Bab II Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal
Bab II Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal
Bab II Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal
BAB II
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
2.1.
Lokasi pengumpulan data Rona Lingkungan Hidup Awal dapat dilihat pada Gambar
2.1. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal untuk masing-masing komponen lingkungan
yang diprakirakan terkena dampak penting hipotetik diuraikan sebagai berikut:
II - 1
ANDAL
II - 2
ANDAL
Iklim
Kondisi iklim di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT.Arjuna Utama Sawit yang terletak di Kecamatan
Kamipang sama dengan kondisi iklim di daerah-daerah Indonesia lainnya, yaitu beriklim
tropis basah dengan penyebaran yang merata. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Juni sampai September; sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Januari sampai
Mei dan pada bulan Oktober sampai Desember. Keadaan ini sepanjang tahun berlangsung
dan diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu.
1. Suhu dan Kelembaban Udara
Temperatur udara maksimum di daerah studi berkisar antara 30,4 32,5oC; dan
temperatur minimum berkisar antara 25,8 28,2oC dengan kelembaban relatif antara 75,1%79,1%.Temperatur rata-rata minimum umumnya terjadi pada bulan September; sedangkan
temperatur maksimum terjadi pada bulan Desember. Rata-rata suhu dan kelembaban relatif
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif
Setiap Bulan di Kabupaten Katingan Tahun 2012
Bulan
(1)
Januari
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Oktober
Nov
Des
Rata-Rata
Min
(2)
26.1
27.3
28.1
27.2
26.5
25.8
26.7
27.2
27.3
28.2
27.4
26.7
Suhu Udara
Max
(3)
32.5
31.9
31.6
31.3
32.2
31.4
30.4
31.3
31.6
31.7
31.3
31.7
Avg
(4)
29.3
29.6
29.9
29.3
29.4
28.6
28.6
29.3
29.5
30.0
29.4
29.2
Rata-rata kelembaban
relatif (%)
(5)
76.88
75.4
77.4
76.9
76.7
76.5
77.2
76.1
75.1
75.6
77.5
79.1
76,70
II - 3
ANDAL
35
30
25
20
15
10
5
0
Januari
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Oktob
er
Nov
Des
26,1
27,3
28,1
27,2
26,5
25,8
26,7
27,2
27,3
28,2
27,4
26,7
Max 32,5
31,9
31,6
31,3
32,2
31,4
30,4
31,3
31,6
31,7
31,3
31,7
Avg
29,6
29,9
29,3
29,4
28,6
28,6
29,3
29,5
30
29,4
29,2
Min
29,3
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Des
II - 4
ANDAL
2. Curah Hujan
Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember; dan jumlah
hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni dan September. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan November; dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, seperti yang
disajikan pada Tabel berikutini :
Tabel 2.2. Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan
Setiap Bulan di Kabupaten Katingan Tahun 2012
Bulan
Jumlah Hujan (Hari)
Curah Hujan (mm)
(1)
(2)
(3)
23
185.85
Januari
24
355.14
Feb
21
301.52
Mar
20
334.47
Apr
12
160.57
Mei
5
118.90
Jun
10
280.60
Jul
10
113.98
Agust
5
150.96
Sept
18
363.32
Oktober
26
433.31
Nov
26
220.34
Des
Rata-Rata
16,67
251,58
Sumber: Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Januari
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Des
II - 5
ANDAL
dampak
yang mengakibatkan
II - 6
ANDAL
penurunan kualitas udara berasal dari aktifitas truk-truk pengangkut Tandan Buah Segar
(TBS).
Bila dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (SK Kepmen LH)
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, maka data pengujian kualitas
udara ambient
PKSPT. Arjuna Utama Sawit memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, karena sumber
kebisingan berada jauh dari desa-desadi sekitar wilayah studi.
Rencana pengelolaan terhadap kegiatan penyebab dampak kualitas udara akan telah
dilakukan dengan mengacu pada:
Emisi dari Boiler Pabrik memenuhi Baku Mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
(Permen LH) No. 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi
Ketel Uap.
Emisi dari Genset memenuhi Baku Mutu Permen LH No. 21 Tahun 2009 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi.
Nilai faktor emisi banyak digunakan sebagai dasar perghitungan laju emisi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Q + EF x A x (1 ER/100)
dimana:
Q
= Jumlah polutan yang diemisikan per satuan waktu
EF
= Faktor Emisi
A
= Intensitas kegiatan per satuan waktu
ER
=Efisiensi pengurangan polutan dari sistem pengendali emisi yang digunakan.
Maka :
-
II - 7
ANDAL
Polutan
PM10
NO2
SO2
CO
CO2
Q
(Kg)
3,548
54,19
2,908
2163
5314
2. Kebisingan
Untuk mengetahui kondisi kebisingan di lokasi, Tim Studi melakukan pengambilan
sampel di 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa
sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Hasil pengujian terhadap kebisingan dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.5. Hasil Uji Kebisingan
Sumber: Hasil Uji Laboratorium Balai Riset dan Srandardisasi Industri, Banjarbaru, 2014
II - 8
ANDAL
Sumber Suara
1
2
3
4
5
Traktor
Backhoe
Generator
Float Loader / Dozer / Excavator
Crushing Plant
89
83
76
80
89
Jenis Kendaraan
1
2
3
50
82
73
63
60
83
77
65
70
84
78
67
80
85
78
70
90
86
83
72
100
87
84
74
>100
88
85
75
II - 9
ANDAL
Berdasarkan Peta Tutupan Lahan dan kemiringan lahan dapat dilihat bahwa, kondisi
penutupan lahan di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
PKS PT. Arjuna Utama Sawit saat ini sebagian besar berupa semak belukar dan hutan rawa
sekunder dengan kemiringan 0 5%.Dengan demikian, nilai C sebelum adanya kegiatan di
lokasi perkebunan kelapa sawit adalah 0,30.
2. Aliran Permukaan
Untuk menghitung besarnya aliran permukaan, Tim Studi menggunakan persamaan
matematis dengan pendekatan metoda rasional:
Qp= 0,0028 C ip A
Dimana :
3
Qp
= Air larian (debit) puncak (m /dt)
C
= Koefisien air larian
Ip
= Intensitas hujan(mm/jam)
A
= Luas Wilayah DAS(Ha)
Berdasarkan uraian pada BAB I, izin lokasi PT. Arjuna Utama Sawit seluas 6.478,10
Ha, dengan rincian penggunaan lahan 6.378,10 Ha untuk perkebunan kelapa sawit dan 100
Ha untuk PKS. Dengan demikian, areal efektif yang akan dibuka adalah 6.378,10 Ha,
sehingga aliran permukaan (run off) yang terjadi pada saat ini adalah:
Qp
Qp
Qp
= 0,0028 C ip A
= 0,0028 x 0,3 x 0,63 x 6.378,10
3
= 3,38 m /dtk
II - 10
ANDAL
2.1.1.4.
1. Kualitas Air
Data Rona Lingkungan Hidup Awal untuk kualitas air permukaan diambil pada bagian
up stream, bagian tengah dan downstreamSungai Raman di wilayah studi.Dari data tersebut
dapat dikemukakan bahwa, secara umum kondisi Sungai Raman yang berada di lokasi studi
masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk Kelas II sebagaimana yang terdapat
pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Hasil pengujian kualitas air disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.9. Hasil Pengujian Kimia
Kualitas Air Permukaan
Stations
No.
Parameter
Baku Mutu
Sat
Rata-rata
A1
A2
A3
A4
PP No. 82/2001
Kelas
I
Kelas
II
COD
mg/l
11,1
10,6
10,8
10,8
10,8
10
25
mg/l
<0,00289
<0,00289
<0,00289
<0,00289
<0,00289
0,1
mg/l
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
0,5
mg/l
4,0
7,0
8,0
6,0
6,25
50
50
mg/l
1,62
2,60
2,89
2,37
2,37
3
4
5
6
BOD 5
mg/l
2,7
2,6
2,6
2,6
2,63
mg/l
<0,00306
<0,00306
<0,00306
<0,00306
<0,00306
0,3
mg/l
<0,2
<0,2
<0,2
<0,2
1000
1000
Nitrat (NO3-N)
mg/l
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
10
10
10
Nitrit (NO2-N)
mg/l
<0,002
<0,002
<0,002
<0,002
<0,002
0,06
0,06
11
mg/l
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
12
Fosfat (PO4-P)
mg/l
<0,01
<0,01
<0,01
<0,01
<0,02
0,2
0,2
13
mg/l
34
32
33
33
33
1000
1000
Hasil uji sampel air diatas menunjukkan bahwa, rata-rata nilai konsentrasi tiap
parameter di Sungai Raman pada bagian upstream, tengah dan downstream seluruhnya
tidak melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
2. Morfometri Sungai
Sungai Raman merupakan anak Sungai Klaru yang bermuara di Sungai Katingan,
dengan panjang sekitar 8.00 km, lebar 4,00 4,50 meterdan kedalaman antara 2,02,7
meter.Vegetasi di pinggir kanan dan kiri sungai ini cukup rapat, dengan berbagai jenis
pepohonan khas yang tumbuh di pinggir sungai-sungai di Kalimantan Tengah. Sungai
Raman dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat mencari ikan.
