Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Bab II Deskripsi Rinci Rona Lingkungan Hidup Awal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 60

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

BAB II
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
2.1.

Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak Penting


Berdasarkan uraian pada BAB I dijelaskan bahwa komponen lingkungan yang terkena

dampak penting adalah:


A. Komponen Geo-fisik-Kimia
Kualitas Udara dan Kebisingan
Aliran Permukaan (run off)
Kualitas Air Permukaan
Erosi dan Sedimentasi
Kerusakan Tanah
B. Komponen Biologi
Jenis Flora
Jenis Fauna
Biota Perairan
C. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
Keresahan Masyarakat
Konflik Sosial
Sikap Masyarakat
Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pendapatan Masyarakat
D. Komponen Kesehatan Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Potensi Pemajanan

Lokasi pengumpulan data Rona Lingkungan Hidup Awal dapat dilihat pada Gambar
2.1. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal untuk masing-masing komponen lingkungan
yang diprakirakan terkena dampak penting hipotetik diuraikan sebagai berikut:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 1

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Gambar 2.1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 2

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia


2.1.1.1.

Iklim

Kondisi iklim di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT.Arjuna Utama Sawit yang terletak di Kecamatan
Kamipang sama dengan kondisi iklim di daerah-daerah Indonesia lainnya, yaitu beriklim
tropis basah dengan penyebaran yang merata. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan
Juni sampai September; sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Januari sampai
Mei dan pada bulan Oktober sampai Desember. Keadaan ini sepanjang tahun berlangsung
dan diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu.
1. Suhu dan Kelembaban Udara
Temperatur udara maksimum di daerah studi berkisar antara 30,4 32,5oC; dan
temperatur minimum berkisar antara 25,8 28,2oC dengan kelembaban relatif antara 75,1%79,1%.Temperatur rata-rata minimum umumnya terjadi pada bulan September; sedangkan
temperatur maksimum terjadi pada bulan Desember. Rata-rata suhu dan kelembaban relatif
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif
Setiap Bulan di Kabupaten Katingan Tahun 2012

Bulan
(1)
Januari
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Oktober
Nov
Des
Rata-Rata

Min
(2)
26.1
27.3
28.1
27.2
26.5
25.8
26.7
27.2
27.3
28.2
27.4
26.7

Suhu Udara
Max
(3)
32.5
31.9
31.6
31.3
32.2
31.4
30.4
31.3
31.6
31.7
31.3
31.7

Avg
(4)
29.3
29.6
29.9
29.3
29.4
28.6
28.6
29.3
29.5
30.0
29.4
29.2

Rata-rata kelembaban
relatif (%)
(5)
76.88
75.4
77.4
76.9
76.7
76.5
77.2
76.1
75.1
75.6
77.5
79.1
76,70

Sumber: Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 3

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

35
30
25
20
15
10
5
0
Januari

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sept

Oktob
er

Nov

Des

26,1

27,3

28,1

27,2

26,5

25,8

26,7

27,2

27,3

28,2

27,4

26,7

Max 32,5

31,9

31,6

31,3

32,2

31,4

30,4

31,3

31,6

31,7

31,3

31,7

Avg

29,6

29,9

29,3

29,4

28,6

28,6

29,3

29,5

30

29,4

29,2

Min

29,3

Gambar 2.2. Rata-rata Suhu Udara Relatif Setiap Bulan


di Kabupaten Katingan Tahun 2012
80
79
78
77
76
75
74
73
Januari

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sept Oktober Nov

Des

Gambar 2.3. Rata-rata Kelembaban Relatif Setiap Bulan


di Kabupaten Katingan Tahun 2012

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 4

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
2. Curah Hujan

Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember; dan jumlah
hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni dan September. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan November; dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus, seperti yang
disajikan pada Tabel berikutini :
Tabel 2.2. Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan
Setiap Bulan di Kabupaten Katingan Tahun 2012
Bulan
Jumlah Hujan (Hari)
Curah Hujan (mm)
(1)
(2)
(3)
23
185.85
Januari
24
355.14
Feb
21
301.52
Mar
20
334.47
Apr
12
160.57
Mei
5
118.90
Jun
10
280.60
Jul
10
113.98
Agust
5
150.96
Sept
18
363.32
Oktober
26
433.31
Nov
26
220.34
Des
Rata-Rata
16,67
251,58
Sumber: Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Januari

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sept Oktober Nov

Des

Gambar 2.4. Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan


di Kabupaten Katingan Tahun 2012

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 5

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

2.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan


1. Kualitas Udara
Untuk mengetahui kondisi kualitas udara ambient di lokasi, Tim Studi melakukan
pengambilan sampel di 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi rencana pembangunan perkebunankelapa
sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Pemilihan kedua lokasi ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa, kondisi lapangan yang masih alami dan sumber dampak relatif belum
banyak.
Hasil pengujian kualitas udara ambient di 2 (dua) lokasi tersebut dapat dilihat pada
Tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Hasil Uji Udara Ambient

Sumber : Hasil Uji LaboratoriumBalai Riset dan Srandardisasi Industri, Banjarbaru,2014

Gambar 2.5. Pengukuran Kualitas Udara Ambient


Pengumpulan Data Rona Lingkungan Hidup Awal untuk kualitas udara ambient
difokuskan pada parameter debu yang berukuran <10 m, SO2, NO2 dan CO. Pemilihan
parameter ini didasarkan atas hasil kesepakatan dalam Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan (KA-ANDAL)

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

dan pertimbangan sumber

dampak

yang mengakibatkan

II - 6

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

penurunan kualitas udara berasal dari aktifitas truk-truk pengangkut Tandan Buah Segar
(TBS).
Bila dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (SK Kepmen LH)
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, maka data pengujian kualitas
udara ambient

di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunankelapa sawit dan

PKSPT. Arjuna Utama Sawit memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, karena sumber
kebisingan berada jauh dari desa-desadi sekitar wilayah studi.
Rencana pengelolaan terhadap kegiatan penyebab dampak kualitas udara akan telah
dilakukan dengan mengacu pada:

Baku Mutu memenuhi Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara.

Emisi dari Boiler Pabrik memenuhi Baku Mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
(Permen LH) No. 07 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi
Ketel Uap.

Emisi dari Genset memenuhi Baku Mutu Permen LH No. 21 Tahun 2009 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi.
Nilai faktor emisi banyak digunakan sebagai dasar perghitungan laju emisi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Q + EF x A x (1 ER/100)
dimana:
Q
= Jumlah polutan yang diemisikan per satuan waktu
EF
= Faktor Emisi
A
= Intensitas kegiatan per satuan waktu
ER
=Efisiensi pengurangan polutan dari sistem pengendali emisi yang digunakan.
Maka :
-

Intensitas kegiatan (A) = (450 KVA) x (18 jam/hari) = 8.100 kWH


Efisiensi pengurangan polutan (ER) = 0%
Untuk PM10 dengan faktor emisi (EF) = 4,38 x 10-4 Kg PM10/kWH, maka

Q = (4,38 x 10-4 Kg PM10/kWH) x 8.100 kWH = 3,548 Kg PM10


Dengan cara perhitungan yang sama, maka parameter lainnya dapat dihitung
sepertidisajikan pada Tabel di bawah ini:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 7

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.4. Laju Emisi Polutan


EF
(kg/kWH)
4,38 x 10-4
6,69 x 10-3
3,59 x 10-4
2,67 x 10-1
6,56 x 10-1

Polutan
PM10
NO2
SO2
CO
CO2

Q
(Kg)
3,548
54,19
2,908
2163
5314

Sumber : Perhitungan Tim Studi, 2014

2. Kebisingan
Untuk mengetahui kondisi kebisingan di lokasi, Tim Studi melakukan pengambilan
sampel di 2 (dua) lokasi, yaitu lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa
sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Hasil pengujian terhadap kebisingan dapat dilihat
pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.5. Hasil Uji Kebisingan

Sumber: Hasil Uji Laboratorium Balai Riset dan Srandardisasi Industri, Banjarbaru, 2014

Berdasarkan data di atas, tingkat kebisingan di lokasi rencana kegiatan pembangunan


perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit bila dibandingkan dengan
Lampiran Kepmen LH No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan, memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan, karena sumber kebisingan berada jauh dari desa-desadi
sekitar wilayah studi.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), tingkat kebisingan alat-alat berat
seperti Buldozer, Tracktor, Compactor dan lain sebagainya pada jarak 15 meter adalah
sebesar 85 db(A). Tingkat kebisingan pada jarak 30 meter dari sumber adalah sebesar 78.97
db(A), atau pada setiappenambahan jarak 15 meter dari sumber akan terjadi penurunan
kebisingan sebesar 3 db(A) dari tingkat kebisingan semula. Dengan demikian, semakin dekat
dengan sumber-nya, kebisingan akan meningkat, sehingga akan menurunkan kualitas
lingkungan dan memberikan dampak negatif.
Studi pustaka intensitas kebisingan beberapa alat berat dankendaraan bermotor pada
jarak 15 meter dari sumber-nya disajikan pada Tabel sebagai berikut:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 8

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.6. Intensitas Kebisingan dari Sumber Alat-alat Berat


No.

Intensitas Kebisingan Pada Jarak 15


M dari Sumber dB (A)

Sumber Suara

1
2
3
4
5

Traktor
Backhoe
Generator
Float Loader / Dozer / Excavator
Crushing Plant

89
83
76
80
89

Sumber : Webbwe, H, et al., 1984

Tabel 2.7. Intensitas Kebisingan dari Kendaraan Bermotor


No

Kecepatan Kendaraan (km/jam)

Jenis Kendaraan

1
2
3

Truk Besar (dBA)


Truk Sedang (dBA)
Sedan (dBA)

50
82
73
63

60
83
77
65

70
84
78
67

80
85
78
70

90
86
83
72

100
87
84
74

>100
88
85
75

Sumber : Webbwe, H, et al., 1984

2.1.1.3. Aliran Permukaan (run off)


Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju sungai, danau, dan lautan (Asdak, 1995). Menurut Arsyad (2010),
aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dan mengangkut
bagian-bagian tanah. Aliran permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas
infiltrasi tanah, karena tanah telah jenuhair. Sifat aliran permukaan, seperti jumlah atau
volume, laju atau kecepatan dan gejolak aliran permukaan menentukan kemampuannya
dalam menimbulkan erosi.
Beberapa data yang diperlukan untuk perhitungan aliran permukaan (run off) adalah
intensitas curah hujan (mm/jam), koefisien aliran permukaan (C)dan luas area (Ha).
1. Koefisien Air Larian
Nilai Koefisien air larian ditentukan berdasarkan perhitungan Direktorat Penyelidikan
Masalah Air pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Air (Puslitbang Air), 1984 sebagai
berikut :

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 9

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.8. Nilai Koefisien Run Off (C)

Sumber: Puslitbang Air, 1984

Berdasarkan Peta Tutupan Lahan dan kemiringan lahan dapat dilihat bahwa, kondisi
penutupan lahan di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
PKS PT. Arjuna Utama Sawit saat ini sebagian besar berupa semak belukar dan hutan rawa
sekunder dengan kemiringan 0 5%.Dengan demikian, nilai C sebelum adanya kegiatan di
lokasi perkebunan kelapa sawit adalah 0,30.
2. Aliran Permukaan
Untuk menghitung besarnya aliran permukaan, Tim Studi menggunakan persamaan
matematis dengan pendekatan metoda rasional:

Qp= 0,0028 C ip A

Dimana :
3
Qp
= Air larian (debit) puncak (m /dt)
C
= Koefisien air larian
Ip
= Intensitas hujan(mm/jam)
A
= Luas Wilayah DAS(Ha)

Berdasarkan uraian pada BAB I, izin lokasi PT. Arjuna Utama Sawit seluas 6.478,10
Ha, dengan rincian penggunaan lahan 6.378,10 Ha untuk perkebunan kelapa sawit dan 100
Ha untuk PKS. Dengan demikian, areal efektif yang akan dibuka adalah 6.378,10 Ha,
sehingga aliran permukaan (run off) yang terjadi pada saat ini adalah:
Qp
Qp
Qp

= 0,0028 C ip A
= 0,0028 x 0,3 x 0,63 x 6.378,10
3
= 3,38 m /dtk

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 10

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
2.1.1.4.

Kualitas Air Permukaan

1. Kualitas Air
Data Rona Lingkungan Hidup Awal untuk kualitas air permukaan diambil pada bagian
up stream, bagian tengah dan downstreamSungai Raman di wilayah studi.Dari data tersebut
dapat dikemukakan bahwa, secara umum kondisi Sungai Raman yang berada di lokasi studi
masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan untuk Kelas II sebagaimana yang terdapat
pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Hasil pengujian kualitas air disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.9. Hasil Pengujian Kimia
Kualitas Air Permukaan
Stations
No.

