Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Materi Advokasi Hiv

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

tian Advocacy

Advocacy adalah proses komunikasi yang berbeda dengan penyuluhan aatau


edukasi(Komunikasi Informasi dan Edukasi atau KIE). Advokasi lebih dari KIE.
1. Advocacy mencari dukungan, komitmen, pengakuan mengenai sebuah
masalah tertentu dari para pengambil keputusan maupun masyarakat luas.
2. Advocacy mencari pemecahan masalah. Pelaksanaan advocacy di bidang kesehatan reproduksi
perlu didasarkan atas data menyangkut masalah tersebut. Untuk itu diperlukan analisis situasi
dan kajian “baseline” mengenai permasalahan konkrit untuk mendukung advocacy. Misalnya
hasil survey mengenai perilaku seksual remaja, jumlah remaja yang tertular HIV/AIDS, dst.
3. Advocacy harus diarahkan pada pihak-pihak berwenang agar menyediakankepemimpinan,
dukungan politik dan komitmen yang sejalan dengan upaya menyelesaikan persoalan.

Tujuan Advocacy
1. meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan
2. mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskrimitatif dan hambatanhambatan
kebijakan yang menghalangi upaya-upaya pencegahan dan pengobatan (kesehatan reproduksi
remaja)
3. kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan

Mengapa Diperlukan Advocacy


Di negara berkembang hampir 60 persen dari infeksi baru HIV terjadi di kalangan remaja berusia
15 – 24 tahun. Pada tahun 2000 tercatat 1.4 juta anak di bawah usia 15 tahun sudah hidup dengan
HIV (baik karena tertular melalui ibu maupun aktivitas seksual). Karena faktor-faktor biologis
dan sosial, remaja perempuan lebih rentan dibandingkan remaja laki-laki. Di daerah-daerah
tertentu masih ada mitos-mitos yang keliru tentang hubungan seks, misal: melakukan hubungan
seks dengan perawan bisa menyembuhkan laki-laki yang sudah tertular HIV. Semakin banyak
perempuan yang tertular maka semakin banyak pula bayi yang lahir dengan infeksi HIV.
Berbagai kekerasan seksual mulai dari pemerkosaan, perdagangan anak untuk
pelacuran, kawin-paksa mempertinggi kerentanan remaja terhadap berbagai risiko kesehatan
reproduksi seperti keamilan tak diharapkan, aborsi, infeksi menular seksual, HIV. Banyak anak
dan remaja tertular HIV karena mereka tidak memperoleh informasi, edukasi dan pelayanan
kesehatan serta pengetahuan mengenai pencegahan IMS dan HIV. Ini terjadi karena remaja
dianggap belum/tidak cukup dewasa menerima informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Remaja juga sering mengalami kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan. Contoh hambatan
yang ada adalah waktu pelayanan yang tidak cocok dengan kegiatan remaja, isu hukum dan
undang-undang yang membatasi mereka, biaya yang tak terjangkau, sikap para pelayan
kesehatan yang tidak ramah, dsb. Ini adalah pelangaran hak asasi anak dan remaja. Mereka
berhak atas pendidikan, pelayanan tanpa diskriminasi, kesempatan untuk menyatakan pikiran,
perasaan dan keinginannya untuk menerima informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Advocacy dapat mejadi alat yang sangat efektif untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
dihadapi remaja untuk memperoleh informasi dan pelayanan. Advocacy sangat diperlukan untuk
menghentikan berbagai eksploitasi dan kekerasan seksual yang berakibat buruk terhadap
kesehatan reproduksi anak dan
remaja.
Hal-hal yang Dapat Diharapkan Melalui Advocacy
1. Mengusahakan pendidikan KRR sampai ke remaja. Advocacy dapat mengubah kebijakan
menyangkut akses penyampaian informasi seksual dan kesehatan reproduksi melalui sekolah-
sekolah dan tempati-tempat berkumpulnya remaja. Informasi juga perlu dilengkapi dengan
pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai.
2. Mengusahakan berbagai pihak terlibat. Kampanye publik yang menjelaskan berbagai risiko
yang dapat dialami anak dan remaja serta upayaupaya pencegahannya perlu ditujukan pada
berbagai lapisan masyarakat mulai dari para remaja sendiri, keluarga, para pendidik, dll.
Advocacy mengenai HIV/AIDS dengan sasaran remaja akan lebih berhasil bila dirancang dan
dilaksanakan bersama-sama para remaja sendiri
3. Remaja menunda atau melakukan dengan hati-hati aktivitas
seksual. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pendidikan seks dan kesehatan
reproduksi tidak lebih mendorong aktivitas seksual. Informasi yang memadai, justru membuat
remaja merasa nyaman terhadap dirinya sendiri, kurang merasa cemas teradap hal-hal yang tidak
dia ketahui, dan dapat mengontrol keputusan-keputusan yang dibuatnya. Pendidikan seks
membantu remaja menunda aktivitas seksualnya atau, bila ia sudah aktif secara seksual,
dapat melindungi diri dan pasangannya dari berbagai risiko kesehatan
reproduksi.

Target Advocacy
Target advocacy adalah remaja, orangtua, dan pihak-pihak pengambil keputusan.
Remaja. Pengertian remaja dalam program kesehatan reproduksi di Indonesia (terutama yang
dikembangkan oleh pemerintah mengikuti pengertian WHO) yaitu mereka yang berusia 10-19
tahun (BKKBN, 2002)1. Penting untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi
pada individu usia 10-14 tahun. Semakin awal pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi
diyakini akan semakin berdampak positif kepada kehidupan reproduksi mereka dikemudian hari.
Pemberian informasi tentang menstruasi dan mimpi basah serta perubahan fisik dan emosional
selama masa pubertas dapat lebih baik mempersiapkan mereka. Di samping itu, kebutuhan untuk
memberikan informasi kesehatan reproduksi kepada anak usia 10-14 tahun dirasakan semakin
mendesak jika dikaitkan dengan semakin mudahnya anak-anak usia tersebut mendapatkan
informasi yang menyesatkan tentang perilaku kesehatan reproduksi (misal: situs, majalah, film
porno).
Orangtua, Pendidik dan pihak pengambil keputusan. Kepemimpinan di tingkat paling tinggi
adalah kunci untuk menanggapi masalah kesehatan reproduksi ini. Di beberapa negara,
pemerintah berani mengintervensi kesehatan reproduksi remaja sebagai masalah kesehatan
masyarakat. Di Uganda misalnya, presiden menyebarkan informasi mengenai cara menghindari
HIV/AIDS melalui berbagai pihak: media massa, pemimpin-pemimpin politik dan agama,
sekolah, dll. Tiap keputusan punya efek terhadap perkembangan dan kehidupan sosial remaja.
Paling tidak tiga area terkait erat dengan hal ini:
• kesehatan
• pendidikan
• kesiapan untuk bekerja bagi remaja.
Bagaimana Melakukan Advocacy
Baik isi dan metode penyampaian perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual dan
kepribadian remaja2. Di beberapa negara, pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi
remaja kepada anak usia 10-14 tahun diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, misalnya
melalui materi pelajaran yang terkait dengan kesehatan atau materi pelajaran yang berkaitan
dengan life skill education.
1. Menulis Pernyataan Misi
Untuk memulai kegiatan advokasi,menentukan pernyataan misi perlu dilakukan. Pernyataan misi
advokasi menerangkan Tujuan Utama atau sasaran dari aktivitas advokasi dan menjawab
pertanyaan ‘Apa Maksud dari Seluruh Kegiatan ini?’ Pernyataan misi menjadi panduan seluruh
kegiatan, mulai dari identifikasi staf, relawan, dan public serta apa yang akan dicapai. Pernyataan
misi biasanya akan ditampilkan pada setiap publikasi berkaitan dengan aktivitas advokasi ini.
Membuat Pernyataan misi harus lakukan dengan sabar dan hati-hati pada pemilihan tiap kata.
Deskripsikan tiap usaha seakurat mungkin. Saat menulis Pernyataan Misi libatkan setiap anggota
tim agar diperoleh ide dan bahasa bersama serta menumbuhkan rasa komitmen bersama terhadap
aktivitas advokasi yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu anda ketahui sebelum
menentukan Pernyataan Misi:
• Pernyataan Misi harus benar-benar menjelaskan posisi dan aktivitas anda
• Pernyataan misi jangan lebih dari tiga atau empat kalimat, jadi harus sedeskiptif dan sejelas
mungkin
• Pastikan kata yang digunakan hanya dapat diartikan/diinterpretasikan hanya seperti yang
diinginkan. Coba minta pendapat orang lain untuk menilai sudut pandang intepretasi mereka
2. Menentukan Tujuan, Sasaran dan Aktivitas
Selain pernyataan misi, anda juga memerlukan tujuan jangka pendek yang merupakan tahapan
dalam mencapai Pernyataan Misi anda. Tujuan-tujuan inilah yang diharapkan untuk terpenuhi ke
depannya. Kemungkinan keberhasilan usaha anda lebih besar bila tujuan-tujuan ini telah
ditentukan di awal aktivitas.
Selain itu anda juga harus menentukan sasaran anda. Sasaran merupakan aktivitas aktivitas
spesifik yang anda lakukan untuk mencapai tujuan.

