004 - Modul 4 - Statistik Klasik
004 - Modul 4 - Statistik Klasik
004 - Modul 4 - Statistik Klasik
Statistik Klasik
Dr. Supahar, M.Si.
PENDAHULUAN
S
eperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, di dalam termodinamika dibahas
perilaku dan dinamika temperatur sistem makroskopik. Sistem
diparameterisasi oleh temperatur (T), tekanan (p), dan volume (V), serta
kapasitas panas jenis bahan (Cv). Di dalam termodinamika statistik atau
fisika statistik hubungan-hubungan di dalam termodinamika tersebut ditinjau
ulang melalui pendekatan-pendekatan partikel penyusun dengan berbagai
sifatnya. Karena itu, upaya awal yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi karakteristik sistem makroskopik. Karakteristik pertama
sistem makroskopik adalah tersusun dari banyak sekali partikel atau molekul
yang salang berinteraksi. Jumlah partikel diungkapkan melalui bilangan
23
Avogadro N A =6,02 x 10 /mole. Penyelesaian persamaan dasar dari
hukum Newton maupun persamaan Schrodinger cocok untuk menyelesaikan
sistem tunggal dan beberapa partikel menjadi mustahil sekalipun dibantu
dengan komputer. Untuk itu diperlukan pendekatan lain yang diharapkan
mampu menjelaskan, yaitu melalui pendekatan statistik.
Dalam uraian materi pokok sebelumnya kita juga sudah berusaha
untuk mencari alternatif dalam membahas kumpulan objek alam seperti
atom atau molekul dalam jumlah yang sangat banyak. Tampaknya
pendekatan secara mekanika tidak terlalu memberi harapan baik sebagai
akibat dari banyaknya objek yang digarap, maupun kalau dilihat dari sisi
pengamatannya lewat pengukuran. Maka dicoba menggunakan alternatif
pendekatan lain, yaitu lewat statistik. Ini memberi harapan akan adanya
keberhasilan. Yang sudah kita garap selama ini barulah semata-mata
pembahasannya secara matematika untuk mendapatkan aturan-aturan yang
dapat digunakan secara umum. Agar garapan statistik yang sudah kita
pelajari itu benar-benar terkait dengan objek alam yang riil, yang secara
empirik sudah kita pelajari perangainya, yaitu hukum-hukum
3.2 Pengantar Fisika Statistik
Statistik Klasik
A. GAS IDEAL DALAM UNGKAPAN STATISTIK
Gas ideal adalah kumpulan atom yang bergerak bebas tidak saling
berinteraksi satu sama lain, kecuali pada waktu menumbuk dinding dan
dipantulkan. Pantulannya pun terjadi secara elastik sempurna sehingga tidak
ada energi yang terbuang. Ukuran partikel sangat kecil dan jarak antar
partikel dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh di banding ukuran
partikel tersebut. Dalam wadah yang cukup kecil terdapat banyak partikel,
dimana perangainya sifat-sifatnya sudah sangat anda kenal, seperti hukum
Boyle-Gay Lusac PV = NkT, di mana P tekanan, V volume, N jumlah atom,
k tetapan Boltzmann, dan T suhu absolut dalam derajat Kelvin.
1. Postulat Statistik
Tinjau suatu sistem yang berada dalam keadaan terisolasi sehingga
tidak dapat melakukan pertukaran energi dengan lingkungan sekitarnya.
Hukum mekanika berimplikasi bahwa energi total sistem kekal. Dengan
demikian, sistem pasti dapat dikarakterisasi oleh energi tertentu dan keadaan-
keadaan yang mungkin harus mempunyai nilai energi ini. Karena jumlah
partikel umumnya sangat banyak maka juga sangat banyak keadaan dengan
nilai energi yang sama ini.
Di dalam kondisi terisolasi ini juga dapat dinyatakan secara sederhana
bahwa sistem berada dalam kesetimbangan. Situasi setimbang dikarakterisasi
oleh probabilitas untuk mendapatkan sistem berada dalam salah satu keadaan
yang tidak bergantung waktu. Semua parameter makroskopik yang
menggambarkan sistem terisolasi juga tidak bergantung waktu. Sistem
terisolasi dalam kesetimbangan, seperti telah disebut mempunyai banyak
keadaan yang mungkindengan energi sama dan kita tidak mempunyai hukum
mekanika yang menuntut pada harapan bahwa satu keadaan dapat lebih
sering muncul dibanding keadaan yang lainnya. Kita dapat membuat asumsi
bahkan mempostulatkan bahwa setiap keadaan yang mungkin dalam sistem
terisolasi dan setimbang mempunyai peluang sama untuk muncul.
