Makalah Mataram Momo
Makalah Mataram Momo
Makalah Mataram Momo
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan sejarah
melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur
dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala.
Selanjutnya adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh
sebagai penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.
Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah
berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.
Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah
berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun kerajaannya di
Tamwlang tahun 929. Kerajaan yang didirikan Mpu Sindok merupakan lanjutan dari kerajaan
mataram.Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu
wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena
sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluas hingga ke Jawa
Timur.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram Kuno
ini, antara lain :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Dimanakah Letak Wilayah Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Darimanakah Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ?
4. Siapa saja Silsilah Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Prasasti apa saja yang berada di Kerajaan Mataram Kuno ?
6. Bagaimana Kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno ?
7. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2) Untuk mengetahui Letak Wilayah Kerajaan Mataram Kuno ?
3) Untuk mengetahui Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno ?
4) Untuk mengetahui Silsilah Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno ?
5) Untuk mengetahui Prasasti di Kerajaan Mataram Kuno?
6) Untuk mengetahui Kehidupan di Kerajaan Mataram Kuno ?
7) Untuk mengetahui runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno?
3
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut
Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah
Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama
kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau
Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang
merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari
Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian
melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja
Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh
kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya
memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan
Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
B. Letak dan Wilayah
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung
Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung
Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai
Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini
sangat subur.
C. Sumber Sejarah
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk
Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
3
4
1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka
tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya
adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian
bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas
permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk
para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai
Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang
masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi
Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi
Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi
Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
D. Silsilah Raja-raja
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai
berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno.
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra.
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra.
4. Rakai Warak alias Samaragrawira.
5. Rakai Garung alias Samaratungga .
3
5
3
6
perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud
dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian
Prambanan.
3. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang
Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar silsilah raja-raja
Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat
sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta
yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya
yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram
Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung
sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah
lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan.
Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing
(sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata "Mantyasih" sendiri dapat diartikan "beriman
dalam cinta kasih".
4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa
Sailendra yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan
Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini
beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak
menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis
paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7
atau awal abad ke-8 masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya
bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan
Mataram Hindu.
5. Prasasti Tri Tepusan
Prasasti Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M
menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan tempat
3
7
suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama dari candi Borobudur sekarang).
Duplikat dari prasasti ini tersimpan di dalam museum candi Borobudur.
6. Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah ladang di Dukuh Kedunglo,
Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km arah timur laut Kota Temanggung. Di dalam prasasti
ini dicantumkan daftar lengkap dari raja-raja yang memerintah bumi Mataram pada masa
sebelum pemerintahan raja Rake Watukara Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting
karena menyebutkan 12 nama raja Mataram, sehingga melengkapi penyebutan dalam Prasasti
Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti Tembaga Kedu) yang hanya menyebut 9 nama raja
saja.
7. Prasasti Rukam
Prasasti ini berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi, ditemukan pada 1975 di desa
Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini terdiri atas dua
lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng pertama berisi 28 baris dan
lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna.
Isi prasasti adalah mengenai peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana
karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api. Kemudian penduduk desa
Rukam diberi kewajiban untuk memelihara bangunan suci yang ada di Limwung. Mungkin
bangunan suci tersebut adalah Candi Sajiwan, sebagaimana kata Sanjiwana tadi. Candi
Sajiwan yang sering dilafalkan Sojiwan terletak tidak jauh dari Candi Prambanan.
8. Prasasti Plumpungan
Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan
berangka tahun 750 Masehi. Prasasti ini dipercaya sebagai asal
mula kota Salatiga. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti
Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan
status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada
zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini
merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra.
Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai
daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah
administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai
3
8
daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga
sekarang ini.
9. Prasasti Siwargrha
Dalam prasasti ini tertulis chandrasengkala ”Wwalung
gunung sang wiku” yang bermakna angka tahun 778 Saka (856
Masehi). Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai
Kayuwangi) segera setelah berakhirnya pemerintahan Rakai
Pikatan. Prasasti ini menyebutkan deskripsi kelompok candi
agung yang dipersembahkan untuk dewa Siwa disebut
Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa) yang cirinya sangat cocok dengan kelompok candi
Prambanan.
10. Prasasti Gondosuli
Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, di
Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah.