Tujuan
Mulai mendaftar tujuan-tujuan advokasi anda secara spesifik dan tepat. Ini akan membantu
memperlihatkan dimana keberhasilan anda, ketidakberhasilan anda dan kemana anda perlu
melanjutkan.
Pertanyaan yang dapat membantu menentukan tujuan:
• apa tujuan utama advokasi, seperti dijelaskan pada pernyataan misi
• apa tujuan spesifik (jangka pendek) yang diharapkan dicapai menuju ke tujuan utama
• apa sasaran jangka pendek dan jangka panjang yang diperlukan untuk mencapai yang disebut
sebelumnya sebagai Tujuan Utama
• bagaimana hal-hal ini dinyatakan agar dapat dimengerti
• bagaimana mengukur kesuksesan atau kemenangan advokasi?
Saat menentukan Tujuan, pastikan kesemuanya realistis, artinya:
• harus jelas siapa saja yang akan membantu kita mencapai sasaran, termasuk konstituen dan
sekutu dalam advokasi serta pastikan mereka dapat dan akan membantu
• dengan sumber daya yang dimiliki, apakah sasaran yang dibuat dapat dicapai
• kebutuhan dana yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran terpenuhi
• siapa saja lawan kita dan sumber daya yang mereka miliki harus mampu dihadapi
• semua masalah yang mungkin ada dan berkembang ke depannya harus biss diatasi
Sasaran
Sasaran adalah deskripsi aktivitas quantitative yang akan anda penuhi untuk mencapai tujuan.
Sasaran harus se-spesifik dan se-terukur mungkin, sehingga anda dapat melihat kapan anda telah
berhasil. Ketidakterukuran atau ketidakspesifikan sasaran yang dibuat dapat menyebabkan
kebingungan dan kurang terarahnya kegiatan advokasi anda. Anda juga harus membuat jangka
waktu tertentu bagi anda dan tim untuk pencapaian tiap sasaran. Tidak berarti bila anda tidak
sesuai deadline anda gagal, akan tetapi hal ini berguna untuk lebih memudahkan memonitor
perkembangan dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.

Aktivitas
Untuk tiap sasaran, anda harus menentukan aktivitas tertentu. Aktivitas secara lebih lanjut
menjelaskan sasaran secara lebih quantitative. Mereka merupakan barometeruntuk menentukan
keberhasilan kegiatan advokasi. Tiap aktivitas harus juga diberi jangka waktu tertentu sehingga
anda dapat melihat perkembangan aktivitas.

3. Membangun Konstituensi untuk Dukungan


Keberhasilan kegiatan advokasi anda dipengaruhi oleh kemampuan untuk merrekrut orang yang:
• berpikir seperti anda berpikir, dan
• mendukung dan meng-advokasi untuk sebab yang sama dengan anda
Sangat jelas, semakin banyak orang di pihak anda semakin baik. Keberhasilan advokasi tidak
pernah hasil dari hanya sedikit orang. Biasanya merupakan hasil gabungan usaha yang
menyatukan sumber daya, waktu, energi dan bakat dari banyak orang dan organisasi yang
berbeda. Orang-orang dan organisasi-organisasi ini bergabung bersama mereka yang memiliki
kesepakatan dengan tujuannya dan oleh karenanya membangun konstituensi untuk dukungan.
Dengan memperlihatkan bahwa advokasi anda memiliki dukungan yang luas, konstituensi
memberikan momentum untuk pertumbuhan dan membantu menghadapi lawan main anda.
Konstituensi yang dimiliki
Konstituensi yang dimiliki dimulai dengan anda dan orang-orang yang bekerja dengan anda
dalam advokasi ini. Keberhasilan advokasi dimulasi dengan saling pengertian bahwa tiap orang
yang terlibat komit pada kegiatan advokasi ini serta tujuannya, tiap orang yang terlibat harus
setuju pada apa yang ingin anda capai.
Untuk menentukan siap yang perlu anda rekrut sebagai supporter untuk mencapaitujuan:
• siapa saja yang sudah ada di pihak anda? Siapa saja supporter anda sekarang? Perjelas
hubungan dengan mereka sebelum mencoba menarik tambahan ‘kawan’. Pastikan mereka
mengetahui anda menghargai mereka serta dukungan mereka.
• Apakah mereka partner yang logis untuk anda pada isu tertentu (misalnya kelompok wanita,
kelompok remaja)?
• Apakah ada grup atau individu lain yang dukungannya dapat anda peroleh pada isu spesifik ini,
walau mereka tidak mendukung anda pada isu lain?
• Apakah ada grup yang spesialisasinya pada bidang lain tetapi mungkin mendukung anda pada
isu tertentu seperti organisasi HAM, serikat kerja, dll?
Pikirkan bagaimana meraih tiap supporter potensial atau konstituensi ini. Misalnya anda perlu
menggunakan pendekatan berbeda untuk meraih pembuat kebijakan dibanding untuk meraih
media. Usaha anda dalam menarik mereka yang telah mengerti isu Kesehatan Reproduksi
Remaja tidak akan sama dengan usaha pada mereka yang awam.
Membangun konstituen membutuhkan waktu dan kesabaran. Masalah anda memperoleh satu
konstituen atau seratus tidaklah penting, yang penting adalah anda mendapatkan dukungan yang
aktif. Selain itu anda juga perlu mengidentifikasi Lawan Main anda • apakah mereka memiliki
dukungan konstituen yang lebih kuat?
• Seberapa besar mereka akan berusaha mengalahkan anda?
• Pertimbangkan kekuatan dan kelemahan mereka

