Pendekatan Ilmiah Dalam Filsafat
Pendekatan Ilmiah Dalam Filsafat
Pendekatan Ilmiah Dalam Filsafat
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Disusun Oleh :
192005010027
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran telah
manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk individu, makluk social dan makhluk
Secara kodrati, Manusia dianugerahi akal dan daya pikir yang tidak diperoleh oleh
makhluk lain. Akal ini seyogyanya dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk
kemampuan berpikir tersebut. Menurut M. Ngalim Purwanto, berpikir adalah daya yang
paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan hewan. 1
Secara mendasar, manusia memiliki sikap rasa ingin tahu atau manusia juga
memilliki sikap skeptis. Telah mengantar manusia kepada cakrawala ilmu pengetahuan,
sikap skeptis ini ada pada diri manusia sejak lahir. Mereka jenderung mengungkapkan
kata apa ini? Apa itu? Mengapa begini? Mengapa begitu? Dan seterusnya. Di balik
Tanpa disadari semenjak manusia purba selalu merindukan kebenaran, yang tak lain
berupa pengetahuan yang benar. Untuk mencapainya, dapat diterapkan dua pendekatan
non ilmiah, dan pendekatan ilmiah.3 Dalam pendekatan non ilmiah sering dijumpai,
antara lain; akal sehat (common sense), prasangka, intuisi, kebetulan, pendapat otoritas.
1
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Rosdakala,cet. Ke-5,1990), hlm.43.
2
H. M. Djunaidi Ghoni, & Fauzan Al-Mansur, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian (Malang:
UIN Maliki Press, 2015), hlm. 144.
3
H. M. Djunaidi Ghoni, & Fauzan Al-Mansur, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian,….,hlm.
145.
melalui pengalaman, melalui kekuatan nalar, dan menemukan kebenaran melalui
penelitian.4
yang dapat dicapai dengan usahanya sendiri itu, tetap bersifat terbatas pada kemampuan
akalnya. Hasrat ingin tahu menusia akan terpuaskan jika memperoleh pengetahuan
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar dapat dicapai manusia melalui
dilakukannya cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan urutan tertentu, agar dapat
Dalam makalah sederhana ini, penulis mencoba menelaah makna dari pendekatan
ilmiah itu sendiri, pendekatan ilmiah dalam filsafat dan filsafat ilmu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
H. M. Djunaidi Ghoni, & Fauzan Al-Mansur, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian,…hlm.147-
150.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendekatan Ilmiah
yang fungsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode
ilmiah (Kamus Besar Bahasa Indonesia; PN Balai Pustaka, 1989). Metode ilmiah
digolongkan kepada pengetahuan yang bersifat ilmiah atau ilmu. Adapun metode itu
sendiri berasal dari bahasa yunani kuno; Metodos, Meta artinya menuju, melalui,
sesudah, mengikuti, dan Hodos artinya jalan, cara atau arah (istilah yunani itu berasal
dari kata latin Methodus). Arti luas metode adalah cara bertindak menurut sistem atau
aturan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar sesuai dengan teknik, tata cara,
atau jalan yang telah dirancang dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun itu,
kemudian secara deduktif dari hipotesis ke arah implikasi logis hipotesis tersebut.
Peneliti mendeduksikan hasil yang akan diperolehnya, bila hipotesis tersebut didukung
oleh data observasinya. Bila implikasi yang dideduksikan ini sesuai dengan
pengetahuan yang sudah ada maka ini kemudian diuji dengan data empiris tambahan.
5
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, cet.ke-7,2006),hlm. 128.
6
I Made Nuryata, Hand Out Metodologi Penelitian, (STISIP MARGARANA TABANAN:
2012), hlm. 6.
