Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Karakteristik Karya Tulis Ilmiah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISTIK KARYA TULIS ILMIAH

MAKALAH PENULISAN KARYA ILMIAH


Dosen Pengampu : Dra. Hartati, M.Pd

Di susun oleh
1. Nanda Krisnasari (14014174)
2. Soffiya Devi Habibatus Sholikah (1401417412)
3. Oktavia Tri Handayani (1401417411)
4. Dedi Setyo Utama (1401417439)
ROMBEL J

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN AJAR 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menulis adalah sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya
pelatihan. Penting bagi kita membentuk diri supaya memiliki keterampilan yang baik yaitu
dengan terus menerus berlatih menulis dengan cara yang benar. Jika kebiasaan itu telah dimiliki,
langkah selanjutnya adalah memoles agar tulisan tersebut komunikatif dan benar sesuai dengan
kaidah yang berlaku.
Kaidah atau ketentuan menjadi penting artinya karena salah satu ukuran untuk menilai apakah
tulisan itu dapat disebut karya ilmiah atau bukan berwujud tata tulis. Karya ilmiah adalah karya
tulis yang substansinya bersifat ilmiah, tata tulisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan
sikap ilmiah penulisnya mewarnai seluruh karya tersebut. Maka, dalam makalah ini akan dibahas
mengenai karakteristik penulisan karya ilmiah mengenai hakikat, karakteristik isi, unsure
kebahasaan, serta ciri-ciri struktur karya ilmiah.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan:
1. Apakah hakikat karya ilmiah?
2. Apa sajakah karakteristik berdasarkan isi penulisan karya ilmiah?
3. Apa sajakah karakteristik berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah?
4. Apa sajakah unsur kebahasaan dalam karya ilmiah?
5. Apa sajakah ciri-ciri struktur karya ilmiah?
C.     Tujuan Penulisan
Terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1.      Mendeskripsikan dan menganalisis hakikat karya ilmiah
2.      Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik berdasarkan isi penulisan karya ilmiah
3.      Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah
4.      Mendeskripsikan dan menganalisis unsur kebahasaan dalam karya ilmiah
5.      Mendeskripsikan dan menganalisis ciri-ciri struktur karya ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Karya Ilmiah
 Jones (Brotowidjoyo 1993:3) membagi karangan ilmu pengetahuan menjadi dua macam, yaitu
karangan ilmiah dan karangan nonilmiah. Penggolongan karya ilmu pengetahuan ke dalam kedua
golongan tersebut didasarkan pada sifat fakta yang disajikan dan cara penulisannya. Karya ilmiah
menyajikan fakta umum, yaitu fakta yang dapat dibuktikan benar tidaknya dan ditulis dengan cara
penulisan yang standar. Sedangkan karya nonilmiah menyajikan fakta pribadi, yaitu fakta yang
ada pada diri seseorang atau yang ada dalam batin seseorang yang bersifat subjektif dan ditulis
dengan cara penulisan yang (mungkin) tidak standar.
Dari pandangan tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah karangan dikatakan ilmiah apabila
memiliki dua ciri utama, yaitu berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis dengan
cara penulisan yang baku. Fakta yang disajikan dalam karangan ilmiah adalah fakta umum, yaitu
fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh siapa saja dengan prosedur yang
konsisten. Fakta tersebut selain dapat dibuktikan kebenarannya juga dapat dijadikan dasar
penyusunan simpulan. Fakta umum yang tidak dapat digunakan untuk merumuskan simpulan
tidak digunakan dalam karangan ilmiah. Berikut merupakan contoh fakta yang bersifat ilmiah :
1.      Setetes air terdiri atas molekul-molekul air, yang tiap molekul terdiri atas dua atom hidrogen
dan satu atom oksigen.
2.      Asap yang keluar dari knalpot kendaraan sebagian besar berupa gas karbon monoksida yang
membahayakan kesehatan.
3.      Jumlah sudut segitiga sama dengan dua sudut siku-siku.
4.      Panas matahari dapat diubah menjadi listrik.
Fakta-fakta tersebut dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain dengan prosedur yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, fakta tersebut disebut fakta yang bersifat ilmiah. Hal tersebut berbeda
dengan fakta-fakta pribadi berikut, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya oleh semua orang.
1.      Hulu sungai Brantas mengalir melalui perkebunan yang indah.
2.      Udara pagi ini sejuk sekali.
3.      Orang Batak lebih ulet daripada orang Jawa.
4.      Pacarku lebih cantik daripada pacarnya.
Fakta-fakta tersebut tidak dapat dijadikan landasan karangan ilmiah karena keluar dari pendapat
dan penilaian pribadi yang belum tentu sama dengan penilaian orang lain.
Karangan ilmiah selain berdasarkan atas fakta umum juga disajikan dengan mengikuti kaidah,
prosedur,dan metodologi penulisan yang baik dan benar. Kaidah penulisan karya ilmiah, baik
kaidah umum yang mencakupi penggunaan bahasa dan ejaan juga harus mempertimbangkan
kaidah khusus yang disesuaikan dengan jenis karya ilmiah. Prosedur penulisan karya ilmiah
bersifat sistematis, yaitu mengikuti langkah-langkah atau urutan yang telah ditentukan. Adapun
metodologi penulisan karya ilmiah mencakupi cara mendapatkan fakta dan cara penyajiannya.
Karangan yang hanya menyajikan fakta umum tanpa menggunakan prosedur penyajian yang baik
dan benar tidak digolongkan dalam karya ilmiah.
Berdasarkan paparan tersebut dapat di tarik simpulan bahwa karangan ilmiah adalah karangan
ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa ragam ilmiah.