Memperluas Basis Dukungan


a. Networking
Networking dan menghadapi masalah dalam koalisi dengan organisasi lain yang focus atau
memberi dukungan pada isu serupa akan membantu anda untuk:
• mengumpulkan dukungan public, dan
• meningkatkan kekuatan usaha advokasi anda
networking sebenarnya hanya merupakan membuat dan menjaga kontak dengan individu dan
organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan anda dan dapat membantu anda
mencapainya. Untuk membuat networking antara lain:
• berbicara pada klub atau organisasi local
• dstribusikan informasi pada kegiatan local
• hadiri pertemuan rutin dari organisasi rekan dan simpatisan, kolega, dll
• sebarkan informasi tentang advokasi anda di tempat-tempat public dan informasikan cara
mereka membantu dan menghubungi anda
• tampilkan film, video atau slide tentang isu-isu KRR di lingkungan anda
• kirim materi pada media tertentu dan undang mereka untuk menghadiri
acara anda.
b. Membangun Koalisi
salah satu cara paling efektif melakukan networking yaitu berpartisipasi dalam koalisi. Koalisi
adalah kumpulan beberapa organisasi berpikiran serupa bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Koalisi bias berupa permanent atau sementara, single atau multi isu, terbatas pada
konstitusi tertentu atau jelas secara geografis.
Koalisi dapat membantu:
• membangun dukungan yang berkelanjutan
• meningkatkan pengaruh usaha advokasi anda
• mengembangkan pemimpin baru untuk advokasi anda
• memperluas lingkup advokasi anda
• meningkatkan sumber daya financial dan programatik anda
4. Target individu sebagai sasaran
sebelum membawa isu anda dan mengkampanyekan pada public, anda perlu menentukan:
• pada siapa anda ingin memberikan pesan anda ini
• bagaimana pesan anda dibentuk untuk menarik kelompok ini
• target berbeda membutuhkan strategi yang berbeda pula. Misalnya:
• untuk pembuat kebijakan public proses lobby lebih efektif,
• untuk public umum anda mungkin perlu menggunakan media, kegiatan public dan materi
tercetak sedangkan,
• untuk remajanya langsung anda perlu melakukan komunikasi, informasi dan edukasi untuk
menyampaikan pesan anda.
Dalam suatu kelompok target terdapat sub-kelompok, misalnya kelompok umur, kelompok
gender, kelompok pendapatan rendah, dll dimana akan menentukan pertimbangan bentuk dari
pesan yang akan disampaikan.
Selain menentukan target sasaran anda juga harus mengetahui mengapa anda ingin meraih
mereka. Karena mengetahui kenapa anda ingin meraih suatu target sasaran tertentu sama
pentingnya dengan mengetahui siapa target sasaran anda.
Misalnya:
Anda menentukan target sasaran anda adalah remaja, anda mungkin menggunakan siaran radio
dengan audiens remaja merupakan cara terbaik untuk meraih mereka. Tapi anda juga harus
menentukan kenapa anda ingin mencapai mereka, misalnya:
• utamanya untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS dan PMS
• selain itu untuk mengajak remaja untuk mendatangi youth center
• dll
5. Menentukan Isu dan Membentuk Pesan
Tidak semua orang mengerti mengapa KRR sangat penting bagi remaja, keluarga bahkan masa
depan bangsa. Oleh karenanya, untuk membangun dukungan public anda harus mencari cara
yang akan menarik perhatian mereka. Yang artinya mengkomunikasikan isu dan pesan KRR
dengan suatu cara yang secara mudah dimengerti dan menarik bagi orang-orang yang menjadi
sasaran advokasi KRR.
Saat merancang pesan advokasi KRR anda perlu:
• memikirkan siapa saja yang ingin anda raih dan membentuk pesan dan bahasa untuk
konstituensi itu. Misalnya bila ingin meraih remaja gunakan bahasa yang menarik mereka, bila
ingin meraih orang tua gunakan pesan yang berisi dampak dari ketidaktahuan KRR pada anak
mereka.
• Gunakan pengalaman-pengalaman nyata bila diperlukan. Orang lebih mengerti dan mengingat
pengalaman disbanding hanya informasi teoritis. Gunakan dan kumpulkan pengalaman ini untuk
mengilustrasikan mengapa isu KRR penting. Misalnya ketidaktahuan mengenai isu KRR dapat
menyebabkan seorang remaja melakukan sex bebas apalagi secara tidak aman, dan berdampak
kehamilan tak diinginkan serta bahkan terjangkit PMS atau HIV/AIDS.
• Kumpulkan fakta dan informasi tambahan untuk menguatkan isi pesan anda
• Kumpulkan kutipan atau pernyataan dari individu terkenal dan pakar
berkaitan dengan isu atau pesan advokasi KRR (dengan minta ijin publikasi)
yangdapat membuat usaha anda lebih kredibel dan lebih mendapat perhatian.
• Maksimalkan nilai-nilai positif dan minimalkan nilai-nilai negative. Nilai positif memposisikan
KRR sebagai sebuah pilihan, untuk sehat dan hak. Sedangkan nilai negative mengilustrasikan
KRR sebagai hal untuk menghindarkan, untuk mengontrol dampak, dsb. Hati-hati dengan
penggunaan kata karena intepretasi tiap orang berbeda-beda
• Gunakan nilai-nilai yang secara kultural sekiranya dapat diterima oleh target sasaran. Dan
konsultasikan untuk memeriksa apakah pesan anda telah tepat dan pas.
• Respon pada individu berbeda dalam kultur tertentu bila diperlukan. Sub nilai tertentu
cenderung lebih kuat untuk beberapa kelompok daripada yang lainnya.
• Untuk tiap hal baik yang anda advokasi-kan, pastikan mengingat apa yang lawan anda akan
katakana dan bersiap untuk meresponnya.
• Kembangkan pesan yang jelas dan sederhana. Gunakan bahasa sehari-hari dan gambaran
sederhana yang terfokus pada isu yang anda maksud. Ulangi pesan ini pada tiap materi yang
anda buat, semakin banyak diulang maka semakin besar hal itu untuk didengar, dibaca dan
diingat.
• Kemukakan poin penting lebih dulu
6. Merancang Juru Bicara
Tidak semua orang yang terlibat dalam kegiatan advokasi anda boleh mengemukakannya. Anda
harus memilih orang yang:
• memiliki artikulasi dan kepribadian yang baik
• mengenal isu anda dengan baik dan dalam
• mampu mengkomunikasikan pesan anda dengan sebaik dan sejelas mungkin
Orang yang telah dikenal dengan baik yang memiliki kredibilitas public, dan/atau orang yang
enerjik dan antusias pada tujuanyang sama dengan anda dan mampu menarik orang lain melalui
kepribadiannya merupakan juru bicara terbaik.
7. Pengumpulan Data
Pesan yang paling efektif muncul dari fakta, yang memiliki landasan yang solid, mengenai isu
dan kelompok anda. Mengumpulkan data substantive mengenai isu spesifik KRR, menjadi
sangat penting dalam setiap usaha melalui edukasi public maupun media. Namun pengumpulan
data yang substantive dan reliable sangatlah mahal dan memakan waktu. Jadi mulailah mencoba
untuk mengumpulkan penelitian-penelitian sesuai isu bersangkutan yang telah ada, karena
semakin banyak fakta yang didapatkan sesuai isu anda, maka akan semakin informative dan
terpercayalah anda di mata public, pembuat kebijakan dan target sasaran anda lainnya.

