Modul1 10618002
Modul1 10618002
Modul1 10618002
OLEH:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Menentukan jenis aliran plasma yang terdapat pada tangkai sari Rhoeo discolor
dan daun Vallesneria/Hydrilla.
2. Menentukan jenis Kristal yang terdapat pada daun Ficus elastica.
3. Menentukan potensial osmotik yang terjadi pada percobaan plasmolisis sel
epidermis daun Rhoeo discolor.
1.3 Hipotesis
2. Terdapat kristal dengan jenis yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan yang
berbeda.
Mikroskop (Bahasa Yunani: micros = kecil, scopein = melihat) adalah suatu alat
untuk melihat objek yang tak kasat mata. Mikroskop mampu mempelajari organisme
hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak terlihat oleh mata telanjang. Prinsip
kerja mikroskop adalah dengan memfokuskan bayangan yang diperbesar dari suatu
objek dengan bantuan lensa (Pramesti, 2000) (Respati, 2008).
Menurut Afrian (2012), macam-macam mikroskop berdasarkan kegunaannya,
yaitu:
1. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya adalah mikroskop yang memiliki perbesaran maksimum
1000 kali. Mikroskop cahaya terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan
kondensor. Mikroskop cahaya memiliki pencahayaan yang berasal dari
cahaya matahari atau cahaya lampu yang berasal dari bawah. Mikroskop ini
terdiri dari mikroskop berlensa tunggal (monokuler) dan mikroskop berlensa
ganda (binokuler).
2. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo adalah mikroskop yang digunakan untuk mengamati benda
yang ukurannya relatif besar dan tebal secara tiga dimensi. Mikroskop ini
memiliki perbesaran 7-30 kali. Mikroskop ini memiliki pencahayaan yang
berasal dari lampu pada bagian bawah dan diteruskan ke bagian atas.
3. Mikroskop Elektron
Mikroskop electron adalah mikroskop yang mempunyai perbesaran
maksimum 1000 kali. Mikroskop ini terdiri dari 2 jenis, yaitu microscope
electron scanning (SEM) dan microscope electron transmission (TEM).
Microscope electron scanning (SEM) mampu menghasilkan bayangan
dengan perbesaran yang kuat dengan menggunakan sinyal yang berupa
pantulan dari elektron. Microscope electron transmission (TEM) mampu
menghasilkan perbesaran yang kuat juga namun menggunakan sinya yang
berupa sinyal elektron tembus.
4. Mikroskop Ultraviolet
Mikroskop ultraviolet biasa digunakan untuk mengamati objek yang tidak
dapat terdeteksi atau terlihat dengan pencahayaan biasa.
5. Mikroskop Pender
Mikroskop pender digunakan untuk mengamati suatu objek asing, benda
asing, atau antigen dalam jaringan.
6. Mikroskop Medan Gelap
Mikroskop medan gelap digunakan untuk mengamati suatu mikrpprganisme
hidup atau bakteri yang memiliki ukuran sangat kecil dan sangat tipis.
7. Mikroskop Digital
Mikroskop digital merupakan mikroskop yang menggunakan kamera digital
prolink yang telah dilangkengkapi dengan program yang telah dilengkapi
citra digital.
Gambar 2.1. Cara pembuatan preparat segar (Alat labor, tanpa tahun)
Osmosis adalah perpindahan air yang melewati suatu membran dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi. Contohnya adalah air dalam tanah dapat masuk ke dalam
akar dan masuk ke dalam sel dengan melewati membran. Pergeraka air yang
menembus membrane inilah yang disebut dengan osmosis (Campbell et al., 2008).
Menurut Cleon (1970), Laju osmosis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor gradien atau perbedaan potensial air antara cairan sel penyerapan
dengan larutan tanah di luar sel atau cairan interseluler.