Parameter

Baku Mutu

Sat

Rata-rata
A1

A2

A3

A4

PP No. 82/2001
Kelas
I

Kelas
II

COD

mg/l

11,1

10,6

10,8

10,8

10,8

10

25

Mangan Terlarut (Mn)

mg/l

<0,00289

<0,00289

<0,00289

<0,00289

<0,00289

0,1

mg/l

<0,01

<0,01

<0,01

<0,01

<0,01

0,5

mg/l

4,0

7,0

8,0

6,0

6,25

50

50

mg/l

1,62

2,60

2,89

2,37

2,37

Amonia Bebas (NH3N)


Zat Padat
Tersuspensi (TSS)
Nitrogen Total
(Sebagai N)

3
4
5
6

BOD 5

mg/l

2,7

2,6

2,6

2,6

2,63

Besi Terlarut (Fe)

mg/l

<0,00306

<0,00306

<0,00306

<0,00306

<0,00306

0,3

Minyak dan Lemak

mg/l

<0,2

<0,2

<0,2

<0,2

1000

1000

Nitrat (NO3-N)

mg/l

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

10

10

10

Nitrit (NO2-N)

mg/l

<0,002

<0,002

<0,002

<0,002

<0,002

0,06

0,06

11

Oksigen Terlarut (DO)

mg/l

0,5

0,5

0,5

0,5

0,5

12

Fosfat (PO4-P)

mg/l

<0,01

<0,01

<0,01

<0,01

<0,02

0,2

0,2

13

Zat Padat Terlarut


(TDS)

mg/l

34

32

33

33

33

1000

1000

Sumber : Hasil Uji Laboratorium PT. Unilab Perdana, 2014

Hasil uji sampel air diatas menunjukkan bahwa, rata-rata nilai konsentrasi tiap
parameter di Sungai Raman pada bagian upstream, tengah dan downstream seluruhnya
tidak melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
2. Morfometri Sungai
Sungai Raman merupakan anak Sungai Klaru yang bermuara di Sungai Katingan,
dengan panjang sekitar 8.00 km, lebar 4,00 4,50 meterdan kedalaman antara 2,02,7
meter.Vegetasi di pinggir kanan dan kiri sungai ini cukup rapat, dengan berbagai jenis
pepohonan khas yang tumbuh di pinggir sungai-sungai di Kalimantan Tengah. Sungai
Raman dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat mencari ikan.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 11

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Gambar 2.6. Sungai Raman


Debit air Sungai Raman dipengaruhi air pasang di Sungai Klaru dan debit Aliran
Sungai Katingan. Pengukuran debit dilakukan dengan mengalikan luasan penampang
morfometri sungai tersebut dengan kecepatan aliran sungai pada waktu itu. Pengukuran
kecepatan aliran dilakukan dengan metode floating.
Hasil pengujian fisik kualitas air permukaan Sungai Raman disajikan pada Tabel
berikut ini:

No.

Parameter

1
2
3
4
5
6

pH
Kecerahan(cm)
Suhu(C)
Kecep.arus (m/dtk)
Kedalaman(m)
Lebar (m)
Luas Penampang
Sungai (m2)

7
7

Warna air

Bau

9.

Substrat Dasar

Debit

Tabel 2.10. Hasil Pengujian Fisik


Kualitas Air Permukaan
Hasil
A1
A2
A3
3,5
3,3
3,4
42
38
40
29
28,5
29
0,02
0,04
0,02
2,70
2,00
2,60
4
4,5
4,2

A4
3,3
39
28
0,03
2,30
4,2

Ratarata
3,38
39,75
28,63
0,03
2,40
4,23

10,8

10,92

9,66

10,10

Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,22

Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,36

Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,35

Coklat
Kehitaman
Tidak
Berbau
Pasir
Berlumpur
0,30

0,31

Sumber : Hasil Uji Tim Studi, 2014

Dari data-data di atas, maka dapat dihitung debit air pada waktu itu adalah:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 12

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
Q = ( A x V ) m3/dtk

Q = 10,10 x 0,31= 3,131 m3/dtk


Q = 3,131 x 1000 lt/dtk = 3.131 lt/dtk
3. Daya Tampung Beban Pencemaran dan Daya Dukung Lingkungan Sungai
Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air
untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi
cemar. Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air
atau air limbah.
Perhitungan daya tampung beban pencemaran Sungai Raman dilakukan dengan
menggunakan metoda neraca massa mengikuti ketentuan di dalam Kepmen LH No. 110
Tahun 2003.Metoda neraca massa adalah metoda penetapandaya tampung beban
pencemaran air dengan menggunakan perhitungan neraca massakomponen-komponen
sumber pencemaran.
Model

matematika

yang

menggunakan

perhitungan

neraca

massa

dapat

digunakanuntuk menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal
darisumber pencemar, baik di point sources maupun non point sources. Perhitungan ini
dapat pula dipakai untuk menentukan prosentase perubahan laju alir atau beban polutan.
Pada saat beberapa aliran bertemu menghasilkan aliran akhir, atau jika kuantitas
airdan massa konstituen (kualitas parameter) dihitung secara terpisah, maka perlu dilakukan
analisis neraca massa untuk menentukan kualitas aliran akhir dengan perhitungan berikut:

dimana :
CR
: Konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci
: Konsentrasi konstituen pada aliran
Qi
: Laju alir aliran
Mi
: massa konstituen pada aliran
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan beban daya tampung dengan
menggunakan metoda neraca massa adalah:
1.

Mengukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada aliran sungai sebelum
bercampur dengan sumber pencemar, dalam hal ini debit air sungai dan kualitas
parameter air sungai.

2.

Mengukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada setiap aliran sumber
pencemar, dalam hal ini debit air limpasan dan kualitas parameter air limbah.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 13

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
3.

Menentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir setelah aliran bercampur dengan
sumber pencemar dengan perhitungan rumus diatas.
Untuk menghitung daya tampung beban pencemaran diperlukan data debit air sungai,

kualitas parameter air sungaidan kualitas parameter air limbah. Parameter yang
ditelaahadalah parameter air limbah Total Suspended Solid (TSS), Total Disolved Solid
(TDS), Minyak/Lemak dan Amonia Bebas (NH3-N).
Parameter yang diprakirakan dampaknya dari kegiatan pembukaan lahan antara lain
TSS, Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Pada saat
PT. Arjuna Utama Sawit belum beroperasi kadar TSS 50 mg/l; BOD 2,63 mg/l;dan COD
10,83 mg/l.
Kadar parameter air limbah ditentukan dengan pendekatan menggunakan angka
padabaku mutu TSS, TDS, Minyak/Lemak dan NH3-N. Pada saat PT. Arjuna Utama Sawit
belum beroperasi, kadar TSS 50 mg/l; TDS 1000 mg/l; minyak/ lemak <1000 mg/l; dan NH3N 0,5 mg/l.
Debit air (sebagai debit air limbah) tertinggi berdasarkan perhitungan adalah3,38
3

m /dtk atau12.151,05 m3/jam.Rata-rata debit air Sungai Raman sebelum kegiatan


adalah0,31m3/dtk atau 1.116m3/jam
CiQi

(6,33 x 1.116) + (50 x 12.151,05)

CR(TSS) =

614.616,78

Qi

(1.116 + 12.151,05)

= 46,33
13.267,05

Dengan perhitungan yang sama, maka parameter lainnya dapat dihitung seperti
disajikan pada Tabel di bawah ini:
Tabel 2.11. Hasil Perhitungan Daya Dukung dan
Daya Tampung Beban Pencemaran

Debit

TSS

TDS

BOD

COD

Minyak /
Lemak

Amonia
Bebas (NH3N)

m3/jam

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

1.116,0

6,33

33,00

2,63

10,83

0,2

0,01

12.151,05

50

1000

25

1000

0,5

13.267,05

46,33

918,66

2,97

23,81

915,90

0,46

50

1000

25

1000

0,5

Aliran Ke

BML*

Sumber : Hasil Perhitungan Tim Studi, 2014

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa, beban pencemaran untuk parameter TSS,
TSD, Lemak/minyak dan NH3-N Sungai Raman pada lokasi rencana kegiatan pembangunan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 14

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit saat ini masih tergolong cukup
baik,karena konsentrasi parameter yang dihitung pada titik pencampuran masih dibawahbaku
mutu air sungai. Artinya, Sungai Raman masih memiliki kemampuan untuk menerima
masukan beban pencemaran TSS, TSD, Lemak/minyak dan NH3-N.
Agar daya dukung lingkungan tidak berkurang, maka perlu upaya untuk menjaga daya
dukunglingkungan sungai yang ada dengan beberapa cara seperti:

Perlindungan

dan

pelestarian

sumber

daya

air,

seperti

upaya

perlindungan

danpengamanan kerusakan yang diakibatkan oleh manusia dan gangguan alam.

Pengelolaan kualitas, air seperti mempertahankan dan memulihkan kualitas air


yangmasuk dan yang berada di sumber air.

Pengendalian pencemaran air, seperti mengendalikan erosi, mengendalikan limbah cair


dan mengendalikan sampah.

2.1.1.5. Erosi dan Sedimentasi


Tingkat erosi yang terjadi pada saat belum ada kegiatan perkebunan kelapa sawit
dapat ditentukan besarnya dengan

menggunakan persamaan matematis sesuai rumus

Universal Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith, 1978).

A = R.K.Ls.C.P

dimana :
A
= Jumlah tanah tererosi
R
= Indeks erosivitas hujan
K
= Faktor erodibilitas tanah
Ls
= Faktor panjang lereng
C
= Faktor vegetasi penutup tanah
P
= Faktor tindakan konservasi tanah

Untuk menghitung tingkat erosi yang terjadi saat ini di lokasi perkebunankelapa sawit
PT. Arjuna Utama Sawit,diperlukan beberapa data pendukung sesuai dengan rumus di atas,
seperti erosivitas, erodibilitas, nilai Ls, Nilai C dan P.
1. Erosivitas (R)
Erosivitas hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat yang dihitung
menggunakan persamaan (Bols, 1978 dalam Arsyad, 1989). R =0,41 x H, dimanaH adalah
rata-rata curah hujan dalam setahun (mm). Berdasarkan data curah hujan, rata-rata curah
hujan di lokasi studi adalah 251,58 mm/tahun. Dengan demikian maka nilai erosivitas di
lokasi studi adalah:
R
R
R

=0,41 x H1,09
=0,41 x 251,581,09
= 169,64

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 15

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
2. Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah atau indeks kepekaan tanah terhadap erosi merupakan jumlah
tanah yang hilang setiap tahunnya per-satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang
tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan panjang 22m.
Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu dan
pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).
Menurut Weischmeier, et all, 1971), erodibilitas tanah (K) dapat ditentukan dengan
rumus:

K =1,292{2,1M 1,14(10-4) (12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)}


100
dimana :
M
= Ukuran partikel (%pasir sangat halus + % debu x (100-% liat)
a
= Kandungan bahan organik (%C x1,274)
b
= Harkat struktur tanah
c
= Harkat permeabilitas tanah

3. Kelas Lereng (Ls)


Dalam menentukan Nilai Ls digunakan Penilaian Kelas Lereng yang dikeluarkan
olehDepartemen Kehutanan Republik Indonesia Tahun 1997 seperti disajikan pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 2.12. Penilaian Kelas Lereng dan Ls
Kelas
I
II
III
IV
V

Kelerengan
0-8
9-15
16-25
26-40
>40

Ls
0,4
1,4
3,1
6,8
9,5

Sumber: DepartemenKehutananRI, 1997

4. Permeabilitas Tanah (c)


Untuk menentukan kelas harkat permeabilitas tanahdigunakan Tabel berikut ini:
Tabel 2.13. Harkat Permeabilitas Tanah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelas Permeabilitas
Sangat Lambat
Lambat
Lambat Sedang
Lambat Sedang
Sedang Cepat
Sedang Cepat

Kecepatan
<0,5
0,52,0
2,06,3
6,312,7
12,725,4
>25,4

Harkat
6
5
4
3
2
1

Sumber: Arsyad, 1989

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 16

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
5. Struktur Tanah (b)

Dalam menentukan harkat struktur tanah digunakanTabel berikut ini:


Tabel 2.14. Harkat Struktur Tanah
No.
1.
2.
3.
4.