Contoh:
Terdapat tiga benda (A,B,C) yang berbeda satu sama lainnya yang
dapat disusun secara bersama-sama. Tentukan probabilitas keadaan mikro
masing-masing keadaan yang dapat terjadi.
Penyelesaian:
A B C
A C B
B C A
B A C
C A B
C B A
Karena masing-masing keadaan mikro terdiri atas enam 6 cara susunan yang
berbeda dan mempunyai peluang yang sama untuk muncul maka probabilitas
masing-masing keadaan mikro adalah 1/6.
sebagai:
v 2x + v2x + v 2x …+ v 2x 1
⟨ 2
v =
x
1
N
2 3 n
⟩ F ⟩=
maka ⟨ ⃗
L
N ⟨ v 2x ⟩
Kecepatan rata-rata atom ⟨ v 2 ⟩ = ⟨ v 2x + v2y + v 2z ⟩= ⟨ v 2x ⟩ + ⟨ v 2y ⟩ + ⟨ v 2z ⟩ karena
peluang arah gerak partikel dalam arah komponen-x, komponen-y, dan
komponen-z sama, maka ⟨ v 2x ⟩= ⟨ v 2y ⟩= ⟨ v 2z ⟩, sehingga ⟨ v 2x ⟩= 13 ⟨ v 2 ⟩
Tekanan P pada dinding adalah rata-rata gaya persatuan luas. Jika luas ini
A=LxL, maka:
mN ⟨ v 2 ⟩ 2 1 ⟨ 2 ⟩ atau P= 1 m N ⟨ v 2 ⟩
N
P=
3 LA
=
3 ( )( )(
2
m v
V 3 V )
Sementara itu, kita sudah mendapatkan hukum empirik pV =NkT , jadi
ungkapan di atas berarti:
1 3
m ⟨ v 2 ⟩= kT
2 2
Ruas kiri persamaan di atas adalah energi kinetik rerata dari atom dalam gas
ideal kita, dan untuk gerak bebas memang energinya hanya berupa energi
kinetik. Jadi boleh disimpulkan bahwa energi rerata gas ideal pada suhu T
adalah:
3
⟨ ε ⟩ = kT
2
3. Tinjauan Statistik
Pada pembahasan modul sebelumnya kita sudah sampai pada kesimpulan
bahwa (cara pertama) jika kita punya N atom dan kita bagikan dalam kotak-
kotak status energi dengan nomor j yang besar energinya ε j maka distribusi
peluang terbesar terjadi jika jumlah populasi pada kotak status nomor j,
yaitu n j yang memenuhi hubungan sebagai berikut.
n j=e−α e−β ε j
i=1
sehingga ungkapan untuk n j sesungguhnya adalah
N −βεj
n j= semilyar e
−β ε j
∑ e
i=1
Parameter β hanya dapat diperoleh lewat wujud konkret dari objek yang kita
garap, misalnya ketika kita terapkan model ini pada Gas Ideal. Ungkapan
persamaan [3-9] memungkinkan kita untuk menghitung energi (kinetik)
rata-rata atom yang ada dalam Gas tersebut. Jika kita menuliskan ( ξ adalah
huruf kecil z dalam alfabet Yunani)
semilyar
ξ ( β) = ∑ e−β ε j
i=1
maka nilai rata-rata energi satu atom dalam Gas dapat diungkapkan sebagai
semilyar
∑ nj ε j
i=1 −1 ∂ ξ ( β ) −∂lnξ ( β )
⟨ ε⟩= = =
Nξ ( β ) ξ(β) ∂ β ∂β
Karena itu kita perlu menghitung secara eksplisit berapakah ξ ( β ) . Untuk itu
kita kembali pada proses penomoran yang semula. Sekarang kita akan
menghitung besaran yang dituliskan sebagai ξ ( β ) yang lazimnya disebut
fungsi partisi atom. Nilainya sama dengan jumlah untuk semua kotak dari
fungsi e− β ε j , dengan ε j adalah energi atom bila berada di kotak nomor-j. Jadi
ξ ( β ) =∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ e−β ε kx ,ky ,kz ,kpx ,kpy ,kpz
∫ e−a p d px =
x
a
−∞
Dengan demikian integral terhadap momentum itu menghasilkan
3
2 πm
[ ] β
3 3
1 2 πm T
Jadi, ξ ( β ) = 3 V
h [ ]
β {(
atau ξ ( β ) = V . 2 πmk 2
h )}
2
3
Di sisi lain untuk gas ideal dalam kaitan dengan termodinamika ⟨ ε ⟩ = kT
2
di mana k tetapan Boltzmann dan T suhu absolut dalam derajat Kelvin. Jadi
1
kita boleh mengidentifikasi parameter β sebagai besaran
. Untuk
kT
pembahasan selanjutnya ada kalanya kita masih menggunakan parameter β
karena fungsi-fungsi dengan parameter ini bentuknya lebih sederhana. Yang
perlu diingat adalah makna dari parameter β ini bahwa ketika kita akan
membacanya dalam kaitan dengan variabel termodinamika parameter ini
1
harus digantikan dengan besaran dengan T suhu objek garapan kita.