Penelitian
• review statistic dan kegiatan penelitian relevan disekeliling anda yang sudah ada. Kunjungi
perpustakaan atau universitas untuk mencari statistic terbaru terkait isu anda dan lihat penelitian
dan informasi yang tersedia di internet
• coba temui pakar pada bidang terkait yang telah melakukan penelitian tentang isu terkait dan
cari tahu apa yang mereka ketahui
• apakah mereka memiliki data atau statistic yang dapat membantu kasus anda
• dapatkah anda mengutip mereka saat membicarakan isu anda
• hubungi organisasi lain untuk melihat apakah mereka memiliki data relevan yang dapat anda
pakai (jangan lupa menyertakan sumber)
• selalu gunakan data seakurat mungkin. Jangan mencoba membuatnya lebih dramatis dari yang
sebenarnya. Bila anda menggunakan statistic secara reliable, orang akan percaya dengan pesan
anda. Bila anda merusak fakta,
orang akan cenderung untuk tidak mempercayai apapun yang anda katakannya dan membuka
peluang untuk menjatuhkan anda
Survey
Survey merupakan salah satu cara mencari informasi mengenai suatu isu tertentu, namun hati-
hati dalam menggunakan hasilnya. Jangan membeberkan terlalu berlebihan hasil yang anda
kumpulkan, jujurlah tentang sample yang terlibat, bagaimana mereka terpilih dan jumlah
responden yang anda terima.
8. Penyampaian Pesan pada Publik
Melalui Media
Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun elektronik, misalnya internet,
Koran, jurnal dan majalah, radio dan televisi. Semua ini berguna untuk menyampaikan pesan
anda pada public. Menggunakan media berguna untuk:
• menginformasikan public mengenai isu advokasi KRR
• membantu mengubah perilaku public
• meningkatkan uang untuk aktivitas advokasi
• merekrut anggota untuk mendukung aktivitas advokasi
Untuk menyampaikan pesan anda melalui media, anda perlu merancang strategi komunikasi,
karena berbeda jenisnya maka dibutuhkan cara mengkomunikasi yang berbeda pula. Anda juga
perlu melakukan pendekatan khusus dengan media untuk mendapatkan dukungan pada aktivitas
advokasi yang sedang anda upayakan.
Selanjutnya anda perlu memilih jenis media yang akan anda jadikan alat penyampaian,
diantaranya:
• kegiatan yang mungkin diliput media
• publikasi pers
• konferensi pers
• penampilan di televisi atau radio
• wawancara televisi, radio atau media cetak
• program interactive
• website
• surat untuk editor
• editorial
• artikel di Koran atau majalah
Melalui Materi Tercetak
Menentukan cara menyampaikan pesan pada public sangat tergantung pada beberapa factor,
salah satu dan yang paling penting adalah sumber daya yang dimiliki, baik dana maupun
keahlian.
Beberapa publikasi materi tercetak yang dapat dipilih yaitu:
• Flyers
• Pamflet
• Booklet
• Newsletter
• Laporan tahunan
• Position paper
• Kartu Fakta / Fact sheets
• Canvassing
• Petisi
Melalui Internet
Teknologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara strategis usaha menarik
target sasaran secara mutakhir dan organisir. Tetapi penggunaannya lebih efektif bila merupakan
komplemen dan suplemen bukan sebagai pengganti cara yang lebih tredisional.
Keunggulan menggunakan media internet:
• cepat
• mudah di up-date
• relative lebih murah
• cakupannnya global (worldwidwe)
• dua arah
• fleksibel dan mudah diadaptasi
Beberapa alat atau cara mempublikasi informasi advokasi melalui internet:
• Websites
• Email
• Media work On-line
• Interactive on-line program
Melalui Cara Lain yang Lebih Kreatif
Masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan advokasi, semakin
kreatif dan variatif maka kemungkinan untuk menarik perhatian public lebih besar
• Membuat acara-acara public (fun events)
• Membuat poling rutin
• Membuat focus groups
• Membuat Hotline
• dll
9. Melakukan Pendekatan pada Pembuat Kebijakan
bila anda menginginkan perubahan politis dan legislative, anda perlu mendekati pembuat
kebijakan dan me-lobby mereka untuk ikut melihat isu advokasi seperti anda melihatnya. Prose
lobby paling efektif bila anda memerlukan sesuatu yang spesifik, misalnya informasi KRR
dimasukan dalam kurikulum sekolah menengah, keputusan pendanaan untuk youth center di tiap
kelurahan, dll
untuk melakukan pendekatan pada pembuat kebijakan:
• kenali dulu system atau proses legislative itu sendiri, ‘aturan’ tertulis dan tidak tertulis cara
kerjanya
• kenali juga individu yang ingin anda dekati, karena individu berbeda memiliki prioritas berbeda
pula, presentasi anda harus disesuaikan dengan kepentingan mereka
• posisikan diri anda sebagai sumber daya bagi pembuat kebijakan yang menangani isu ini
dengan menyediakan position paper, publikasi dan informasi penting lain yang anda miliki
mengenai isu tersebut.
• Jelaskan anda siap menyediakan data atau materi lain yang diminta
• Tetap kedepankan isu anda pada mereka sesering mungkin, jangan hanya mendekati saat
membutuhkan
• Ingat tidak ada teman atau musuh yang abadi, bias saja yang sebelumnya menentang anda
berbalik mendukung anda atau sebaliknya.
• Buat networking dengan mereka dan staf mereka terus
• Hitung jumlah pembuat kebijakan yang mendukung anda di awal, dan selama kegiatan
advokasi
Beberapa cara yang dapat anda gunakan untuk memberikan pesan advokasi pada para pembuat
kebijakan yaitu:
• menulis surat, atau lebih baik
• pertemuan pribadi
• telepon
• dan yang paling baik presentasi secara khusus
Presentasi biasanya menampilkan pakar dari kelompok anda mengemukakan isu tersebut, data
terbaru mengenainya dan yang pentingnya hal itu. Pastikan saat presentasi anda memiliki hand-
out atau publikasi yang tersedia untuk mereka, sehingga mereka dapat membaca di waktu lain
atau memberikan pada staf mereka.
Fact sheet yang bersifat singkat dan padat mengenai isu anda serta ringan dibaca sangatlah baik
digunakan saat presentasi.
10. Mendidik Kolega dan yang Lain (Konferensi & Workshop)
Selain bersifat mendidik/edukasi konferensi dan workshop secara efektif dapat
dijadikan cara untuk mempromosikan tujuan advokasi anda pada bervariasi audiens
dan kolega. Konferensi dan workshop dapat berguna untuk:
• memberi orientasi umum, konsepsi atau overview kepada orang lain
mengenai suatu subyek
• mengajar orang untuk melakukan sesuatu, misalnya advokasi legislative,
relasi media, penggalangan dana, dll
• membuat kesatuan bahasa, sikap atau pendekatan mengenai suatu isu atau
kampanye, oleh karenanya meningkatkan komunikasi dan kemampuan antar
kolega untuk menyampaikan pesan kepada public
• membawa kebersamaan dan menyediakan kesempatan untuk dukungan dan
pembelajaran yang saling menguntungkan
• menciptakan antusiasme dan kesolidan komitment sesame kolega
• memetakan aksi kunci dan aktivitas ke depan
11. Menghadapi Lawan Main
Advokasi sering menciptakan lawan, terutama pada bidang KRR. Lawan main anda ini bekerja
serajin anda untuk mengemukakan posisi mereka sebagai pihak yang ‘benar’. Lawan main
mungkin secara negative menggambarkan atau mengemukakan pada public organisasi dan
aktivitas anda, bahkan pada beberapa kasus anda secara pribadi.
Jadi sebenarnya selain 10 hal diatas, yang tidak kalah penting adalah mengenali siapa saja yang
poensial menjadi lawan main anda dalam melakukan advokasi KRR ini. Dengan mengenali
mereka anda tentunya lebih bersifat hati-hati dan awas disbandingkan tidak mengetahui sama
sekali. Lebih lanjut bahkan anda dapat menginformasikan pada public bahwa advokasi yang
anda lakukan secara aktif ditentang, dimana usaha ini akan memberikan dampak negative pada
masyarakat serta bagaimana masyarakat dapat terlibat untuk melawan balik.
Untuk mengurangi pengaruh lawan anda:
• ambil posisi yang aman pada isu-isu besar dan controversial mulai dari awal
• bersiap untuk menghadapi pertanyaan dan kritik yang besar kemungkinan anda peroleh.
Semakin terlihat berpengetahuan dan professional, anda akan semakin percaya diri, semakin
banyak kepercayaan dan dukungan yang anda peroleh, semakin kecil pengaruh lawan anda.
• Siapkan strategi media untuk merespon kampanye negative terhadap anda
• pertimbangkan keuntungan dan kerugian respon anda, jangan sampai anda lebih terlihat
‘berperang’ bukan melakukan advokasi
• bila memutuskan untuk merespon, perjelas posisi dan identifikasi ketidakakuratan yang
dikemukakan lawan anda
• hindari perselisihan dan jangan pernah menyebut nama saat mengemukakan lawan apapun
provokasinya
• coba antisipasi kampanye negative dari lawan, dan ambil langkah tertentu yang bias anda
lakukan sebelum terjadi
• hadapi serangan dari masyarakat agama dengan lebih sensitive.
• Jangan secara langsung melawan atau mengkritik kelompok agama yang menyerang anda. Pada
banyak kasus, yang terbaik adalah tidak merespon sama sekali. Justru coba dan dekati kelompok
agama. Jelaskan posisi anda dan fokuskan pada masalah dimana anda dan mereka sepakat.
• Sebarkan materi yang berisi isu advokasi anda pada organisasi lain yang mendukung aktivitas
anda