Struktur
Granuler sangathalus
Granuler halus
Granuler sedang
Gumpal, Lempeng, Pejal atau struktur yang lain selain
strtuktur di atas

Diameter
Struktur
<1mm
1- 2mm
210mm
>10mm

Harkat
1
2
3
4

Sumber:Arsyad, 1989

6. Tindakan Konservasi (CP)


Dalam menentukan nilai tindakan konservasi digunakan Indeks Penutupan Vegetasi
(C) dan Indeks Pengolahan Lahan atau Tindakan Konservasi Tanah (P). Nilai CP untuk
berbagai jenis tutupan lahan dan tindakan konservasi dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.15. Nilai CP untuk Berbagai Tutupan Lahan dan Tindakan Konservasi
No.
Konservasi dan Pengelolaan Tanaman
Hutan
1.
a. Tidak terganggu
b. Tanpa tumbuhan bawah, dengan serasah
c. Tanpa tumbuhan bawah, tanpa serasah
Semak
2.
a.Tidak terganggu
b.Sebagian berumput
Kebun
3.
a.Kebun-talun
b.Kebun-pekarangan
Perkebunan
4.
a.Penutupan tanah sempurna
b.Penutupan tanah sebagian
Rerumputan
5.
a.Penutupan tanah sempurna
b.Penutupan tanah sebagian, ditumbuhi alangalang
c.Alang-alang pembakaran setahun
d.Serai wangi
Tanaman Pertanian
6.
a.Umbi-umbian
b.Biji-bijian
c.Kacang-kacangan
d.Campuran
e.Padi irigasi
Perladangan
7.
a.1 tahun tanam
b.2 tahun tanam
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

Nilai CP
0,01
0,05
0,50
0,01
0,10
0,02
0,20
0,01
0,07
0,01
0,02
0,06
0,65
0,51
0,51
0,36
0,43
0,02
0,28
0,19
II - 17

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

No.
Konservasi dan Pengelolaan Tanaman
Pertanian dengan konservasi
8.
a.Mulsa
b.Teras bangku
c.Contour cropping

Nilai CP
0,14
0,04
0,14

Sumber:Asdak, 1997

Sesuai dengan Tabel di atas, maka nilai CP lokasi studi pada saat ini masuk dalam
kategori kebun pekarangan dengan nilai CP sebesar 0,2.
BerdasarkanPeta Sistem Lahan skala 1: 100.000, sebagian besar topografi areal
datar dengankelerengan antara 0 8%. Dengan tingkat kelerengan ini, maka nilai Ls di lokasi
rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama
Sawitsebesar 0,4.
Dari Peta Tutupan Lahan dapat dikemukakan bahwa, di lokasi rencana kegiatan
pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit sebagian besar
memiliki tutupan lahan berupa hutan rawa sekunder, rawa, semak berlukar dan perkebunan
denganluasanmasing-masing sebagai disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.16. Luas dan Prosentase Tutupan Lahan di Lokasi Studi
No
1
2
3
4

Luas
(Ha)
4.736,00
303,90
545,20
893,00
6.478.10

Tutupan Lahan
Hutan Rawa Sekunder
Rawa
Semak Belukar
Perkebunan
TOTAL

Prosentase
(%)
73,11
4,69
8,42
13,78
100,00

Sumber: PerhitunganolehTimStudi, 2014

Berdasarkan data-data di atas, maka dapat disimpulkan hasil perhitungan Erodibilitas


Tanahsebagai berikut:
Tabel 2.17. Rekapitulasi Perhitungan Erodibilitas Tanah
Kode
T1
T2
T3

Pasir
79,00
47,00
34,00

Debu
17,00
49,00
41,00

Liat
4,00
4,00
25,00

M
17.460,65
17.460,65
10.295,11

a
1,529
1,363
1,414

b
3
3
3

C
1
1
1

K
0,48
0,49
0,28

Sumber: Hasil Perhitungan Tim Studi, 2014

Dengan mengacu data-data tersebut, maka tingkat erosi di rencana lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit sebelum ada kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat dihitung
berdasarkan tingkat kelerengan sebagai berikut:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 18

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.18. Tingkat Erosi setelah adanya


Perkebunan Kelapa Sawit
Kode Station

T1
T2
T3

169,64
169,64
169,64

0,48
0,49
0,28

Ls

0,25
0,2
0,25
0,2
0,25
0,2
Rata-rata

P
1
1
1

A
Ton/ha/tahun
4,0588
4,1254
2,3594
3,5145

Sumber : Hasil Perhitungan Tim Studi, 2014

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 19

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Gambar 2.7. Peta Tutupan Lahan


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 20

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Gambar 2.8. Peta Sistem Lahan


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 21

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa berdasarkan PP No. 150
Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.19. Kriteria Baku KerusakanTanahuntuk Produksi Biomassa
Ambang Kritis Erosi
Ton/Ha/Tahun
Mm/10m/Tahun
>0.1 - <1
>0.2 - <1.3
1 - <3
1.3 4
3 - <7
4.0 9.0
79
9.0 12
>9
>12

Tebal Tanah (cm)


<20
20 - <50
50 - <100
100 150
>150
Sumber:PP 150Tahun2000

Secara teoritis tanah dilokasi studi memiliki ketebalan solum yang sangat dangkal,
<50cm. Dari Tabel di atas, ambang kritis erosi untuk tanah-tanah dengan ketebalan solum
<50 cm adalah 1 - <3 Ton/Ha/Tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan USLE, rata-rata
tingkat erosi di lokasi rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit setelah adanya kegiatan perkebunan Kelapa Sawit adalah 3,51
Ton/Ha/Tahun. Bila dibandingkan dengan ketentuan dalam PP No. 150 Tahun 2000, hasil
perhitungan itu menunjukkan bahwa, rata-rata tingkat erosi melebihi ambang kritis namun
tidak terlalu signifikan dari yang dipersyaratkan.
Namun seiring dengan penanaman kacangan penutup tanah/Legume Cover Crop
(LCC) dan kelapa sawit serta semakin besarnya kemampuan LCC menutup tanah dan
habitus tanaman kelapa sawit.

Tajuk LCC dan tanaman kelapa sawit akan melindungi

permukaan tanah dari pukulan langsung air hujan, sehingga akan mengurangi laju aliran
permukaan. Berkurangnya laju aliran permukaan ini didukung pula dengan topografi lahan
yang relatif datar dengan kelerengan 0 8 %.
2.1.1.6.

Kerusakan Tanah

1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah


Kegiatan perkebunan kelapa sawit berpotensi menimbulkan kerusakan tanah akibat
penggunaan pupuk dan bahan kimia. Kerusakan tanah akibat kegiatan perkebunan ini dapat
merupakan dampak langsung atau pun tidak langsung. Dampak tidak langsung umumnya
berasal dari kejadian kebakaran lahan yang akan merusak struktur dan kesuburan tanah
Untuk menilai tingkat kesuburan tanah, maka dilakukan pengujian terhadap sifat fisik
dan kimia tanah di lokasi studi.Hasil uji tanah pada 3 (tiga) lokasi itu dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 22

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.20. Sifat Fisik Kimia Tanah


No.

Parameter

Satuan

1
2
3

Pasir
Debu
Liat

%
%
%

Tekstur

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

N
C Org
P205tds
pH
Ca-dd
Mg-dd
Na-dd
K-dd
AI-dd
KTK
Kejenuhan Basa
Berat Jenis
PD
Perm.
Pori

%
%
Ppm
H2O
me/l00g
me/100g
me/l00g
me/l00g
me/l00g
me/l00g
%
g/cm3
g/cm3
cm/jam
%

T1
79,00
17,00
4,00
Lempung
Berpasir
0,49
1,20
11,2
4,92
7,18
0,88
0,37
0,38
0,00
25,58
34,4
0,83
1,52
36,36
45,37

Stations
T2
74,00
49,00
4,00

T3
34,00
41,00
25,00

Pasir

Pasir

0,14
1,07
40,55
5,02
2,68
0,97
0,45
0,29
0,00
15,2
28,88
1,07
2,16
38,18
50,76

0,23
1,11
6,86
4,74
1,45
0,67
0,18
0,47
0,00
17,24
16,13
1,11
2,05
36,94
45,86

Sumber: Hasil Uji LaboratoriumPPLH UNLAM, Banjarbaru, 2014

Berdasarkan hasil uji sampel tanah, sifat fisik tanah di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
terdiri dari pasir 34 % - 79 %, debu 17 % - 41% dan liat 4 % - 25 %, konsistensi lepas
sampai lekat, tekstur lempung berpasir dan pasir dengan berat jenis tanah 0,83 g/cm3- 1,11
g/cm3, termasuk normal untuk tanah mineral. Nilai parameter sifat fisik tanah ini masih baik
untuk mendukung pertumbuhan kelapa sawit.
a. N-Total
Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi dalam pembentukan protein (Hanafiah2005). Menurut Hardjowigeno
(2003), N dalam tanah berasal dari:

Bahan organik tanah, berasal dari pelapukan bahan organik halus dan kasar, pengikatan
oleh mikro organisme dari fiksasi N dari udara.

Pupuk.

Air Hujan.
N dalam tanah yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan yang berasal

dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik, khususnya
terjadi antara tanaman jenis Leguminoseae dengan bakteri Rhizobium. Bahan organik juga

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 23

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas
jasad renik tanah.
N terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk
organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama
dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4.Dalam
siklusnya, N organik di dalam tanah mengalami proses mineralisasi;

sedangkan bahan

mineral mengalami proses imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali sebagai


residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi hilang melalui pencucian dan bertambah
lagi melalui pemupukan. Dengan demikian, N di dalam tanah selalu mengalami pengurangan
dan penambahan dalam waktu yang sama dalam suatu siklus yang terus menerus.
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi N-Total pada sampel yang
diambil di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit berkisarantara0,14%-0,49%.Bila dibandingkan
dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), ketersedia N
dalam lokasi studitermasuk dalam kategori Sedang.
b. pH H2O
Potensial of Hydrogen (pH) tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting,
karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti N, Kalium (K), dan Pospor (P) yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Jika
pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5 N (dalam bentuk Nitrat) menjadi tersedia bagi
tanaman; di sisi lain, P akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 - 7,0.
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat
hara lain yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan-nya. Pada
tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat
yang pada akhirnya dapat mengalami kematian.
Bila dibandingkan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya perkebunan
kelapa sawit menurut Balai Penelitian Tanah (2003), nilai pH di lokasi PT. Arjuna Utama
Sawit kategori Sedang, berkisar antara 4,74 5,02.
c. Ca-dd
Kalsium (Ca) tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium (Mg) dan Belerang (S). Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy, 1988). Adapun manfaat dari Ca
adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji; menguatkan batang; membantu
keberhasilan penyerbukan; membantu pemecahan sel; dan membantu aktivitas beberapa
enzim (RAM, 2007).
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 24

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi Ca-dd di lokasi studi berkisar
antara 1,45 me/100 g 7,18 me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Ca-dd dilokasi PT. Arjuna Utama Sawit
termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
d. Mg-dd
Magnesium (Mg) merupakan unsur hara pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan Mg mengakibatkan perubahan warna yang khas pada
daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari
kekurangan Mg (Hanafiah 2005).
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi Mg-dd tanah di lokasi PT.
Arjuna Utama Sawit berkisar antara 0,67 me/100 g 0,88 me/100 g. Bila dibandingkan
dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Mg-dd di
lokasi studi masukdalam kategori Sangat Rendah.
e. Na-dd
Natrium (Na) merupakan unsur yang berperan penting dalam menentukan
karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman, terutama di daerah kering dan agak kering
yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut. Sebagaimana unsur
mikro lainnya, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika di dalam tanah terdapat dalam jumlah
yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
Suatu tanah disebut tanah alkali jika Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau muatan
negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh 15% Na. Pada tanah-tanah seperti ini, mineral
sumber utamanya adalah Halit atau Natrium Clorida (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini
disebut tanah halomorfik, umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk.
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi, Na-dd di lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit berkisar antara 0,18 me/100 g 0,37 me/100 g. Bila dibandingkan dengan
kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), Na-dd di lokasi studi
termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
f.