Penggunaan hipotesis merupakan perbedaan utama antara pendekatan ilmiah
orang berpikir tentang apa yang akan ditemukannya bila suatu hipotesis benar
(didukung oleh data) dan kemudian secara sistematis ia mengamati datanya untuk
menguji hipotesisnya. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa metode ilmiah
merupakan suatu proses penelitian yang dilakukan melalui bagian-bagian yang saling
tergantung satu dengan yang lain. Ini adalah suatu metode penelitian yang senantiasa
berkembang sepanjang masa dan telah dipertahankan karena metode tersebut telah
membuktikan sebagai metode yang berhasil sampai kini untuk memahami dunia kita
Adapun penelitian dalam tinjauan social adalah suatu proses yang berupa suatu
menjadi bagian bagian yang lebih kecil sehingga dapat dengan mudah di amati dan di
teliti.
tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen atau penelitian yang di lakukan
oleh orang lain di tempat dan waktu yang berbeda. Ini didasarkan pada pemahaman
7
Checkland P, Systems thinking, systems Practice, (United Kingdom: Wiley publishers,1993).
bahwa ilmu adalah pengetahuan milik umum, sehingga setiap orang yang
3. Refutation adalah sifat yang mensyaratkan bahwa suatu ilmu harus memuat
Upaya memahami apa yang dimaksud dengan filsafat dapat dilakukan melalui
berdasarkan sudut pandang terhadap filsafat, yakni filsafat sebagai produk dan filsafat
sebagai proses. Sebagai produk artinya melihat filsafat sebagai kumpulan pemikiran dan
pendapat yang dikemukakan oleh filsuf, sedangkan sebagai proses, filsafat sebagai suatu
bentuk atau cara berfikir yang sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir filsafat.8
A. Pendekatan Definisi.
B. Pendekatan Sistimatika.
C. Pendekatan Tokoh
D. Pendekatan Sejarah
berbagai definisi yang dikemukakan oleh para akhli, dan dalam hubungan ini
penelusuran asal kata menjadi penting, mengingat kata filsafat itu sendiri pada dasarnya
8
Uhar Suharsaputra, Penghantar Filsafat Ilmu, (Universitas Kuningan, 2004), hlm. 30.
9
Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Teraju, 2002).
10
Uhar Suharsaputra, Penghantar Filsafat Ilmu….., hlm. 31-32.
definisi itu sendiri, sehingga pemahaman atas kata filsafat itu sendiri akan sangat
Pendekatan Sistimatika. Objek material Filsafat adalah segala sesuatu yang ada
dengan berbagai variasi substansi dan tingkatan. Objek material ini bisa ditelaah dari
berbagai sudut sesuai dengan fokus keterangan yang diinginkan. Variasi fokus telaahan
yang mengacu pada objek formal melahirkan berbagai bidang kajian dalam filsafat yang
menggambarkan sistimatika,
Pendekatan Tokoh. Pada umumnya para filsuf jarang membahas secara tuntas
seluruh wilayah filsafat, seorang filsuf biasanya mempunyai fokus utama dalam
melalui penelaahan pada pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh para Filsuf, yang
tertentu, oleh karena itu pendekatan tokoh juga dapat dikelompokan sebagai pendekatan
melihat aspek sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat dari waktu ke waktu dengan
kronologis.
memahami filsafat seseorang dapat memasukinya melalui empat pintu, namun demikian
bagi pemula, pintu-pintu tersebut harus dilalui secara terurut, mengingat pintu
pendekatan Tokoh dan pendekatan Historis perlu didasari dengan pemahaman awal
tentang filsafat yang dapat diperoleh melalui pintu pendekatan definisi dan pendekatan
sistematika.
penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang melalui
penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasar atas data
empiris. Teori itu dapat diuji (di tes) dalam hal keajegan dan kemantapan internalnya.
Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkah-langkah yang
serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil ajeg (consistent), yaitu hasil yang
sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah penelitian yang teratur
dan terkontrol itu telah terpolakan dan, sampai batas tertentu, diakui umum. Pendekatan
ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena
pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias, dan perasaan, cara
akan berusaha untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang
kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.
diperoleh dari proses berpikir dan prosedur ilmiah seperti telah dikemukakan di bagian
penemuan kebenaran melalui metode ilmiah, ada beberapa kriteria metode ilmiah yang
11
Mo’tasim, Penelitian Dan Sumbangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan (Sains), CENDEKIA:
Jurnal Studi Keislaman Volume 3, Nomor 2, Desember 2017; P-ISSN 2443-2741; E-ISSN 2579-5503,
hlm. 39.
3. Pendekatan Ilmiah Dalam Filsafat Ilmu
pandangan. Agar studi filsafat tidak menjadi historis melainkan sistematis, fungsional,
wawasan kita yang lebih luas.Pendekatan yang dipakai dalam menelaah suatu
permasalahan dapat dilakukan dengan menggunakan sudut pandang atau tinjuan dari
Beberapa penulis yang mengomentari tentang pendekatan filsafat ilmu ini seperti
yang dikemukakan oleh Muhadjir dan Parson. Muhadjir dalam Ismaun (2004)
“Pendekatan sistematika agar mencakup materi yang sahih atau valid sebagai filsafat
arti identic dengan kontemporer dan identic degan hasil pengujian lebih akhir dan valid
bagi suatu aliran atau pendekatan, dan pendekatan komparatif bahwa suatu penelaahan
aliran ata pendekatan ataupun model disajikan sedemikian rupa agar kita dapat
sebagai berikut:
1. Pendekatan received view yang secara klasik bertumpu pada aliran positivism
12
A.Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan
Aksiologis, (Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. Ke-7, 2017), hlm. 52.
3. Pendekatan fenomenalogik yang tidak hanya sekedar pengalaman langsung
objektif universal.
di atas untuk melakukan studi filsafat dalam memilih salah satu pendekatan yang tepat
ilmiah, berpikir secara rasional, dan bertumpu pada data data empiris.13 Jenis
pendekatan lain yang juga penting kita telaah sebagai perbandingan adalah pendekatan
Pendekatan Deduksi adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak dari
sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah kesimpulan
yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan istilah logika minor,
deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut silogisme. Yaitu bermula dari dua
pernyataan atau lebih dengan sebuah kesimpulan. Yang mana kedua pernyataan tersebut
sering disebut sebagai premis minor dan premis mayor. Serta selalu diikuti oleh
penyimpulan yang diperoleh melalui penalaran dari kedua premis tersebut. Namun
13
A.Susanto, Filsafat Ilmu…., hlm. 53.
14
Mundiri, Logika (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet.ke-4, 2000), hlm. 14.
kesimpulan di sini hanya bernilai benar jika kedua premis dan cara yang digunakan juga
Penalaran deduksi merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang
tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens, sistematis,
dan kritis. Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang diperoleh manusia, yang
akhirnya akan bermuara pada suatu usaha untuk menjawab permasalahan secara
bermakna adanya tumpuan pada rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan
yang benar. Dan paham yang mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan
istilah paham rasionalisme. Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan
yang saling mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan induksi adalah cara berfikir untuk
menarik kesimpulan dari pengamatan terhadap hal yang bersifat partikular kedalam
gejala-gejala yang bersifat umum atau universal. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penalaran ini bertolak dari kenyataan yang bersifat terbatas dan khusus lalu diakhiri
dengan statemen yang bersifat komplek dan umum.17 Generalisasi adalah salah satu ciri
yang paling khas dalam metode induksi. Hanya saja, generalisasi di sini tidak berarti
dengan mudahnya suatu proposisi yang diangkat dari suatu individu dibawa untuk
digeneralisasikan terhadap suatu komunitas yang lebih luas. Justru, melalui metode ini,
15
Maksud koheren di sini adalah konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Jujun S. Supriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm.
55-57.
16
Imron Mustofa, Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah, EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Volume 6, Nomor 2, Juli-
Desember 2016, hlm. 134.