II - 11
ANDAL
No.
Parameter
1
2
3
4
5
6
pH
Kecerahan(cm)
Suhu(C)
Kecep.arus (m/dtk)
Kedalaman(m)
Lebar (m)
Luas Penampang
Sungai (m2)
7
7
Warna air
Bau
9.
Substrat Dasar
Debit
A4
3,3
39
28
0,03
2,30
4,2
Ratarata
3,38
39,75
28,63
0,03
2,40
4,23
10,8
10,92
9,66
10,10
Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,22
Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,36
Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,35
Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,30
0,31
Dari data-data di atas, maka dapat dihitung debit air pada waktu itu adalah:
II - 12
ANDAL
Q = ( A x V ) m3/dtk
matematika
yang
menggunakan
perhitungan
neraca
massa
dapat
digunakanuntuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal
darisumber pencemar, baik di point sources maupun non point sources. Perhitungan ini
dapat pula dipakai untuk menentukan prosentase perubahan laju alir atau beban polutan.
Pada saat beberapa aliran bertemu menghasilkan aliran akhir, atau jika kuantitas
airdan massa konstituen (kualitas parameter) dihitung secara terpisah, maka perlu dilakukan
analisis neraca massa untuk menentukan kualitas aliran akhir dengan perhitungan berikut:
dimana :
CR
: Konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci
: Konsentrasi konstituen pada aliran
Qi
: Laju alir aliran
Mi
: massa konstituen pada aliran
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan beban daya tampung dengan
menggunakan metoda neraca massa adalah:
1.
Mengukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada aliran sungai sebelum
bercampur dengan sumber pencemar, dalam hal ini debit air sungai dan kualitas
parameter air sungai.
2.
Mengukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada setiap aliran sumber
pencemar, dalam hal ini debit air limpasan dan kualitas parameter air limbah.
II - 13
ANDAL
3.
Menentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir setelah aliran bercampur dengan
sumber pencemar dengan perhitungan rumus diatas.
Untuk menghitung daya tampung beban pencemaran diperlukan data debit air sungai,
kualitas parameter air sungaidan kualitas parameter air limbah. Parameter yang
ditelaahadalah parameter air limbah Total Suspended Solid (TSS), Total Disolved Solid
(TDS), Minyak/Lemak dan Amonia Bebas (NH3-N).
Parameter yang diprakirakan dampaknya dari kegiatan pembukaan lahan antara lain
TSS, Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Pada saat
PT. Arjuna Utama Sawit belum beroperasi kadar TSS 50 mg/l; BOD 2,63 mg/l;dan COD
10,83 mg/l.
Kadar parameter air limbah ditentukan dengan pendekatan menggunakan angka
padabaku mutu TSS, TDS, Minyak/Lemak dan NH3-N. Pada saat PT. Arjuna Utama Sawit
belum beroperasi, kadar TSS 50 mg/l; TDS 1000 mg/l; minyak/ lemak <1000 mg/l; dan NH3N 0,5 mg/l.
Debit air (sebagai debit air limbah) tertinggi berdasarkan perhitungan adalah3,38
3
CR(TSS) =
614.616,78
Qi
(1.116 + 12.151,05)
= 46,33
13.267,05
Dengan perhitungan yang sama, maka parameter lainnya dapat dihitung seperti
disajikan pada Tabel di bawah ini:
Tabel 2.11. Hasil Perhitungan Daya Dukung dan
Daya Tampung Beban Pencemaran
Debit
TSS
TDS
BOD
COD
Minyak /
Lemak
Amonia
Bebas (NH3N)
m3/jam
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
1.116,0
6,33
33,00
2,63
10,83
0,2
0,01
12.151,05
50
1000
25
1000
0,5
13.267,05
46,33
918,66
2,97
23,81
915,90
0,46
50
1000
25
1000
0,5
Aliran Ke
BML*
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa, beban pencemaran untuk parameter TSS,
TSD, Lemak/minyak dan NH3-N Sungai Raman pada lokasi rencana kegiatan pembangunan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 14
ANDAL
perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit saat ini masih tergolong cukup
baik,karena konsentrasi parameter yang dihitung pada titik pencampuran masih dibawahbaku
mutu air sungai. Artinya, Sungai Raman masih memiliki kemampuan untuk menerima
masukan beban pencemaran TSS, TSD, Lemak/minyak dan NH3-N.
Agar daya dukung lingkungan tidak berkurang, maka perlu upaya untuk menjaga daya
dukunglingkungan sungai yang ada dengan beberapa cara seperti:
Perlindungan
dan
pelestarian
sumber
daya
air,
seperti
upaya
perlindungan
A = R.K.Ls.C.P
dimana :
A
= Jumlah tanah tererosi
R
= Indeks erosivitas hujan
K
= Faktor erodibilitas tanah
Ls
= Faktor panjang lereng
C
= Faktor vegetasi penutup tanah
P
= Faktor tindakan konservasi tanah
Untuk menghitung tingkat erosi yang terjadi saat ini di lokasi perkebunankelapa sawit
PT. Arjuna Utama Sawit,diperlukan beberapa data pendukung sesuai dengan rumus di atas,
seperti erosivitas, erodibilitas, nilai Ls, Nilai C dan P.
1. Erosivitas (R)
Erosivitas hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat yang dihitung
menggunakan persamaan (Bols, 1978 dalam Arsyad, 1989). R =0,41 x H, dimanaH adalah
rata-rata curah hujan dalam setahun (mm). Berdasarkan data curah hujan, rata-rata curah
hujan di lokasi studi adalah 251,58 mm/tahun. Dengan demikian maka nilai erosivitas di
lokasi studi adalah:
R
R
R
=0,41 x H1,09
=0,41 x 251,581,09
= 169,64
II - 15
ANDAL
2. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah atau indeks kepekaan tanah terhadap erosi merupakan jumlah
tanah yang hilang setiap tahunnya per-satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang
tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan panjang 22m.
Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu dan
pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).
Menurut Weischmeier, et all, 1971), erodibilitas tanah (K) dapat ditentukan dengan
rumus:
Kelerengan
0-8
9-15
16-25
26-40
>40
Ls
0,4
1,4
3,1
6,8
9,5
Kelas Permeabilitas
Sangat Lambat
Lambat
Lambat Sedang
Lambat Sedang
Sedang Cepat
Sedang Cepat
Kecepatan
<0,5
0,52,0
2,06,3
6,312,7
12,725,4
>25,4
Harkat
6
5
4
3
2
1
II - 16
ANDAL
5. Struktur Tanah (b)
Struktur
Granuler sangathalus
Granuler halus
Granuler sedang
Gumpal, Lempeng, Pejal atau struktur yang lain selain
strtuktur di atas
Diameter
Struktur
<1mm
1- 2mm
210mm
>10mm
Harkat
1
2
3
4
Sumber:Arsyad, 1989
Nilai CP
0,01
0,05
0,50
0,01
0,10
0,02
0,20
0,01
0,07
0,01
0,02
0,06
0,65
0,51
0,51
0,36
0,43
0,02
0,28
0,19
II - 17
ANDAL
No.
Konservasi dan Pengelolaan Tanaman
Pertanian dengan konservasi
8.
a.Mulsa
b.Teras bangku
c.Contour cropping
Nilai CP
0,14
0,04
0,14
Sumber:Asdak, 1997
Sesuai dengan Tabel di atas, maka nilai CP lokasi studi pada saat ini masuk dalam
kategori kebun pekarangan dengan nilai CP sebesar 0,2.
BerdasarkanPeta Sistem Lahan skala 1: 100.000, sebagian besar topografi areal
datar dengankelerengan antara 0 8%. Dengan tingkat kelerengan ini, maka nilai Ls di lokasi
rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama
Sawitsebesar 0,4.