K-dd
Kalium (K) merupakan unsur hara ketiga setelah N dan P, diserap oleh tanaman

dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari K akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat atau unsur lainnya.
Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa, ketersediaan K yang dapat dipertukarkan
dan dapat diserap tanaman tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri
dan adanya penambahan dari K-nya sendiri. K tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 25

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

mineral-mineral yang mengandung K. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad
renik, maka K akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar K tanah yang
larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan
tanaman dan jasad renik. K dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan
melepaskan ion-ion K. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap
tanaman. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan K yang melimpah, namun tanah-tanah
organik mengandung sedikit K.
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, konsentrasi K-dd di lokasi studi berkisar
antara 0,29 me/100 g 0,47 me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983), konsentrasi K-dd di lokasi PT. Arjuna Utama
Sawit termasuk dalam kategori Sangat Rendah.
g. Al-dd
Aluminium yang dapat dipertukakanr (Al-dd) merupakan unsur yang sering dijumpai di
dalam tanah dan sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini
berpengaruh langsungterhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni
perakaran. Al merupakan sumber kemasaman yang sangat penting, karena erat
hubungannya dengan persantase ion H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan. Persentase Aldd yang tinggi berarti menunjukkan tingginya tingkat kemasaman suatu jenis tanah. Semakin
masam suatu tanah, berarti semakin menurun nilai pH-nya, sehingga ketersediaan unsur
hara dalam tanah semakinmenurun. Hal ini disebabkan karena kemampuan unsur Al untuk
mengikat unsur P membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar
tanaman.
h. KTK
KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK yang
lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat
dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya nilai KTK tanah dipengaruhi oleh :

Reaksi tanah.

Tekstur atau jumlah liat.

Jenis mineral liat.

Bahan organik

Pengapuran dan pemupukan.


Soepardi (1983) mengemukakan bahwa, KTK sangat beragam, karena jumlah humus

dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.Hasil uji sampel
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 26

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

tanah menunjukkan bahwa, nilai KTK di lokasi studi berkisar antara 15,2 me/100 g 25,58
me/100 g. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (1983), nilai KTK di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit termasuk dalam kategori
Sedang.
i.

Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan

dengan KTK yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah, berarti tingkat
kemasaman tanah tinggi; dan kejenuhan basa mendekati 100% pada tanah-tanah bersifat
alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH, tetapi
hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang
diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat
disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim, 1991).
Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan suatu
tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada
derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa >80%; berkesuburan
sedang jika kejenuhan basa antara 50 %80%; dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %.
Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation
basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%
(Anonim, 1991).
Hasil uji sampel tanah menunjukkan bahwa, kejenuhan basa di lokasi studi berkisar
antara 16,13% - 34,40%. Bila dibandingkan dengan kriteria yang dibuat oleh Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat (1983), kejenuhan basa di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit termasuk
dalam kategori Rendah.
j.

Ruang Pori Total


Total ruang pori tanah merupakan bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang

pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat. Apabila letak keduanya cenderung
erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah. Total ruangpori
dapat dihitungdengan menggunakandatabobot jenispartikel-partikel dan bobot isi tanah
sebagai berikut: TRP = 1 - PDBD X 100%; dimana: TRP = Total Ruang Pori; BD = Bulk
Density (g/cm3); dan PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).
Porositas tanah berhubungan dengan kerapatan massa (bulk density) tanah. Pada
tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari pada bertekstur
kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan
porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang merupakan
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 27

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

suatu sifat yang penting (Sarief, 1986). Dengan demikian, tanah bertekstur halus dapat
menyimpan air dan udara dalam tanah, sehingga menyebabkan kerapatan massa (bulk
density) yang rendah.

Gambar 2.9. Pengambilan Sampel Tanah


Penilaian secara keseluruhan atas sifat fisik dan kimia tanah di lokasi PT. Arjuna
Utama sawit didasarkan atas kriteria kerusakan tanah akibat produksi biomassa
sebagaimana dicantumkan dalam PP No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah untuk Produksi Biomassa. Berdasarkan kriteria itu, beberapa parameter seperti pH,
porositas total dan derajat pelulusan air masih berada di bawah ambang kritis.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
dalam kondisi cukup dan seimbang (tanpa adanya bahan beracun) yang ditunjang tata air
dan udara yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Untuk
menilai kesuburan kimia tanah di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit digunakan kriteria penilaian
data hasil analisis sifat kimia tanah yang ditentukan oleh Pusat penelitian Tanah dan
Agroklimat (1983) sebagaimana disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.21. Kriteria Penilaian Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah
No.
1
2
3
4
5

Sifat kimia
C (%)
N (%)
P2O5 (ppm)
K-dd (me/100g)
KTK (me/100g)

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

Sangat
rendah
< 1,00
< 0,10
< 10
< 10
<5

Rendah

Sedang

Tinggi

1,00 2,00
0,10 0,20
10 - 15
10 - 20
5 - 16

2,01-3,01
0,21-0,50
16 - 25
21 - 40
17 - 24

3,01-5,00
0,51-0,75
26 35
41 60
25 40

Sangat
tinggi
> 5,00
> 0,75
> 35
> 60
> 40

II - 28

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
No.

Sifat kimia

Kejenuhan basa (%)

PH H2O

Sangat
rendah
< 20
Sangat
masam

Rendah

Sedang

Tinggi

20 - 35

36 - 50
Agak
masam

51 - 70

Masam

Sumber: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, 1983

Sangat
tinggi
> 70
Agak
alkalis

Mineral

Parameter kunci yang digunakan untuk menilai kesuburanan tanah adalah C-Organik,
P2O5, K2O dan KTK. Bila hasil uji sampel tanah di wilayah studi dibandingkan dengan
kriteria kesuburan tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1983) di atas, maka status
kesuburan tanah di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong rendah, sebagaimana disajikan
pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.22. Status Kesuburan Tanah di Lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
Kode
Sampling
T1
T2
T3

No.
1
2
3

C-Org

P- Total

K-Total

KTK

KB

Status

R
R
R

R
ST
SR

SR
SR
SR

T
R
S

R
R
SR

Rendah
Rendah
Rendah

Sumber : Analisis Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium , 2014


Ket : SR = Sangat Rendah; R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; ST = Sangat TInggi

2.1.2. Komponen Biologi


2.1.2.1.

Flora

Pengamatan dilakukan terhadap beragam vegetasi yang tumbuh di lokasi PT. Arjuna
Utama Sawit. Khusus untuk vegetasi alami dilakukan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)
yang diperoleh dari perhitungan jumlah masing-masing jenis dalam plot sesuai dengan
penggolongannya. Pengamatan secara lebih lengkap disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.23. Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) Vegetasi Hutan di Wilayah Studi
No

Nama
Daerah

Nama Latin

KJ

KR

FJ

FR

DJ

DR

INP

Tingkat Semai
1
2
3
4
5
6
7

Ganua
motleyana
Combretocarpus
Tumih
rotundatus
Ehang
Eugenia mahanii
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Malaleuca
Galam
leucadendron
Pulai
Alstonia sp.
Garcinia
Gandis
piccorrhiza
Katiau

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

2000

23,53 0,8

23,53

47,06

500

5,88 0,2

5,88

11,76

250

2,94 0,1

2,94

5,88

2000

23,53 0,8

23,53

47,06

500

5,88 0,2

5,88

11,76

2000

23,53 0,8

23,53

47,06

250

2,94 0,1

2,94

5,88
II - 29

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

No

Nama
Daerah

Tarap

Hantangan

10

Halaban

Nama Latin
Arttocarpus
tamaran
Camnospermae
minor
Vitex pinnata

KJ

KR

FJ

FR

DJ

DR

INP

250

2,94 0,1

2,94

5,88

250

2,94 0,1

2,94

5,88

500
8500

5,88 0,2
100 3,4

5,88
100

11,76
200

40

4,00 0,1

4,00

8,00

80

8,00 0,2

8,00

16,00

120

12,00 0,3

12,00

24,00

40

4,00 0,1

4,00

8,00

200

20,00 0,5

20,00

40,00

240

24,00 0,6

24,00

48,00

200

20,00 0,5

20,00

40,00

40

4,00 0,1

4,00

8,00

40

4,00 0,1

4,00

8,00

1000 100,00 2,5 100,00

200,00

Tingkat Pancang
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Ganua
motleyana
Combretocarpus
Tumih
rotundatus
Ehang
Eugenia mahanii
Artocarpus
Tarap
tamaran
Halaban
Vitex pinnata
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Malaleuca
Galam
leucadendron
Memecylon
Tamahas
panicutulatum
Elateriospermum
Kalampai
topas
Katiau

Tingkat Tiang
1
2
3
4
5
6
7

Camnospermae
macrophylla
Camnospermae
Hantangan
minor
Bangkirai
Shorea leavifolia
Halaban
Vitex pinnata
Cratoxylon
Geronggang
arborescens
Artocarpus
Tarap
tamaran
Shorea
Katimpun
borneensis
Tarantang

Sumber :Hasil Perhitungan Tim Studi, 2014

20

15,38 0,2

15,38

0,8

15,38

46,15

10
10
30

7,69 0,1
7,69 0,1
23,08 0,3

7,69
7,69
23,08

0,4
0,4
1,2

7,69
7,69
23,08

23,08
23,08
69,23

10

7,69 0,1

7,69

0,4

7,69

23,08

20

15,38 0,2

15,38

0,8

15,38

46,15

30
23,08 0,3
23,08
130 100,00 1,3 100,00

1,2
23,08
69,23
5,2 100,00 300,00

Berdasarkan pengamatan terhadap vegetasi alami di atas, tidak ditemukan tumbuhan


keberadaannya harus dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun 1999.
Di pemukiman penduduk, pada umumnya jenis tanaman budidaya diusahakan di
pekarangan dan kebun (ladang) campuran. Beberapa jenis tanaman budidaya yang
diusahakan disajikan pada Tabel berikut ini:
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 30

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.24. Jenis vegetasi Budidaya di Wilayah Studi


No.

Nama Lokal

1.
Kelapa
2.
Jambu air
3.
Karet
4.
Pisang
5.
Mangga
6.
Nangka
7.
Pepaya
8.
Rambutan
9.
Jagung
10.
Singkong
11.
Nenas
Sumber : Hasil Pengamatan Tim Studi, 2014

Nama Latin
Cocos nucifera
Equaenia spp.
Havea brasiliensis
Musa spp
Mangifera indica
Artocarpusintegra
Careca papaya
Naphellum lappaceum
Zea mays
Manihot utilisima
Annanas Comosus

Gambar 2.10. Jenis Flora di Wilayah Studi

2.1.2.2.

Fauna

Berdasarkan hasil survey di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit dan wawancara dengan
beberapa penduduk sekitar diketahui jenis satwa yang ada di wilayah studi sebagaimana
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.25. Jenis satwa yang ada disekitar wilayah studi
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Jenis Satwa
Biawak
Belalang Coklat
Belalang Hijau
Kumbang Koksi
Cecurut Rumah
Kucing
Orangutan
Anjing
Bajing Hitam
Cicak
Tupai
Musang

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

Nama ilmiah
(Varanus Borneensis)
(Phlaeoba Fumosa)
(Oxya Chinensis)
(Coccinelta Transversalis)
(Suncus Murinus)
(Felis Catus)
(Pongo Pygmaeus)
(Canis Lupus)
(Callosciurus Nigrovittatus)
(Hemidactylus Frenatus)
(Tupaya Javanica)
(Macrogalidia Musschenbroekii)

Status
D

II - 31

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
No.
13.
14.
15.

Jenis Satwa

Nama ilmiah

Status

(Cucurut Marina)
(Limex Tontudatus)
(Angkistrodon Rhodostima)

Tikus Clurut
Kutu Busuk
Ular Tanah

Sumber : Hasil Surveydan Wawancara Tim Studi, 2014


Keterangan :
Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun 1999
D = Dilindungi
Berdasarkan hasil survey dan wawancara (in-deph interview) terhadap masyarakat,
ditemukan informasi terdapat orang utan dan biawak yang keberadaannya harus dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun 1999 Karena itu, keberadaan jenis satwa
ini harus dijaga kelestariannya dengan adanya areal konservasi di lokasi PT. Arjuna Utama
Sawit sebagai habitatnya.
2.1.2.3.

Biota Perairan

1. Plankton
Pengertian dari plankton adalah organisme mikroskopis yang berada di permukaan
perairan dan berfungsi sebagai produsen ekosistem perairan. Sebagai biota mikroskopis
perairan, plankton sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder. Plankton
sebagai sumber makanan bagi organisme yang hidup di perairan.
Plankton juga sering digunakan sebagai tolak ukur kesuburan perairan, dengan
melihat dominansi jenis-jenis atau berkurangnya suatu jenis karena adanya gangguan
terhadap ekosistem perairan, seperti adanya pencemaran. Karena itu keberadaan plankton di
perairan perlu dianalisis keanekaragaman jenisnya.
Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan alat Plankton Net berukuran 200
mesh yang dibagian bawahnya terdapat botol flakon ber volume 11 ml. Air diambil dengan
menggunakan ember berukuran 5 liter dan dituangkan ke dalam Plankton Net, sehingga
plankton yang tertampung pada botol flakon telah terpadatkan dari volume 5 liter air menjadi
11 mililiter air. Kepadatan plankton diukur dengan menggunakan mikroskop binokuler.
Sampelplankton

dalam

botol

flakon

diteteskan

pada

Hemacytometer,

kemudian

dihitungjumlah jenis setiap selnya.