kT
1
Jadi, fungsi partisi gas ideal ξ (T )=V 3
[ 2 πmkT ]3
h
i1 i2 ¿
Seandainya jumlah atomnya hanya 2 dan jumlah status kuantumnya hanya 3,
maka dapat ditulis lengkap Z sebagai
−β { ε1 ( 1 ) }+ ε1 ( 2) ] − β { ε1 ( 1) }+ε 2( 2) ] −β {ε 1 ( 1) }+ε3 ( 2) ] −β {ε2 ( 1) } +ε1 ( 2 )] −β { ε2 ( 1 ) }+ ε2 ( 2) ] − β { ε2 ( 1) }+ε 3 (
Z=e [ + e[ + e[ +e [ +e [ + e[
Kalau E adalah energi dari garapan kita yang terdiri atas 2 atom, masing-
masing dengan tiga status kuantum, maka E dapat ditulis dengan dua indeks,
q 1 dan q 2 masing-masing menunjuk indeks untuk status kuantum atom1 dan
status kuantum atom 2. Artinya Eq q =[ ε q ( 1 ) +ε q ( 2 ) ] . Jadi
1, 2 1 2
3 3
z= ∑ ∑ e−β E q 1 ,q2
q1=1 q2=1
Kita dapat menafsirkan maknanya sebagai berikut. Kumpulan atom kita yang
jumlahnya ada N itu memiliki energi total yang kita namakan E, yang
nilainya bergantung pada status kuantum masing-masing atom
pembangunnya. Pilihan status kuantum untuk masing-masing atom bebas
dari nomor urut yang paling kecil hingga yang paling besar, tidak bergantung
pada pilihan status kuantum untuk atom lainnya. Fungsi partisi adalah jumlah
eksponen [−β E q1 ,q2 ,...q N ] untuk semua nilai (q 1 , q 2,....q N ) yang tersedia.
Jadi, kita tidak membuat ruang-U yang dimensinya hanya 2 seperti pada
gambar di atas, tetapi “ruang” yang dimensinya 6N, yang lazimnya
dinamakan ruang- Γ , atau ruang-fase. Setiap kotak dalam ruang-fase
melukiskan kondisi kumpulan atom kita dengan indeks status ( q 1 , q 2,....q N ),
dengan energi terkait yang besarnya Eq , q …q . Energi Internal kumpulan
1 2 N
q 1 , q2 …q N
1 2 N
−∂ lnZ ( β )
U= − β E q ,q , ... qN
=
∑ e 1 2
∂β
q1 , q 2 …q N
Pada kasus gas ideal kita jumpai bahwa fungsi partisi Z tidak hanya
bergantung pada suhu T, (atau β ) melainkan juga pada volume V. Perubahan
volume V mestinya akan mengubah nilai E. Kalau untuk singkatnya tulisan
indeks (q 1 , q 2,....q N ) kita singkat menjadi r, maka perubahan V sebanyak
+dV akan mengubah Er sebanyak:
−∂ Er
dV
∂V
Perubahan tersebut wujudnya adalah kerja yang dilakukan oleh gas. Jadi
dapat diasosiasikan dengan:
dW = p dV
r ∂V
dW =
∑ e(− β E ) r
r
dinyatakan dengan Z
∂E ∂ (−β Er ) 1 ∂Z
∑ ∂ Vr e(− β E )= −1
β ∂V (
∑e
r
)= β ∂V
r r
Jadi
1 ∂Z 1 ∂lnZ
dW = dV = dV
βZ ∂ V β ∂V
berarti kita boleh menghitung tekanan gas ideal kita sebagai
1 ∂lnZ
P=
β ∂V
3 N
T
Nilai Z sudah kita hitung sebelumnya, yaitu: Z= V . 2 πmk 2
h {( )}
2
Jika persamaan tersebut di atas diterapkan maka akan didapat:
1N
P= kita peroleh hubungan yang sudah dikenal PV =NkT