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yangberorientasi
pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanamanpengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat.Penerapan promosi kesehatan di lapangan
biasanya melalui pendidikan kesehatan danpenyuluhan kesehatan.Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatanyang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan
sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisiatau aplikasi pendidikan kesehatan adalah
merupakan penunjang bagi program-programkesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program
kesehatan yang telah ada misalnyapemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikansanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan
kesehatan dan lainsebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi
kesehatan.Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberiandan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi didalamnya terdapat
usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilakumasyarakat. Artinya bahwa
promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yangdirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,maupun dalam organisasi dan
lingkungannya.Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai
dukunganmenyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan
untukperubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green
danOttoson,1998).Secara singkat, visi dari promosi kesehatan adalah meningkatnya
kemampuanmasyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan sehingga
produktif.
Dalam rangka mencapai keberhasilan visi tersebut, terdapat beberapa misipromosi
kesehatan sebagai upaya untuk merealisasikannya, salah satunya itu adalahmelakukan
advokasi. Advokasi di sini ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat
kebijakan. Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
parapenentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Dalam halini
kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuatkeputusan
(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa programkesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

B. Tujuan Umum
1. Untuk menulusuri lebih lanjut pengertian dari advokasi serta tujuan dari advokasi
2. Untuk menjelaskan proses Advokasi yang baik dalam Pemberdayaan Masyarakat
3. Menulusuri lebih lanjut cara mengelolaiInformasi yang ada dalam Advokasi
4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip apa saja yang harus dipegang dalam beradvokasi
5. Membuat strategi-strategi advokasi dalam pemberdayaan masyarakat

C. Manfat

1. Mahasiswa dapat memahami lebih jauh tentang advokasi serta tujuan-tujuan dari advokasi
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip dari advokasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui strategi-strategi dalam melakukan suatu advokasi serta advokasi
yang seperti apa yang diperlukan,
4. Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan dari suatu advokasi.

BAB II
ISI

A. PENGERTIAN
Istilah advokasi (advocacy) mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO
merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif,
menggunakan 3 strategi pokok, yakni :
a) Advokasi (advocacy)
b) Dukungan social (social support)
c) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Strategi global ini dimaksudkan, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan dalam
masyarakat, langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan commited, dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau
keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang
disebut advokasi. Dalam pendidikan kesehatan para pembuat keputusan, baik di tingkat pusat
maupun daerah, disebut sasaran tersier.
2. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan dan pelatihan epada para tokoh masyarakat
setempat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan kegiatan ini adalah agar para
tokoh masyarakat setempat mempunyai kemampuan seperti yang diharapkan program, dan
selanjutnya dapat membantu menyebarkan informasi program atau melakukan penyuluhan
kepada masyarakat. Suatu hal yang sangat penting lagi adalah agar para tokoh masyarakat
berperilaku positif, yang dapat dicontohkan oleh masyarakat. Kegiatan inilah yang disebut
dengan dukungan social (social support). Para tokoh masyarakat ini, baik di tingkat pusat
maupun daerah, baik formal maupun informal, merupakan sasaran sekunder pendidikan
kesehatan.
3. Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat melakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan media. Tujuan kegiatan
ini antara lain meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Dengan kata lain, memampukan atau memberdayakan masyarakat dalam kesehatan. Oleh sebab
itu kegiatan ini disebut pemberdayaan atau empowerment. Masyarakat umum yang menjadi
sasaran utama dalam setiap program kesehatan ini disebut sasaran primer.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Olah karena itu, yang menjadi sasaran atau target advocacy adalah para pemimpin
suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta
organisasi kemasyarakatan. Dari segi komunikasi advocacy adalah salah satu komunikasi
personal, interpersonal, maupun massa yang ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy
maker) atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan social. Di
sector kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advocacy adalah pimpinan
eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sector lain yang terkait dengan kesehatan, dan
lembaga legislative.
Secara operasional “advocacy is a combination of individual and social action designed to
gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
health goal or programme” (WHO, 1989). Such action my be taken by and or on be half of
individual and groups to create living condition which are conducive to health and achievement
of healthy life style.
Di Negara-negara berkembang khususnya, strategi advokasi sangat diperlukan karena
masalah kesehatan di Negara-negara ini belum memperoleh perhatian secara proposional dari
sector-sektor lain di luar kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Padahal masalah kesehatan
ditimbulkan oleh dampak pembangunan sector lain. Untuk meningkatkan perhatian dalam
komitmen pembuat keputusan dari sector-sektor ini maka diperlukan advokasi. Demikian pula
strategi empowerment juga sangat diperlukan dinegara-negara berkembang pada umumnya
masih jauh dari kemauan dan kemampuannya dalam mencapai derajat kesehatan. Pemberdayaan
masyarakat dari segala aspek kehidupan masyarakat pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat
mau dan mampu mencapai derajat kesehatan seoptimal mungkin. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal komunikasi sangat diperlukan di dalam proses advocacy maupun empowerment ini.
Di dalam pembagian ini akan dibahas prinsip-prinsip advokasi, komunikasi, dan indicator-
indikator advokasi.

B. Prinsip-prinsip Advokasi
Uraian diatas menunjukan bahwa advokasi mempunyai dimensi yang sangat luas dan
komprehensip sekali. Advokasi bukan sekedar melakukan lobi-lobi politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasive, memberikan semangat, dan bahkan sampai memberikan tekanan kepada
para pimpinan institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan oleh indivisu, tetapi juga oleh
kelompok/organisasi, maupun masyarakat. Tujuan utama advokasi adalah to encourage public
policies that are supportive to health.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi antara pendekatan
atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan social, dan adanya system yang mendukung terhadap suatu program atau kegiatan.
Tujuan advokasi dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan, dan untuk
melakukan kegiatan advokasi yang efektif memerlukan argument yang kuat. Oleh sebab itu
prinsip-prinsip advokasi akan membahas tentang tujuan, kegiatan adan argumentasi-argumentasi
advokasi.
1. Tujuan Advokasi
Dari batasan advokasi diatas, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni :
political commitment, policy support, social acceptance, and system support.

a. political commitment
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di tingkat dan di sector mana pun
sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan
kesehatan. Pembangunan masional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang
berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di sector kesehatanjuga tidak terlepas dari kondisi dan
situasi politik pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara mana pun
ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu yang lampau.
Seberapa jauh komitmen politik para eksekutif dan legislative terhadap masalah kesehatan
masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggaran pembangunan nasional bagi
pembangunan sector kesehatan, juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian (concern)
mereka terhadap kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu untuk
meningkatkan komitmen para eksekutif dan legislative terhadap kesehatan perlu advokasi kepada
mereka. Komitmen public ini dapat diwujudkan antara lain dengan pernyataan-pernyataan, baik
secara lisan maupun tulisan, dari para pejabat eksekutif maupun legislative, mengenai dukungan
atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
Misalnya pembahasan tentang naiknya anggaran untuk sector kesehatan, pembahasan rencana
undang-undang lingkungan oleh parlemen, dan sebagainya. Contohnya konkret di Indonesia
antara lain pencanangan Pekan Imunisasi Nasional oleh Presiden, pencanangan atau
penandatanganandeklarasi “Indonesia Sehat 2010” oleh Presiden. Hal ini semua merupakan
keputusan public yang harus didukung oleh semua pejabat lintas sektoral di semua administrasi
pemerintahan.