Yang mengeluarkan adalah anak raja (pangeran) bernama Rakai
Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik ipar raja Mataram,
Rakai Garung. Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping,
disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang Glis) dan Gandasuli II
(Sanghyang Wintang). Ia ditulis menggunakan bahasa Melayu
Kuna dengan aksara Kawi(Jawa Kuna), berangka tahun 792M.
Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima baris dan berisi tentang filsafat dan ungkapan
kemerdekaan serta kejayaan Syailendra.
11. Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah
Prasasti Kayumwungan adalah sebuah prasasti pada lima
buah penggalan batu yang ditemukan di Dusun Karangtengah,
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sehingga lebih dikenal
juga dengan nama prasasti Karangtengah. Isi tulisan pada
bagian berbahasa Sanskerta adalah tentang seorang raja
bernama Samaratungga. Anaknya bernama Pramodawardhani
mendirikan bangunan suci Jinalaya serta bangunan bernama
Wenuwana (Sansekerta: Venuvana, yang berarti "hutan
3
9
bambu") untuk menempatkan abu jenazah 'raja mega', sebutan untuk Dewa Indra. Mungkin yang
dimaksud adalah raja Indra atauDharanindra dari keluarga Sailendra.
12. Prasasti Sankhara
Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari
abad ke-8 masehi yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah.
Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana keberadaannya.
Prasasti ini pernah disimpan oleh museum pribadi, Museum
Adam Malik, namun diduga ketika museum ini ditutup dan
bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum
ini dijual begitu saja. Dalam prasasti itu disebutkan seorang
tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama
Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha
karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja
Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari. Karena itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’
yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana,
dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia
disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai Panangkaran, sedangkan ayah Raja
Sankhara yang dalam prasasti ini tidak disebutkan namanya, disamakan dengan raja Sanjaya.
13. Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat
Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti ini penting karena
kemungkinan besar merupakan perantara antara aksara
Kawi dengan aksara Buda.
3
10
3
11
menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut
yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah:
1. Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
2. Guru Swadaya, Tuhan.
3. Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah.
4. Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama.
d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan.
Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.
f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada
masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya.
Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan
Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman
Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar
Sang Prabu Dyah Lokapala.
h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta.
i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu
aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
3
12
3
13
3
14
yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi
ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama
yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.
3. Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti
Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti
Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan
suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar
pajak.
4. Kehidupan Agama
Sebagian besar raja-raja Dinasti Syailendra beragama Budha Mahayana. Hal ini
menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di Mataram. Dengan dibangunnya candi-
candi Buddha untuk beribadah, maka dapat disimpulkan pula bahwa rakyatnya beragama
Buddha Mahayana.
G. Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh
letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-
candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua,
runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan
ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak
terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali
merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber
penghasil komoditi perdagangan. Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino
ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti
Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang
membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai
kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah
sejak tahun 929 M sampai dengan948 M.
Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain
prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing,
3
15
prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti
Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada
sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
3
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732 masehi.Kerajaan
ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada saat itu didirikansebuah Lingga
(lambang siwa) diatas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja yangdidirikan oleh Raja Sanjaya.
Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain: 1. Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M) 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M) 4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M) 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M) 7. Sri
Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M) 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M) Ada beberapa aspek kehidupan
yang mengalami perkembangan dalam kerajaan Mataram Kuno, antara lain: 1. Aspek
Kehidupan Politik 2. Aspek Kehidupan Sosial 3. Aspek Kehidupan Ekonomi 4. Aspek
Kehidupan Budaya Hindu-Buddha.
B. Saran
Kita sebagai generasi muda harus mengetahui tentang sejarah Kerajaan-Kerajaan di
Indonesia. Agar kita lebih menghargai budaya-budaya kita di Indonesia yang sangat banyak.
Menjaga peninggalan-peninggalan pada masa sebelum reformasi. Agar kedepannya kita
masih bisa berbagi dan melihat peninggalan serta kebudayaan kita nanti.
3
16
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/lokasi-kerajaan-mataram-kuno.htm
http://fastrans22.blogspot.com/2013/10/sumber-sejarah-dan-peninggalan-kerajaan_9857.html
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-kuno.html
http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/penyebab-kejayaan-dan-kemunduran.html
3
17