βV
Dengan bekal bahwa Z merupakan fungsi dari β dan V, kita juga dapat
menuliskan:
∂ lnZ ∂lnZ
d ln Z ( β , V )= dV + dβ
∂V ∂β
d ln Z ( β , V )= β dW −U dβ=β dW −d ( Uβ )+ β dU
Jadi, d ( ln Z +Uβ )=β ( dW +dU ) =β δQ
Dengan δQ yang ditambahkan kepada gas kita bila energi internalnya
bertambah dengan dU dan gas itu melakukan kerja sebesar dW. Seperti kita
ketahui δQ sendiri bukan sebuah diferensial, yang berbentuk diferensial
adalah besaran entropi
δQ
S=
T
Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi fungsi entropi sebagai:
1
S=k ( ln Z + βU ) , karena kβ = , maka: TS=kT lnZ +U
T
Ada besaran yang dinamakan energi bebas Helmholtz, sering diberi lambang
F(V,T) nilainya:
F ( V , T ) =U−TS=−kTlnZ (V ,T )
Kembali pada kasus Gas Ideal, sekarang kita dapat menghitung entropinya,
S=k ( ln Z + βU ) =Nk ¿ dengan
3 2 πmk 3
θ ≡ ln
2 (
h2 )
+ besaran yang tidak bergantung pada T, V, dan N.
2
Catatan:
Rumus ini belum seratus persen benar, karena mengundang apa yang
dinamakan Paradox Gibbs. Tetapi untuk keperluan praktis tetap dapat
digunakan. Kalau Anda tengok kembali pelajaran termodinamika biasanya
kita hanya membahas perubahan nilai entropi gas ideal jika kita melakukan
proses termal dari satu situasi ke situasi lainnya. jarang sekali kita menyebut
nilai entropi secara absolut itu berapa. Lewat pendekatan statistik ini kita
dapat mengungkap berapa tepatnya nilai entropi itu. Setelah diyakinkan
bahwa pendekatan statistik memungkinkan kita memperoleh perangai-
perangai termodinamika tepat seperti didapatkan secara empirik dirasa perlu
menganggap bahwa pendekatan statistik itu dapat diandalkan. Kuncinya
1
terletak pada pemilihan parameter β sebagai besaran .
kT
Dalam pengertian ini dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.
Sebuah dinamika gerak partikel memiliki status-status energi yang boleh
diberi nomor indeks, misalnya j dari 1 hingga yang berapa pun itu
dimungkinkan (bisa tak hingga). Jika energi partikel tersebut yang terkait
dengan status energi nomor-j besarnya adalah ε j , maka kumpulan N partikel
semacam itu pada suhu T akan terdistribusi dengan aturan bahwa jumlah
partikel yang ada di status energi nomor-j besarnya adalah:
−ε j
N kT
n j= −ε j
e
kT
∑e
j
−ε j −ε j
jika Z= ∑ e maka n j = N e kT . Bila pada status energi nomor-j
kT
j Z
terdegenerasi sebanyak g j maka:
−ε j −ε j
N
n j= g j e kT dan Z= ∑ g j e kT
Z j
Distribusi semacam ini dikenal dengan nama Distribusi Maxwell-Boltzmann.
Persamaan [3-33] dapat juga ditafsirkan juga sebagai distribusi peluang.
