lain-lain

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


A. Kebutuhan Nutrisi Jenis Makanan dan Minuman :
nasi,sayur(sup jagung,sayur bayam) lauk( telur,ati ayam,ayam),buah dan air
putih,teh,susu Frekuensi : 2 x sehari dan 5-6 gelas perhari Banyaknya : 1 porsi habis
dan 1 gelas belimbing

B. Kebutuhan Eliminasi
BAB Frekuensi : 1-2 x sehari
Warna : kuning
Konsistensi : lembek
Masalah : tidak ada
BAK Frekuensi : 7-8 x sehari
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada

C. Kebutuhan Personal Hygiene


Frekuensi Mandi : 2 x sehari
Frekuensi Ganti pakaian : 2 x sehari
Penggunaan popok anti tembus : jika bepergian saja

6. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga

17
a. Tanggapan keluarga terhadap keadaan anak : keluarga senang dengan perkembangan
yang terjadi di dalam diri anak
b. Pengambil keputusan dalam keluarga : ayah dan ibu
c. Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak : mengerti sedikit-sedikt

7. Riwayat Tumbuh Kembang anak


1. Ibu mengatakan bahwa anak sudah mulai bicara pada umur 1 tahun.
2. Ibu mengatakan bahwa anak sudah dapat berjalan umur 14 bulan.
3. Ibu mengatakan pada pemeriksaan tumbuh kembang yang lalu hasil dari pemeriksaan
normal.

OBJECTIVE DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N : 90 x /menit R : 30 x / menit S : 370 C

2. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : 17 kg
b. PB/TB : 90 cm
c. Lingkar kepala : 39 cm
d. Lingkar dada : 40 cm

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut bersih,hitam,tidak ada ketombe,mesochepal,UUB datar,tidak ada
cepal hematoma
b. Muka : simetris,tidak moon face,tidak pucat
c. Mata : simetris,sclera tidak ikterik,konjungtiva merah muda,reflek blingking + d.
Telinga : tidak ada serumen,bersih
e. Hidung : tidak ada polip,tidak secret,terdapat sekat
f. Mulut : tidak pucat,tidak ada labioscisis,tidak ada labiopalatoscisis ( reflek
rooting,scuckling,swallowing : +)
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan pembesaran vena jugularis

18
h. Dada :simetris tidak ada retaksi dinding dada
i. Perut : tidak ada bekas luka,tidak ada bising usus
j. Ekstermitas : simetris kanan kiri,tidak ada oedem,tidak ada varices,tidak ada polidaktili
dan sindaktili
k. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
l. Anus : bersih,tidak atresia ani,tidak ada hemoroid.

4. Data Penunjang
a. pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b. pemeriksaan penunjang : DDST tes terlampir
c. catatan medic lainnya : tidak ada

5. Pemeriksaan Perkembangan Anak


a. Kemampuan personal social : No Kemampuan Pencapaian
1. Minum dengan cangkir Anak sudah mampu minum dengan baik menggunakan
cangkir
2. Membantu dirumah Anak sudah mampu untuk melakukan pekerjaan rumah seperti
ikut menyapu ketika melihat ibunya menyapu dan membereskan mainannya
sesudah bermain
3. Menggunakan sendok garpu Anak sudah bisa menggunakan dan mampu
memegang sendok garpu.
4. Membuka pakaian Anak sudah mampu membuka pakaian sendiri.
5. Menyuapi boneka Anak sudah mampu bermain boneka dan berpura-pura menyuapi
boneka.
6. Memakai baju Anak belum mampu menggunakan baju sendiri,anak masih butuh
bantuan orang lain jika akan memakai baju.
7. Gosok gigi dengan bantuan Anak belum mampu memegang sikat gigi dan belum
mampu menyikat gigi.
8. Cuci dan mengeringkan tangan Anak belum mampu mencuci tangan sendiri dan
masih butuh bantuan untuk mengeringkan tangannya.
b. Kemampuan Motorik Halus : No Kemampuan Pencapaian
1. Mencoret-coret Anak sudah mampu mencoret-coret.
2. Ambil manic-manik ditunjukkan Anak sudah mampu mengambil manic-manik.
3. Menara 2,4,6 kubus Anak sudah mampu membuat menara dari 2,4 dan 6 kubus.