B.     Karakteristik Berdasarkan Isi Penulisan Karya Ilmiah


Dilihat dari substansi atau isinya ciri karya ilmiah antara lain sebagai berikut.
1.    Berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Fakta yang dapat kita angkat dalam karya ilmiah haruslah fakta yang bersifat objektif, dalam arti
dapat dibuktikan kebenarannya. Karena itulah dalam karya ilmiah kita tidak dapat mendasarkan
tulisan pada imajinasi atau dugaan semata.
2.      Didukung oleh teori yang ada.
Sebagai bukti keilmiahannya, sebuah karya ilmiah selalu didasarkan pada teori yang telah ada.
Fungsi teori itu bermacam-macam, antara lain sebagai acuan atau pedoman dalam penulisan karya
ilmiah dan sebagai pijakan awal untuk menulis. Wujud pemanfaatan teori juga bermacam-macam,
antara lain teori yang telah ada kita uji kembali, kita kembangkan, atau kita pakai untuk
menemukan teori yang lain.
3.      Tidak bersifat emosional.
Yang berbicara dalam karya ilmiah adalah fakta. Dipercaya atau tidak isi karya ilmiah oleh
pembaca sangat ditentukan oleh fakta yang kita sajikan. Karena itulah kita tidak perlu menulis
karya ilmiah secara persuasif dengan mempengaruhi orang banyak untuk percaya pada pendapat
kita. Kita juga tidak perlu menggunakan kata-kata yang sugestif atau “menekan” pembaca untuk
mengikuti pendapat kita.