Besaran
( nN )
j
adalah peluang bahwa sebuah partikel akan berada di status
Penyelesaian :
N ∈i
Ni = Z e gi −
kT
Karena
Ni dinyatakan dalam prosentase maka :
N −∈ −∈i
N i = gi kT Ni =
i
kT
Z e e
∈j
N g −
Nj −∈ j
Nj= j e kT =e kT
Z
−( ∈i−∈ j )
Ni − (∈ −∈ )i j k
= kT T=
Nj e N
ln i
Nj ( )
−( 12,9−4,3 ) 1 0 x 1,6 ⋅ 1 0
−3 −19
T1 = 23 % = 99,0
1,38 ⋅1 0−23 x l n
63 %
K
−( 21,5−4,3 ) x 1,6 ⋅ 10−19 x 10−3
T2 = 8,5 % =
1,38⋅ 1 0−23 x l n
63 %
99,6 K
−( 30,1−4,3 ) x 10−3 x 1,6 ⋅10−19
T3 = 3,1 % =
1,38⋅ 1 0−23 x l n
63 %
99,3 K
−( 21,5−12,9 ) ⋅1 0−3 x 1,6 ⋅ 1 0−19
T4 = 8,5 % =
1,38⋅ 1 0−23 x l n
23 %
100,2 K
−( 30,1−12,9 ) ⋅10−3 ⋅ 1,6 ⋅ 1 0−19
T5 = 3,1 % = 99,5
1,38 x 10−23 x l n
23 %
K
−( 30,1−21,5 ) ⋅1 0−3 ⋅ 1,6⋅ 1 0−19
T6 = 3,1 % = 98,9
1,38 ⋅10−23 x l n
8,5 %
K
T 1 +T 2+T 3 +T 4 +T 5 +T 6
Suhu rerata T = = 99.4 K
6
−∈i
b. Z =
∑ g i e kT
dengan kT =
−23
1,38⋅1 0 x 99,4
= 8,6 x 10-3 ev
1,6 ⋅ 1 0−19
∈1 ∈2 ∈3 ∈4
− − − −
kT kT kT kT
Z= e + e + e + e
4,3 12,9 21,5 30,1
− − − −
8,6 8,6 8,6 8,6
Z= e + e + e + e
Z = 0,99
LATIHAN
n x n y nz
2
Z =∑ e
{ 2m Li( )} dengan i=x , y , z
− β π 2 ℏ2 n i
2
i
ni
2
{ ∞
( )}d n =
−β π 2 ℏ 2 n i
m Li
2m
√
2
Li
Z=∫ e subtitusi hasil integral ini
i
ni =1
i 2 π ℏ2 √ β
ke dalam fungsi partisi lengkap dan akan diperoleh ungkapan fungsi
3
m V
partisi Z= ( 2 π ℏ2 ) 2
β3 /2
−∂ LnZ
⟨ ε⟩= dan diperoleh energi rata-rata
∂β
3
⟨ E ⟩ =N ⟨ ε ⟩= NkT
2
RANGKUMAN
Jika kita menggunakan kasus gas ideal ditinjau dari sudut termodinamika
untuk menghitung energi rata-rata sebuah atomnya pada suhu T kita dapatkan
3
nilai energi rata-rata itu ⟨ ε ⟩ = kT
2
1. Sedangkan analisis pendekatan statistik dengan parameter β, kita
2
menghasilkan energi rata-rata sebesar . Jadi mestinya kita
(2 β )
1
dapat mengidentifikasikan parameter β tadi sebagai besaran
kT
yang dimensinya [1/(dimensi-energi).
2. Untuk memeriksa kaitan antara besaran-besaran termodinamika lain
untuk gas ideal, tampaknya lebih sederhana jika kita gunakan apa
yang kita sebut fungsi partisi Z(β) = ξ N ( β ) , di mana ξ ( β ) adalah
fungsi partisi atom. Hitungan selanjutnya menunjukkan bahwa
dengan tekanan P, serta nilai ξ ( β ) pada gas ideal sebagai kumpulan
N partikel bebas bergerak dalam ruang yang volumenya V kita
peroleh persamaan keadaan PV = NkT.
3. Kita juga dapat menghitung besarnya entropi gas ideal S secara
eksplisit baik dalam kaitannya dengan besaran makroskopik seperti
volume V, maupun besaran mikroskopik massa atom m.