Dari Peta Tutupan Lahan dapat dikemukakan bahwa, di lokasi rencana kegiatan
pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit sebagian besar
memiliki tutupan lahan berupa hutan rawa sekunder, rawa, semak berlukar dan perkebunan
denganluasanmasing-masing sebagai disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.16. Luas dan Prosentase Tutupan Lahan di Lokasi Studi
No
1
2
3
4
Luas
(Ha)
4.736,00
303,90
545,20
893,00
6.478.10
Tutupan Lahan
Hutan Rawa Sekunder
Rawa
Semak Belukar
Perkebunan
TOTAL
Prosentase
(%)
73,11
4,69
8,42
13,78
100,00
Pasir
79,00
47,00
34,00
Debu
17,00
49,00
41,00
Liat
4,00
4,00
25,00
M
17.460,65
17.460,65
10.295,11
a
1,529
1,363
1,414
b
3
3
3
C
1
1
1
K
0,48
0,49
0,28
Dengan mengacu data-data tersebut, maka tingkat erosi di rencana lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit sebelum ada kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dihitung
berdasarkan tingkat kelerengan sebagai berikut:
II - 18
ANDAL
T1
T2
T3
169,64
169,64
169,64
0,48
0,49
0,28
Ls
0,25
0,2
0,25
0,2
0,25
0,2
Rata-rata
P
1
1
1
A
Ton/ha/tahun
4,0588
4,1254
2,3594
3,5145
II - 19
ANDAL
II - 20
ANDAL
II - 21
ANDAL
Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa berdasarkan PP No. 150
Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.19. Kriteria Baku KerusakanTanahuntuk Produksi Biomassa
Ambang Kritis Erosi
Ton/Ha/Tahun
Mm/10m/Tahun
>0.1 - <1
>0.2 - <1.3
1 - <3
1.3 4
3 - <7
4.0 9.0
79
9.0 12
>9
>12
Secara teoritis tanah dilokasi studi memiliki ketebalan solum yang sangat dangkal,
<50cm. Dari Tabel di atas, ambang kritis erosi untuk tanah-tanah dengan ketebalan solum
<50 cm adalah 1 - <3 Ton/Ha/Tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE, rata-rata
tingkat erosi di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit setelah adanya kegiatan perkebunan Kelapa Sawit adalah 3,51
Ton/Ha/Tahun. Bila dibandingkan dengan ketentuan dalam PP No. 150 Tahun 2000, hasil
perhitungan itu menunjukkan bahwa, rata-rata tingkat erosi melebihi ambang kritis namun
tidak terlalu signifikan dari yang dipersyaratkan.
Namun seiring dengan penanaman kacangan penutup tanah/Legume Cover Crop
(LCC) dan kelapa sawit serta semakin besarnya kemampuan LCC menutup tanah dan
habitus tanaman kelapa sawit.
permukaan tanah dari pukulan langsung air hujan, sehingga akan mengurangi laju aliran
permukaan. Berkurangnya laju aliran permukaan ini didukung pula dengan topografi lahan
yang relatif datar dengan kelerengan 0 8 %.
2.1.1.6.
Kerusakan Tanah
II - 22
ANDAL
Parameter
Satuan
1
2
3
Pasir
Debu
Liat
%
%
%
Tekstur
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
N
C Org
P205tds
pH
Ca-dd
Mg-dd
Na-dd
K-dd
AI-dd
KTK
Kejenuhan Basa
Berat Jenis
PD
Perm.
Pori
%
%
Ppm
H2O
me/l00g
me/100g
me/l00g
me/l00g
me/l00g
me/l00g
%
g/cm3
g/cm3
cm/jam
%
T1
79,00
17,00
4,00
Lempung
Berpasir
0,49
1,20
11,2
4,92
7,18
0,88
0,37
0,38
0,00
25,58
34,4
0,83
1,52
36,36
45,37
Stations
T2
74,00
49,00
4,00
T3
34,00
41,00
25,00
Pasir
Pasir
0,14
1,07
40,55
5,02
2,68
0,97
0,45
0,29
0,00
15,2
28,88
1,07
2,16
38,18
50,76
0,23
1,11
6,86
4,74
1,45
0,67
0,18
0,47
0,00
17,24
16,13
1,11
2,05
36,94
45,86
Berdasarkan hasil uji sampel tanah, sifat fisik tanah di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
terdiri dari pasir 34 % - 79 %, debu 17 % - 41% dan liat 4 % - 25 %, konsistensi lepas
sampai lekat, tekstur lempung berpasir dan pasir dengan berat jenis tanah 0,83 g/cm3- 1,11
g/cm3, termasuk normal untuk tanah mineral. Nilai parameter sifat fisik tanah ini masih baik
untuk mendukung pertumbuhan kelapa sawit.
a. N-Total
Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi dalam pembentukan protein (Hanafiah2005). Menurut Hardjowigeno
(2003), N dalam tanah berasal dari:
Bahan organik tanah, berasal dari pelapukan bahan organik halus dan kasar, pengikatan
oleh mikro organisme dari fiksasi N dari udara.
Pupuk.
Air Hujan.
N dalam tanah yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan yang berasal
dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik, khususnya
terjadi antara tanaman jenis Leguminoseae dengan bakteri Rhizobium. Bahan organik juga
II - 23
ANDAL
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah.
N terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk
organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama
dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4.Dalam
siklusnya, N organik di dalam tanah mengalami proses mineralisasi;
sedangkan bahan
II - 24
ANDAL
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi Ca-dd di lokasi studi berkisar
antara 1,45 me/100 g 7,18 me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Ca-dd dilokasi PT. Arjuna Utama Sawit
termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
d. Mg-dd
Magnesium (Mg) merupakan unsur hara pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan Mg mengakibatkan perubahan warna yang khas pada
daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari
kekurangan Mg (Hanafiah 2005).
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi Mg-dd tanah di lokasi PT.
Arjuna Utama Sawit berkisar antara 0,67 me/100 g 0,88 me/100 g. Bila dibandingkan
dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Mg-dd di
lokasi studi masukdalam kategori Sangat Rendah.
e. Na-dd
Natrium (Na) merupakan unsur yang berperan penting dalam menentukan
karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman, terutama di daerah kering dan agak kering
yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut. Sebagaimana unsur
mikro lainnya, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika di dalam tanah terdapat dalam jumlah
yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
Suatu tanah disebut tanah alkali jika Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau muatan
negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh 15% Na. Pada tanah-tanah seperti ini, mineral
sumber utamanya adalah Halit atau Natrium Clorida (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini
disebut tanah halomorfik, umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk.
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi, Na-dd di lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit berkisar antara 0,18 me/100 g 0,37 me/100 g. Bila dibandingkan dengan
kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Na-dd di lokasi studi
termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
f.
K-dd
Kalium (K) merupakan unsur hara ketiga setelah N dan P, diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari K akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat atau unsur lainnya.
Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa, ketersediaan K yang dapat dipertukarkan
dan dapat diserap tanaman tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri
dan adanya penambahan dari K-nya sendiri. K tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 25
ANDAL
mineral-mineral yang mengandung K. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad
renik, maka K akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar K tanah yang
larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan
tanaman dan jasad renik. K dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion K. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap
tanaman. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan K yang melimpah, namun tanah-tanah
organik mengandung sedikit K.
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi K-dd di lokasi studi berkisar
antara 0,29 me/100 g 0,47 me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), konsentrasi K-dd di lokasi PT. Arjuna Utama
Sawit termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
g. Al-dd
Aluminium yang dapat dipertukakanr (Al-dd) merupakan unsur yang sering dijumpai di
dalam tanah dan sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini
berpengaruh langsungterhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni
perakaran. Al merupakan sumber kemasaman yang sangat penting, karena erat
hubungannya dengan persantase ion H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan. Persentase Aldd yang tinggi berarti menunjukkan tingginya tingkat kemasaman suatu jenis tanah. Semakin
masam suatu tanah, berarti semakin menurun nilai pH-nya, sehingga ketersediaan unsur
hara dalam tanah semakinmenurun. Hal ini disebabkan karena kemampuan unsur Al untuk
mengikat unsur P membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar
tanaman.
h. KTK
KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK yang
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat
dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya nilai KTK tanah dipengaruhi oleh :
Reaksi tanah.
Bahan organik
dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.Hasil uji sampel
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 26
ANDAL
tanah menunjukkan bahwa, nilai KTK di lokasi studi berkisar antara 15,2 me/100 g 25,58
me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (1983), nilai KTK di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit termasuk dalam kategori
Sedang.
i.
Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan KTK yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah, berarti tingkat
kemasaman tanah tinggi; dan kejenuhan basa mendekati 100% pada tanah-tanah bersifat
alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH, tetapi
hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang
diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat
disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim, 1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan suatu
tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada
derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa >80%; berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50 %80%; dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %.
Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation
basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%
(Anonim, 1991).
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, kejenuhan basa di lokasi studi berkisar
antara 16,13% - 34,40%. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat (1983), kejenuhan basa di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit termasuk
dalam kategori Rendah.
j.
pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat. Apabila letak keduanya cenderung
erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah. Total ruangpori
dapat dihitungdengan menggunakandatabobot jenispartikel-partikel dan bobot isi tanah
sebagai berikut: TRP = 1 - PDBD X 100%; dimana: TRP = Total Ruang Pori; BD = Bulk
Density (g/cm3); dan PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).