2. Permeabilitas membrane terhadap zat-zat yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
J = Δψ. P
J = Laju difusi air melewati membrane
Δψ = Beda potensial air
P = Permeabilitas membrane
Aliran sitoplasma adalah aliran yang terdapat ada sel tumbuhan yang masih
melakukan proses metabolisme yang diatur oleh mikrofilamen. Aliran sitoplasma
terdapat dua jenis, yaitu sirkulasi dan rotasi. Aliran sirkulasi adalah aliran sitoplasma
yang menggerakan plastida kesegala arah, aliran sirkulasi ini biasanya terdapat pada
tumbuhan yang masih muda karena sel-sel masih dalam tahapan pertumbuhan dan
perkembangan, sehingga masih membutuhkan bahan-bahan organik untuk sintesis
komponen sel. Sedangkan aliran rotasi adalah aliran sitoplasma yang mengelilingi
vakuola dan umumnya terdapat pada sel yang sudah tua (Taiz dan Zeigher, 2002).
𝟐𝟏𝟐−𝟐𝟏𝟐
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = x 100%
𝟐𝟏𝟐
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = 𝟎%
𝟏𝟒𝟔 − 𝟏𝟒𝟔
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = x 100%
𝟐𝟏𝟐
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = 𝟎%
𝟏𝟕𝟖 − 𝟏𝟑𝟎
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = x 100%
𝟏𝟕𝟖
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = 𝟐𝟔. 𝟗%
𝟑𝟕 − 𝟏𝟗
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = x 100%
𝟑𝟕
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = 𝟒𝟖. 𝟓 %
𝟓𝟗 − 𝟑𝟓
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = x 100%
𝟓𝟗
% 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒎𝒐𝒍𝒊𝒔𝒊𝒔 = 𝟔𝟏%
Aliran sitoplasma adalah aliran yang terdapat ada sel tumbuhan yang masih
melakukan proses metabolisme yang diatur oleh mikrofilamen. Aliran sitoplasma
terdapat dua jenis, yaitu sirkulasi dan rotasi. Aliran sirkulasi adalah aliran sitoplasma
yang menggerakan plastida kesegala arah, sedangkan aliran rotasi adalah aliran
sitoplasma yang mengelilingi vakuola (Taiz dan Zeigher, 2002). Pada praktikum kali
ini, kami tidak mendapatkan aliran sitoplasma pada filamen Rhoeo discolor dan
diduga sampel sudah mati. Pada pengamatan daun Vallesneria, kami mendapatkan
aliran sitoplasma yang berotasi. Aliran sitoplasma dari kedua tumbuhan ini berbeda,
pada filamen Rhoeo discolor memiliki aliran sitoplasma sirkulasi, sedangkan pada
daun Vallesneria memiliki aliran sitoplasma rotasi. Perbedaan aliran sitoplasma pada
kedua tumbuhan ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur sel dan
mikrofilamen yang mengaturnya (Lancelle et al., 1987).
Zat ergastik adalah zat non-protoplasmik yang ada di dalam sel khususnya
pada sel tumbuhan yang berfugsi sebagai pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan
penyimpan cadangan makanan (Hall, 1976). Zat ergastik dapat ditemukan di bagian
sitoplasma, dinding sel, atau di vakuola. Zat ergastik terdiri dari substansi yan bersifat
cair maupun padat yang merupakan hasil dari metabolisme sel. Zat ergastik yang
bersifat padat adalah amilum, aleuron, kristal kalsium oksalat, kristal kersik, dan
sistolit. Sedangkan yang bersifat cair adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, kristal kalsium oksalat adalah zat yang paling umum
ditemukan (Beck, 2010). Pada praktikum kali ini, diamati preparat yang berisi
kerokan dari umbi kentang, dan ditemukan bahwa zat ergastiknya merupakan pati
sederhana, pemberian reagen I2KI pada preparat kerokan umbi kentang ini berfungsi
untuk memberi warna pada molekul pati menjadi kehitaman (Johnson, 1985).
Pada preparat yang berisi sayatan tangkai daun Carica papaya ditemukan zat
ergastik berupa drus. Pada preparat yang berisi batang suji (Pleomele angustifolia)
yang ditetesi oleh air, didapatkan kristal jenis rafida dan setelah pemberian cuka, zat
ergastik berupa rafida tersebut berkurang karena ada sebagian yang larut bersama air
cuka. Pada preparat yang berisi sayatan daun Ficus elastica pada saat diberi air
ditemukan kristal berupa sistolit, dan saat diberi reagen cuka, kristal tersebut larut
yang menandakan bahwa kristal tersebut mengandung kalsium karbonat. Reaksi
larutan cuka dengan kalsium karbonat :
CH3COOH + CaCO3 → Ca(CH3COO)2 + H2O + CO2 (Johnson, 1985).
