Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Agama

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TENTANG

KLASIFIKASI AJARAN ISLAM

DISUSUN OLEH

1. DINA SAHLINI
2. KHAIRANNI ANISA
3. RIBAINA NOVI
4. RIANA SABILA RAMLIUS
5. MILA AFIFAH YULIUS
6. TIRTA SUCI DHIAN KASIH

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat
serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat
nya degan suri tauladan-Nya yang baik .
Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan
dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . makanlah ini
merupakan pengetahuan tentangkonsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam
makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih
singkat dan akurat .
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi
yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya , membaca akan masuk pada
inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan , saran dan makalah ini. Diharapkan
pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep aqidah islam,kami
penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.
Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang, 21 September 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang
beriman (mu’min).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara
dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau
oleh akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan
dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan
yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan konsep aqidah islam?
2. Bagaimana ruang lingkup aqidah islam ?
C. Apa bukti-bukti wujud Allah

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep aqidah islam


2. Untuk mengetahui ruang lingkup aqidah islam
3. Untuk mengetahui bukti-bukti wujud Allah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah Islam


Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang
berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti
keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul
dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:
‫العقائد هي المأور التى ياجب أن ياصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون ياقينا عندك ل يامازجه رياب ولياخالطه شك‬
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan”
2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
,‫ وياثنى عليها صدره جازمأا بصحتها‬,‫ ياعقد عليها النسان قلبه‬,‫ والسمع والفطرة‬,‫العقيدة هي مأجموعة مأن قضاياا الحق البدهية المسلمة بالعقل‬
‫قاطعا بوجودها وثبوتها ليارى خلفاها أنه ياصح أو ياكون أبدا‬
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Sistematika aqidah itu bagaikan sebuah pohon yang berbuah

Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :

1. Ilahiyat,

yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah),
seperti wujud Allah, sifat Allah dll. Pembahasan ini merupakan pembahasan yang wajib
diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana wajibnya seorang muslim untuk mengenal
Tuhannya, Allah swt. Pembahasan ini merupakan pengantar dari kajian Ilmu Tauhid
(Keesaan Allah swt.). Diharapkan dengan menguasai kajian ini seorang hamba dapat
lebih mengenal dirinya sebagai hamba dan bagaimana seharusnya bersikap sebagai
hamba, dan juga lebih mengenal Tuhannya, Allah swt., sehingga mengetahui bagaimana
ia bersikap di hadapan Tuhannya serta beribadah sesuai dengan apa yang dikehendaki-
Nya menurut apa yang disukai-Nya.

Sebagai contoh dari harapan pembahasan ini adalah mengenal (salah satu) Sifat Allah
swt. bahwa Dia adalah Maha Besar; dan sebaliknya bahwa manusia penuh dengan
kelemahan. Setelah mengetahuinya diharapkan seorang hamba akan dapat merasakan
kebesaran Allah swt dan merasakan kelemahan dirinya sehingga tidak ada lagi padanya
sifat sombong, merasa hebat, merasa besar, merasa paling benar dan sebagainya.

II. Nubuwat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll

Kitab-Kitab yang diturunkan ALLAH kepada RasulNya

Daftar kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :

1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani

2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti

3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani

4. Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab

Jumlah Nabi dan Rasul ALLAH

Jumlah dari nabi dan rasul amatlah banyak;


QS Fathir 24: Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan.
Nabi adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk
diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah
manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk
menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.
Muhamaad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam QS Al Ahzab 45 :
“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gemgira dan pemberi peringatan.”
QS Al Ahzab 40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
QS. Az Zukhruf : 6 – 7: Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-
umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan
mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Ghafir 78:
Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak
Kami ceritakan kepadamu.
III. Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll

Metafisika
Metafisik adalah(Bahasa Yunani ᄃ: μετά (meta) = "setelah atau di
balik", φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang
filsafat ᄃ yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek
(fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan ᄃ atau realitas ᄃ.

Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia


mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran
yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini
adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal
tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan
dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran
supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang
misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham
naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham
supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala
alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan
karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat
dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham
naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran
yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka
mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.

IV. Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan
Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb. (2)

Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah
tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat.
Sepuluh tanda itu ialah:

1 Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti
selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang
kafir.
2 Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan
ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
3 Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang
akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
4 Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya.Maka pada saat itu Allah swt.
tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang
berdosa.
5 Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung
pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan
mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang
akan membunuh Dajjal.
6 Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’jujyang akan membuat kerusakan dipermukaan
bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi
bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-
pembantunya pada zaman dahulu.
7 Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di
Aceh.
8 Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina,
Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
9 Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir
sebagai pembukanya.
10 Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu
akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya Nuklir?)

Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau
mengatakan: “Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-
hadis Rasulullah Saw. bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-
petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini.
Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun
dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan
tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana
kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu.
Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari
pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya”.

Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam


Arkanul Iman, yaitu:

1. Iman kepada Allah


Pengertian iman kepada Allah ialah:
• Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
• Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan
alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
• Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci
dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk). (3)
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-
Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah. (4)
2. Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas,
iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah
dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya. (5)
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang
gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah
makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan
patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada
Allah swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan. Mereka juga ada
perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat
dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di
dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah sbb :
? Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
? Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti
melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
? Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
? Malaikat Izrail (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk
hidup lainnya.
? Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia
? Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga
? Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa
penghuni neraka
? Malaikat yang bertugas memikul Arasy
? Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran
? Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh
Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan
doa-doa lain.(5)
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal
kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan
berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat
selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah


Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada
menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun
yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia.
baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat. (5)
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang
diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang
diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang
masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang
masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada
Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul


Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi
dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan
tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang
diterima kepada umat manusia.(6)
Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai
rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu
yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan
manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya.
Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian
Nabi dan Rasul sesudahnya.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus
oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya.
Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan,
keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-masing seperti yang
diperintahkan oleh Allah.

5. Iman kepada hari Akhir


Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat
penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari
akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan
hari yang tidak diragukan lagi.
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan
ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan
baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan,
harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan
sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing. (7)

6. Iman kepada qada dan qadar


Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum
sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal
khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik
yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang
ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan
hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.(8)
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam
bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang
termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang
mati.

Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.

1. Dalil Fitrah.

Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada sang Pencipta merupakan
fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu berpikir atau belajar. Tidak akan berpaling
dari tuntutan fitrah ini, kecuali orang yang di dalam hatinya terdapat sesuatu yang dapat
memalingkannya. Rasulullah bersabda:

‫ مفأ مبممواله يلمهموومدامنمه أ منو يلن مموصمرامنمه أ منو ي لمم م و‬،‫عملى ال نمفنطمرمة‬
‫جمسامنمه‬ ‫مما ممنن ممنول لنودد ي لنول ملد م‬.

“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya
Yahudi, Kristen, atau Majusi. ” (HR. Al Bukhari)

Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis
dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu tentu ada yang
mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita
mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan
meminta sesuatu, lalu Allah mengabulkannya.

Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah
Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘ (Betul Engkau Tuhan kami) kami
mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak
mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua
kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak
keturunan yang datang setelah mereka.’” (QS. Al A’raf: 172-173).

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya
Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya.
Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang
mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari
sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Aqidah Al Wasithiyyah Syaikh Muhammad
bin Shalih Al ‘Utsaimin hal 41-45)

2. Dalil Al Hissyi (Dalil Indrawi)


Bukti indera tentang wujud Allah dapat dibagi menjadi dua:

a. Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-orang yang berdoa
serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang mendapatkan musibah.
Hal ini menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah. Allah berfirman:

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa dan Kami memperkenankan
doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al
Anbiyaa 76)
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu…” (Al Anfaal 9)