b. policy support
Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua tingkat dan di semua
sector yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sector kesehatan. Dukungan
politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari para pembuat
keputusan tersebut. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para eksekutif maka
perlu ditindaklanjuti dengan advocacy lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung
program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat
berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah, surat keputusan pimpinan
institusi baik pemerintah maupun swasta, instruksi atau surat edaran dari para pemimpin
lembaga/institusi, dan sebaginya. Misalnya kasus di Indonesia, dengan adanya komitmen politik
tentang Indonesia Sehat 2010, maka jajaran Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
harus menindak lanjutinya dengan upaya memperoleh dukungan kebijakan dengan adanya PP,
Kepres, termasuk juga kebijakan alokasi anggaran kesehatan yang memadai, dan sebagainya.

c. social acceptance
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan apa pun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut yakni
masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Oleh sebab itu apabila suatu program kesehatan telah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi
program ini, para petugas tingkat operasional atau local, misalnya petugas dinas kesehatan
kabupaten dan puskesmas, mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu, para
petugas tersebut juga memerlukan kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan tingkat
distrik, sasaran advokasi adalah kepala distrik dan sebagainya. Sedangkan sasaran advokasi
petugas puskesmas adalah kepala wilayah kecamatan, pejabat lintas sektoral tingkat subdistrik,
para tokoh masyarakat setempat, dan sebagainya.

d. system support
Agar suatu program atau kegiatan berjalan dengan baik, perlu adanya system, mekanisme, atau
prosedur kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu system kerja atau organisasi kerja
yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Mengingat bahwa masalah kesehatan
merupakan dampak dari berbagai sector, maka program untuk pemecahnya atau
penanggulangannya pun harus bersama-sama dengan sector lain.
Dengan perkataan lain, semua sector pembangunan yang mempunyai dampak terhadap
kesehatan, harus memasukan atau mempunyai unit atau system yang menangani masalah
kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal menangani masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, dan secara eksternal mengatasi dampak institusi
tersebut terhadap kesehatan masyarakat. Misalnya suatu industri harus mempunyai poliklinik
atau K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan mempunyai unit Amdal (Analisis Dampak
Lingkungan).
Dalam mengembangkan organisasi atau system kerja, suatu institusi terutama yang mempunyai
dampak terhadap kesehatan perlu mempertimbangkan adanya unit kesehatan tersebut.
Terwujudnya unit kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di industri-industri atau institusi
kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sector kesehatan di semua tingkat.

Sasaran utama advokasi adalah para pembuat atau penentu kebijakan (politica makers)
dan para pembuat (decision makers) pada masing-masing tingkat administrasi pemerintah,
dengan maksud agar mereka menyadari bahwa kesehatan merupakan asset social, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Oleh sebab itu dengan memperioritaskan kesehatan, akan mempunyai
dampak peningkatan produktivitas masyarakat secara social dan ekonomi. Selanjutnya dengan
meningkatnya ekonomi dalam suatu masyarakat, baik secara makro maupun mikro, akan
memudahkan para pejabat atau dukungan politik dari masyarakat.
Secara nasional tujuan advokasi kesehatan adalah maningkatkan perhatian public
terhadap kesehatan, dan meningkatkan alokasi sumber daya untuk kesehatan. Kedua hal itu harus
dimulai dari penentu kebijakan tingkat pusat, yakni pemerintah pusat. Indicator keberhasilan
advokasi tingkat pusat yang paling utama adalah meningkatnya anggaran kesehatan di dalam
anggaran pendapatan dan belanja Negara (national budget).
Di tingkat pemerintah daerah (local government), baik provinsi maupun distrik, advokasi
kesehatan dapat dilakukan terhadap para pejabat pemerintah daerah. Seperti tingkat pusat,
advokasi di tingkat daerah ini dilakukan oleh para pejabat sector kesehatan provinsi atau distrik.
Tujuan utama advokasi di tingkat ini adalah agar program kesehatan memperoleh prioritas tinggi
dalam pembangunan daerah yang bersangkutan. Implikasinya alokasi sumber daya, terutama
anggaran kesehatan untuk daerah tersebut meningkat. Demikian pula dalam pembangunan
sumber daya manusia atau petugas kesehatan seperti pelatihan lanjut, maka untuk sector
kesehatan juga memperoleh prioritas.
Advokasi bukan hanya ditujukan kepada para pembuat keputusan, baik di tingkat pusat
maupun daerah dalam arti pemerintah saja, namun juga dilakukan kepada pemimpin sector
swasta atau pengusaha, dan para pemimpin Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan kata
lain advokasi juga digunakan untuk menjalin kemitraan (partnership) dengan para pengusaha
(bisnis) dan LSM. Tujuan utama advokasi terhadap sasaran ini adalah terbentuknya kemitraan
antara sector kesehatan dengan para pengusaha dan LSM. Melalui kemitraan ini diharapkan para
pengusaha dan LSM memberikan dukungan kepada program kesehatan, baik berupa dana,
sarana, dan prasarana, maupun bantuan teknis lainnya.

2. Kegiatan-kegiatan Advokasi
Telah diuraikan di atas bahwa tujuan utama advokasi di sector kesehatan adalah
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan
di segala tingkat. Komitmen dan dukungan kebijakan tersebut dapat terwujud di dalam dua hal
pokok, yakni dalam bentuk software (perangkat lunak) dan hardware (perangjat keras).
Komitmen dan dukungan kebijakan dalam bentuk software misalnya : undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah (Perda), keputusan presiden, surat keputusan dari pimpinan
institusi, dan sebagainya yang mendukung terhadap program kesehatan. Sedangkan komitmen
dalam bentuk hardware antara lain meningkatnya anggaran untuk kesehatan atau dana,
dilengkapinya sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan.
Cara atau bentuk-bentuk advokasi untuk mencapai tujuan itu semua bermacam-macam,
antara lain :
a. Lobi Politik (Political Lobying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal denga para pejabat untuk menginformasikan
dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan. Tahap pertama lobi ini
adalah : petugas kesehatan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi di
wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan
alternative terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini
perlu dibawa atau ditunjukkan data yang akurat (avidence based) tentang masalah kesehatan
tersebut kepada pejabat yang bersangkutan.

b. Seminar dan atau Presentasi


Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral.
Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan
ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut
dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan
terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.

c. Media
Advokasi media (media advocacy) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media, khususnya media massa. Melalui media cetak maupun media elektronik, permasalahan
kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan
sebagainya. Seperti kita ketahui bersama media massa mempunyai kemampuan yang kuat untuk
membentuk opini public (public opinion), yang dapat mempengaruhi bahkan merupakan tekanan
(pressure) terhadap para penentu kebijakan dan para pengambil keputusan. Contoh pada waktu
diberlakukan undang-undang lalu lintas di Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan
penggunaan sabuk pengaman pada mobil, muncul berbagai tanggapan masyarakat baik yang pro
maupun yag kontra. Pro dan kontra dalam bentuk demonstrasi, seminar, diskusi, dan sebagainya
terhadap masalah ini diungkapkan melalui media massa, baik melalui Koran, televise maupun
radio. Akhirnya pembuat keputusan, dalam hal ini departemen perhubungan menunda terlebih
dahulu ketentuan penggunaan sabuk pengaman tersebut.

d. Perkumpulan (asosiasi) Peminat


Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap
masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi. Contohnya
kelompok masyarakat peduli AIDS adalah kumpulan orang-orang yang peduli terhadap masalah
HIV/AIDS. Kegiatan-kegiatan ini, di samping ikut berpartisipasi dalam penanggulangan masalah
tersebut, juga memberikan dampak terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil para birokrasi di
bidang kesehatan dan para pejabat lain untuk peduli terhadap HIV/AIDS.
Di dalam praktik kesehatan masyarakat, semua petugas kesehatan seharusnya mempunyai
tanggung jawab kegiatan advokasi ini. Artinya baik para pengelola maupun pelaksana program
kesehatan, baik tingkat pusat, provinsi, distrik, maupun kecamatan harus melakukan advokasi
terhadap para pejabat lintas sektoral, utamanya kepada penjabat pemda setempat (local
goverment).