4. Yang juga menarik adalah hubungan yang sangat sederhana antara
energi bebas Helmholtz F ≡ U−TS dengan besaran fungsi partisi
Z dalam bentuk F(V,T) = – kTlnZ (V , T ). Bentuk semacam ini
memungkinkan kita melakukan hitungan kaitan antara fungsi
termodinamika (makroskopik) dengan besaran-besaran mikroskopik
atom
unsur pembangunnya, yaitu .
molekul
5. Partikel yang dinamikanya menunjuk pada status energi yang dapat
diberi indeks j maka pada suhu T kumpulan N partikel semacam itu
akan terdistribusi menurut aturan distribusi Maxwell Boltzmann.
Jika ε j adalah energi partikel pada status-j maka peluang partikel itu
−ε j
berada pada status-j sebanding dengan kT
e
TES FORMATIF 1
j
∞
b. ∑ nj ε j
i=1
∞
∑ nj εj
c. i=1
ξ N (β )
∞
d.
∑ nj ε j
1 i=1
N ξ ( β)
4. Pada kasus gas ideal fungsi partisi Z(β) = ξ N ( β ) bergantung pada volume
gas idealnya V. Itu terjadi karena ....
a. energi total untuk jumlah atom N yang sama bergantung pada volume
b. parameter β bergantung pada volume
c. gas dapat mengembang sehingga dapat mengubah besaran energi kinetik
d. energi masing atom/molekul penyusunnya bergantung pada volume
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Kegiatan Belajar 2
1. Zat Padat
Selain Gas, wujud lain yang mudah digarap adalah bahan padat, yang
tidak mudah berubah bentuknya. Dalam bayangan kita molekul (atau atom)
pembentuknya itu oleh gaya tarik antar molekul seolah-olah “melekat” satu
sama lain, mengikuti aturan tertentu. Ada geometri khusus yang
mempelajari bentuk tata laksana wujud padat ini, yang sering disebut kisi-
kisi (“lattice”). Pengukuran kapasitas panas bahan padat umumnya
menunjuk pada nilai C v ( T )pada suhu ruang sebesar 3 Nk , dua kali nilai
C v ( T ) pada bahan yang berupa gas. Hal itu juga dapat dijelaskan lewat cara
yang sangat sederhana. Molekul atau atom yang ada pada bahan padat
tersebut sesungguhnya tidak diam (statik) melainkan bergetar, katakanlah
mengikuti gerak harmonik. Energinya dapat diungkap dalam besaran
simpangan ⃗s dan momentum ⃗p menggunakan ungkapan mekanikanya
Hamilton sebagai:
⃗p2 K 2
ε ( ⃗s , ⃗p )= + s⃗
2m 2
Kita dapat menyatakan besaran fungsi partisi atom seperti yang ada
pada persamaan [3-35] menjadi:
β ( p2x + p2y + p2z )
[{ }{ }]
2 2 2
(x + y + z )
+ K
1 −
2m 2
ξ ( β ) = 3 ∫ dx ∫ dy ∫ dz ∫ d p x ∫ d p y ∫ d p z e
h
∫ e−a p d px =
x
a
−∞
Hasilnya:
3 3
( ) [√ ] [ √ ]
1
ξ ( β) = 3
h
2 πm
β
2π
Kβ
Dari sini kita dapat menghitung energi rata-rata per atom/molekul
lewat:
−∂ ln ξ ( β ) 3
⟨ ε⟩= = atau ⟨ ε ⟩ =3 kT
∂β β
Jadi energi internal untuk zat padat adalah: U ( T )=N ⟨ ε ⟩ =3 NkT
Nilainya dua kali nilai energi internal hasil hitungan untuk gas ideal. Apakah
ini sesuai dengan hasil pengamatan eksperimen?
βhυ
2 βhυ 2 −βhυ
sinh ( ) e 2
−e 2
2
Rumus hasilnya tampak agak ruwet, tetapi dapat kita artikan secara
sederhana sebagai berikut.