Plankton terdiri dari phytoplankton dan zooplankton.Phytoplankton adalah plankton
yang menyerupai tumbuhan, sehingga mampu melakukan fotosintesis dan merupakan
pensuplai utama oksigen terlarut di perairan; sedangkan zooplankton, meskipun sebagai
pemanfaat langsung phytoplankton, merupakan produsen sekunder perairan. Plankton
merupakan makanan alami larva organisme perairan. Phytoplankton merupakan produsen

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 32

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

utama di perairan; sedangkan organisme konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang,
kepiting dan sebagainya. Zooplankton merupakan sumber makanan penting bagi nekton
pada tingkat juvenil. Beberapa jenis nekton perairan telah berkembang biak dan
membesarkan anak-anaknya di hutan mangrove. Semakin besar densitas zooplankton, maka
semakin besar pula nekton.
a. Phytoplankton
Kelimpahan phytoplankton pada 3(tiga) lokasi pengumpulan Data Rona Lingkungan
Hidup Awal PT. Arjuna Utama Sawit dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.26. Kelimpahan Phytoplankton
No.

Phyllum

Ganera

Cyanophyta

Aphanozomenon
Coelosphaerium
Polycystis

Chloropyta

Hormidium
Pediastrum
Gonatozygon
Mesotaenium
Bambusina
Spirogyra
Cosmarium
Staurastrum

Coconeis
Diatoma
Ephitemia
Chrysophyta
Melosira
Nitszchia
Synedra
Kelimpahan (Sel/Liter)
Indeks Keanekaragaman (H)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Dominasi (D)
Jumlah Taksa

Kode Sample
St-1
St-2
St-3
160
150
130
500
300
550
120
20
80
-

50
160
40
70
20
20

60
50
20
20
-

70
20
30
1150
1,7299
0,7873
0,2461
9

110
10
10
60
980
2,066
0,8314
0,1647
12

60
50
30
20
860
1,3677
0,8225
0,4283
9

Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014

1). Cynophyta
Cynophyta adalah organisme prokariotik dan karenanya tidak terikat membran
organel. Lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada algae lain, mereka sering disebut
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 33

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

sebagai cyanobacteria. Mereka terjadi di laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta
merupakan komponen penting dalam siklus nitrogen dan produsen.
Cynophyta ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera
ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat
membentuk filamen ataupun lembaran. Cynophyta termasuk uniselular, koloni, dan bentuk
filamen. Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe
sel yang berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan
yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase.
Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif.
Cynophyta tidak memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan.
Kebanyakan cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan,
terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun.
Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons
dan menyediakan energi bagi inang.
2). Chlorophyta
Alga Chloropytaini merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam,
karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. Kehadiran alga hijau dalam air
dapat menyebabkan:

Perubahan warna air.

Air menjadi licin karena dapat menghasilkan lender.

Dapat menimbulkan bau dan rasa pada air.

Dapat menyebabkan kerapuhan pada beton.

Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak menghasilkan racun.

3). Chrysophyta
Istilah Chrysophyta berasal dari bahasa Yunani, chrysos yang berarti keemasan,
sehingga Alga Chrysophyta disebut ganggang keemasan (golden algae) atau ganggang
pirang. Warna keemasan disebabkan ganggang ini memiliki pigmen berupa karoten dan
santofil yang jumlahnya dominan dibandingkan dengan klorofil adan c.Ganggang keemasan
sering disebut juga dengan ganggang kersik, karena mengandung silikat. Ganggang jenis ini
tidak begitu membahayakan, karena tidak menghasilkan racun. Akan tetapi ganggang ini
dapat menimbulkan bau yang tidak enak dan menyebabkan kekeruhan pada air.
Dari Tabel 2.26 dapat dikemukakan bahwa kelimpahan Phytoplankton di lokasi studi
berkisar antara 860 1.150 sel/Liter dengan indeks keanekaragaman (H) berkisar antara
1,36 2,06 dan indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,78 0,83 dan indeks Dominasi
(D) berkisar antara 0,16 0,42 dengan jumlah taksa 9 12 jenis, maka skala kualitas
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 34

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

lingkungan biota air untuk kelimpahan Phytoplankton di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
tergolong sangat baik.
b. Zooplankton
Kelimpahan zooplankton pada 3 (tiga) lokasi pengumpulan Data Rona Lingkungan
Hidup Awal PT. Arjuna Utama Sawit dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.27. Kelimpahan Zooplankton
No.

Phyllum

Ganera

Protozoa

Arcella
Phacus

Aschelminthes
Filina
Kelimpahan (Sel/Liter)
Indeks Keanekaragaman (H)
Indeks Keseragaman (E)
Indeks Dominasi (D)
Jumlah Taksa

Kode Sample
St-1
St-2
St-3
20
50
30
20
70
0,5983
0,8631
0,5918
2

20
0
0
1
1

30
0
0
1
1

Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014

1). Protozoa
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kebanyakan Protozoa hanya
dapat dilihat di bawah mikroskop. Kadang-kadang antara alga dan Protozoa kurang jelas
perbedaannya. Beberapa organisme mempunyai sifat antara Alga dan Protozoa. Sebagai
contoh alga hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa.
Beberapa ilmuwan memasukkan semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada
nutrien komplek tanpa adanya cahayafilum Protozoa.
2). Aschelminthes
Aschelminthes adalah filum yang pernah dipakai pada Kerajaan Hewan (Animalia).
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing gilig, berupa
hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang.
Dari Tabel 2.27 dapat dikemukakan bahwa kelimpahan Zooplankton berkisar antara
20 70 sel/Liter dengan indeks keanekaragaman (H) berkisar antara 0 0,50 dan indeks
keseragaman (E) berkisar antara 0 0,86 dan indeks Dominasi (D) berkisar antara 0,59
1,00 dengan jumlah taksa 1 2 jenis, maka skala kualitas lingkungan biota air untuk
kelimpahan zooplankton di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong Buruk.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 35

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
2. Benthos

Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat), baik yang sesil,
merayap maupun menggali lubang. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang
atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal ini berkaitan
dengan karakteristik serta jenis makanan benthos.
Beberapa contoh benthos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut,
terumbu karang dan lain-lain. Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan
sebagai petunjuk kualitas lingkungan,karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktorfaktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan benthos terus menerus terbawa oleh air
yang kualitasnya berubah-ubah.
Diantara hewan benthos yang relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap
perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok
invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos
berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga
planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya
adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan benthos.
Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air, diantaranya suhu sebagai stabilisator.
Perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan
di udara. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam dan makanan serta
organisme

dalam

air.

Oksigen

terlarut

(DO)

berpengaruh

terhadap

fotosintesis

organisme.Kebutuhan Oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air,


kimiaair (COD),kandunganN, kedalaman air dan substrat dasar. Hewan benthos, terutama
yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup
maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan
yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien
bagi produsen perairan.
Kepadatan benthos pada 3(tiga) lokasi pengumpulan data Rona Lingkungan Hidup
Awal PT. Arjuna Utama Sawit disajikan pada Tabel berikut ini:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 36

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.28. Kelimpahan Benthos


Kode Sample
St-1
St-2
St-3

No.

Phyllum

Ganera

Mollusca

Tidak Terdeteksi

Annelida

Tidak Terdeteksi

Insecta

Tidak Terdeteksi

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

Individu/m2
Indeks Keanekaragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominasi
Jumlah Taksa

Sumber : Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air, Fak. Perikanan, UNLAM Banjarbaru, 2014

Dari Tabel 2.28 dapat dikemukakan bahwa, tidak ada ditemukan keanekaragaman
benthos di lokasi studi, maka status kualitas lingkungan biota air untuk kelimpahan benthos di
lokasi PT. Arjuna Utama Sawit tergolong sangat buruk.
Untuk menilai kualitas lingkungan biota air di lokasi PT. Arjuna Utama Sawit
digunakan skala kualitas lingkungan biota air menurut Fandeli, C (1992) sebagaimana
disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.29. Skala Kualitas Lingkungan Biota Air

3.

Nekton
Nekton, seperti berbagai jenis ikan merupakan biota air yang mempunyai nilai

ekonomis dan sumber bahan pangan (proteinhewani) yang cukup tinggi. Karena itu, nekton
merupakan biota air yang banyak diusahakan (ditangkap dan dibudidayakan) untuk
kebutuhan, sekaligus dijual sebagai sumber pendapatan rumah tangga.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 37

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Kelimpahan/keanekaragaman jenis nekton atau ikan ini sangat dipengaruhi oleh


kondisi kualitas perairan dan daya dukung areal sempatan sungai. Pencemaran sungai
karena limbah dan sedimentasi dapat menurunkan kualitas perairan dan pada akhirnya akan
berdampak pada penurunan potensi kelimpahan jenis ikan di perairan tersebut.
Beberapa jenis ikan yang ada dilokasi studi berdasarkan hasil wawancara dengan
penduduk disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.30. Jenis Nekton yang ada di Perairan Lokasi Studi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Nama Lokal
Patin
Jelawat
Baung
Lais
Saluang
Gabus
Sepat
Belut
Betok
Tapah
Senggiringan
Lele
Kelabau
Kalui
Pipih
Banta
Biawan
Udang
Lawang
Kerandang
Riu
Nila
Mas
Toman

Nama Daerah
Patin
Manjuhan
Baung
Lais
Saluang
Behau
Sasapat
Lindung
Bapuyu
Tampahas
Sanggiringan
Pentet
Kelabau
Kalui
Belida
Banta
Tabakang
Undang
Lawang
Karandang
Riu
Nila
Mas
Tahuman

Nama Latin
Pangasius pangasius
Leptobarbus melanotaenia
Mystus bimaculatus sp.
Kryptopterus sp.
Rasbora sp.
Channa striata
Tricogaster pectoralis
Monopterus albus
Anabas testudineus
Walago leeri
Mystus nemurus
Clarias batrachus
Osteochelus kelabau
Osphronemus gourami
Notopterus bomeensis
Tilapia sp.
Helastoma teminckii
Macrobranium rosenbergii
Pangasius sp.
Channa pleuropthalmus
Laides hexanema
Tilapia nilotica
Cyprinus carpio
Channa mikropeltes

Sumber : Wawancara Tim Studi, 2014

Berdasarkan hasil wawancara di atas, tidak ditemukan ikan yang keberadaannya


harus dilindungi berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah No. 07 Tahun tentang jenisjenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
Berdasarkan izin lokasi dari Bupati Katingan, areal PT. Arjuna Utama Sawit meliputi
wilayah di (enam) desa, yaitu Desa Asem Kumbang, Baun Bango, Tumbang Runen,
Jahanjang, Karuing dan Parupuk. Meskipun demikian, 2 (dua) Desa di sekitar lokasi, yaitu
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 38

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Desa Telaga dan Tampelas juga akan terkena dampak dari rencana kegiatan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Karena itu jumlah desa yang
menjadi binaan dan masuk ke dalam kajian dampak menjadi 8 (delapan) Desa.
2.1.3.1.

Keresahan Masyarakat dan Konflik Sosial

Dalam rangka menelaah keresahan masyarakat dan konflik sosial yang akan terjadi,
perlu diketahui terlebih dahulu kondisi sosial budaya setempat yang mempengaruhi persepsi
mereka terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit ini. Kondisi sosial budaya dimaksud meliputi agama yang dianut, tingkat
pendidikan dan adat istiadat setempat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, kehidupan beragama yang kondusif di mana
sesama umat beragama hidup dengan rukun dan saling toleransi, dapat menciptakan
ketentraman dalam masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan prasyarat agar kegiatan
pembangunan berjalan dengan baik. Intensitas keresahan dan konflik sosial bisa direduksi
melalui cara pendekatan keagamaan untuk masyarakat yang agamis.
Sarana peribadahan dan sosial di wilayah studi disajikan pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.31. Jumlah Sarana Keagamaan di Wilayah Studi
Desa
Asem Kumbang
Baun Bango
Tumbang Runen
Jahanjang
Keruing
Parupuk
Telaga
Tampelas

Masjid

Surau/Langgar

Gereja

1
1
1
2
1
1
1
1

1
-

1
-

Balai
Basara
1
-

Vihara
-

Sumber: Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Umumnya penduduk di wilayah studi umumnya beragama Islam. Masjid sebagai


sarana ibadah umat Islam berjumlah 9 (Sembilan) buah dan tersebar di semua desa. Selain
Masjid, terdapat juga sarana ibadah umat beragama lain, berupa 1 (satu) buah Gereja dan 1
(satu)

buah Pura di Desa Baun Bango.

Memperhatikan jumlah penduduk

dan

pertumbuhannya yang terus meningkat maka sarana ibadah tersebut sangat dimungkinkan
kedepannya diperlukan penambahan bangunan sarana ibadah, terutama di desa-desa yang
belum memiliki-nya terutama untuk Desa yang berada di sekitar wilayah studi yang
merupakan Desa binaan PT. Arjuna Utama Sawit.
Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk merupakan sumber potensi konflik
sosial. Bila tertinggal dalam hal pendidikan dan keterampilan, penduduk setempat bisa saja
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 39

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

merasa terpinggirkan dan menjadi potensi konflik yang signifikan. Akibat ketertinggalan ini,
mereka menjadi sulit untuk menerima perubahan dan memasuki lapangan kerja yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila lembaga pendidikan dan
ketrampilan mudah diakses, berada atau tidak terlalu jauh dari desa mereka, tentu mereka
tidak tertinggal dalam hal pendidikan dan ketrampilan.
Data yang rinci mengenai lembaga pendidikan formal yang terdapat di wilayah studi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.32. Jumlah Lembaga Pendidikan Formal dan Guru di Wilayah Studi
Jenjang Pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK)
Sekolah Dasar (SD) Negeri
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah Menengah Umum (SMU)

Jumlah
Bangunan
Guru (orang)
(Unit)
4
10
11
73
6
53
1
6

Rerata
Guru/Unit
2-3
6-7
9
6

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, Kecamatan Kamipang sudah memperoleh
fasilitas lembaga pendidikan formal dari tingkat TK - SMUdengan jumlah guru relatif
mencukupi. Selain lembaga pendidikan formal, tersedia juga lembaga pendidikan pesantren
di Desa Telaga dan Galinggang. Tidak ada kesulitan aksesibilitas jalan bagi warga
masyarakat setempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Gambar 2.11. Beberapa Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Kamipang


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 40

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Masyarakat di wilayah studi dapat digolongkan ke dalam satuan komunitas yang agak
terbuka. Mereka bermukim berkelompok dari berbagai suku, seperti Dayak Katingan, Banjar,
Jawa dan lain-lain. Budaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang sangat menonjol di
wilayah studi adalah budaya Dayak.
Penduduk di wilayah studi adalah masyarakat pedesaan yang heterogen dengan
tingkat kesibukan yang relatif sedang dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan beragam
usaha dan pekerjaan. Namun demikian, masyarakatnya masih mempertahankan dan
menjaga nilai-nilai kerukunan dan kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seharihari di antara warga masyarakat. Mereka bisa meluangkan waktu di antara kesibukannya
untuk bercengkerama dengan tetangga. Kegiatan ini membuat interaksi dan komunikasi
warga masyarakat terjalin dengan harmonis.
Adat istiadat yang berlaku pada kelompok masyarakat secara umum masih bersifat
tradisional dengan sifat yang agak rumit. Simbol kehidupan tersebut diwujudkan dalam
berbagai kehidupan sehari-hari, seperti upacara adat sewaktu pernikahan, kelahiran dan
kematian.
Kajian tentang orientasi nilai budaya dalam studi ini mengacu pada tatanan
kelembagaan dan pranata sosial yang tumbuh dan berkembang sebagai pengaturan tata
kehidupan suatu komunitas masyarakat yang bermukim pada satu daerah tertentu. Berbagai
tatanan kelembagaan dimaksud selalu berorientasi pada sistem kekerabatan yang berlaku di
kalangan komunitas tersebut.
Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat lokal yang berdomisili pada
desa-desa di Kecamatan Kamipang yang terkait dengan rencana kegiatan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit adalah keluarga inti sebagai
suatu kesatuan yang menghuni suatu rumah dan berkelompok dalam suatu perkampungan
yang disebut dengan dusun. Kelompok keluarga inti ini pada umumnya menempati tanah
yang dikuasai secara adat dalam suatu wilayah yang cukup luas, sehingga kelompok
pemukiman yang ada merupakan suatu kesatuan keluarga yang besar berdasarkan garis
keturunan patrilineal.
Keresahan masyarakat timbul apabila sesuatu yang terjadi atau dilaksanakan dalam
kehidupan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipahami dan disepakati secara
bersama oleh masyarakat tersebut. Sikap dan persepsi masyarakat akan adanya suatu
kegiatan pembangunan juga dapat menggambarkan kondisi keresahan dalam masyarakat.
Apabila

banyak

masyarakat

yang

menyatakan

sikap

menolak

adanya

rencana

pembangunan, disertai juga dengan persepsi awal yang negatif, maka keresahan
dimungkinkan terjadi bila kegiatan pembangunan tersebut tetap dilanjutkan. Akibat
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 41

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
selanjutnya

adalah munculnya konflik horisontal dalam masyarakat antara mereka yang

membela dan yang menolak rencana pembangunan tersebut.


Dari hasil kuesioner maupun wawancara secara langsung dengan beberapa
masyarakat yang ada di Desa Asem Kumbang, Baun Bango, Tumbang Runen, Jahanjang,
Keruing dan Parupukyang dilakukan Tim Studi, diperolehinformasibahwa,beberapa dari
masyarakat merasa cukup resah atas rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa
sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit. Beberapa keresahan masyarakat tersebut antara
lain adalah:
a.

Masyarakat khawatir akan timbul konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat,
terutama terkait dengan proses penyelesaian lahan. Hal ini disebabkan di beberapa
tempatdari lokasi PT. Arjuna Utama Sawit terdapat lahan yang diusahakan dan dimiliki
oleh masyarakat.

b.

Masyarakat merasa bahwa, program plasma yang merupakan kewajiban perusahaan


tidak dapat berjalan optimal. Hal ini didasarkan pada pengalaman masyarakat terhadap
perusahaan lain yang telah beroperasi di wilayah mereka.

c.

Masyarakat merasa khawatir rencana pendirian PKS akan menyebabkan pencemaran


air, terutama Sungai Klaru yang sebagian sumber airnya berasal Sungai Raman.
Terkait dengan rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS

PT. Arjuna Utama Sawit, diperoleh informasi bahwa sebagian besar masyarakatyang berada
di desa-desa dalam Kecamatan Kamipang sudah mengetahui adanya rencana kegiatan ini.
Tidak tahu ; 0%

Tahu ; 100%

Gambar 2.12. Jumlah Masyarakat yang Mengetahui Rencana Usaha/Kegiatan


Untuk menyebarkan informasi terkait dengan rencana kegiatan pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan PKS, manajemen perusahaan akan terus melakukan
sosialisasi terutama setelah proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) selesai
dikerjakan dan disetujui oleh instansi terkait.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 42

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL
2.1.3.2. Sikap Masyarakat

Secara umum masyarakat desa sekitar yang terkena dampak setuju atas rencana
kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit danPKS PT. Arjuna Utama Sawit. Harapan
masyarakat terhadap PT. Arjuna Utama Sawit antara lain:
1.

Perusahaan memprioritaskan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja lokal.

2.

Minta kejelasan batas-batas areal perusahaan terhadap kebun masyarakat.

3.

Pencegahan akan lebih baik dari pada penindakan. Karena itu harus selalu ada
komunikasi timbal balik antara masyarakat dengan perusahaan dan pemerintah.

4.

Agar perusahaan dapat berkoordinasi dengan Dinas Instansi terkait.

5.

Apresiasi diberikan kepada pihak perusahaan dan Tim Penyusun yang telah
melaksanakan kegiatan AMDAL sesuai dengan Permen LH yang baru.

6.

Perusahaan wajib memperhatikan pencemaran yang akan terjadi terhadap lingkungan.

7.

Masyarakat minta ada sosialisasi ke desa-desa.

8.

Pihak perusahaan agar ke depannya dapat memperhatikan kesejahteraan masyarakat


dengan kontribusi berupa sarana dan prasarana, antara lain pendidikan, sarana ibadah,
dan lain-lain.

9.

Masyarakat desa sekitar menyambut baik dengan masuknya perusahaan.

10.

Agar pihak perusahaan memperhatikan situs budaya dan kearifan lokal yang ada di
sekitar wilayah perusahaan.

11.

Hak plasma masyarakat dapat direalisasikan secara adil dan transparan.


Dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner di desa-desa sekitar wilayah studi

terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna
Utama Sawit diperoleh informasi bahwa,sebagian besar masyarakat (96%) merasa senang
atas rencana kegiatan perusahaan. Masyarakat yang tidak senang atas rencana kegiatan
perusahaan 4% saja, terutama disebabkan informasi yang kurang jelas terhadap rencana
kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. Arjuna Utama Sawit.
Tidak Senang ;
4%

Senang ; 96%

Gambar 2.13. Tanggapan Masyarakat atas Rencana Usaha/Kegiatan


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 43

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1.3.3. Kesempatan Kerja dan Berusaha


Untuk mengetahui kesempatan kerja dan berusaha yang tersedia bagi pendudukan
diperlukan data yang menggambarkan keadaan penawaran kerja mereka. Penawaran kerja
terutama dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan komposisinya; jumlah rumah tangga dan
ukuran keluarga; jumlah tenaga kerja dan angka beban ketergantungan; serta pertumbuhan
penduduk.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Katingan (2012), jumlah
penduduk Kecamatan Kamipang Tahun 2011 sebanyak 6.433 jiwa, terdiri dari 3.310 laki-laki
dan 3.123 perempuan (sex ratio =106). Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel berikut
ini :
Tabel 2.33. Jumlah penduduk dan Komposisinya di Wilayah Studi Tahun 2011
Kecamatan/
Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas

Jumlah Penduduk (orang)


L
P
Jumlah
3.310
3.123
6.433
646
625
1.271
307
339
646
178
163
341
329
283
612
230
204
434
50
54
104
725
654
1.379
200
192
392

Sex Ratio
106
103
91
109
116
113
93
111
104

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012.

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, jumlah penduduk desa yang relatif paling
banyak (lebih dari 1.000 jiwa) dijumpai di Desa Telaga dan Asem Kumbang. Desa-desa
lainnya dengan jumlah penduduk yang cukup banyak (<1.000 jiwa) secara berturut-turut ialah
Desa Baun Bango, Jahanjang, Karuing, Tampelas, Tumbang Runen dan Parupuk. Umumnya
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (Sex Ratio >100), secara berturut-turut
ialah Desa Jahanjang, Karuing, Telaga, Tumbang Runen, Tampelas dan Asem Kumbang.
Jumlah perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki-laki dijumpai di Desa Parupuk dan
Baun Bango. Lebih banyak jumlah penduduk dan lebih tinggi sex ratio cenderung lebih tinggi
pula penawaran tenaga kerja.
Jumlah rumah tangga dan ukuran keluarga (size of family) merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Makin banyak jumlah rumah tangga,
makin banyak pula Kepala Keluarga (KK)/anggota keluarga yang dituntut bekerja untuk
memenuhi kebutuhan pokok rumah tangganya. Makin besar ukuran keluarga, makin
membutuhkan pendapatan yang lebih banyak, sehingga memerlukan kerja yang lebih
banyak, baik dari segi kuantitasnya (curahan kerja) maupun kualitasnya.
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 44

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Data mengenai jumlah rumah tangga dan rata-rata jiwa per rumah tangga dapat
dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.34. Jumlah Rumah Tangga dan Ukuran Keluarga (Size of Family) di Wilayah
Studi Tahun 2011
Jumlah Rumah Tangga
(RT)
1.597
319
184
89
175
112
25
296
108

Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas

Rata-rata Jiwa Per


Rumah Tangga
4,03
3,98
3,51
3,83
3,50
3,88
4,16
4,66
3,63

Sumber :Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, ukuran keluarga di Kecamatan Kamipang
rata-rata terdiri dari 4,03 jiwa/rumah tangga. Keluarga besar (di atas rata-rata kecamatan)
dijumpai di Desa Telaga 4,66 jiwa/rumah tangga dan Parupuk 4,16 jiwa/rumah tangga.
Desa-desa lainnya termasuk dalam kategori keluarga kecil (<4,00 jiwa/rumah tangga). Norma
keluarga kecil belum merata di wilayah studi ini.
Pertumbuhan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk.
Penduduk Kecamatan Kamipang. Data yang lebih rinci tentang pertumbuhan penduduk
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.35. Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2011
Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas

Jumlah Penduduk pada Tahun


2010
2011
6.340
6.433
1.253
1.271
637
646
336
341
603
612
428
434
102
104
1.359
1.379
386
392

Pertumbuhan (%)
1,47
1,44
1,41
1,49
1,49
1,40
1,96
1,47
1,55

Sumber :Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, penduduk di Kecamatan Kamipang pada
Tahun 2010 sebanyak 6.340 jiwa, dan naik menjadi 6.433 jiwa pada Tahun 2011 atau
bertumbuh sebesar 1,47%. Pertumbuhan penduduk di Desa Parupuk, Tampelas, Tumbang
Runen, Jahanjang dan Telaga relative sama atau lebih tinggi dari pada angka rata-rata
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 45

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

pertumbuhan penduduk kecamatan; dan pertumbuhan penduduk Desa Karuing, Baun Bango
dan Asem Kumbang relatif lebih rendah dari angka rata-rata pertumbuhan kecamatan.
Faktor kependudukan selanjutnya yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja ialah
tingkat kepadatan penduduk. Data luas wilayah dan kepadatan penduduk di wilayah studi
dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.36. Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi Tahun
2011
Kecamatan/Desa
Kecamatan Kamipang
a. Desa Asem Kumbang
b. Desa Baun Bango
c. Desa Tumbang Runen
d. Desa Jahanjang
e. Desa Karuing
f. Desa Parupuk
g. Desa Telaga
h. Desa Tampelas

Luas Wilayah
(km2)
27,93
2,22
6,55
1,14
1,98
2,16
5,95
1,54
5,48

Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
(KK/km2)
230
57
573
144
99
28
299
78
309
88
201
52
17
4
895
192
72
20

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan
Kamipang ialah rata-rata 230 orang penduduk atau 57 rumah tangga per km2, masih
tergolong berpenduduk jarang. Penduduk di Desa Telaga, Asem Kumbang, Jahanjang, dan
Tumbang Runen relatif lebih padat dari pada rata-rata kepadatan penduduk kecamatan; dan
penduduk di Desa Parupuk, Tampelas, Baun Bango dan Karuing relatif lebih jarang dari pada
rata-rata kepadatan penduduk kecamatan. Lebih padat penduduk cenderung mempunyai
tingkat penawaran kerja yang lebih banyak.
Penawaran tenaga kerja juga dipengaruhi oleh banyaknya angkatan kerja relatif
terhadap jumlah penduduk yang ditunjukkan oleh angka beban ketergantungan (dependency
ratio/DR). Makin tinggi angka DR, cenderung banyak curahan kerja yang ditawarkan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Data tentang angka DR di Kabupaten
Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.37. Angka Beban Ketergantungan (DR) di Kecamatan Kamipang Tahun 2011
No.
Uraian
1. Jumlah Penduduk
a. Penduduk usia < 14 tahun
b. Penduduk usia 15-64 tahun
c. Penduduk usia 65 tahun ke atas
2. Angka Beban Ketergantungan (DR)

Jumlah
6.416
2.166
4.078
172
58

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 46

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Dari Tabel di atas diketahui bahwa, angka beban ketergantungan rata-rata


Kecamatan Kamipang adalah 58, artinya dalam 100 orang penduduk ditanggung 58 orang
angkatan kerja.
Kesempatan kerja dan peluang berusaha juga erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh terhadap
kemampuan dan menentukan penempatan tenaga kerja oleh perusahaan. Berdasarkan
pengumpulan data melalui kuesioner diperoleh gambaran secara umum tingkat pendidikan
di Desa Asem Kumbang, Baun Bango, Tumbang Runen, Jahanjang, Keruing dan Parupuk
sebagaimana disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.38. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Lokasi Studi
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
TOTAL

Terdaftar
Laki-Laki
Perempuan
4
1
145
93
26
16
20
12
196
121

Jumlah
4
1
238
42
32
317

Prosentase
(%)
1,26
0,32
75,08
13,25
10,09
100,00

Sumber : Tim Studi, 2014

Berdasarkan hasil rangkuman daridata sekunder, kuesioner dan wawancara


mendalam terhadap penduduk maupun tokoh masyarakat diperoleh gambaran bahwa,
penduduk di wilayah studi berpendidikan Tamat SD, SMP/Sederjat, SMA/Sederjat, Diploma
dan Sarjana. Tingkat pendidikan penduduk terbanyak adalah SMA/sederajat.
Bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dibutuhkan PT. Arjuna Utama Sawit
pada tahap konstruksi dan operasi sebanyak 1.080 orang, maka kesempatan bekerja dan
berusaha sangat terbuka bagi masyarakat di desa-desa wilayah studi.
Dari hasil pengumpulan data melalui wawancara dengan responden diperoleh
informasi bahwa, sebagian besar masyarakat berkeinginan bekerja di PT. Arjuna Utama
Sawit bila perusahaan tersebut telah beroperasi. Beberapa diantaranya menyatakan
ketidakinginannya bekerja di perusahaan, karena telah memiliki pekerjaan atau usaha
sendiri.
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner terhadap responden di desa-desa di
sekitar wilayah studi menunjukkan bahwa, keinginan bekerja sebanyak 60%; dan yang
menyebutkan tidak ingin bekerja sebanyak 40%. Ketidakinginan bekerja ini disebabkan
karena mereka sudah memiliki pekerjaan tetap. Sebagian masyarakat desa-desa di Wilayah
Kecamatan Kamipang sudah bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Arjuna
Utama Sawit.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 47

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Salah satu multiplier effect dari adanya usaha perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit adalah munculnya sumber-sumber pendapatan baru dan mendukung
usaha yang selama ini sudah dilakukan masyarakat. Kesempatan berusaha akan muncul
seiring dengan berkembangnya kegiatan dan bertambahnya jumlah tenaga kerja di PT.
Arjuna Utama Sawit, seperti pengangkutan TBS dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2.1.3.4. Pendapatan Masyarakat
Penduduk di wilayah studi saat ini umumnya bekerja sebagai petani penyadap karet.
Kegiatan usaha menyadap karet ini dilaksanakan oleh suami dan isteri, namun kadangkadang juga melibatkan anggota rumah tangganya yang lain, seperti anak-anak, orang tua
dan lain-lain. Atau suami dan isteri berbagi pekerjaan pada lapangan usaha yang berbeda.
Mereka mulai lebih menekuni usaha menyadap karet ini setelah berkurangnya
kegiatan usaha mencari/menebang kayu (logging) sebagai dampak penertiban illegal logging.
Sebelumnya, usaha mencari/menebang kayu menjadi mata pencaharian utama penduduk.
Kegiatan menyadap karet hanya dilakukan disela-sela waktu mencari kayu atau menunggu
air dalam untuk memilirkan batang/kayu yang mereka tebang. Atau menyadap karet adalah
pekerjaan isteri dan anak-anak mereka saja. Mereka bekerja paling lama hanya 6 (enam)
jam sehari, dan enam hari dalam seminggu (hari jumat libur), serta tidak melaksanakan
aktivitas usaha bila hari hujan. Tidak ada rumah tangga yang menganggur.
Selain sebagai penyadap karet, sebagaian penduduk di wilayah studi juga bekerja
sebagai nelayan penangkap ikan di sungai dan berdagang. Jenis usaha dagang yang
dilakukan adalah pedagang eceran warung/kedai makan dan minum sebagaimana disajikan
pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.39. Jumlah Sarana Perekonomian Menurut Desa di Wilayah
Kecamatan Kamipang (Keadaan Bulan April 2012)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Desa/Kelurahan
Galinggang
Tampelas
Telaga
Parupuk
Karuing
Jahanjang
Tumbang Runen
Baun Bango
Asem Kumbang
Total

Pasar
Umum

Pasar
Hewan

Toko/
Pedagang
Eceran
10
8
24
3
8
6
6
11
20
96

Kedai/
Warung
Minum
3
5
13
1
3
4
1
6
5
41

KUD/
Non
KUD
-

Bank
-

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka. 2012

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 48

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Selain sektor perdagangan, sarana infrastruktur lainnya berupa penginapan dijumpai


di wilayah studi. Sarana penginapan ini hanya terdapat di Desa Baun Bango. tidak terdapat di
desa-desa lainnya. Hal ini sebabkan Desa Baun Bango merupakan ibukota Kecamatan
Kamipang.
Beberapa jenis usaha perdagangan yang terdapat di wilayah studi disajikan pada
Gambar berikut ini:

Gambar 2.14. Beberapa Jenis Usaha Perdagangan yang Terdapat


di Wilayah Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan
Pendapatan per kapita dapat memberikan gambaran mengenai (a). lajunya
perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah/negara dan (b).
perubahan dalam corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang telah berlaku di
antara berbagai daerah/negara. Penggambaran tingkat pendapatan di wilayah studi adalah
berdasarkan pendapatan per kapita Kabupaten Katingan, dan pendapatan lokal wilayah
setempat.
2.000.000,- s/d
3.000.000,8%
1.000.000,- s/d
2.000.000,32%

di atas 3.000.000,4%

500.000,- s/d
1.000.000
56%

Gambar 2.15. Penghasilan Rata-rata Per Bulan


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 49

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tingkat pendapatan per kapita penduduk dan angka laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.40. Pendapatan Per Kapita dan Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Katingan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)
Tahun
2011
2012

Harga
Berlaku
20.388.430,60
22.966.061,83

Pertumbuhan
(%)
11,2

Harga Konstan
2000
9.143.845,74
9.610.370,48

Pertumbuhan (%)
4,8

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, pendapatan per kapita penduduk
Kabupaten Katingan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 22,9 juta, naik sebesar 11,2% dari
tahun sebelumnya. Berdasarkan harga konstan Tahun 2000, pendapatan per kapitanya
adalah sebesar Rp 9,6 juta naik sebesar 4,8 % dari tahun sebelumnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Katingan disajikan pada
Tabel berikut ini:
Tabel 2.41. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Katingan menurut Lapangan Usaha Tahun 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Telekomunikasi
Keuangan, Persewaan, Jasa Perush.
Jasa-jasa
Jumlah

PDRB Harga Berlaku


Rp (000.000)
(%)
1.354.855,46
39,25
101.435,04
2,94
258.356,76
7,48
7.095,07
0,21
118.504,19
3,43
678.583,19
19,66
436.816,70
12,65
71.657,63
2,08
424.816,57
12,31
3.452.120,62
100,00

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, peranan sektor pertanian dalam
PDRBKabupaten Katingan masih dominan (39,25 %). Sektor lain paling berkontribusi
terhadap PDRB secara berturut-turut adalah adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(19,66%), pengangkutan dan telekomunikasi (12,65%) dan jasa-jasa (12,31%). Sektor-sektor
lainnya memberikan kontribusi yang relatif lebih sedikit terhadap PDRB.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Katingan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 50

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.42. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga yang Berlaku dan
Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) di Kabupaten Katingan Tahun 2011/2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan, Telekomunikasi
Keuangan, Persewaan, Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa lainnya
Jumlah

(Rp. Juta)
2011
2012
1.169.938,66 1.354.855,46
92.438,48
101.435,04
235.161,10
258.356,76
6.169,36
7.095,07
102.089,16
118.504,19

Pertumbuhan
(%)
15,81
9,73
9,86
15,00
16,08

581.285,06
389.896,77

678.583,19
436.816,70

16,74
12,03

60.228,05
368.767,56
3.005.674,20

71.657,63
424.816,57
3.452.120,61

18,98
15,20
14,84

Sumber : Kabupaten Katingan dalam Angka, 2012

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, laju pertumbuhan ekonomi sektoral
Kabupaten Katingan Tahun 2012 cukup tinggi, rata-rata14,84%. Angka laju pertumbuhan
ekonomi sektoral menunjukkan rata-rata dua digit. Sektor yang tumbuh paling cepat ialah
sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan (18,98%). Sektor-sektor yang tumbuh di atas
rata-rata adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (16,74%), bangunan/konstruksi
(16,08%), pertanian (15,81%) dan jasa-jasa lainnya (15,20%).Sektor-sektor lainnya relatif
sedikit lebih lambat laju pertumbuhannya.
Pendapatan adalah imbalan jasa atas pekerjaan atau non pekerjaan yang dilakukan
penduduk yang dinilai dengan uang. Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dengan
biaya produksi.Penerimaan adalah nilai penjualan hasil produksi dan hasil sampingnya.
Karena itu, penerimaan tergantung dari besarnya produksi/hasil sampingnya yang dihasilkan
dan harga jualnya.
Penduduk di wilayah studi umumnya memproduksi kantalan (lump) sebagai hasil
sadapan getah karet yang mereka lakukan. Jumlah produksi bervariasi, berkisar 5 10
Kg/KK), dengan produksi rata-rata adalah 7,5 kg/KK. Bervariasinya jumlah produksi ini
sangat tergantung dari curahan kerja rumahtangga yang tersedia, serta luasan dan
produktifitas kebun karet yang mereka usahakan.
Harga pasar dunia untuk komoditas karet saat ini cukup tinggi, sehingga harga jual
kantalan yang dinikmati penduduk juga relatif tinggi. Umumnya penduduk menjual kantalan
kepada pedagang pengumpul setempat atau pedagang pengumpul kecamatan/kabupaten.
Harga jual rata-rata adalah sebesar Rp. 9.000/Kg (berkisar antara Rp 8.500/Kg sampai
dengan Rp 9.500/Kg).
PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 51

