I'jazul Qur'an
I'jazul Qur'an
I'jazul Qur'an
Disusun Oleh:
Septa Ari Sandi 2017. 125. 196
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Abdullah Ibnu Umar, Lc.,
MA yang telah membimbing kami mahasiswa/i IAI Nusantara Batanghari.
Dengan menggunakan makalah ini semoga kegiatan belajar dalam
memahami dan dapat lebih menambah sumber-sumber pengetahuan.
Saya sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami
butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan - kutipan
yang kurang berkenan.
Terimakasih.
Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah sama sekali tidak akan menelantarkan manusia, tanpa
memberikan kepadanya sebersit wahyu, dari waktu ke waktu, yang
membimbingnya dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan
petunjuk sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan
ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun watak manusia yang
sombong dan angkuh terkadang menolak untuk tunduk kepada manusia
yang lain yamg serupa dengannya selama manusia lain itu tidak
membawa kepadanya sesuatau yang tidak disanggupinya hingga ia
mengakui, tunduk dan percaya akan kemampuan manusia lain itu yang
tinggi dan berada di atas kemampuannya sendiri. Oleh karena itu rasul-
rasul allah disamping diberi wahyu, juga mereka dibekali kekuatan luar
biasa yang dapat menegakkan hujjah atas manusia sehingga mereka
mengakui kelemahannya dihadapan hal-hal luar biasa tersebut sreta
tunduk dan taat kepanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz dan Mu’jizat ?
2. Bagaimana sejarah I’jazul Qur’an ?
3. Apa tujuan I’jazul Qur’an ?
4. Apa saja macam-macam dan segi-segi I’jazul Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian I’jaz dan Mu’jizat.
2. Untuk mengetahui sejarah I’jazul Qur’an.
3. Untuk mengetahui tujuan I’jazul Qur’an.
4. Untuk mengetahui macam-macam dan segi-segi I’jazul Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Liliek Channa, Ulum Al-Qur’an, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), hlm. 163.
qur’an yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat
dan bagian Al Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya dan upaya umat manusia yang tidak
sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar
tidak mau beriman mempercayai Al-Qur’an dan sombong tidak mau
menerima kitab itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan
atau buatan Nabi sendiri, kenyataannya para pujangga sastra arab
tidak mampu membuat tandingan yang seperti al-qur’an walaupun
dengan satu ayat 3.
3
Ibid., hlm. 122.
kemukjizatan al-Qur’an itu hanya terdiri dari segi balaghah (sastra)
saja, sekalipun dengan lafal dan maknanya bersama. Maksudnya
dengan susunan ushlub yang demikian itu bisa mencakup kefashihan
lafal, kebaikan susunan, dan keindahan makna.
3. Imam al-Lahid, dalam kitab nuzum al-Qur’an dan Hujaj al-Nabawiyah
serta al-Bayan wa al-Tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-
Qur’an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja. Pujangga
lain yang sepaham dengan al-Lahid ialah:
a. Muhammad bin Jazidal-Wasiti (wafat 306 H),. Didalam kitab
berjudul: I’jaz al-Qur’an fi Nuzumi wa Ta’lifi.
b. Dr. Fati Ahmad Amin, didalam kitab berjudul: Fikratun Nuzdumi
Baina Wujllhi al-I’jazi.
c. Abd. Qohir al-Jurjani (wafat 471 H), didalam kitab Dalalil al-I’jaz.
4. Moh.Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-Qur’an wa I’jazihi al-
Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur’an dengan cermat
mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai
disiplin ilmu dan pengetahuan. Sebab, al-Qur’an itu berkaitan erat
sekali dengan bermacan-macam disiplin ilmu dan pengetahuan, baik
ilmu-ilmu lama maupun ilmu-ilmu baru.
4
Liliek Channa, Ulum Al-Qur’an dan Pembelajarannya, (Surabaya: Kpertais IV Press,
2011), hlm. 98-100.
E. Segi-segi I’jazul Qur’an
Al-Shabuni mengemukakan segi-segi kemukjizatan Al Qur’an sebagai
berikut:
1. Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada
dalam Bahasa orang-orang Arab.
2. Gaya Bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-
uslub Bahasa Arab.
3. Sifat keagungannya yang tidak memungkinkan seseorang untuk
mendatangkan yang serupa dengannya.
4. Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna
melebihi undang-undang buatan manusia.
5. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui
wahyu.
6. Uraiannya tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
dipastikan kebenarannya.
7. Setiap janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8. Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan
9. Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10. Berpengaruh pada hati pengikutnya dan orang-orang yang
memusuhinya.
5
Muhammad Gufron, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hlm. 61-62.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan
menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu,
lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang
dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul.