Sekolah Sebagai Sosial Sistem
Sekolah Sebagai Sosial Sistem
Sekolah Sebagai Sosial Sistem
1. Rasional
Kata sekolah lebih dekat dengan bahasa Belanda yakni school yang
kemudian diadabtasikan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam pendidikan Islam
Indonesia, istilah Sekolah diadabtasikan dari bahasa Arab yakni Madrasah, berasal
dari kata dasar darasa yakni belajar. Kata madrasah menurut gramatikal Arab
merupakan bentuk ism makan (kata benda yang menunjukkan tempat) yang
berarti tempat untuk melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah dalam
konteks peristilahannya dikenal masyarakat sebagao sistem organisasi, di mana
terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan
sekolah.
Negara Indonesia menjamin proses pendidikan yang didefinisikan dalam
UU SISDIKNAS tahun 2003 yakni;
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sekolah/madrasah dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Belajar memang bisa dilaksanakan di mana saja, tetapi negara melalui UU
SISDIKNAS tahun 2003 ini menjamin agar pendidikan dilakukan secara sadar
dan terencana. Oleh sebab itulah, sekolah/madrasah adalah tempat untuk
merealisasikan visi-misi pendidikan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang terukur.1
1 Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Wahjosumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011)., hlm. 81. Maksud tentang kompleksitas sekolah dari sisi sistem sosial
karena di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan. Sedangkan keunikan
sekolah terletak pada ciri - ciri yang khas dari organisasi - organisasi lain. seperti tempat
terjadinya proses pembelajaran dan pem budayaan kehidupan manusia. Dengan demikian
sekolah adalah suatu sistem organisasi pendidikan formal yang membutuhkan pengelolaan
dalam mejalankan fungsi dasarnya.
Sebagai sebuah proses pendidikan dan pengajaran yang dilakukan secara sadar
dan terencana, sekolah harus didudukkan sebuah organisasi. Sehingga, Sekolah
dapat merumuskan tujuan, visi dan misi serta melaksanakan kegiatan birokratis.
Kegiatan dan aktifitas sekolah tersebut memungkin kan tujuan dari sekolah yang
menjadi amanat UU tersebut dapat terlaksana. Tetapi, hal ini juga menjadi kendala
serius sebab pendidikan sekolah akan terbatasi dengan dirinya sendiri. Seperti,
jam kerja sekolah dibatasi sehingga waktu pelaksanaan proses pendidikan juga
dibatasi pula. Oleh sebab itu sekolah harus didudukkan sebagai bagian sistem
sosial. Sehingga, keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah akan diisi oleh pihakpihak lain yang juga ikut mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan UU
SISDIKNAS Tahun 2003.
Makalah ini mencoba pada intinya akan menjabarkan dan menganalisis
sekolah sebagai salah sebuah sistem sosial. Kajian sekolah dan sistem sosial akan
diturunan ke dalam 2 (dua) pembahasan yakni Kajian Sekolah sebagai organisasi
sosial; dan Sekolah/madrasah sebagai sebuah sistem sosial tengah-tengah
lingkungan sosial.
2. Pembahasan
2 Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London:
1962).Hlm.15-19
makhluk sosial diandaikan sebuah organisme yang memiliki struktur. Masingmasingnya memiliki tugas dan tanggungjawab berbeda-beda. Untuk itu,
organisasi harus bersifat formalitas dan hirarkhis. Formalisasi merupakan ciri
organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada
peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan,
strategi, dan seterusnya. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk
pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida,
artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta
wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
Berdasarkan tujuannya, organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi yang
tujuannya (1). Mencari keuntungan atau profit oriented, (2). organisasi sosial
atau non profit oriented. Maksud keuntungan pada jenis yang pertama, hanya
dapat dirasakan oleh kalangan internal organisasi. Artinya, hanya orang-orang
yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut yang akan memperoleh
manfaatnya. Hal ini berbeda dengan jenis organisasi non profit oriented yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat. dalam hal ini, masyarakatlah yang
memperoleh manfaatnya. Organisasi sosial terbentuk dari norma-norma yang
dianggap penting dalam hidup bermasyarakat. Terbentuknya organisasi sosial
berawal dari individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan.
Sekolah/madrasah sebagai organsasi, berada pada jenis yang kedua ini di
mana terbentuknya organisasi sekolah disebabkan adanya kebutuhan masyarakat
tentang pendidikan.3 Kebutuhan pendidikan untuk
2.1.2. Double Movement Organisasi Sekolah
keduanya harus menyadari dirinya dalam bentuk definisi diri. Tenaga pendidik
adalah profesi yang didefinisikan sebagai pendidik dan pengajar. Tenaga Pendidik
berinteraksi langsung dengan murid yang juga harus secara sadar dan terencana
melakukan proses pendidikan dan pengajaran. Sedangkan tenaga kependidikan
mencatat, mendokumentasi-kan dan mengarship kegiatan-kegiatan tersebut agar
mempermudah proses pendidikan dan pengajaran.
Sekolah sebagai Sistem Sosial.
2.2.1. Teori tentang Sistem Organisasi
2.2.
Salah satu teori yang biasa digunakan dan paling mudah dipahami- untuk
menggambarkan pola interaksi sosial di sekolah adalah teori dari J. W. Getzels
and E. G. Guba tentang sekolah sebagai sistem sosial.11 Menurut mereka, sekolah
sebagai sebuah sistem sosial harus dipahami melalui dua (2) fenomena yang
secara konseptual mandiri dan fenomena yang bersifat interaktif. Maksud dari
adalah fenomena mandiri di sini adalah fenomena tentang intitusi yang di
11 J. W. Getzels and E. G. Guba, Social Behavior and the Administrative Process, The University
of Chicago Press : The School Review, Vol. 65, No. 4 (Winter, 1957), pp. 423-441
dalamnya terdapat tata aturan dan juga harapan-harapan bagi anggota organsiasi.
Sedangkan yang kedua adalah proses intraktif untuk proses sistemik dalam
pembudayaan anggota organsiasi dengan berbagai latar belakang personalnya dan
juga kebutuhan disposisinya. Interaksi antar individu ini yang kemudian disebut
sebagai lingkungan sosial (social behavior).
Social behavior dijelaskan sebagai fungsi dari unsur-unsur utama yakni
institusi, peran, dan harapan, yang kemudian disebut sebagai nomotetis. Secara
normatif dimaknai sebagai dimensi aktivitas yang berada dalam sistem sosial.
Sedangkan sisi individual, kepribadian, dan kebutuhan-disposisidisebut sebagai
idiografis, atau pribadi yang berada pada dimensi aktivitas dalam sistem sosial.
Dalam pengertian ini, sistem sosial hanya dapat dipahami dengan
pengertian bahwa alam nature sistem sosial mempunyai kekhasan masing-masing
serta berbagai elemen dalam sistem sosial tersebut saling berhubungan. Di sini
istilah institusi mempunyai berbagai pemaknaan spesifik. Intitusi mempunyai
karakteristik khusus yang dapat dijelaskan sebagai berikut ;