Porositas tanah berhubungan dengan kerapatan massa (bulk density) tanah. Pada
tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari pada bertekstur
kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan
porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang merupakan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 27
ANDAL
suatu sifat yang penting (Sarief, 1986). Dengan demikian, tanah bertekstur halus dapat
menyimpan air dan udara dalam tanah, sehingga menyebabkan kerapatan massa (bulk
density) yang rendah.
Sifat kimia
C (%)
N (%)
P2O5 (ppm)
K-dd (me/100g)
KTK (me/100g)
Sangat
rendah
< 1,00
< 0,10
< 10
< 10
<5
Rendah
Sedang
Tinggi
1,00 2,00
0,10 0,20
10 - 15
10 - 20
5 - 16
2,01-3,01
0,21-0,50
16 - 25
21 - 40
17 - 24
3,01-5,00
0,51-0,75
26 35
41 60
25 40
Sangat
tinggi
> 5,00
> 0,75
> 35
> 60
> 40
II - 28
ANDAL
No.
Sifat kimia
PH H2O
Sangat
rendah
< 20
Sangat
masam
Rendah
Sedang
Tinggi
20 - 35
36 - 50
Agak
masam
51 - 70
Masam
Sangat
tinggi
> 70
Agak
alkalis
Mineral
Parameter kunci yang digunakan untuk menilai kesuburanan tanah adalah C-Organik,
P2O5, K2O dan KTK. Bila hasil uji sampel tanah di wilayah studi dibandingkan dengan
kriteria kesuburan tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983) di atas, maka status
kesuburan tanah di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong rendah, sebagaimana disajikan
pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.22. Status Kesuburan Tanah di Lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
Kode
Sampling
T1
T2
T3
No.
1
2
3
C-Org
P- Total
K-Total
KTK
KB
Status
R
R
R
R
ST
SR
SR
SR
SR
T
R
S
R
R
SR
Rendah
Rendah
Rendah
Flora
Pengamatan dilakukan terhadap beragam vegetasi yang tumbuh di lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit. Khusus untuk vegetasi alami dilakukan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)
yang diperoleh dari perhitungan jumlah masing-masing jenis dalam plot sesuai dengan
penggolongannya. Pengamatan secara lebih lengkap disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.23. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) Vegetasi Hutan di Wilayah Studi
No
Nama
Daerah
Nama Latin
KJ
KR
FJ
FR
DJ
DR
INP
Tingkat Semai
1
2
3
4
5
6
7
Ganua
motleyana
Combretocarpus
Tumih
rotundatus
Ehang
Eugenia mahanii
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Malaleuca
Galam
leucadendron
Pulai
Alstonia sp.
Garcinia
Gandis
piccorrhiza
Katiau
2000
23,53 0,8
23,53
47,06
500
5,88 0,2
5,88
11,76
250
2,94 0,1
2,94
5,88
2000
23,53 0,8
23,53
47,06
500
5,88 0,2
5,88
11,76
2000
23,53 0,8
23,53
47,06
250
2,94 0,1
2,94
5,88
II - 29
ANDAL
No
Nama
Daerah
Tarap
Hantangan
10
Halaban
Nama Latin
Arttocarpus
tamaran
Camnospermae
minor
Vitex pinnata
KJ
KR
FJ
FR
DJ
DR
INP
250
2,94 0,1
2,94
5,88
250
2,94 0,1
2,94
5,88
500
8500
5,88 0,2
100 3,4
5,88
100
11,76
200
40
4,00 0,1
4,00
8,00
80
8,00 0,2
8,00
16,00
120
12,00 0,3
12,00
24,00
40
4,00 0,1
4,00
8,00
200
20,00 0,5
20,00
40,00
240
24,00 0,6
24,00
48,00
200
20,00 0,5
20,00
40,00
40
4,00 0,1
4,00
8,00
40
4,00 0,1
4,00
8,00
200,00
Tingkat Pancang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ganua
motleyana
Combretocarpus
Tumih
rotundatus
Ehang
Eugenia mahanii
Artocarpus
Tarap
tamaran
Halaban
Vitex pinnata
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Malaleuca
Galam
leucadendron
Memecylon
Tamahas
panicutulatum
Elateriospermum
Kalampai
topas
Katiau
Tingkat Tiang
1
2
3
4
5
6
7
Camnospermae
macrophylla
Camnospermae
Hantangan
minor
Bangkirai
Shorea leavifolia
Halaban
Vitex pinnata
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Artocarpus
Tarap
tamaran
Shorea
Katimpun
borneensis
Tarantang
20
15,38 0,2
15,38
0,8
15,38
46,15
10
10
30
7,69 0,1
7,69 0,1
23,08 0,3
7,69
7,69
23,08
0,4
0,4
1,2
7,69
7,69
23,08
23,08
23,08
69,23
10
7,69 0,1
7,69
0,4
7,69
23,08
20
15,38 0,2
15,38
0,8
15,38
46,15
30
23,08 0,3
23,08
130 100,00 1,3 100,00
1,2
23,08
69,23
5,2 100,00 300,00
II - 30
ANDAL
Nama Lokal
1.
Kelapa
2.
Jambu air
3.
Karet
4.
Pisang
5.
Mangga
6.
Nangka
7.
Pepaya
8.
Rambutan
9.
Jagung
10.
Singkong
11.
Nenas
Sumber : Hasil Pengamatan Tim Studi, 2014
Nama Latin
Cocos nucifera
Equaenia spp.
Havea brasiliensis
Musa spp
Mangifera indica
Artocarpusintegra
Careca papaya
Naphellum lappaceum
Zea mays
Manihot utilisima
Annanas Comosus
2.1.2.2.
Fauna
Berdasarkan hasil survey di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit dan wawancara dengan
beberapa penduduk sekitar diketahui jenis satwa yang ada di wilayah studi sebagaimana
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.25. Jenis satwa yang ada disekitar wilayah studi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Jenis Satwa
Biawak
Belalang Coklat
Belalang Hijau
Kumbang Koksi
Cecurut Rumah
Kucing
Orangutan
Anjing
Bajing Hitam
Cicak
Tupai
Musang
Nama ilmiah
(Varanus Borneensis)
(Phlaeoba Fumosa)
(Oxya Chinensis)
(Coccinelta Transversalis)
(Suncus Murinus)
(Felis Catus)
(Pongo Pygmaeus)
(Canis Lupus)
(Callosciurus Nigrovittatus)
(Hemidactylus Frenatus)
(Tupaya Javanica)
(Macrogalidia Musschenbroekii)
Status
D
II - 31
ANDAL
No.
13.
14.
15.
Jenis Satwa
Nama ilmiah
Status
(Cucurut Marina)
(Limex Tontudatus)
(Angkistrodon Rhodostima)
Tikus Clurut
Kutu Busuk
Ular Tanah
Biota Perairan
1. Plankton
Pengertian dari plankton adalah organisme mikroskopis yang berada di permukaan
perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota mikroskopis
perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder. Plankton
sebagai sumber makanan bagi organisme yang hidup di perairan.
Plankton juga sering digunakan sebagai tolak ukur kesuburan perairan, dengan
melihat dominansi jenis-jenis atau berkurangnya suatu jenis karena adanya gangguan
terhadap ekosistem perairan, seperti adanya pencemaran. Karena itu keberadaan plankton di
perairan perlu dianalisis keanekaragaman jenisnya.
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan alat Plankton Net berukuran 200
mesh yang dibagian bawahnya terdapat botol flakon ber volume 11 ml. Air diambil dengan
menggunakan ember berukuran 5 liter dan dituangkan ke dalam Plankton Net, sehingga
plankton yang tertampung pada botol flakon telah terpadatkan dari volume 5 liter air menjadi
11 mililiter air. Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan mikroskop binokuler.
Sampelplankton
dalam
botol
flakon
diteteskan
pada
Hemacytometer,
kemudian
II - 32
ANDAL
utama di perairan; sedangkan organisme konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang,
kepiting dan sebagainya. Zooplankton merupakan sumber makanan penting bagi nekton
pada tingkat juvenil. Beberapa jenis nekton perairan telah berkembang biak dan
membesarkan anak-anaknya di hutan mangrove. Semakin besar densitas zooplankton, maka
semakin besar pula nekton.
a. Phytoplankton
Kelimpahan phytoplankton pada 3(tiga) lokasi pengumpulan Data Rona Lingkungan
Hidup Awal PT. Arjuna Utama Sawit dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.26. Kelimpahan Phytoplankton
No.