Osmosis adalah perpindahan air yang melewati suatu membran dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi zat
terlarut yang lebih tinggi (Campbell et al, 2008). Pada praktikum kali ini, diberikan
larutan sukrosa dengan berbagai macam konsentrasi (0.4M, 0.8M, dan 1.6M).
Pemberian gula pada sel-sel epidermis daun Rhoeo discolor bertujuan untuk
membuat lingkungan di sekitar sel menjadi hipertonik. Akibat dari pemberian gula
ini, sel menjadi semakin pekat dengan ditandai dengan perubahan warna cairan intra
sel yang semakin menggelap dari sebelumnya. Sel menjadi semakin pekat
menandakan air telah keluar dari dalam sel yang menyebabkan penurunan turgiditas
sel menurun. Keadaan dapat dikembalikan seperti semula dengan membuat
konsentrasi larutan antar cairan di dalam sel dengan cairan di luar sel menjadi sama
(Ridge, 1991). Potensial osmotik dari berbagai konsentrasi sukrosa adalah:
1. Sukrosa 0.4 M
−22.4 x M x T
Ψ=
273
−22.4 x 0.4 x 298
Ψ=
273
Ψ = −9.780 atm
2. Sukrosa 0.8 M
−22.4 x M x T
Ψ=
273
−22.4 x 0.8 x 298
Ψ=
273
Ψ = −19.561 atm
3. Sukrosa 1.6 M
−22.4 x M x T
Ψ=
273
−22.4 x 1.6 x 298
Ψ=
273
Ψ = −39.122 atm
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Aliran plasma pada filamen Rhoeo discolor bersifat sirkular dan aliran plasma
pada daun Vallesneria bersifat rotasi.
2. Zat ergastik yang ditemukan pada daun Ficus elastica adalah sistolit, pada umbi
kentang (Solanum tuberosum) adalah pati, pada daun Carica papaya adalah drus,
dan pada batang daun suji (Pleomele angustifolia) adalah rafida.
3. Potensial osmotik yang kami dapatkan pada larutan sukrosa 0.4 M =
−9.780 atm, 0.8 M = −19.561 atm, dan 1.6 M = −39.122 atm.
5.2. Saran
1. Membuat sayatan yang lebih tipis agar lebih mudah diamati
2. Menutup kaca objek dengan kaca penutup lebih hati-hati agar tidak terdapat
gelembung udara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Aryati. 2005. Bahan Ajar Biologi Umum. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.
Afrian, M. 2012. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
Beck, C. B. 2010. An Introduction to Plant Structure and Development, Plant Anatomy
for The Twenty-First Century Second Edition. Cambridge: Cambridge University
Press.
Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology. NY: Colies Mc Millan.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Cleon W., Ross. 1970. Pllant Physiology Laboratory Manual. Wadsworth Publ. Comp.
Inc. California.
Ferdinand, P. F. dan Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo Media
Persada.
Hall, M. A. 1976. Plant Structure, Function, and Adaption. The English Language Book
Socie and Macmillan.
Harijati, N., Samino, S., Indriyani, Serfinah, Soewondo, Aris. 2017. Mikroteknik Dasar.
Malang: UB Press.
Johnson. 1985. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
Lancelle, S. A., Grsti, M., Helper P. H. 1987. Ultrastructure of the Cytoskeleton in Freeze
Substitued Pollen Tubes of Nicotiana alata. Protolasma. 140:141-150.
Lang, Ingebong. 2014. ”Plasmolysis: Loss of Turgor and Beyond”. Plants. 3:583-593.
Pramesti, H, T. 2000. Mikroskop dan Sel. FK Unlam. Banjarbaru.
Respati, S. M. B. 2008. Macam-macam Mikroskop dan Cara Penggunaannya.
Momentum. 4(2) 42-44.
Ridge, I. 1991. Plant Physiology. Hodder & Stoughton: Open Univ.
Taiz, L. dan Zeiger, E. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sunderland Massachusetts:
Sinauer Associate, Inc. Publisher.