C.     Karakteristik Berdasarkan Teknik Penulisan Karya Ilmiah


Berdasarkan teknik penulisannya karakteristik karya ilmiah antara lain sebagai berikut.
1.    Menggunakan ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah dalam bahasa Indonesia  disebut ragam baku. Sampai saat ini Pasat Bahasa
sudah mengeluarkan Ejaan yang Disempurnakan ( EYD ), Pedoman Umum Tata Bentukan Istilah,
Pedoman Pemenggalan Kata, Pedoman Pengindonesiaan Istilah Asing, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pedoman-pedoman tersebut merupakan panduan
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar, yaitu bahasa Indonesia yang sesuai dengan
kaidah yang telah dibakukan. Dengan demikian, dalam ragam ilmiah penggunaan bahasa harus
mengacu pada pedoman-pedoman tersebut, yang meliputi aspek ejaan, diksi, kalimat, paragraf,
sampai dengan penulisan hal-hal teknik seperti kutipan dan daftar pustaka.
2.    Mengikuti sistematika yang sudah ditentukan
Sistematika masing-masing bentuk karya ilmiah sudah baku. Secara umum karya ilmiah terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian pengenalan, bagian isi dan bagian penutup. Rincian masing-
masing bagian tersebut disesuaikan dengan bentuk atau jenis karya ilmiah. Dengan konsistensi
seperti inilah kita akan dengan mudah membedakan mana artikel ilmiah konseptual, mana
makalah, dan mana laporan penelitian.
3.    Bersifat proporsional
Bersifat proporsional artinya besaran bagian yang satu dan yang lain harus sesuai dengan
ketentuan. Orang sering mengibaratkan karya ilmiah itu sebagai tubuh manusia yang terdiri atas
bagian kepala, tubuh, dan kaki. Tentu orang akan dengan mudah mengatakan tidak proporsional
apabila kepala yang kita miliki ternyata lebih besar daripada badan kita. Demikian halnya dengan
karya ilmiah.
4.    Memiliki acuan yang jelas
Salah satu perbedaan konkret antara karya ilmiah dan karya nonilmiah adalah adanya acuan yang
jelas. Acuan ini pada akhirnya dituliskan dalam bentuk kutipan dan daftar pustaka. Dengan
demikian, semakin baru dan semakin tinggi bobot pustaka yang kita acu, akan semakin berbobot
pula tulisan yang kita buat.
5.    Bersifat konsisten
Sistematika karya ilmiah ada beberapa macam. Kita boleh memilih salah satunya dengan alasan
tertentu, misalnya gaya selingkung. Namun, ketika kita sudah menetapkan satu bentuk
sistematika, kita harus konsisten sampai akhir tulisan. Demikian juga dengan istilah-istilah
khusus. Kalau dalam tulisan yang kita buat kita menyebut diri sebagai penulis, sampai akhir
tulisan kita tetap menjadi penulis, bukan peneliti, apalagi penyusun. Inilah disebut dengan
konsisten.
Kerakteristik Karya tulis ilmiah
Suatu karya tulis ilmiah harus ditulis oleh orang yang mepunyai sifat-sifat
ilmiah,diantaranya:sifat terbuka,jujur,teliti,kritis,tidak cepat putus asa,dan tidak
cepat puas terhadap hasil pekerjaannya.
Dari sifat ilmiah tersebut akan mengatur.hasilkan tulisan dengan
karakteriatik yang ilmiah purla. Diantaranya yaitu:
a) Logis
Suatu karya iliah harus bersifat an yang padulogis dalam arti argumentasi
yang diajukan dapatditerima akal sehat
b) Sistematis yakni di susun berdasarkan urut dan teratur.
c) Objektif
Yang di maksud objektif di sini yaitu apa adanya tanpa menambah ataupun
mengurangi data dari fakta yang ada.
d) Tuntas dan menyeluruh
Masalah yang dibahas secara lengkap dan menyeluruh,sehingga pembaca
dapat memahami inti dari tulisan tersebut.
e) Saksama
Berusaha menghindarkan diri dari berbagai kesalahan. Maka dari itu
penelitian harus dilakukan secara hati-hati begitupun dalam pengambilan
hipotesa dan penarikan kesimpulan.

f) Jelas
Yakni maksud dari tulisan tersebut harus terungkap atau dapat
dimengerti oleh pembaca. Bahasa yang digunakan harus ringkas dan
padat isi sehingga tidak terdapat unsur-unsur bahasa yang tidak perlu
dan tidak ada pemborosan kata.
g) Kebenarannya dapat diuji
Masalah yang dibahas beserta pemecahannya bukan semata
angan-angan penulis, akan tetapi masalah tersebut harus melalui
serangkaian percobaan sehingga kebenarannya dapat dibuktikan.
h) Terbuka
Yaitu: dapat berubah seandainya muncul pendapat baru yang
lebih dapat dibuktikan kebenarannya.
i) Berlaku umum
Kesimpulan yang ditarik tidak hanya berlaku pada satu
populasi,tapi dapat diterima disemua populasi atau masyarakat
umum.
j) Penyajiannya memperhatikan santun bahasa dan tata tulis yang berlaku.