17
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis (Yogyakarta:
Kanisius, t.th.), hlm. 86.
diberikan suatu kemungkinan untuk disimpulkan. Dalam artian, bahwa ada
kemungkinan kesimpulan itu benar tapi tidak berarti bahwa itu pasti benar, sehingga
Ciri khas dari penalaran induksi adalah generalisasi. Generalisasi dapat dilakukan
dengan dua metode yang berbeda. Pertama, yang dikenal dengan istilah induksi
lengkap, yaitu generalisasi yang dilakukan dengan diawali hal-hal partikular yang
mencakup keseluruhan jumlah dari suatu peristiwa yang diteliti. Maka generalisasi
macam ini tidak bisa diperdebatkan dan tidak pula ragukan.19 Kedua, yang dilakukan
dengan hanya sebagian hal partikular, atau bahkan dengan hanya sebuah hal khusus.
Poin kedua inilah yang biasa disebut dengan induksi tidak lengkap.20 Dalam penalaran
induksi atau penelitian ilmiah sering kali tidak memungkinkan menerapkan induksi
lengkap, oleh karena itu yang lazim digunakan adalah induksi tidak lengkap. Induksi
lengkap dicapai manakala seluruh kejadian atau premis awalnya telah diteliti dan
diamati secara mendalam. Namun jika tidak semua premis itu diamati dengan teliti, atau
ada yang terlewatkan dan terlanjur sudah diambil suatu kesimpulan umum, maka
menggunakan induksi. Generalisasi di sini mungkin benar mungkin pula salah, namun
yang lebih perlu dicermati adalah agar tidak terjadi sebuah kecerobohan generalisasi.
Alasan menggunakan kedua pendekatan atau penalaran diatas relatif lebih familiar
dengan keseharian kita, serta pendekatan ini menunjukan kepada kita bahwa filsafat
18
Maksud probabilitas disini adalah Pernyataan yang muatannya suatu hipotesa atau “ramalan”
dengan suatu tingkat keyakinan tertentu tentang akan terjadinya suatu kejadian dimasa yang akan datang.
Lihat: Mundiri, Logika.,hlm. 183.
19
Protasius Hardono Hadi, dan Kenneth T. Gallagher, Epistemologi, Filsafat Pengetahuan
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 135.
20
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Logika, hlm. 86.
21
Protasius Hardono Hadi, dan Kenneth T. Gallagher Epistemologi, hlm. 135.
ilmu adalah sebuah ilmu yang mempelajari filsafat. Karena kita perlu melihat bahwa
sebagai cabang ilmu filsafat menghasilkan teori-teori dari hasil pelaksanaan metode
ilmiah.22
studi ilmiah yang pertama harus dilakukan adalah menetapkan rumusan masalah dan
mengidentifikasikannya, kemudian ditunjang oleh konsep dan teori atas temuan yang
relatif. 23
Secara ekstrim aliran prgamatisme menyatakan bahwa metode ilmiah adalah sintesis
antara berfikir rasional dan empiris. Metode yang dikembangkan oleh John Dewey,
sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah
b) Formulasi hipotesis
d) Fornulasi kesimpulan
explanation), mengingat penjelasan ilmiah (penjelasan yang mengacu pada ilmu) Sesuai
dengan fungsinya untuk memberikan penjelasan tentang berbagai gejala, baik itu gejala
alam maupun gejala sosial, maka ilmu mempunyai peranan penting dalam memberikan
22
A.Susanto, Filsafat Ilmu…., hlm. 53.
23
A.Susanto, Filsafat Ilmu…., hlm. 53.
Penjelasan ilmiah adalah adalah pernyataan-pernyataan mengenai masing-
karakteristik tersebut, yang diperoleh melalui cara sistematis, logis, dapat dipertanggung
jawabkan, serta terbuka atau dapat diuji kebenarannya. Dengan demikian penjelasan
ilmiah merupakan penjelasan yang merujuk pada suatu kerangka ilmu, baik itu teori
maupun fakta yang sudah mengalami proses induksi. Terdapat beberapa jenis
dihubungkan dengan alasan mengapa sesuatu itu terjadi atau sesuatu itu
dilakukan.
konteks keseluruhan dari suatu sistem atau gejala yang lebih luas
adanya aturan , hukum atau prinsip yang umumnya terbentuk memalui deduksi.
24
Uhar Suharsaputra, Penghantar Filsafat Ilmu….., hlm. 72.
Dalam memberikan suatu penjelasan seseorang bisa saja menggunakan berbagai
jenis penjelasan untuk makin memperkuat argumentasinya, dan hal ini tergantung pada
Adapun dalam pendekatan ilmiah, ditemui pula sikap ilmiah. Sikap ilmiah
merupakan sikap yang harus dimiliki oleh ilmuwan, atau para pencari ilmu. Menurut
3. Sikap skeptis
4. Kesabaran intetelektual
5. Kesederhanaan
Sementara itu Tini Gantini dalam bukunya Metodologi Riset menyebutkan delapan
kebenaran/tidak pesimis
6. Rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan yang tidak
diketahui
25
Uhar Suharsaputra, Penghantar Filsafat Ilmu….., hlm. 73-74.
7. Kurang mempunyai ketakutan
Dari pendapat di atas dapat ditarik beberapa pokok yang menjadi ciri sikap ilmiah
yaitu : objektif, terbuka, rajin, sabar, tidak sombong, dan tidak memutlakan suatu
kebenaran ilmiah. Ini berarti bahwa ilmuwan dan para pencari ilmu perlu terus
memupuk sikap tersebut dalam berhadapan dengan ilmu, karena selalu terjadi
kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini seperti suatu teori,
mungkin saja pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang mempunyai atau
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
yang funsional terhadap masalah tertentu. Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara dalam mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
atau dengan perkataan lain, pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah dapat
yaitu:
1. Pendekatan Definisi.
Dalam pendekatan ini filsafat dicoba difahami melalui berbagai definisi yang
2. Pendekatan Sistimatika.
Objek material Filsafat adalah segala sesuatu yang ada dengan berbagai variasi
substansi dan tingkatan. Objek material ini bisa ditelaah dari berbagai sudut sesuai
dengan fokus keterangan yang diinginkan. Variasi fokus telaahan yang mengacu pada
objek formal melahirkan berbagai bidang kajian dalam filsafat yang menggambarkan
sistimatika,
3. Pendekatan Tokoh
tertentu, oleh karena itu pendekatan tokoh juga dapat dikelompokan sebagai pendekatan
4. Pendekatan Sejarah
Pendekatan ini berusaha memahami filsafat dengan melihat aspek sejarah dan
Adapaun pendekatan ilmiah dalam Filsafat Ilmu adalah Pendekatan sistematika agar
mencakup materi yang sahih atau valid sebagai filsafat ilmu, pendekatan mutakhir dan
dan identic degan hasil pengujian lebih akhir dan valid bagi suatu aliran atau
pendekatan, dan pendekatan komparatif bahwa suatu penelaahan aliran ata pendekatan
ataupun model disajikan sedemikian rupa agar kita dapat membuat komparasi untuk
matematika.
Jenis pendekatan lain yang juga penting kita telaah sebagai perbandingan adalah
pendekatan deduksi dan pendekatan induksi. Pendekatan Deduksi adalah suatu kerangka
atau cara berfikir yang bertolak dari sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum
untuk mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Sedangkan
pendekatan deduksi merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang tumbuh
dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens, sistematis, dan kritis.
Daftar Pustaka
Ghoni, M. Djunaidi & Al-Mansur, Fauzan, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian
Yogyakarta, cet.ke-7,2006).
TABANAN: 2012).
publishers,1993).
2002).
Susanto, A., Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan
Supriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar
Harapan, 1985).
Mustofa, Imron, Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Kanisius, t.th).