Phyllum
Ganera
Cyanophyta
Aphanozomenon
Coelosphaerium
Polycystis
Chloropyta
Hormidium
Pediastrum
Gonatozygon
Mesotaenium
Bambusina
Spirogyra
Cosmarium
Staurastrum
Coconeis
Diatoma
Ephitemia
Chrysophyta
Melosira
Nitszchia
Synedra
Kelimpahan (Sel/Liter)
Indeks Keanekaragaman (H)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Dominasi (D)
Jumlah Taksa
Kode Sample
St-1
St-2
St-3
160
150
130
500
300
550
120
20
80
-
50
160
40
70
20
20
60
50
20
20
-
70
20
30
1150
1,7299
0,7873
0,2461
9
110
10
10
60
980
2,066
0,8314
0,1647
12
60
50
30
20
860
1,3677
0,8225
0,4283
9
Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014
1). Cynophyta
Cynophyta adalah organisme prokariotik dan karenanya tidak terikat membran
organel. Lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada algae lain, mereka sering disebut
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 33
ANDAL
sebagai cyanobacteria. Mereka terjadi di laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta
merupakan komponen penting dalam siklus nitrogen dan produsen.
Cynophyta ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera
ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat
membentuk filamen ataupun lembaran. Cynophyta termasuk uniselular, koloni, dan bentuk
filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe
sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan
yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase.
Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif.
Cynophyta tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan.
Kebanyakan cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan,
terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun.
Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons
dan menyediakan energi bagi inang.
2). Chlorophyta
Alga Chloropytaini merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam,
karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. Kehadiran alga hijau dalam air
dapat menyebabkan:
Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak menghasilkan racun.
3). Chrysophyta
Istilah Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang berarti keemasan,
sehingga Alga Chrysophyta disebut ganggang keemasan (golden algae) atau ganggang
pirang. Warna keemasan disebabkan ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten dan
santofil yang jumlahnya dominan dibandingkan dengan klorofil adan c.Ganggang keemasan
sering disebut juga dengan ganggang kersik, karena mengandung silikat. Ganggang jenis ini
tidak begitu membahayakan, karena tidak menghasilkan racun. Akan tetapi ganggang ini
dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan menyebabkan kekeruhan pada air.
Dari Tabel 2.26 dapat dikemukakan bahwa kelimpahan Phytoplankton di lokasi studi
berkisar antara 860 1.150 sel/Liter dengan indeks keanekaragaman (H) berkisar antara
1,36 2,06 dan indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,78 0,83 dan indeks Dominasi
(D) berkisar antara 0,16 0,42 dengan jumlah taksa 9 12 jenis, maka skala kualitas
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 34
ANDAL
lingkungan biota air untuk kelimpahan Phytoplankton di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
tergolong sangat baik.
b. Zooplankton
Kelimpahan zooplankton pada 3 (tiga) lokasi pengumpulan Data Rona Lingkungan
Hidup Awal PT. Arjuna Utama Sawit dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.27. Kelimpahan Zooplankton
No.
Phyllum
Ganera
Protozoa
Arcella
Phacus
Aschelminthes
Filina
Kelimpahan (Sel/Liter)
Indeks Keanekaragaman (H)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Dominasi (D)
Jumlah Taksa
Kode Sample
St-1
St-2
St-3
20
50
30
20
70
0,5983
0,8631
0,5918
2
20
0
0
1
1
30
0
0
1
1
Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014
1). Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kebanyakan Protozoa hanya
dapat dilihat di bawah mikroskop. Kadang-kadang antara alga dan Protozoa kurang jelas
perbedaannya. Beberapa organisme mempunyai sifat antara Alga dan Protozoa. Sebagai
contoh alga hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Beberapa ilmuwan memasukkan semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada
nutrien komplek tanpa adanya cahayafilum Protozoa.
2). Aschelminthes
Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai pada Kerajaan Hewan (Animalia).
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing gilig, berupa
hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang.
Dari Tabel 2.27 dapat dikemukakan bahwa kelimpahan Zooplankton berkisar antara
20 70 sel/Liter dengan indeks keanekaragaman (H) berkisar antara 0 0,50 dan indeks
keseragaman (E) berkisar antara 0 0,86 dan indeks Dominasi (D) berkisar antara 0,59
1,00 dengan jumlah taksa 1 2 jenis, maka skala kualitas lingkungan biota air untuk
kelimpahan zooplankton di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong Buruk.
II - 35
ANDAL
2. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat), baik yang sesil,
merayap maupun menggali lubang. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang
atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal ini berkaitan
dengan karakteristik serta jenis makanan benthos.
Beberapa contoh benthos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut,
terumbu karang dan lain-lain. Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan
sebagai petunjuk kualitas lingkungan,karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan benthos terus menerus terbawa oleh air
yang kualitasnya berubah-ubah.
Diantara hewan benthos yang relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap
perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok
invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos
berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga
planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya
adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan benthos.
Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air, diantaranya suhu sebagai stabilisator.
Perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan
di udara. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam dan makanan serta
organisme
dalam
air.
Oksigen
terlarut
(DO)
berpengaruh
terhadap
fotosintesis
II - 36
ANDAL
No.
Phyllum
Ganera
Mollusca
Tidak Terdeteksi
Annelida
Tidak Terdeteksi
Insecta
Tidak Terdeteksi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Individu/m2
Indeks Keanekaragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominasi
Jumlah Taksa
Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014
Dari Tabel 2.28 dapat dikemukakan bahwa, tidak ada ditemukan keanekaragaman
benthos di lokasi studi, maka status kualitas lingkungan biota air untuk kelimpahan benthos di
lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong sangat buruk.
Untuk menilai kualitas lingkungan biota air di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
digunakan skala kualitas lingkungan biota air menurut Fandeli, C (1992) sebagaimana
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.29. Skala Kualitas Lingkungan Biota Air
3.
Nekton
Nekton, seperti berbagai jenis ikan merupakan biota air yang mempunyai nilai
ekonomis dan sumber bahan pangan (proteinhewani) yang cukup tinggi. Karena itu, nekton
merupakan biota air yang banyak diusahakan (ditangkap dan dibudidayakan) untuk
kebutuhan, sekaligus dijual sebagai sumber pendapatan rumah tangga.
II - 37
ANDAL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Nama Lokal
Patin
Jelawat
Baung
Lais
Saluang
Gabus
Sepat
Belut
Betok
Tapah
Senggiringan
Lele
Kelabau
Kalui
Pipih
Banta
Biawan
Udang
Lawang
Kerandang
Riu
Nila
Mas
Toman
Nama Daerah
Patin
Manjuhan
Baung
Lais
Saluang
Behau
Sasapat
Lindung
Bapuyu
Tampahas
Sanggiringan
Pentet
Kelabau
Kalui
Belida
Banta
Tabakang
Undang
Lawang
Karandang
Riu
Nila
Mas
Tahuman
Nama Latin
Pangasius pangasius
Leptobarbus melanotaenia
Mystus bimaculatus sp.
Kryptopterus sp.
Rasbora sp.
Channa striata
Tricogaster pectoralis
Monopterus albus
Anabas testudineus
Walago leeri
Mystus nemurus
Clarias batrachus
Osteochelus kelabau
Osphronemus gourami
Notopterus bomeensis
Tilapia sp.
Helastoma teminckii
Macrobranium rosenbergii
Pangasius sp.
Channa pleuropthalmus
Laides hexanema
Tilapia nilotica
Cyprinus carpio
Channa mikropeltes
II - 38
ANDAL
Desa Telaga dan Tampelas juga akan terkena dampak dari rencana kegiatan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Karena itu jumlah desa yang
menjadi binaan dan masuk ke dalam kajian dampak menjadi 8 (delapan) Desa.
2.1.3.1.
Dalam rangka menelaah keresahan masyarakat dan konflik sosial yang akan terjadi,
perlu diketahui terlebih dahulu kondisi sosial budaya setempat yang mempengaruhi persepsi
mereka terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit ini. Kondisi sosial budaya dimaksud meliputi agama yang dianut, tingkat
pendidikan dan adat istiadat setempat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, kehidupan beragama yang kondusif di mana
sesama umat beragama hidup dengan rukun dan saling toleransi, dapat menciptakan
ketentraman dalam masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan prasyarat agar kegiatan
pembangunan berjalan dengan baik. Intensitas keresahan dan konflik sosial bisa direduksi
melalui cara pendekatan keagamaan untuk masyarakat yang agamis.
Sarana peribadahan dan sosial di wilayah studi disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.31. Jumlah Sarana Keagamaan di Wilayah Studi
Desa
Asem Kumbang
Baun Bango
Tumbang Runen
Jahanjang
Keruing
Parupuk
Telaga
Tampelas
Masjid
Surau/Langgar
Gereja
1
1
1
2
1
1
1
1
1
-
1
-
Balai
Basara
1
-
Vihara
-
dan
pertumbuhannya yang terus meningkat maka sarana ibadah tersebut sangat dimungkinkan
kedepannya diperlukan penambahan bangunan sarana ibadah, terutama di desa-desa yang
belum memiliki-nya terutama untuk Desa yang berada di sekitar wilayah studi yang
merupakan Desa binaan PT. Arjuna Utama Sawit.
Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk merupakan sumber potensi konflik
sosial. Bila tertinggal dalam hal pendidikan dan keterampilan, penduduk setempat bisa saja
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 39
ANDAL
merasa terpinggirkan dan menjadi potensi konflik yang signifikan. Akibat ketertinggalan ini,
mereka menjadi sulit untuk menerima perubahan dan memasuki lapangan kerja yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila lembaga pendidikan dan
ketrampilan mudah diakses, berada atau tidak terlalu jauh dari desa mereka, tentu mereka
tidak tertinggal dalam hal pendidikan dan ketrampilan.
Data yang rinci mengenai lembaga pendidikan formal yang terdapat di wilayah studi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.32. Jumlah Lembaga Pendidikan Formal dan Guru di Wilayah Studi
Jenjang Pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK)
Sekolah Dasar (SD) Negeri
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah Menengah Umum (SMU)
Jumlah
Bangunan
Guru (orang)
(Unit)
4
10
11
73
6
53
1
6
Rerata
Guru/Unit
2-3
6-7
9
6
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, Kecamatan Kamipang sudah memperoleh
fasilitas lembaga pendidikan formal dari tingkat TK - SMUdengan jumlah guru relatif
mencukupi. Selain lembaga pendidikan formal, tersedia juga lembaga pendidikan pesantren
di Desa Telaga dan Galinggang. Tidak ada kesulitan aksesibilitas jalan bagi warga
masyarakat setempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
II - 40
ANDAL
Masyarakat di wilayah studi dapat digolongkan ke dalam satuan komunitas yang agak
terbuka. Mereka bermukim berkelompok dari berbagai suku, seperti Dayak Katingan, Banjar,
Jawa dan lain-lain. Budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang sangat menonjol di
wilayah studi adalah budaya Dayak.
Penduduk di wilayah studi adalah masyarakat pedesaan yang heterogen dengan
tingkat kesibukan yang relatif sedang dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan beragam
usaha dan pekerjaan. Namun demikian, masyarakatnya masih mempertahankan dan
menjaga nilai-nilai kerukunan dan kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seharihari di antara warga masyarakat. Mereka bisa meluangkan waktu di antara kesibukannya
untuk bercengkerama dengan tetangga. Kegiatan ini membuat interaksi dan komunikasi
warga masyarakat terjalin dengan harmonis.
Adat istiadat yang berlaku pada kelompok masyarakat secara umum masih bersifat
tradisional dengan sifat yang agak rumit. Simbol kehidupan tersebut diwujudkan dalam
berbagai kehidupan sehari-hari, seperti upacara adat sewaktu pernikahan, kelahiran dan
kematian.
Kajian tentang orientasi nilai budaya dalam studi ini mengacu pada tatanan
kelembagaan dan pranata sosial yang tumbuh dan berkembang sebagai pengaturan tata
kehidupan suatu komunitas masyarakat yang bermukim pada satu daerah tertentu. Berbagai
tatanan kelembagaan dimaksud selalu berorientasi pada sistem kekerabatan yang berlaku di
kalangan komunitas tersebut.
Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat lokal yang berdomisili pada
desa-desa di Kecamatan Kamipang yang terkait dengan rencana kegiatan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit adalah keluarga inti sebagai
suatu kesatuan yang menghuni suatu rumah dan berkelompok dalam suatu perkampungan
yang disebut dengan dusun. Kelompok keluarga inti ini pada umumnya menempati tanah
yang dikuasai secara adat dalam suatu wilayah yang cukup luas, sehingga kelompok
pemukiman yang ada merupakan suatu kesatuan keluarga yang besar berdasarkan garis
keturunan patrilineal.
Keresahan masyarakat timbul apabila sesuatu yang terjadi atau dilaksanakan dalam
kehidupan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipahami dan disepakati secara
bersama oleh masyarakat tersebut. Sikap dan persepsi masyarakat akan adanya suatu
kegiatan pembangunan juga dapat menggambarkan kondisi keresahan dalam masyarakat.
Apabila
banyak
masyarakat
yang
menyatakan
sikap
menolak
adanya
rencana
pembangunan, disertai juga dengan persepsi awal yang negatif, maka keresahan
dimungkinkan terjadi bila kegiatan pembangunan tersebut tetap dilanjutkan. Akibat
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 41
ANDAL
selanjutnya
Masyarakat khawatir akan timbul konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat,
terutama terkait dengan proses penyelesaian lahan. Hal ini disebabkan di beberapa
tempatdari lokasi PT. Arjuna Utama Sawit terdapat lahan yang diusahakan dan dimiliki
oleh masyarakat.
b.
c.
PT. Arjuna Utama Sawit, diperoleh informasi bahwa sebagian besar masyarakatyang berada
di desa-desa dalam Kecamatan Kamipang sudah mengetahui adanya rencana kegiatan ini.
Tidak tahu ; 0%
Tahu ; 100%
II - 42
ANDAL
2.1.3.2. Sikap Masyarakat
Secara umum masyarakat desa sekitar yang terkena dampak setuju atas rencana
kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit danPKS PT. Arjuna Utama Sawit. Harapan
masyarakat terhadap PT. Arjuna Utama Sawit antara lain:
1.
2.
3.
Pencegahan akan lebih baik dari pada penindakan. Karena itu harus selalu ada
komunikasi timbal balik antara masyarakat dengan perusahaan dan pemerintah.
4.
5.
Apresiasi diberikan kepada pihak perusahaan dan Tim Penyusun yang telah
melaksanakan kegiatan AMDAL sesuai dengan Permen LH yang baru.
6.
7.
8.
9.
10.
Agar pihak perusahaan memperhatikan situs budaya dan kearifan lokal yang ada di
sekitar wilayah perusahaan.
11.
terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna
Utama Sawit diperoleh informasi bahwa,sebagian besar masyarakat (96%) merasa senang
atas rencana kegiatan perusahaan. Masyarakat yang tidak senang atas rencana kegiatan
perusahaan 4% saja, terutama disebabkan informasi yang kurang jelas terhadap rencana
kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. Arjuna Utama Sawit.
Tidak Senang ;
4%
Senang ; 96%
II - 43
ANDAL
Sex Ratio
106
103
91
109
116
113
93
111
104
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, jumlah penduduk desa yang relatif paling
banyak (lebih dari 1.000 jiwa) dijumpai di Desa Telaga dan Asem Kumbang. Desa-desa
lainnya dengan jumlah penduduk yang cukup banyak (<1.000 jiwa) secara berturut-turut ialah
Desa Baun Bango, Jahanjang, Karuing, Tampelas, Tumbang Runen dan Parupuk. Umumnya
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (Sex Ratio >100), secara berturut-turut
ialah Desa Jahanjang, Karuing, Telaga, Tumbang Runen, Tampelas dan Asem Kumbang.
Jumlah perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki-laki dijumpai di Desa Parupuk dan
Baun Bango. Lebih banyak jumlah penduduk dan lebih tinggi sex ratio cenderung lebih tinggi
pula penawaran tenaga kerja.
Jumlah rumah tangga dan ukuran keluarga (size of family) merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Makin banyak jumlah rumah tangga,
makin banyak pula Kepala Keluarga (KK)/anggota keluarga yang dituntut bekerja untuk
memenuhi kebutuhan pokok rumah tangganya. Makin besar ukuran keluarga, makin
membutuhkan pendapatan yang lebih banyak, sehingga memerlukan kerja yang lebih
banyak, baik dari segi kuantitasnya (curahan kerja) maupun kualitasnya.
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 44
ANDAL
Data mengenai jumlah rumah tangga dan rata-rata jiwa per rumah tangga dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.34. Jumlah Rumah Tangga dan Ukuran Keluarga (Size of Family) di Wilayah
Studi Tahun 2011
Jumlah Rumah Tangga
(RT)
1.597
319
184
89
175
112
25
296
108
Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, ukuran keluarga di Kecamatan Kamipang
rata-rata terdiri dari 4,03 jiwa/rumah tangga. Keluarga besar (di atas rata-rata kecamatan)
dijumpai di Desa Telaga 4,66 jiwa/rumah tangga dan Parupuk 4,16 jiwa/rumah tangga.
Desa-desa lainnya termasuk dalam kategori keluarga kecil (<4,00 jiwa/rumah tangga). Norma
keluarga kecil belum merata di wilayah studi ini.
Pertumbuhan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk.
Penduduk Kecamatan Kamipang. Data yang lebih rinci tentang pertumbuhan penduduk
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.35. Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2011
Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas
Pertumbuhan (%)
1,47
1,44
1,41
1,49
1,49
1,40
1,96
1,47
1,55
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, penduduk di Kecamatan Kamipang pada
Tahun 2010 sebanyak 6.340 jiwa, dan naik menjadi 6.433 jiwa pada Tahun 2011 atau
bertumbuh sebesar 1,47%. Pertumbuhan penduduk di Desa Parupuk, Tampelas, Tumbang
Runen, Jahanjang dan Telaga relative sama atau lebih tinggi dari pada angka rata-rata
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 45
ANDAL
pertumbuhan penduduk kecamatan; dan pertumbuhan penduduk Desa Karuing, Baun Bango
dan Asem Kumbang relatif lebih rendah dari angka rata-rata pertumbuhan kecamatan.
Faktor kependudukan selanjutnya yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja ialah
tingkat kepadatan penduduk. Data luas wilayah dan kepadatan penduduk di wilayah studi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.36. Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi Tahun
2011
Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas
Luas Wilayah
(km2)
27,93
2,22
6,55
1,14
1,98
2,16
5,95
1,54
5,48
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
(KK/km2)
230
57
573
144
99
28
299
78
309
88
201
52
17
4
895
192
72
20
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan
Kamipang ialah rata-rata 230 orang penduduk atau 57 rumah tangga per km2, masih
tergolong berpenduduk jarang. Penduduk di Desa Telaga, Asem Kumbang, Jahanjang, dan
Tumbang Runen relatif lebih padat dari pada rata-rata kepadatan penduduk kecamatan; dan
penduduk di Desa Parupuk, Tampelas, Baun Bango dan Karuing relatif lebih jarang dari pada
rata-rata kepadatan penduduk kecamatan. Lebih padat penduduk cenderung mempunyai
tingkat penawaran kerja yang lebih banyak.
Penawaran tenaga kerja juga dipengaruhi oleh banyaknya angkatan kerja relatif
terhadap jumlah penduduk yang ditunjukkan oleh angka beban ketergantungan (dependency
ratio/DR). Makin tinggi angka DR, cenderung banyak curahan kerja yang ditawarkan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Data tentang angka DR di Kabupaten
Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.37. Angka Beban Ketergantungan (DR) di Kecamatan Kamipang Tahun 2011
No.
Uraian
1. Jumlah Penduduk
a. Penduduk usia < 14 tahun
b. Penduduk usia 15-64 tahun
c. Penduduk usia 65 tahun ke atas
2. Angka Beban Ketergantungan (DR)
Jumlah
6.416
2.166
4.078
172
58
II - 46
ANDAL
Terdaftar
Laki-Laki
Perempuan
4
1
145
93
26
16
20
12
196
121
Jumlah
4
1
238
42
32
317
Prosentase
(%)
1,26
0,32
75,08
13,25
10,09
100,00
II - 47
ANDAL
Salah satu multiplier effect dari adanya usaha perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit adalah munculnya sumber-sumber pendapatan baru dan mendukung
usaha yang selama ini sudah dilakukan masyarakat. Kesempatan berusaha akan muncul
seiring dengan berkembangnya kegiatan dan bertambahnya jumlah tenaga kerja di PT.
Arjuna Utama Sawit, seperti pengangkutan TBS dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2.1.3.4. Pendapatan Masyarakat
Penduduk di wilayah studi saat ini umumnya bekerja sebagai petani penyadap karet.
Kegiatan usaha menyadap karet ini dilaksanakan oleh suami dan isteri, namun kadangkadang juga melibatkan anggota rumah tangganya yang lain, seperti anak-anak, orang tua
dan lain-lain. Atau suami dan isteri berbagi pekerjaan pada lapangan usaha yang berbeda.
Mereka mulai lebih menekuni usaha menyadap karet ini setelah berkurangnya
kegiatan usaha mencari/menebang kayu (logging) sebagai dampak penertiban illegal logging.
Sebelumnya, usaha mencari/menebang kayu menjadi mata pencaharian utama penduduk.
Kegiatan menyadap karet hanya dilakukan disela-sela waktu mencari kayu atau menunggu
air dalam untuk memilirkan batang/kayu yang mereka tebang. Atau menyadap karet adalah
pekerjaan isteri dan anak-anak mereka saja. Mereka bekerja paling lama hanya 6 (enam)
jam sehari, dan enam hari dalam seminggu (hari jumat libur), serta tidak melaksanakan
aktivitas usaha bila hari hujan. Tidak ada rumah tangga yang menganggur.
Selain sebagai penyadap karet, sebagaian penduduk di wilayah studi juga bekerja
sebagai nelayan penangkap ikan di sungai dan berdagang. Jenis usaha dagang yang
dilakukan adalah pedagang eceran warung/kedai makan dan minum sebagaimana disajikan
pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.39. Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Desa di Wilayah
Kecamatan Kamipang (Keadaan Bulan April 2012)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Desa/Kelurahan
Galinggang
Tampelas
Telaga
Parupuk
Karuing
Jahanjang
Tumbang Runen
Baun Bango
Asem Kumbang
Total
Pasar
Umum
Pasar
Hewan
Toko/
Pedagang
Eceran
10
8
24
3
8
6
6
11
20
96
Kedai/
Warung
Minum
3
5
13
1
3
4
1
6
5
41
KUD/
Non
KUD
-
Bank
-
II - 48
ANDAL
di atas 3.000.000,4%
500.000,- s/d
1.000.000
56%
II - 49
ANDAL
Tingkat pendapatan per kapita penduduk dan angka laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.40. Pendapatan Per Kapita dan Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Katingan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)
Tahun
2011
2012
Harga
Berlaku
20.388.430,60
22.966.061,83
Pertumbuhan
(%)
11,2
Harga Konstan
2000
9.143.845,74
9.610.370,48
Pertumbuhan (%)
4,8
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, pendapatan per kapita penduduk
Kabupaten Katingan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 22,9 juta, naik sebesar 11,2% dari
tahun sebelumnya. Berdasarkan harga konstan Tahun 2000, pendapatan per kapitanya
adalah sebesar Rp 9,6 juta naik sebesar 4,8 % dari tahun sebelumnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Katingan disajikan pada
Tabel berikut ini:
Tabel 2.41. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Katingan menurut Lapangan Usaha Tahun 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Telekomunikasi
Keuangan, Persewaan, Jasa Perush.
Jasa-jasa
Jumlah
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, peranan sektor pertanian dalam
PDRBKabupaten Katingan masih dominan (39,25 %). Sektor lain paling berkontribusi
terhadap PDRB secara berturut-turut adalah adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(19,66%), pengangkutan dan telekomunikasi (12,65%) dan jasa-jasa (12,31%). Sektor-sektor
lainnya memberikan kontribusi yang relatif lebih sedikit terhadap PDRB.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
II - 50
ANDAL
Tabel 2.42. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga yang Berlaku dan
Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) di Kabupaten Katingan Tahun 2011/2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan, Telekomunikasi
Keuangan, Persewaan, Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa lainnya
Jumlah
(Rp. Juta)
2011
2012
1.169.938,66 1.354.855,46
92.438,48
101.435,04
235.161,10
258.356,76
6.169,36
7.095,07
102.089,16
118.504,19
Pertumbuhan
(%)
15,81
9,73
9,86
15,00
16,08
581.285,06
389.896,77
678.583,19
436.816,70
16,74
12,03
60.228,05
368.767,56
3.005.674,20
71.657,63
424.816,57
3.452.120,61
18,98
15,20
14,84
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, laju pertumbuhan ekonomi sektoral
Kabupaten Katingan Tahun 2012 cukup tinggi, rata-rata14,84%. Angka laju pertumbuhan
ekonomi sektoral menunjukkan rata-rata dua digit. Sektor yang tumbuh paling cepat ialah
sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan (18,98%). Sektor-sektor yang tumbuh di atas
rata-rata adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (16,74%), bangunan/konstruksi
(16,08%), pertanian (15,81%) dan jasa-jasa lainnya (15,20%).Sektor-sektor lainnya relatif
sedikit lebih lambat laju pertumbuhannya.
Pendapatan adalah imbalan jasa atas pekerjaan atau non pekerjaan yang dilakukan
penduduk yang dinilai dengan uang. Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dengan
biaya produksi.Penerimaan adalah nilai penjualan hasil produksi dan hasil sampingnya.
Karena itu, penerimaan tergantung dari besarnya produksi/hasil sampingnya yang dihasilkan
dan harga jualnya.
Penduduk di wilayah studi umumnya memproduksi kantalan (lump) sebagai hasil
sadapan getah karet yang mereka lakukan. Jumlah produksi bervariasi, berkisar 5 10
Kg/KK), dengan produksi rata-rata adalah 7,5 kg/KK. Bervariasinya jumlah produksi ini
sangat tergantung dari curahan kerja rumahtangga yang tersedia, serta luasan dan
produktifitas kebun karet yang mereka usahakan.
Harga pasar dunia untuk komoditas karet saat ini cukup tinggi, sehingga harga jual
kantalan yang dinikmati penduduk juga relatif tinggi. Umumnya penduduk menjual kantalan
kepada pedagang pengumpul setempat atau pedagang pengumpul kecamatan/kabupaten.
Harga jual rata-rata adalah sebesar Rp. 9.000/Kg (berkisar antara Rp 8.500/Kg sampai
dengan Rp 9.500/Kg).
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT
II - 51
ANDAL
Selain tergantung dari harga pasar dunia, harga jual penduduk juga tergantung dari
jarak, aksesibilitas menuju pasar dan bargaining position penduduk dengan pedagang.
Tataniaga karet bisa dilakukan memanfaatkan jalan darat dan alur sungai. Kantalan
diangkut menuju Sampit, menggunakan jalan darat Lintas Kalimantan; atau kantalan
dikumpulkan oleh pedagang pengumpul lokal diangkut ke pasar dengan memanfaatkan anak
Sungai Mentaya. Penerimaan rata-rata dari usaha sadap karet adalah sebesar Rp.
2.121.875/Bulan/KK.
Biaya produksi meliputi biaya bahan berupa kantong plastik dan tali raffia; biaya alat
meliputi pisau, topi dan parang; dan biaya transportasi meliputi perahu/klotok bermotor untuk
ke kebun karet pulang pergi. Selain itu, terdapat biaya atau imbalan untuk pemilik kebun
karet sebanyak 1/3 bagian dari hasil pekerja karet yang tidak memiliki kebun sendiri. Total
biaya produksi rata-rata per bulan per KK adalah sebesar Rp. 215.000. Dengan demikian,
pendapatan rata-rata penduduk di wilayah studi dari usaha karet adalah sebesar Rp.
1.906.875/Bulan/KK, atau nisbah pendapatannya (RCR) sebesar 9,87. Pendapatan dari
berbagai mata pencaharian lainnya termasuk usahatani padi dan mencari hasil hutan ikutan,
merupakan tambahan penghasilan mereka dalam setahun.
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat
2.1.4.1.
Potensi Pemajanan
II - 52
ANDAL
Jenis Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Gastritis
Reumatik (peny. Tulang belulang, radang sendi)
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Febris
Diare
Penyakit kulit alergi
ANC
Chepalgia
Hypotensi
Jumlah
Jumlah Penderita
762
328
283
160
146
124
63
59
52
30
2.007
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, jenis penyakit ISPA (762 penderita) sudah
dominan di Kecamatan Kamipang. Nampaknya jenis penyakit yang berbasis lingkungan ini
rawan menjadi wabah bila mutu lingkungan lebih jelek. Penularan dan penyebaran penyakit
akan meluas pada lingkungan yang kotor. Lingkungan yang perlu dijaga untuk menjamin
kesehatan masyarakat adalah sumber air, tempat tinggal, fasilitas umum (WC umum dan
lain-lain).
Desa-desa di wilayah studi berada di pinggiran Sungai Katingan. Sampai sekarang ini
penduduk mengandalkan air sungai untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti air minum
serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Sebelumnya terdapat beberapa buah sumur gali
masyarakat untuk keperluan air minum, akan tetapi budaya menggunakan air sungai dan
penggunaannya yang kurang praktis, menyebabkan sumur gali tidak berfungsi lagi.
Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI (1998), Istilah ISPA mengandung 3
unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing
unsur adalah sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya, seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).
Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut, meskipun untuk beberapa
II - 53
ANDAL
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari.
Saluran pernafasan pada manusia adalah alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk
bernafas, mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan
sampai ke paru-paru.
Penyakit yang akut artinya penyakit yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes
RI, 1985).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, ISPA adalah suatu
keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan
untuk bernafas, yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang
tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit yang disebabkan bakteri, virus,
dan riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepkesRI, 1998) dengan
tanda dan gejala penyakit dapat berupa:
a.
Batuk.
b.
Kesulitan bernafas.
c.
Sakit tenggorokan.
d.
Pilek.
e.
Demam.
f.
Sakit kepala.
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku, bahkan dapat berhenti,
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat, sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan
menyebabkan kesulitan bernafas, sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan.Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
2.1.4.2.
Gangguan Kesehatan
II - 54
ANDAL
Sumur Bor;
32%
Air Sungai ;
40%
Sumur Gali;
28%
Air Hujan; 0%
PDAM; 0%
Untuk sumber air minum, masyarakat di desa-desa sekitar wilayah studi pada
umumnya banyak menggunakan air dari sumur gali dan sumur bor (80 %). Hanya sebagian
kecil pemduduk yang memanfaatan air sungai sebagai sumber air minum (20 %).
Sumur Bor;
40%
Air Sungai
; 20%
Air Hujan; 0%
PDAM; 0%
Sumur Gali;
40%
II - 55
ANDAL
Kamar Mandi/WC
Milik Sendiri ; 28%
Sungai; 52%
Kamar Mandi/WC
Umum, 20%
Jamban
(Sungai);
64%
Mantri
Kesehatan; 40%
Dibiarkan hingga
sembuh sendiri.;
0%
Dokter; 52%
II - 56
ANDAL
Posyandu
8
1
1
1
1
1
1
1
1
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, di wilayah studi hanya terdapat 1 (satu)
Puskesmas di Desa Baun Bango. Pustu dan Posyando terdapat di semua desa; sedangkan
Polindes hanya terdapat di Desa Karuing.
Tenaga kesehatan relatif banyak di wilayah studi, sebagaimana disajikan pada Tabel
berikut ini:
Tabel 2.45. Rincian Jumlah Tenaga Kesehatan per Desa di
Kecamatan Kamipang Tahun 2012
Jumlah (orang)
Kecamatan/desa Studi
Dokter
Paramedis
Kecamatan Kamipang
3
17
a. Desa Asem Kumbang
2
b. Desa Baun Bango
3
7
c. Desa Tumbang Runen
1
d. Desa Jahanjang
2
e. Desa Karuing
2
f. Desa Parupuk
1
g. Desa Telaga
1
h. Desa Tampelas
1
Bidan
12
2
4
1
1
1
1
1
1
II - 57
ANDAL
Apabila sarana dan prasarana kesehatan yang adadi setiap desa tidak mampu untuk
mengatasi gangguan kesehatan yang diderita oleh masyarakat, maka pengobatan dapat
dilakukan di tingkat kecamatan (Kamipang) atau kabupaten (Kasongan), karena memiliki
sarana yang lebih lengkap dengan tenaga kesehatan yang lebih memadai.
Berdasarkan konsultasi publik yang dilakukan Tim Studi,
masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit, pada umumnya sangat mendukung apabila dalam kegiatannya
melaksanakan pengelolaan lingkungan dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya masyarakat di sekitar rencana
kegiatan.
2.2. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di Sekitar Lokasi Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan
Usaha dan/atau kegiatan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
serta dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara ada kegiatan perkebunan PT. Harapan Subur Lestari.
Sebelah Selatan ada kegiatan perkebunan PT. Arjuna Utama Sawit Tahap I yang sudah
mendapatkan Surat Keputusan (SK) Kelayakan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada
Tahun 2010 dan telah beroperasi.
Sebelah Timur ada kegiatan perkebunan PT. Arjuna Utama Sawit Tahap I yang sudah
mendapatkan Surat Keputusan (SK) Kelayakan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada
Tahun 2010 dan telah beroperasi. Selain itu, ada kegiatan masyarakat dari Desa Asem
Kumbang, Baun Bango, Tumbang Runen dan Jahanjang.
Sebelah Barat ada hutan rawa sekunder, semak belukar dan Sungai Raman
Lokasi PT. Arjuna Utama Sawit berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa
sawit lain yang memiliki aktifitas yang sama. Keadaaan ini dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi dampak terhadap lingkungan, khususnya air permukaan (anak-anak sungai) yang
berada di dalam kawasan rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
PKS yang akan dilakukan.
Keberadaan pemukiman penduduk dan persawahan yang berada di sekitar rencana
kegiatan menimbulkan kekhawatiran masyarakat terkait dengan dampak yang dapat
ditimbulkan yang dapat menjadi potensi konflik di masyarakat.
II - 58
ANDAL
II - 59
ANDAL
II - 60