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Selain tergantung dari harga pasar dunia, harga jual penduduk juga tergantung dari
jarak, aksesibilitas menuju pasar dan bargaining position penduduk dengan pedagang.
Tataniaga karet bisa dilakukan memanfaatkan jalan darat dan alur sungai. Kantalan
diangkut menuju Sampit, menggunakan jalan darat Lintas Kalimantan; atau kantalan
dikumpulkan oleh pedagang pengumpul lokal diangkut ke pasar dengan memanfaatkan anak
Sungai Mentaya. Penerimaan rata-rata dari usaha sadap karet adalah sebesar Rp.
2.121.875/Bulan/KK.
Biaya produksi meliputi biaya bahan berupa kantong plastik dan tali raffia; biaya alat
meliputi pisau, topi dan parang; dan biaya transportasi meliputi perahu/klotok bermotor untuk
ke kebun karet pulang pergi. Selain itu, terdapat biaya atau imbalan untuk pemilik kebun
karet sebanyak 1/3 bagian dari hasil pekerja karet yang tidak memiliki kebun sendiri. Total
biaya produksi rata-rata per bulan per KK adalah sebesar Rp. 215.000. Dengan demikian,
pendapatan rata-rata penduduk di wilayah studi dari usaha karet adalah sebesar Rp.
1.906.875/Bulan/KK, atau nisbah pendapatannya (RCR) sebesar 9,87. Pendapatan dari
berbagai mata pencaharian lainnya termasuk usahatani padi dan mencari hasil hutan ikutan,
merupakan tambahan penghasilan mereka dalam setahun.
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat
2.1.4.1.

Potensi Pemajanan

Perkembangan keadaan lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan


masyarakat. Di dalam lingkungan yang sesuai, penyebab penyakit dapat ditularkan dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebab penyakit dapat
berupa bahan fisik/kimia dan berbagai macam organisme, seperti virus, bakteri, fungi, cacing,
serangga dan lainnya dapat ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan dapat terjadi melalui media lingkungan seperti udara, air, tanah, dan benda-benda
lain, hewan atau tumbuhan.
Media lingkungan sangat potensial meningkatkan proses dan potensi pemajanan,
mengingat penduduk desa yang bermukim di sepanjang aliran sungai memanfaatkan air
sungai untuk keperluan sehari-hari. Kegiatan sejenis yang ada yang dapat berpengaruh
terhadap lingkungan adalah perkebunan kelapa sawit.
Secara umum gambaran perkembangan penyakit yang dialami/diderita masyarakat di
Kabupaten Katingan (prevalensi penyakit) dapat dikelompokkan dalam 10 penyakit dominan.
Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 52

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Tabel 2.43. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Kamipang Tahun 2012


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Gastritis
Reumatik (peny. Tulang belulang, radang sendi)
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Febris
Diare
Penyakit kulit alergi
ANC
Chepalgia
Hypotensi
Jumlah

Jumlah Penderita
762
328
283
160
146
124
63
59
52
30
2.007

Sumber : Puskesmas Baun Bango Kecamatan Kamipang, 2013

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, jenis penyakit ISPA (762 penderita) sudah
dominan di Kecamatan Kamipang. Nampaknya jenis penyakit yang berbasis lingkungan ini
rawan menjadi wabah bila mutu lingkungan lebih jelek. Penularan dan penyebaran penyakit
akan meluas pada lingkungan yang kotor. Lingkungan yang perlu dijaga untuk menjamin
kesehatan masyarakat adalah sumber air, tempat tinggal, fasilitas umum (WC umum dan
lain-lain).
Desa-desa di wilayah studi berada di pinggiran Sungai Katingan. Sampai sekarang ini
penduduk mengandalkan air sungai untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti air minum
serta mandi, cuci dan kakus (MCK). Sebelumnya terdapat beberapa buah sumur gali
masyarakat untuk keperluan air minum, akan tetapi budaya menggunakan air sungai dan
penggunaannya yang kurang praktis, menyebabkan sumur gali tidak berfungsi lagi.
Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI (1998), Istilah ISPA mengandung 3
unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing
unsur adalah sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya, seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas,
saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).

Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut, meskipun untuk beberapa

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 53

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari.

Saluran pernafasan pada manusia adalah alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk
bernafas, mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan
sampai ke paru-paru.

Penyakit yang akut artinya penyakit yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes
RI, 1985).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, ISPA adalah suatu

keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan
untuk bernafas, yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang
tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit yang disebabkan bakteri, virus,
dan riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepkesRI, 1998) dengan
tanda dan gejala penyakit dapat berupa:
a.

Batuk.

b.

Kesulitan bernafas.

c.

Sakit tenggorokan.

d.

Pilek.

e.

Demam.

f.

Sakit kepala.
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku, bahkan dapat berhenti,
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat, sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan
menyebabkan kesulitan bernafas, sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan.Hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
2.1.4.2.

Gangguan Kesehatan

Gangguan kesehatan sangatdipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain kondisi


lingkungan atau sanitasi lingkungan, pola hidup atau kebiasaan hidup atau perilaku
masyarakat, sarana kesehatan yang tersedia dan faktor keturunan.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 54

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

1. Kondisi Lingkungan atau Sanitasi Lingkungan


Sebagai sumber air untuk mandi, sebagian besar penduduk di desa-desasekitar
wilayah studi masih memanfaatkan air sungai (40 %). Sebagian penduduk lainnya,
menggunakan sumur bor (32 %) dan sumur gali (28 %).

Sumur Bor;
32%

Air Sungai ;
40%

Sumur Gali;
28%
Air Hujan; 0%
PDAM; 0%

Gambar 2.16. Sumber Air untuk Mandi

Untuk sumber air minum, masyarakat di desa-desa sekitar wilayah studi pada
umumnya banyak menggunakan air dari sumur gali dan sumur bor (80 %). Hanya sebagian
kecil pemduduk yang memanfaatan air sungai sebagai sumber air minum (20 %).

Sumur Bor;
40%

Air Sungai
; 20%
Air Hujan; 0%
PDAM; 0%
Sumur Gali;
40%

Gambar 2.17. Sumber Air Minum

2. Pola Hidup/Kebiasaan Hidup Masyarakat


Sebagian besar masyarakat di desa-desasekitar wilayah studi masih melakukan
aktifitas buang air besar di sungai (52 %). Beberapa diantara masyarakat telah memiliki WC
sendiri (28 %) dan WC umum (20 %).

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 55

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

ANDAL

Kamar Mandi/WC
Milik Sendiri ; 28%

Sungai; 52%

Kamar Mandi/WC
Umum, 20%

Gambar 2.18. Aktifitas Mandi dan Cuci


Kakus/WC
(Darat); 36%

Jamban
(Sungai);
64%

Gambar 2.19. Kegiatan Kakus


Apabila ada anggota keluarga yang sakit, pada umumnya masyarakat akan berobat
ke Dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu)/Puskesmas terdekat (52 %)
atau Mantri Kesehatan (40 %). Beberapa diantaranya masih memegang erat kebudayaan /
kearifan lokal dengan berobat alternatif ke dukun (8 %).

Mantri
Kesehatan; 40%

Beli Obat sendiri;


0%
Dukun;
8%

Dibiarkan hingga
sembuh sendiri.;
0%

Dokter; 52%

Gambar 2.20. Tempat/Sarana Prasarana Berobat


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 56

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

3. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Sarana dan prasarana kesehatan sangat dibutuhkan untuk menjamin tersedianya
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Dalam rangka mencegah dan mengobati masyarakat
dari berbagai jenis penyakit, di wilayah studi sudah ada Pustu/Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes)/Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)dengan tenaga medis dokter, mantri
kesehatan, bidan dan dukun bayi.
Rincian sarana dan prasaran kesehatan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.44. Rincian Sarana Kesehatan yang Tersedia di
Kecamatan Kamipang Tahun 2012
Jumlah (unit)
Tempat
Kecamatan/Desa sampel
Puskesmas
Pustu
Praktek
Dokter
Kecamatan Kamipang
1
8
a. Desa Asem Kumbang
1
b. Desa Baun Bango
1
1
1
c. Desa Tumbang Runen
1
d. Desa Jahanjang
1
e. Desa Karuing
1
f. Desa Parupuk
1
g. Desa Telaga
1
h. Desa Tampelas
1
-

Posyandu
8
1
1
1
1
1
1
1
1

Sumber : Kecamatan Kamipang dalam Angka, 2013

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa, di wilayah studi hanya terdapat 1 (satu)
Puskesmas di Desa Baun Bango. Pustu dan Posyando terdapat di semua desa; sedangkan
Polindes hanya terdapat di Desa Karuing.
Tenaga kesehatan relatif banyak di wilayah studi, sebagaimana disajikan pada Tabel
berikut ini:
Tabel 2.45. Rincian Jumlah Tenaga Kesehatan per Desa di
Kecamatan Kamipang Tahun 2012
Jumlah (orang)
Kecamatan/desa Studi
Dokter
Paramedis
Kecamatan Kamipang
3
17
a. Desa Asem Kumbang
2
b. Desa Baun Bango
3
7
c. Desa Tumbang Runen
1
d. Desa Jahanjang
2
e. Desa Karuing
2
f. Desa Parupuk
1
g. Desa Telaga
1
h. Desa Tampelas
1

Bidan
12
2
4
1
1
1
1
1
1

Sumber : Kecamatan Kamipang dalam Angka, 2013

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 57

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Apabila sarana dan prasarana kesehatan yang adadi setiap desa tidak mampu untuk
mengatasi gangguan kesehatan yang diderita oleh masyarakat, maka pengobatan dapat
dilakukan di tingkat kecamatan (Kamipang) atau kabupaten (Kasongan), karena memiliki
sarana yang lebih lengkap dengan tenaga kesehatan yang lebih memadai.
Berdasarkan konsultasi publik yang dilakukan Tim Studi,

sikap dan persepsi

masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan PKS PT.
Arjuna Utama Sawit, pada umumnya sangat mendukung apabila dalam kegiatannya
melaksanakan pengelolaan lingkungan dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya masyarakat di sekitar rencana
kegiatan.
2.2. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di Sekitar Lokasi Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan
Usaha dan/atau kegiatan yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
serta dampak yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara ada kegiatan perkebunan PT. Harapan Subur Lestari.
Sebelah Selatan ada kegiatan perkebunan PT. Arjuna Utama Sawit Tahap I yang sudah
mendapatkan Surat Keputusan (SK) Kelayakan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada
Tahun 2010 dan telah beroperasi.
Sebelah Timur ada kegiatan perkebunan PT. Arjuna Utama Sawit Tahap I yang sudah
mendapatkan Surat Keputusan (SK) Kelayakan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada
Tahun 2010 dan telah beroperasi. Selain itu, ada kegiatan masyarakat dari Desa Asem
Kumbang, Baun Bango, Tumbang Runen dan Jahanjang.
Sebelah Barat ada hutan rawa sekunder, semak belukar dan Sungai Raman
Lokasi PT. Arjuna Utama Sawit berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa
sawit lain yang memiliki aktifitas yang sama. Keadaaan ini dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi dampak terhadap lingkungan, khususnya air permukaan (anak-anak sungai) yang
berada di dalam kawasan rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit dan
PKS yang akan dilakukan.
Keberadaan pemukiman penduduk dan persawahan yang berada di sekitar rencana
kegiatan menimbulkan kekhawatiran masyarakat terkait dengan dampak yang dapat
ditimbulkan yang dapat menjadi potensi konflik di masyarakat.

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 58

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Gambaran kegiatan lain di rencana lokasi rencana kegiatan pembangunan


perkebunan kelapa sawit dan PKS PT. Arjuna Utama Sawit dapat di lihat pada Peta kegiatan
sekitar berikut ini:

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 59

ANDAL

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Gambar 2.21. Peta Kegiatan Sekitar


PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

II - 60

Anda mungkin juga menyukai