3. Argumentasi untuk Advokasi


Secara sederhana adavokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan penentu kebijakan atau para
pembuat keputusan sehingga mereka memberikan dukungan, baik kebijakan, fasilitas maupun
dana terhadap program yang ditawarkan. Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program
kesehatan tidaklah mudah, tetapi memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan
perkataan lain, berhasil atau tidaknya advokasi dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya kita
menyiapkan argumentasi. Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumentasi
dalam melakukan kegiatan advokasi.

a. Meyakinkan (Credible)
Program yang kia tawarkan atau ajukan itu harus meyakinkan para penentu kebijakan atau
oembuat keputusan. Agar program tersebut dapat meyakinkan harus didukung dengan data, dan
sumber yang dapat dipercaya. Hal ini berarti bahwa program yang diajukan tersebut harus
didasari dengan permasalahan yang utama dan faktual, artinya masalah tersebut memang
ditemukan di lapangan dan penting untuk segera ditangani. Kalau tidak segera ditangani akan
membawa dampak yang lebih besar bagi masyarakat. Oleh sebab itu, sebaiknya sebelum
program itu diajukan harus dilakukan kajian lapangan, jangan hanya berdasarkan data atau
laporan yang tersedia, yang kadang – kadang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Survei
adalah metode yang cepat dan tepat untuk memperoleh data yang akurat sebagai dasar untuk
menyusun program.

b. Layak (Feasibel)
Program yang diajukan tersebut, baik secara teknik, politik maupun ekonomi, dimungkinkan atau
layak. Layak secara teknik (feasibel) artinya program tersebut dapat dilaksanakan, petugas
mempunyai kemampuan yang cukup, sarana dan prasarana pendukung tersedia. Layak secara
politik artinya program tersebut tidak akan membawa dampak politik pada masyarakat.
Sedangkan layak secara ekonomi artinya didukung oleh dana yang cukup, dan apabila program
tersebut adalah program pelayanan, masyarakat mampu membayarnya.

c. Relevan (Relevant)
Program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2 kriteria, yakni :memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar – benardapat memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
Semua pejabat di semua sektor setuju bahwa tugas mereka adalah menyelenggarakan pelayanan
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Oleh sebab itu, semua program yang benar – benar
relevan, dalam arti dapat membantu pemecahan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan
masyarakat sudah barang tentu akan didukung.
d. Penting (Urgent)
Program yang diajukan tersebut harus mempunyai urgensi yang tinggi dan harus segera
dilaksanakan, kalau tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Oleh sebab itu,
program alternatif yang diajukan adalah yang paling baik di antara alternatif – alternatif yang
lain.

e. Prioritas Tinggi (High Priority)


Program yang diajukan tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi. Agar para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan menilai bahwa program tersebut mempunyai prioritas tinggi,
diperlukan analisis yang cermat, baik terhadap masalahnya sendiri, maupun terhadap aternatif
pemecahan masalah atau program yang akan diajukan. Hal ini terkait dengan argumentasi
sebelumnya, yakni program mempunyai prioritas tinggi apabila feasibel baik secara teknis,
politik maupun ekonomi, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan mampu memecahkan
permasalahan masyarakat.

Dari uraian singkat di atas dapat simpulkan, bahwa apabila petugas kesehatan akan melakukan
advokasi kepada para penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk memperoleh dukungan
terhadap program kesehatan, program tersebut harus didukung dengan argumen yang kuat.
Program akan mempunyai argumen kuat bila program tersebut disusun berdasarkan data yang
akurat, layak secara teknis, politis, relevant, urgent dan mempunyai prioritas yang tinggi.

C. Komunikasi dalam Advokasi


Uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa advokasi adalah berkomunikasi dengan para
pengambil keputusan atau penentu kebijakan. Oleh sebab itu advokasi di sektor kesehatan adalah
komunikasi antara para pejabat atau petugas kesehatan di semua tingkat dan tatanan dengan para
penentu kebijakan ditingkat atau tatanan tersebut. Dengan demikian maka sasaran komunikasi
atau komuniaknnya secara struktural lebih tinggi daripada komunikator, atau paling tidak yang
setingkat. Dengan perkataan lain arah komunikasinya dalah vertikal dan horizontal. Dengan
demikian maka bentuk komunikasi adalah lebih berat pada komunikasi interpersonal
(interpersonal communication).
Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas
komunikasi para perugas kesehatan dengan para pembuat atau penentu kebijakan tersebut.
Selanjutnya untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi antara lain
sebagai berikut :
1. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang yang
memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Para petugas
kesehatan di semua tingkat dan tatanan, terutama para pejabatnya sebagai seorang komunikator
dituntut mempunyai daya atraksi interpersonal ini. Atraksi interpersonal ini ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
a. Daya tarik, tiap orang memang mempunyai daya tarik yang berbeda satu sama lain. Daya tarik
ini sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku ornag terhadap orang lain. Oleh sebab itu, daya
tarik pun dapat dipelajari, misalnya dengan membiasakan senyum kepada setiap orang, berpikir
positif terhadap orang lain dan menempatkan diri lebih rendah dari orang lain, meskipun
mempunyai kedudukan sama, bahkan lebih tinggi.
b. Percaya diri, percaya diri bukan berarti sombong, melainkan suatu perasaan bahwa ia
mempunyai kemampuan atau menguasai ilmu atau pengalaman di bidangnya. Oleh sebab itu
agar percaya diri ia harus mendalamai pengetahuan teoritis dan memperoleh pengalaman tentang
bidangnya, terutama program yang akan dikomunikasikan tersebut.
c. Kemampuan, hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang mampu melakukan tugas –
tugasnya, ia akan lebih percaya diri. Seorang kepala dinas kesehatan kabupaten akan efektif
berkomunikasi dengan bupati atau pejabat yang lain apabila telah menunjukkan prestasinya
dalam menanggulangi masalah – masalah kesehatan di wilayahnya.
d. Familiar, petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu, misalnya rapat,
pertemuan informal, seminar dan sebagainya, akan lebih familiar, termasuk di kalangan pemda
setempat dan bupati. Oleh sebab itu, apabila akan melakukan lobying, atau sowan dalam rangka
advokasi akan mudah diterima, daripada pejabat yang jarang muncul di pertemuan – pertemuan
tersebut.
e. Kedekatan (provimity). Menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dengan para penjabat atau
keluarga pejabat setempat adalah faktor yang penting untuk melakukan advokasi. Komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila dilakukan dengan orang – orang yang dekat dengan kita.
2. Perhatian
Sasaran komunikasi (komunikan)dalam advokasi adalah para pembuat kepurusan atau penentu
kebijakan. Para pembuat atau penentu kebijakan di semua tingkatan dan tatanan, secara
struktural lebih tinggi atau yang sederajat dengan petugas/ pejabat kesehatan pada lingkup atau
tatanan yang sama. Seperti telah disebutkan di atas tujuan utama advokasi adalah memperoleh
komitmen atau dukungan kebijakan dari para pembuat keputusan. Untuk memberikan komitmen
dan dukungan terhadap sesuatu pertama kali ia harus mempunyai perhatian terhadap sesuatu
tersebut.