D.    Unsur Kebahasaan Dalam Karya Ilmiah


1.      Diksi
Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
menulis atau berbicara. Penulis atau pembicara memiliki ribuan kata dan istilah sebagai
kekeyaan bahasa. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin luas lingkungan
pergaulan, dan semakin banyak pengalaman hidup, semakin banyak pula kekayaan
kosakatanya. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhat-
hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata
yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya. Dalam memilih kata ini,
seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat-
syarat itu ialah :
a.       Ketepatan
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis
dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b.      Kesesuaian
Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi
pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Contoh :
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang
digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai
sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara
2.      Kalimat Efektif
Menurut Razak, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan kejiwaan
dengan manusia lainnya, dan hanya kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan
kepada kalimat efektif. Sedangkan menurut Zulfahmi, kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Untuk
mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan pengarang maka diperlukan kalimat
yang baik. Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang
menampung gagasan pengarang. Dalam formulasi lain, kalimat dapat didefenisikan
sebagai wujud dari perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan
dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis.
Sehubungan dengan itu, Keraf menegaskan bahwa seorang pengarang perlu menguasai
beberapa aspek bahasa, antara lain :
a.       Kosa kata yang digunakan
b.      Kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif
c.       Gaya penyampaian
d.      Penalaran
Penguasaan terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan seorang pengarang
mampu menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat mewakili gagasannya
dengan tepat dan mampu menarik perhatian pembaca. Kalimat yang seperti itulah yang
dapat diklasifikasikan kepada kalimat yang efektif.
3.      Paragraf
a.       Pengertian
Paragraf disebut juga alenia. Diserap dari bahasa Inggris paragraph,sedangkan alenia
diserap dari bahasa Belanda yang berarti mulai dari baris baru. Paragraf adalah
seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Paragraf merupakan
perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat
yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.
b.      Syarat paragraf yang baik
1)      Kesatuan
Kalimat-kalimat yang membentuk paragaraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada
kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran.
2)      Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis dan ungkapan-
ungkapan pengait dalam kalimat.
3)      Isi yang memadai
Sebuah paragraf dikatakan memiliki isi yang baik jika memiliki sejumlah rincian yang
terpilih sebagai pendukung pokok pikiran paragraf.