Pertama kali kita mengubah ungkapan persamaan [3-45] menjadi
1
ungkapan U(T), yaitu mengganti β dengan . Dari ungkapan U sebagai
kT
fungsi dari suhu T, mestinya kita dapat menghitung besarnya kapasitas panas
tadi sebagai:
dU
C v=
dT
hυ dU
Jika kita definisikan besaran x=
kT
, maka
dT
=
dU
dx ( )( dTdx )
hυ dx
Dari definisi x= kita peroleh =¿, sehingga:
kT dT
dU 3
2 2
x sin h ( x )−cos h ( x ) 3 ( Tx )
Cv (T )≡
dT
=−
2 () ( )
Nhυ
T sin h 2 ( x )
=
2 ()
Nhυ
sin h2 ( x )
hυ 2 1
Diungkapkan dalam T , diperoleh:
C v T =3 Nk
( ) ( )
2kT hυ
sin h2 ( )
2 kT
Nah, sekarang kita tafsirkan makna dari hasil hitungan tersebut.
hυ
Pada suhu T yang tinggi besaran x= menjadi sangat kecil sehingga
kT
1 x2
sinh ( x ) ≅()
2
[ ( )
( x −1 )−( 1−x ) ] ≅ x maka C v ( T ) ≅ 3 Nk 2 =3 Nk
x
tepat seperti yang kita jumpai pada hasil perhitungan dengan osilator klasik
yang sesuai dengan hukum empirik Dulong Petit.
Contoh soal 2:
Sistem sederhana terdiri dari 3 osilator harmonik dengan frekuensi masing-
masing 2 MHz, 3 MHz, dan 7 MHz. Energi eksitasi ke-n osilator harmonik
secara kuantum diberikan oleh ungkapan ε n=( n+0,5 ) hν dengan
n=0,1,2 , … dengan h= 6,626 x 10 erg.det. (tetapan Planck). Bila energi
-27
Dengan demikian
132,52 x 10−20 erg
(2 ¿ ¿ n1 +3n +7 n )= −6=14 ¿
2 3
hν
Keadaan masing-masing osilator harmonik yang memenuhi kondisi tersebut
n1 n2 n3
7 0 0
4 2 0
2 1 1
1 4 0
0 0 2
Jadi terdapat 5 ensamble dengan energi sistem 3 osilator harmonik
132,52 x 10−20 erg. Dengan demikian entropi sistem
S=k ln ξ = 1,381 x 10-16 ln 5 erg/K=2,223 x 10-16 erg/K
∫ e−a p d px =
x
a
−∞
yang hasil integrasinya hanya bergantung pada konstanta a. Jadi tentunya
pada gas ideal masing-masing koordinat menyumbang nilai integral yang
sama. Lebih jauh lagi ketika kita menghitung energi rata-ratanya, konstanta
yang mengandung massa partikel m itu pun tidak muncul lagi. Energi rata-
rata yang diperoleh dari satu komponen koordinat adalah. Energi rata-rata
atom yang bergerak bebas dalam ruang itu merupakan jumlah dari
3
sumbangan 3 variabel koordinat, sehingga energi rata-ratanya kT .
2
Pada kasus zat padat perhitungan energi rata-ratanya juga tidak mengandung
baik massa atom m maupun tetapan pegas K . Gerak harmonik energinya
disumbangkan dari energi kinetik dan energi potensial dan masing-masing
1 1
menyumbang 3
[( ) ( ) ]
2
kT +
2
kT
masing-masing komponen arah baik oleh energi kinetik maupun oleh energi
potensial. Itulah suatu kesimpulan yang kemudian dijadikan semacam asas
sumbangan yang sama. Untuk mudahnya agar Anda tidak bingung kalau
membaca literatur dalam bahasa Inggris kita tulis saja sebagai azas ekipartisi
energi.
LATIHAN
Hasil hitungan matematikanya memang begitu dan tak ada kesalahan dalam
proses hitungan tadi, jadi ya harus begitu, memang benar dari sisi hitungan,
hanya untuk ilmu alam rumus-rumus matematika adalah model
(dimungkinkan adanya lebih dari satu model) yang tetap harus diuji
kesesuaiannya dengan hasil pengamatan eksperimen. Semakin rendah suhu
T, semakin banyak persentase atom-atom yang energi getarannya menduduki
tingkat yang rendah hal ini merupakan ungkapan yang benar, tetapi belum
terlihat kaitannya dengan besaran kapasitas panas. Pada hitungan kuantum
TES FORMATIF 2
a. 3 ( 12 ) kT
1
b. 4 ( ) kT
2
1
c. 5 ( ) kT
2
1
d. 6 ( ) kT
2
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1. d
2. d
3. b
4. c
Tes Formatif 2
1. a
2. b
3. d
Daftar Pustaka
Sears, F.W. and Salinger, G.L. (1985). Thermodynamics: kinetics Theory and
Statistical thermodynamics. Addison Wesley.