Berdasarkan teori psikologis ada dua faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang, yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasala dari dalam diri
orang itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis (biologis, seks) dan faktor sosio
psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi, kebiasaan, kemauan, kebutuhan dan sebagainya). Oleh
sebab itu, apabila kita akan melakukan advocacy atau berkomunikasi dengan para pejabat
tersebut kita harus melaluinya dengan hal – hal yang berkaitan dengan minat, kebiasaan atau
kebutuhan mereka. Kebutuhan seorang pejabat pada umumnya telah sampai pada taraf
kebutuhan yang paling tinggi, yakni aktualisasi diri (Abraham Maslow). Maka dengan memberi
dukungan terhadap sektor kesehatan, yang akan berdampak terhadap prestasi atau keberhasilan
pembangunan di wilayahnya, dan akhirnya memperoleh penghargaan adalah merupakan salah
satu bentuk aktualisasi diri.
3. Intensitas Komunikasi
Pesan atau ainformasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi advokasi adalah
program – program kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau dukungannya dari para
pembuat keputusan tersebut. Dalam komunikasi, pesan adalah faktor eksternal yang menarik
perhatian komunikan (penerima pesan). Hal – hal yang menarik perhatian biasanya adalah
sesuatu yang mempunyai sifat menonjol atau lain daripada yang lain. Pesan akan bersifat
menonjol atau lain daripada yang lain bila intensitasnya tinggi dan diulang – ulang. Oleh sebab
itu, agar komunikasi advokasi efektif, maka program yang ingin didukung oleh pejabat, harus
sering dikomunikasikan melalui berbagai kesemapatan atau pertemuan, baik pertemuan formal
maupun informal, melalui seminar, dan sebagainya.
4. Visualisasi
Seperti telah disebutkan di atas, untuk memperoleh perhatian dari para pembuat atau penentu
kebijakan, maka pesan – pesan atau program – program kesehatan yang ditawarkan harus
mempunyai intensitas tinggi. Di samping itu, informasi atau pesan yang menarik perlu
divisualisasikan dalam media, khususnya media interpersonal. Media interpersonal yang paling
efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slide atau video, cassete.
Pesan tersebut didasari fakta – fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar atau foto.
D. Indikator Hasil Advokasi
Advokasi adalah suatu kegiatan yang diharapkan akan menghasilkan suatu produk, yakni adanya
komitmen politik dan dukungan kebijakan dari penentu kebijakan atau pembuat keputusan.
Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah barang tentu mempunyai masukan (input) – proses –
keluaran (output). Oleh sebab itu, apabila kita akan menilai keberhasilan advokasi, maka kita
harus menilai tiga hal tersebut. Penilaian ketiga hal ini didasarkan pada indikator – indikator
yang jelas. Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta indikator – indikator
evaluasi tentang 3 komponen tersebut.
1. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan melakukan
advocacy (advocator), dan bahan – bahan (material) yakni data atau informasi yang membantu
atau mendukung argumen dalam advokasi. Indikator untuk mengevaluasi kemampuan tenaga
kesehatan dalam melakukan adokasi sebagai input antara
lain :
a. Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti pelatihan – pelatihan
tentang komunikasi, advokasi atau pelatihan – pelatihan yang berkaitan pengembangan
kemampuan hubungan antarmanusia (human relation). Pada tingkatan provinsi apakah kepala
dinas, kepala sub dinas atau kepala seksi telah memperoleh pelatihan tentang advokasi.
b. Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten, juga mempunyai
kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dengan kemampuan advokasi melalui
pelatihan – pelatihan. Oleh sebab itu, pelatihan advokasi yang diselenggarakan oleh pusat, dinas
provinsi, maupun dinas kabupaten juga merupakan indikator input.
c. Disamping input sumber daya manusia, evidence merupakan input yang sangat penting. Hasil –
hasil stufi, hasil surveillance, atau laporan – laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi
informasi, dan informasi dianalisis menjadi evidence. Evidence inilah yang kemudian dikemas
dalam media khususnya media interpersonal dan digunakan sebagai alat bantu untuk
memperkuat argumentasi kita kepada pengambil keputusan atau penentu kebijakan yang
mendukung program kita. Jadi indikator untuk input ini adalah tersedianya data/ infomasi/
eveidence/ yang dikemas dalam bentuk buku, leaflet, slide, flif chart, dan sebagainya tentang
situasi dan masalah kesehatan di wilayah institusi yang bersangkutan.
2. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses
advokasi harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi tersebut. Dengan demikian maka
indikator proses advokasi antara lain :
a. Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan
terhadap program yang terkait dengan kesehatan. Dengan siapa saja lobying itu dilakukan.
b. Berpa kali menghadiri rapat atau pertemuan yang membahas masalah dan program – program
pembangunan termasuk program kesehatan di daerahnya. Oleh siapa rapat tersebut diadakan, dan
seberapa jauh program kesehatan dibahas dalam rapat tersebut.
c. Berpa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program – program kesehatan diadakan,
dan mengundang sektor pembangunan yang terkait kesehatan.
d. Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang diadakan oleh sekotr lain
dan membahas masalah – masalah dan program – program pembangunan yang terkait dengan
kesehatan.
e. Seberapa sering media lokal termasuk media elektronik membahas atau mengeluarkan artikel
tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait dengan masalah kesehatan.
3. Output
Keluaran atau output advokasi sektor kkesehatan dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni
output dalam bentuk perangkat lunak (software), dan output dalam bentuk perangkat keras
(hardware).

Indikator output dalam bentuk perangkat lunak, adalah peraturan – peraturan atau undang –
undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari komitmen politik terhadap program –
program kesehatan, misalnya :
a. Undang – undang
b. Peraturan pemerintah
c. Keputusan presiden
d. Keputusan menteri atau dirjen
e. Peraturan daerah
f. Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat dan seterusnya.
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain :
a. Meningkatkan dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan
b. Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, poliklinik, dan sebagainya
c. Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, isalnya air bersih, jamban
keluarga, atau jamban umum, tempat sampah dan sebagainya
d. Dilengkapinya perlatan kesehatan, seperti laboratotium, perlatan pemeriksaan fisik dan
sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Advokasi (advocacy) mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan.
WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif, menggunakan 3 strategi pokok, yakni :
d) Advokasi (advocacy)
e) Dukungan social (social support)
f) Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Cara atau bentuk-bentuk advokasi untuk mencapai tujuan itu semua bermacam-macam,
antara lain :Lobi Politik (Political Lobying),Seminar dan atau Presentasi, Media,Perkumpulan
(asosiasi) Peminat.secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni : political
commitment, policy support, social acceptance, and system support.Sasaran utama advokasi
adalah para pembuat atau penentu kebijakan (politica makers) dan para pembuat (decision
makers) pada masing-masing tingkat administrasi pemerintah, dengan maksud agar mereka
menyadari bahwa kesehatan merupakan asset social, politik, ekonomi, dan sebagainya.

B. Saran
Untuk melakukan kegiatan advokasi perlu adanya pendekatan yang baik antara pemimpin suatu
organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi
kemasyarakatan.
Dan dibutuhkan komunikasi yang baik terutama kepada para penentu kebijakan (policy maker)
atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan social.Dalam
melakukan suatu advokasi kita terlebih dahulu harus mengetahui kondisi masyarat pada saat itu
dan fasilitas apa saja yang mereka butuhkan.

Anda mungkin juga menyukai