E.     Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah


Struktur karangan  merupakan bagian-bagian karangan, bentuk bentuk karangan, atau
ourganisasi karangan. Struktur karya ilmiah terdiri dari tiga bagian yakni bagian
pendahulu, isi karangan , bagian penutup (Syafi’ie,1988). Sejalan dengan pendapat ini
diungkapkan pula oleh Warriner (1958:225) bahwa bagian-bagian karya adalah bagian
pendahuluan, isi dan penutup. Selain bagian-bagian tersebut, Weaver (1968:281-286) 
menyatakan terdapat pula bagian referensial, direct quotation, bagian footnote, dan
bibliografi sebagai ciri-ciri karya ilmuah. Bagian ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan sebagai orgenisasi karya ilmiah.
1.      Bagian Pendahuluan Karya Ilmiah
Bagian pendahulu menyajikan latar belakang masalah penulisan atau kajian, diikuti oleh
oleh bagian permasalahan atau rumusan masalah, dan menyajikan maksud dan tujuan
kajian atau penulisan. Bagian pendahuluan merupakan bagian yang menjadi entry
point bagi pembaca karya ilmiah sehingga harus disajikan secara baik untuk memikat
pembaca dalam memahami kedudukan gagasan yang diusung dalam karya ilmiah.
Warriner (1958:226) menyatakan bahwa bagian pendahuluan seharusnya dibuat menarik
dan menyatakan maksud menulis. Hal ini berarti bahwa pada bagian awal perlu
diungkapkan permasalahan dan latar belakang masalah dari suatu pemikiran yang
diungkapkan dalam karya ilmiah.Sejalan dengan Warriner, Syafi’ie (1988:87) juga
menyatakan bahwa bagian pendahuluan juga mengungkapkan pokok permasalahan yang
disajikan, pengetahuan dan sikap penulis terhadap pokok karya ilmiah serta pemasalahan
yang diungkapkan didalamnya. Bagian pendahuluan ini mempunyai fungsi sebagai
bagian untuk mempersiapkan pembaca dalam memahami isi karya ilmiah.
2.      Bagian Isi Karya Ilmiah
Bagian isi karya Ilmiah merupakan pernyataan dan pengembangan gagasan utama
(Warriner, 1958:227). Bagian ini merupakan bagian karya ilmiah yang sesungguhnya
karena selain berisi uraian pengembangan gagasan utama, juga berisi pemecahan
masalah yang diungkapkan pada bagian pendahuluan karya ilmiah. Bagian isi karya
ilmiah menurut Syafi’ie (1988:88) merupakan bagian pembahasan tentang perihal pokok
karya ilmiah dan permasalahannya dengan sistematika yang didasarkan pada
kompleksitas suatu masalah yang disajikan.
Bagian isi karangan biasanya berupa uraian pengambangan gagasan utama atau uraian
masalah, sajian pengertian atau definisi, sajian fakta sebagai titik tolak pembahasan,
teori-teori yang berkaitan sebagai rujukan, pembahasan masalah dengan teori dan fakta,
serta berupa pemecahan masalah. Oleh karena itu, bagian isi karya ilmiah biasanya lebih
banyak daripada bagian lainnya, karena membahas permasalahan yang dihubungkan
dengan fakta, teori, dan pembahasan sebagai konfimasi yang dilakukan oleh penulis.
Pembahasan permasalahan dapat dilakukan dengan menetapkan batasan-batasan atas
pengertian atau definisi kemudian mengaitkan antara teori dan fakta dengan masalah,
sehingga diperlukan bagian bagian yang mengupas persoalan tersebut sebelum dilakukan
pembahasan masalah.
3.      Bagian Penutup Karya Ilmiah
Bagian akhir atau penutup merupakan bagian simpulan yang memagut gagasan utama
yang dituangkan dalam isi karangan (Warriner,1958). Bagian penutup disebut sebagai
simpulan, sehingga bagian ini tertuang simpul argumen yang disajikan penulis karya
ilmiah. lebih jauh Warriner menyatakan bahwa bagian simpulan dapat pula berupa
ringkasan dari solusi yang diuraikan dalam bagian isi karangan. Bagian penutup
merupakan bagian simpulan atau jawaban atas masalah yang disertai saran atau
rekomendasi dari hasil pembahasan. Bagian simpulan bukanlah bagian yang
mengungkapkan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah, melainkan merupakan bentuk
ringkas dari bagian utama argumen karya ilmiah yang menghubungkan masalah dan
pemecahannya, sehingga terjalin tautan antara argumen yang disajikan teori atau fakta
sebagai suatu temuan atau solusi dari permasalahan.
4.      Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah
Selain struktur utama karya ilmiah sebgaimana yang telah diungkapkan di atas, terdapat
pula bagian pelengkap karya ilmiah, misalnya referensi. Bagian ini merupakan bagian
yang mengungkapkan keterhubungan antara argumen yang disajikan dengan argumen
llain sebagai dasar bagi penguatan argumen yang diusung penulis dalam karya ilmiah.
Bagian pelengkap memilki peranan sebagai penguat gagasan yang disajikan penulis.
Pendapat lain megungkapkan bahwa unsur-unsur atau bagian pelengkap karya tulis
terdiri atas: judul dan halaman judul, daftar isi, pendahuluan umum, tubuh uraian,
ucapan terima kasih, pengakuan meminjam material, daftar pustaka, dan lampiran
(Brotowidjojo,1993:99-120).
a.       Bagian Rujukan dalam Karya Tulis
Bagian ini merupakan indikator kekuatan pengarang dalam menguasai pokok
permasalahan dihubungkan dengan teori atau konsep yang dijadikan rujukan. Bagian ini
sebagai penguat argumen yang disajikan penulis dalam karya ilmiah. Penggunaan bagian
referensi ini disajikan sesuai dengan ketentuan sikap ilmiah seorang penulis karya ilmiah
yang disajikannya. Penggunaan bagian rujukan ini dilakukan dengan menggunakan
acuan kepustakaan (rujukan kepustakaan) atau yang sering disebut Harvard System yang
artinya setiap menggunakan rujukan bagi penguat argumen keilmuan dicantumkan nama
akhir pengarang disertai dengan tahun penerbitan dan halaman yang dirujuk. 
Secara umum penulisan rujukan dalam karya ilmiah dapat dilakukan dengan cara
mengutip atau mengacu pada suatu referensi. Penyajian rujukan yang dilakukan dengan
cara mengutip jika kata-kata atau kalimat yang digunakan sebagai rujukan merupakan
pernyataan yang terdapat dalam sumber rujukan, sekalipun telah dialihbahasakan.
Penyajian rujukan dengan cara mengacu jika sumber kutipan tersebut dijadikan sebagai
acuan bagi rangkaian argumen dalam karya ilmiah, sehingga penulis dapat mengolah
rujukan tersebut dengan menggunakan bahasa penulis dan dapat menderetkan beberapa
sumber rujukan yang memiliki konsep atau teori yang sejalan.