19
4. Meniru garis Vertikal Anak belum mampu meniru garis vertical.
5. Menara dari 8 kubus Anak belum mampu membuat menara.
6. Menggoyangkan ibu jari Anak belum mampu menggoyangkan ibu jari.
c. Kemampuan Bahasa : No Kemampuan Pencapaian
1. 3,6 kata Anak sudah mampu mengucapkan 3,6 kata.
2. Menunjukkan 2,4 gambar Anak sudah mampu menunjukkan 2,4 gambar.
3. Kombinasi kata Anak sudah mampu menbuat kombinasi kata.
4. Menyebut 1 gambar Anak sudah mampu menyebut 1 gambar.
5. Bagian badan 6 Anak sudah mampu menyebut 6 bagian badan.
6. Bicara sebagian dimengerti Bicara anak sebagian sudah dimengerti.
7. Menyebut 4 gambar Anak belum mampu menyebut 4 gambar.
8. Mengetahui 2 kegiatan Anak belum mengetahui 2 kegiatan.
d. Kemampuan motorik kasar No Kemampuan Pencapaian
1. Lari Anak sudah mampu berlari.
2. Berjalan naik tangga Anak sudah bisa naik turun tangga.
3. Menendang bola ke depan Anak dapat menendang bola kedepan.
4. Melompat Anak dapat melompat.
5. Melempar bola tangan ke atas Anak dapat melempar bola tangan ke atas.
6. Loncat jauh Anak tidak dapat loncat jauh.
7. Berdiri 1 kaki 1,2 detik Anak belum mampu berdiri 1 kaki 1,2 detik.

Hasil pengkajian empat sector diatas : Normal ( tidak ada delay dan tidak ada caution)

B. ANALISA DATA / ASASEMENT


An. Saskia safitri umur 1 tahun dengan tumbuh kembang normal

C. PENATALAKSANAAN/ PLANING
1. menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan tumbuh kembang anaknya. - ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan.
2. Memeberitahukan kepada ibu agar memberikan stimulasi perkembangan pada anaknya -
Ibu bersdia memberikan stimulasi pada anaknya.
3. Memberitahukan kepada ibu tentang kunjungan ulangnya yaitu melakukan kunjungan
ulang untuk tes perkembangan bulan depan. - Ibu mengerti dan bersedia melakukan
kunjungan ulang bulan depan.

20
4. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan - Hasil pemeriksaan sudah
didokumentasikan

BAB IV

21
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orang
tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan
kasih sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh
sistem indera, melatih kemampuan motorikhalus dan kasar, kemampuan
berkomunkasi serta perasaan pikiran si anak.
Tahapan Stimulasi Sesuai
1. UsiaUsia 0 - 3 bulan    
2. Usia 3 - 6 bulan  
3. Usia 6 - 9 bulan 
4. Usia 9 - 12 bulan
5. Usia 12 - 18 bulan  .
6. Usia 18 - 24 bulan  
7. Usia 2 - 3 tahun  
8. Usia 3 tahun ke atas 

Adapun macam-macam stimulasi yakni komunikasi, permainan, dan teman sebaya.


Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya

B. Saran
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan perkembangan anaknya dengan cara
stimulasi saat masih dalam usia kritis, terlebih lagi saat dalam usia emas atau golden
age. Dimna stimulasi ini harus sesuai dengan usia anaknya. Orang tua bertanggung
jawab atas perkembangan anaknya pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
orang tua harus berhati-hati dalam mendidik anaknya serta dalam melakukan
intervensi harus benar-benar tepat. Jika stimulasi yang diberikan tidak tepat maka
akan sangat sulit atau bahkan tidak bisa untuk memperbaiki pengaruh stimulasi
tersebut pada usia selanjutnya. Untuk itu manfaatkan masa usia kritis anak atau
golden age, agar anak bisa berkembang seoptimal mungkin kearah yang positif

DAFTAR PUSTAKA

22
Djauhar,Ismail.2010.Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas. Gadjah
Mada : Yogyakarta
Djaiihar Ismail (1996): Tatalaksana penyimpangan tumbuh kembang balita dan Stimulasi di
tingkat pelayanan dasar. Bandung, 25 Maret - 27 Maret 1996.
Moersintowarti, NB (1996): Askeb neonatus dan balita, Bandung : 25 Maret - 27 Maret 1996.
Moersintowarti, NB (1996): Klink Tumbuh Kembang Anak, suatu sarana pemantauan.
Kongres Nasional Emu Kesehatan Anak X, Bukittinggi, 16-20 Jun 1996.
Satgas Instrumen Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia (1995): Pedoman Deteksi Dini
Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita bagi petugas.

http://carapedia.com/stimulasi_dini_mengembangkan_kecerdasan_anak_info3870.html

http://health.kompas.com/read/2013/05/19/21525991/8.Cara.Stimulasi.Kecerdasan.Multipel.pada.
Bayi

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Balita/stimulasi.perkembangan.bicara.bal
ita.12.tahun/001/001/814/27/3s

23

Anda mungkin juga menyukai