Anas bin Malik berkata, “Pernah ada seorang Badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu
itu Nabi tengah berkhutbah. Lelaki itu berkata, “Hai Rasul Allah, harta benda kami telah
habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah untuk
mengatasi kesulitan kami. ” Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun
dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada hari Jum’at yang kedua, orang
Badui atau orang lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan
harta benda pun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah. ”
Rasulullah lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa: “Ya Rabbku, turunkanlah
hujan di sekeliling kami dan janganlah Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. ”
Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat, kecuali menjadi terang (tanpa
hujan). ” (HR. Al Bukhari)

b. Tanda-tanda para Nabi yang disebut mu’jizat, yang dapat disaksikan atau didengar
banyak orang merupakan bukti yang jelas tentang keberadaan Yang Mengutus para Nabi
tersebut, yaitu Allah, karena hal-hal itu berada di luar kemampuan manusia. Allah
melakukannya sebagai pemerkuat dan penolong bagi para Rasul.

Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya, Musa
memukulkannya, lalu terbelahlah laut itu menjadi dua belas jalur yang kering, sementara
air di antara jalur-jalur itu menjadi seperti gunung-gunung yang bergulung. Allah
berfirman, yang artinya: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. ” (Asy Syu’ara 63)

Contoh kedua adalah mu’jizat Nabi Isa ketika menghidupkan orang-orang yang sudah
mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah.

“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah…” (Al Imran 49)

“…dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kuburnya (menjadi hidup)
dengan ijin-Ku…” (Al Maidah 110)

Contoh ketiga adalah mu’jizat Nabi Muhammad ketika kaum Quraisy meminta tanda atau
mu’jizat. Beliau mengisyaratkan pada bulan, lalu terbelahlah bulan itu menjadi dua, dan
orang-orang dapat menyaksikannya. Allah berfirman tentang hal ini, yang artinya: “Telah
dekat (datangnya) saat (Kiamat) dan telah terbelah pula bulan. Dan jika mereka (orang-
orang musyrik) melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “ (Ini
adalah) sihir yang terus-menerus. ” (Al Qomar 1-2)

Tanda-tanda yang diberikan Allah, yang dapat dirasakan oleh indera kita itu adalah bukti
pasti wujud-Nya.

3. Dalil ‘Aqli (dalil akal pikiran)

Bukti akal tentang adanya Allah adalah proses terjadinya semua makhluk, bahwa semua
makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang, pasti ada yang menciptakan. Tidak
mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan tidak mungkin pula tercipta secara
kebetulan. Tidak mungkin wujud itu ada dengan sendirinya, karena segala sesuatu tidak
akan dapat menciptakan dirinya sendiri. Sebelum wujudnya tampak, berarti tidak ada.

Lihatlah sekeliling anda dari tempat duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala sesuatu
di ruang ini adalah “buatan”: dindingnya sendiri, pelapisnya, atapnya, kursi tempat duduk
anda, gelas di atas meja dan pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak ada satu pun yang
berada di ruang anda dengan kehendak mereka . Gulungan tikar sederhana pun dibuat
oleh seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan atau secara kebetulan.

Begitu pula, orang yang memandang suatu pahatan tidak sangsi sama sekali bahwa
pahatan ini dibuat oleh seorang pemahat. Hal ini bukan mengenai karya seni saja: batu
bata yang bertumpukan pun pasti dikira oleh siapa saja bahwa tumpukan batu bata
sedemikian itu disusun oleh seseorang dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja
yang terdapat suatu keteraturan, entah besar entah kecil, pasti ada penyusun dan
pelindung keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa
besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang
kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan orang
yang mempercayainya akan dianggap gila?

Pernyataan teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak berbeda
daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk asam-asam
amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein secara kebetulan,
dan akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara lagi-lagi kebetulan. Akan
tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara kebetulan ini lebih kecil
daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan cara yang serupa, karena sel
manusia bahkan lebih rumit daripada segala struktur buatan manusia di dunia ini.

Bagaimana mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini timbul secara kebetulan
bila keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata telanjang?
Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan
Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu, pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai
ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada
pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara cermat
dan menciptakan semuanya?

Ia tidak mungkin Dzat material yang hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada
sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta Yang
Maha Kuasa, Dialah yang mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya tanpa
awal atau pun akhir.

Agama mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui
akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu Allah,
Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari kehampaan.

Meskipun kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami kenyataan ini,


mereka menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan
pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji senimannya
panjang-lebar perihal keindahan karya seninya. Walau ada kenyataan bahwa mereka
menghadapi begitu banyak keaslian yang menggambarkan hal itu di sekeliling mereka,
mereka masih tidak mengakui keberadaan Allah, satu-satunya pemilik keindahan-
keindahan ini. Sesungguhnya, penelitian yang mendalam pun tidak dibutuhkan untuk
memahami keberadaan Allah. Bahkan seandainya seseorang harus tinggal di suatu ruang
sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu saja sudah cukup bagi dia untuk
menyadari keberadaan Allah.

Tubuh manusia menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di
berjilid-jilid ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu
semua sudah memadai untuk memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini
dilindungi dan dipelihara oleh Dia.

Tubuh manusia bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap
milimeter bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah tidak. Dunia ini
mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme uniseluler hingga tanaman,
dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung hingga manusia. Jika anda
menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini pun anda bisa menemukan
banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit anda pun, terdapat
banyak makhluk hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi perut semua makhluk
hidup terdapat jutaan bakteri atau organisme uniseluler yang membantu pencernaan.
Populasi hewan di dunia ini jauh lebih banyak daripada populasi manusia.

Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora, kita lihat bahwa tidak ada noktah tunggal
di bumi ini yang tidak mengandung kehidupan. Semua makhluk ini yang tertebar di suatu
bidang seluas lebih daripada jutaan kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang
berlainan, kehidupan yang berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan
lingkungan. Pernyataan bahwa semua ini muncul secara kebetulan tanpa maksud atau pun
tujuan itu gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang muncul melalui kehendak atau
upaya mereka sendiri. Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan sistem-
sistem yang serumit itu.

Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan
dengan “kesadaran” (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu
saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang
menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri
melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang
pun di bumi ini yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya.
Sekalipun demikian, mereka masih mengingkarinya “secara lalim dan angkuh, kendati
hati sanubari mereka meyakininya” sebagaimana yang dinyatakan dalam Al Qur’an.
(Surat An-Naml: 14)

Semua makhluk tidak mungkin tercipta secara kebetulan, karena setiap yang diciptakan
pasti membutuhkan pencipta. Adanya makhluk-makhluk itu di atas undang-undang yang
indah, tersusun rapi, dan saling terkait dengan erat antara sebab-musababnya dan antara
alam semesta satu sama lainnya. Semua itu sama sekali menolak keberadaan seluruh
makhluk secara kebetulan, karena sesuatu yang ada secara kebetulan, pada awalnya pasti
tidak teratur.

Kalau makhluk tidak dapat menciptakan diri sendiri, dan tidak tercipta secara kebetulan,
maka jelaslah, makhluk-makhluk itu ada yang menciptakan, yaitu Allah Rabb semesta
alam.

Allah menyebutkan dalil aqli (akal) dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur: “Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?” (Ath Thuur 35)

Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk
tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah.

Ketika Jubair bin Muth’im mendengar dari Rasulullah yang tengah membaca surat Ath
Thuur dan sampai kepada ayat-ayat ini: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun,
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang
berkuasa?” (Ath Thuur 35-37)

“Ia, yang tatkala itu masih musyrik berkata, “Hatiku hampir saja terbang. Itulah
permulaan menetapnya keimanan dalam hatiku. ” (HR. Al Bukhari)

Dalam hal ini kami ingin memberikan satu contoh. Kalau ada seseorang berkata kepada
Anda tentang istana yang dibangun, yang dikelilingi kebun-kebun, dialiri sungai-sungai,
dialasi oleh hamparan karpet, dan dihiasi dengan berbagai perhiasan pokok dan
penyempurna, lalu orang itu mengatakan kepada Anda bahwa istana dengan segala
kesempurnaannya ini tercipta dengan sendirinya, atau tercipta secara kebetulan tanpa
pencipta, pasti Anda tidak akan mempercayainya, dan menganggap perkataan itu adalah
perkataan dusta dan dungu. Kini kami bertanya pada Anda, masih mungkinkah alam
semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan
sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!

4. Dalil Naqli (Dalil Syara’)

Bukti syara’ tentang wujud Allah bahwa seluruh kitab langit berbicara tentang itu.
Seluruh hukum yang mengandung kemaslahatan manusia yang dibawa kitab-kitab
tersebut merupakan dalil bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Bijaksana
dan Mengetahui segala kemaslahatan makhluknya. Berita-berita alam semesta yang dapat
disaksikan oleh realitas akan kebenarannya yang didatangkan kitab-kitab itu juga
merupakan dalil atau bukti bahwa kitab-kitab itu datang dari Rabb yang Maha Kuasa
untuk mewujudkan apa yang diberitakan itu.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS. 4:82)

Demikian juga adanya para Rasul dan agama yang bersesuaian dengan kemaslahatan
umat manusia menunjukkan adanya Allah, karena tidak mungkin ada agama dan Rasul
kecuali ada yang mengutusnya. Akan tetapi agama-agama yang ada selain Islam telah
mengalami penyimpangan dan perubahan sehingga mereka menyimpang dari jalan yang
lurus.

Setelah kita mengenal dan mengimani keberadaan Allah sebagaimana telah dijelaskan
diatas, maka perlu kita kenali Allah sebagai Rabb yang telah menciptakan, memiliki dan
mengatur semua makhluknya, Dialah satu-satunya pencipta yang mengadakan sesuatu
dari ketiadaan, Allah berfirman:

Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:”Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS.
2:117)

Dialah satu-satunya pemilik sebagaimana Dia adalah satu-satunya pencipta, demikian


juga Dia pengatur satu-satunya yang mengatur segala sesuatu. Semua ini diakui oleh
kaum musyrikin Makkah, sebagaimana diberitakan dalam Al Qur’an: Katakanlah:
“Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan.” Maka mereka menjawab: “Allah.” Maka
katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. 10:31)

Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah”. Katakanlah: “Maka apakah
kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “kepunyaan Allah”. Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak bertaqwa?” Katakanlah: “Sipakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” (QS. 23:84-89)

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka :”Siapakah yang menciptakan mereka,
niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah). (QS. 43:87)

Ini semua menunjukkan imannya kaum musyrikin terhadap Rububiyah Allah, akan tetapi
hal ini tidak cukup untuk menyelamatkan mereka. Memang demikianlah, sebab mereka
belum merealisasikan iman mereka terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan.

5. Dalil Sejarah.

Adalah dalil-dalil kekuasaan dan keagungan Allah yang diambil dari peristiwa-peristiwa
yang telah berlaku di atas muka bumi.

• Q. 3:137, Sesungguhnya telah lalu beberapa peraturan (Allah) sebelum kamu, maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang
yang mendustakan agama.

• Q. 7:176, Demikianlah umpamanya kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sebab itu
kisahkanlah kisah itu, mudah-mudahan mereka berpikir.

• Q. 12:111, Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu ada ibrah (pengajaran) bagi
orang-orang yang berakal.

• Q. 11:120, Setiap riwayat kami kisahkan kepadamu di antara perkhabaran para Rasul
supaya Kami tenteramkan hatimu dengannya.

6. Mengagungkan Allah dan MenTauhidkan Allah.

Dari semua dalil-dalil yang dapat dilihat di atas itu adalah berfungsi menguatkan
pandangan kita betapa keagungan Allah swt begitu luar biasa dan menundukkan kita
sendiri di hadapan keagungan ini. Langsung mencetuskan Tauhidullah yang luar biasa.

• Q. 21:92, Sesungguhnya ini, ummat kamu (hai mukminin) ummat yang satu dan Aku
Tuhanmu, sebab itu sembahlah Aku.

Anda mungkin juga menyukai