Pola kedua jenis rujukan ini mempunyai perbedaan dalam cara penulisan :
1)      Penyajian rujukan dengan cara mengutip (kutipan langsung)
Kutipan kurang dari empat baris ditulis diantara tanda petik (“...”) sebagai baguan
terpadu dalam teks utama, dan disertai nama pengarang, tahun dan nomor halaman.
Nama pengarang dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan thun
dan nomor halaman di dalam kurung. Jika ada tanda petik dalam kutipan, digunakan
tanda petik tunggal (‘...’).
Contoh  :
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan erat antara faktor sosial ekonomi
dan kemajuan belajar”. (Nama pengarang disebut dalam teks secara terpadu)
Simpulan dalam penelitian tersebut adalah  “ada hubungan erat antara faktor sosial
ekonomi dan kemajuan belajar” (Soebronto 1990:123). (Nama pengarang disebut
bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman)
Simpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan semakin banyak
‘campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karya
ilmiahwan di daerah perkotaan” (Soewignyo 1991:101).
Kutipan lebih dari empat baris ditulis tanpa tanda petik pada baris baru, terpish dari teks
yang mendahului, dimulai pada karakter keenam dari garis tepi kiri, dan diketik dengan
spasi tunggal. Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai dengan
mengosongkan lima karakter lagi dari tepi garis teks kutipan.
Contoh :
Suyatno (1998:202) menyimpulkan
Alih latihan memungkinkan mahasiswa memanfaatkan apa yang didapatkan dalam PBM
untuk memecahkan persoalan nyata dalam kehidupan. Kemampuan tranfer telah dimiliki
oleh mahasiswa jika mahasiswa itu mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan,
informasi, dan sebagainya sebagai hasil belajar pada latar yang berbeda (kelas,
labotarium, simulasi, dan sejenisnya) ke latar nyata yaitu kehidupan nyata dalam
masyarakat. Jika kemampuan ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa, mereka akan
memilki wawasan pencipta kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dan kalimat yang dibuang, kata-kata
yang dibuang diganti dengan tiga titik, jika kalimat yang dibuang diganti dengan empat
titik.
Contoh :
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan
sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan 1995:278). (Dalam kutipan ada kata-kata
yang dibuang)
“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara lain mata,
tangan, atau bagian tubuh lain .... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain
menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim 1995:315). (Dalam kutipan
ada kalimat yang dibuang)
2)      Penyajian rujukan dengan cara mengacu (kutipan tidak langsung)
Penyajian rujukan dengan cara mengacu ditulis tanpa tanda petik dan terpadu dalam
teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut
dalam tanda kurung bersama tahun penerbitannya. Jika rujukan bagian tertentu, nomor
halaman disebutkan. Jika buku dirujuk secara keseluruhan atau yang dirujuk terlalu
banyak atau meloncat-loncat, nomor halaman boleh tidak dicantumkan.
Contoh :
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih daripada
mahasiswa tahun keempat. (Nama pengarang disebut terpadu dalam teks dengan
pencantuman nomor halaman.)
Dalam buku tata bahasa lama, seperti buku Prijohoetomo (1937) belum dikenal istilah
transposisi. (Nama pengarang disebut terpadu dalam teks tanpa pencantuman nomor
halaman)
b.      Bagian Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sumber informasi, baik berupa sumber yang dikutip,
diacu, atau sumber-sumber yang memilki relevansi dengan poko pembahasan karangan
ilmiah. Pencantuman sumber rujukan dalam karya ilmiah merupakan suatu ketentuan
umum dalam karya ilmiah sebagai suatu etika kepenulisan. Ketentuan penulisan daftar
pustaka merupakan konvensi keilmuan dalam menunjukan sikap ilmiah. Ketentuan
tersebut sebagai berikut:
1)      Penempatan daftar pustaka adalah bagian akhir karya ilmiah, setelah bagian
simpulan atau penutup karya ilmiah, tetapi sebelum bagian lampiran;
2)      Diurutkan secara alfabetis, dari susunan nama pengarang yang telah disusun sesuai
ketentuan the last name first . Namun, jika penulis sumber kepustakaan tersebut dua
orang, maka nama orang kedua yang dihubungkan dengan kata sambung “dan” tidak
perlu mengikuti ketentuan penulisan nama.
3)      Penulisan satu sumber kepustakaan menggunakan satu spasi, sedangkan jarak spasi
antara satu sumber pustaka dengan pustaka lainnya adalah dua spasi.
4)      Penulisan sumber rujukan bercetak miring atau digarisbawahi (jika menulis
menggunakan mesin tik) hanya untuk judul buku, nama jurnal, majalah,surat kabar
5)      Jika sumber kepustakaan tidak diketahui penulisnya, maka susunan pertama
pencantuman pustaka tersebut adalah institusi yang bertanggung jawab terhadap
penerbitan tersebut atau nama penerbit, kemudian diikuti dengan susunan lainnya.
Contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut :
1)      Rujukan dari buku
Dekker, N. 1992.Pancasila sebagai Ideologi Bangsa:Dari Pilihan Satu-satunya ke Satu-
satunya Asas.Malang:FPIPS IKIP Malang.
2)      Rujukan dari beberapa buku dengan pengarang yang sama
Effendi, Oesmn. 1957a. Tanja Djawab tentang Kalimat-Kalimat
Indonesia. Djakarta:Pustaka Rakyat.
---- 1957b. Tanja Djawab tentang Kata-Kata Indonesia. Djakarta:Pustaka Rakyat.
9)      Rujukan buku terjemahan
Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi ke-3. Terjemahan Asril Marjohan.
Bandung: Penerbit ITB.
10)  Rujukan skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian
Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajaran Bahasa
Inggris di LPTK.Disertasi IKIP Malang.
11)  Rujukan makalah
Huda, N.1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Ilmiah Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malanng
Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP Malang, Malang,12 Juli.
12)  Rujukan dari media elektronik
Davis, Phil.1996. Informasi Literacy: From Theory and Research to Developing an
Instructional Model. [On-
Line].Tersedia: http://www.mannlib.cornell.edu/~pmd8/ literacy/assembly.html. [4
Februari 2001]

BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.      Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum
yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut metodologi penulisan yang baik
dan benar, serta menggunakan bahasa ragam ilmiah.
2.      Karakteristik Berdasarkan Isi c.       Tidak bersifat emosional.
Penulisan Karya Ilmiah
3.      Karakteristik Berdasarkan
a.       Berisi fakta yang dapat Teknik Penulisan Karya Ilmiah
dibuktikan kebenarannya.
a.       Menggunakan ragam bahasa
b.      Didukung oleh teori yang ada. ilmiah
b.      Mengikuti sistematika yang 5.      Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah
sudah ditentukan
a.       Bagian Pendahuluan Karya
c.       Bersifat proporsional Ilmiah
d.      Memiliki acuan yang jelas b.      Bagian Isi Karya Ilmiah
e.       Bersifat konsisten c.       Bagian Penutup Karya Ilmiah
4.      Unsur Kebahasaan Dalam Karya d.      Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah
Ilmiah
1)      Bagian Rujukan dalam Karya
a.       Diksi Tulis
b.      Kalimat Efektif 2)      Bagian Daftar Pustaka
c.       Paragraf
B.     Saran
1.    Karya ilmiah sebaiknya juga ditulis secara jujur, berdasarkan fakta dan temuan
ilmiah bukan berdasarkan dugaan maupun karangan semata yang mengandung tujuan
membujuk atau menekan orang lain untuk mempercayai suatu teori.
2.    Dalam menulis karya ilmiah, sebaiknya mengikuti kaidah baku yang berlaku baik
dari segiam isi maupun sistematika penulisan sehingga kualitas keilmiahan suatu karya
terjin.
3.    Karya ilmiah memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan karya
nonilmiah. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan pedoman berdasarkan karakteristik
tersebut ketika hendak membuat karya ilmiah maupun untuk membedakan karya ilmiah
dengan nonilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang : Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES.
Kusmana, Suherli. 2009. Merancang Karya tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Wardhani, I.G.A.K., dkk. 2011. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas
Terbuka
Prima, Husnal. 2011. Diksi dan Penggunaan Bahasa Efektif dalam Karya
Ilmiah.[tersedia] http://rangkumanpembelajaran.blogspot.com/ (9 Maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai