Laporan Tetap KAD POLSRI
Laporan Tetap KAD POLSRI
Laporan Tetap KAD POLSRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Satu tipe campuran yang paling sering dijumpai adalah larutan. Di alam, sebagian
besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Suatu larutan adalah campuran
homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Umumnya,
larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven). Kuantitas relatif
suatu zat tertentu dalam suatu larutan disebut konsentrasi.
Konsentrasi larutan dapat berupa :
gram zat terlarut
% w/w = persen berat / berat = 100 gram larutan
ml zat terlarut
% v/v = persen volume / volume =
100 gram larutan
a. Padatan
1
b. Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan, umumnya senyawa asam, basa,
organik, maka volume zat yang dibutuhkan ditentukan dari persamaan :
V1 x M1 = V2 x M2 atau V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan :
V1 = volume awal
M1 = molaritas awal
N1 = normalitas awal
V2 = volume akhir
M2 = molaritas akhir
N2 = normalitas akhir
Molaritas awal di dapat dari :
Untuk % v/v :
% x ρ x1000
M = BM
Untuk % w/v :
% x 1000
M = BM
Kaca arloji
Spatula
Pengaduk
Gelas kimia 100 ml , 250 ml
Labu takar 100 ml, 250 ml
Botol aquadest
Corong gelas
Bola karet
Pipet ukur
Pipet tetes
Masker, kacamata, sarung tangan
Neraca analit
2
IV. DAFTAR BAHAN
Untuk mengambil zat pekat ( misalnya asam dan basa kuat ) menggunakan
sarung tangan, masker dan kacamata.
Sebelum larutan pekat dimasukkan ke dalam labu ukur, terlebih dahulu isi labu
ukur dengan air aquadest.
Lakukan pengenceran di lemari asam.
3
VIII. DATA PENGAMATAN
Zat yang Sifat fisik dan Perubahan Jumlah Konsentrasi Volume
digunakan kimia yang di larutan yang larutan
butuhkan dibuat yang
dibuat
NaOH Warna : bening Warn;bening 13,333 ml 2m 100 ml
Bau : menyengat Bau:menyengat
Bentuk : cairan Bentuk : cairan
BM : 39,997 BM : 39,997
% : 40%gr/cm3 % : 40%gr/cm3
Spgr : 2,13 Spgr : 2,13
HNO3 Warna : Kuning Warna : kuning 12,273 ml 2m 50 ml
Bau : menyengat Bau :menyengat
Bentuk : cairan Bentuk : cairan
BM : 63,01% BM : 63,01%
% : 68% % : 68%
Spgr : 1,51 gr/cm3 Spgr:1,51gr/cm3
NH4CI Warna : putih Warna : bening 5,349 gr 2m 50 ml
Bau : tidak berbau Bau : berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 53,49 BM : 53,49
%: %:
Spgr : Spgr :
K4Fe Warna : kuning Warna : kuning 10,599 gr 2m 50 ml
(CN)6. Bau : tidak berbau Bau : berbau
3H2O Bentuk : padataan Bentuk : larutan
BM : 422,39 BM : 422,39
%: %:
Spgr : Spgr :
BaCI2. Warna : putih Warna : putih 1,2214 gr 0,01 m 50 ml
2H2O Bau : tidak berbau Bau:tidak berbau
Bentuk : padatan Bentuk : padatan
BM : 244,28 BM : 244,28% :
%: Spgr :
Spgr :
CaCI2. Warna : putih Warna : bening 0,7351 gr 0,01 m 50 ml
2H2O Bau : tidak berbau Bau : tidak berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 147,02 BM : 147,02
%: %:
Spgr : Spgr :
Al2(SO4) Warna : biru,putih Warna : putih 3,332 gr 0,01 m 50 ml
3. 18 H2O Bau : tidak berbau Bau : berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 666,4 BM : 666,4
%: %:
Spgr : Spgr :
4
(CH3CO Warna : putih Warna : putih 1,8967 gr 0,1 M 50 ml
O)Pb.3N2 Bau : tidak berbau Bau : berbau
O Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 379,34 BM : 379,34
%: %:
Spgr : Spgr :
SnCI2. Warna : putih Warna : putih 0,023 gr 0,1 M 50 ml
2H2O Bau : tidak berbau Bau : tidak berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 225,63 BM : 225,63
%: %:
Spgr : Spgr :
FeCI3 Warna : merah bata Warna : ungu 0,811 gr 0,1 M 50ml
Bau : tidak berbau Bau : tidak berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 162,21 BM : 162,21
%: %:
Spgr : Spgr :
KS Warna : bening Warna : bening 1,66 gr 0,1 M 100ml
Bau : berbau Bau : berbau
Bentuk : padatan Bentuk : cairan
BM : 166 BM : 166
%: %:
Spgr : Spgr :
CH3COO Warna : putih Warna : bening 13,608 gr 1M 100 ml
Na3H2O Bau : berbau Bau : tidak berbau
Bentuk : padatan Bentuk : larutan
BM : 136,08 BM : 136,08
%: %:
Spgr : Spgr :
Perhitungan :
1. NaOH 2 M 100 ml
BM = 39,997 g/mol
% = 60 %
ρ = 2,139 cm3
M= % x 1000
BM
M= 60% x 100 =15
39,997
V1.M1= V2.M2
V1.15= 100 .2
V1 = 200
15
= 13,333ml
5
2.
HNO3 2M 100 ml
BM = 63,01 g/mol
ρ = 1,51 g/cm3
% = 68 %
M= % x ρ x 1000
BM
M= 68% x 1,51 x 1000 =16,2958
63,01
V1.M1= V2.M2
V1.16,2958= 100 .2
V1 = 200
16,2958
= 12,2731ml
3.
NH4Cl 2M 50ml
BM = 53,49 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 2 x 53,49 x 50
1000
= 5,349 gr
4.
BaCl2.2H2O 0,1M 50ml
BM = 244,28 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 0,1 x 244,28 x 50
1000
= 1,2214 gr
5.
Al2(SO4)3.18H2O 0,1M 50ml
BM = 666,4 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 0,1 x 666,4 x 50
1000
= 3,332 gr
6.
SnCl2.2H2O 0,1M 50ml
BM = 225,63 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 0,1 x 225,63 x 50
1000
= 0,023
6
7.
Kl 0,1M 100ml
BM = 166 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 2 x 422,39 x 50
1000
= 10,559 gr
9. CaCl2.2H2O 0,1M 50ml
BM = 147,02 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 0,1 x 147,02 x 50
1000
= 0,7351 gr
10. FeCl3 0,1M 50ml
BM = 162,21 g/mol
gr = M x BM x V
1000
= 0,1 x 162,21 x 50
1000
= 0,811 gr
IX. PERTANYAAN
1. Tuliskan 4 nama zat dan rumus kimianya dari zat asalnya padatan dan cairan,
serta sifat fisik dan kimianya
2. Hitung molaritaslarutan yang mengandung 10 gram NaCl (BM= 58,44) dalam
200 ml larutan
3. Hitung molaritas HCl pekat jika diketahui densitasnya 1,18 g/ml dan % HCl
36
Jawaban “
1. a. NaOh = Natrium Hidroksida
warna :putih
bau : berbau
7
bentuk : padatan
Bm : 40 gr/mol
b. NH3 = Amonia
warna :
bau :
bentuk : padatan
Bm : 4,00 gr/mol
2. diketahui : 10 gr NaCI
BM : 58,44
V :4,00 gr/mol
Ditanya : M......?
𝑉
Jawab: Gr = M x Bm x1000
200
10gr = Mx 58,44 gr/mol x 1000 ℓ
10gr = M x 58,44 x 0,2
10
M = 58,44𝑥0,2
M = 0,855 mol/ ℓ
M = 0,855 M
3. diketahui : ρ= 1,18gr/ml
36
HCI 36 % = 0,36
100
BM = 36,5 gr/mol
Ditanya : M......?
% 𝑥ρ x 1000
Jawab = M 𝐵𝑀
1,18𝑀𝑂𝐿
0,36 𝑋 𝑋 10000
ℓ
M= 36,5
M = 11,6383 gr/l
X. ANALISA PENGAMATAN
Berdasarkan pada hasil percobaan dapat diuraikan bahwa dalam membuat
suatu larutan yang paling utama adalah jumlah zatnya(mol). Karena dengan
diketahuinya jumlah zatya kita dapat menentukan berapa massa yang
dibuthkan untuk membuat larutan. Sifat kimia dan sifat fisik pun senyawamya
berbeda pula .
8
XI. KESIMPULAN
Untuk membuat sebuah larutan, baik cair maupun padatan,kita harus teliti
dalam menimbang , menghitung dan lain-lain. Dan harus berhati-hati dalam
mengaduk , mencuci dan lainya.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Pada umumnya Kristal suatu senyawa kimia bila diletakkan beberapa lama di
udara akan mengadsorbsi air pada permukaannya. Jumlah air yang diadsorbsi
relative kecil dan bergantung pada kelembapan udara. Hal ini dapat dilihat dari
permukaanya yang basah.
Terdapat pula Kristal yang mengandung sejumlah air yang terikat secara kimia
dalam Kristal tersebut. Kristal-kristal ini, biasanya merupakan garam ionic.
Air yang terdapat di dalamnya disebut air Kristal dan biasanya berikatan
dengan kationnya.
Air Kristal yang terdapat pada senyawa, mempunyai jumlah tertentu dan relatif
mudah dihilangkan melalui pemanasan pada suhu diatas titik didih air .
sebagai contoh adalah hidrat tembaga (II) klorida yang dapat diubah menjadi
tembaga (II) klorida melalui pemanasan pada suhu 100oC.
9
Reaksi penghilangan air Kristal pada pemanas :
o
110 C
CuCl2.xH2O → CuCl2 + H2O
Reaksi diatas dikenal dengan reaksi dehidrasi. Pada dehidrasi, terjadi
perubahan Kristal dan warnanya. Perubahan ini juga bergantung pada
pemanasannya, apakah sempurna atau tidak. Sebagai contoh Kristal
CoCl2.6H2O bewarna merah, jika dipanaskan sampai CoCl2.6H2O akan
bewarna violet, tetapi jika dipanaskan sempurna dia akan berubah menjadi
biru.
Adanya senyawa hidrat apabila diletakkan di udara terbuka akan melepaskan
air. Banyak air yang dilepaskan bergantung pada kelembapan udara., makin
besar makin sedikit air yang dilepaskan. Proses pelepasan air ini disebut
efflorescence, misalnya CoCl2.6H2O. tetapi ada juga senyawa yang bila
diletakkan di udara akan menyerap air dan mencair bila diletakkan lebih lama
lagi. Senyawa yang demikian disebut deliquescence, misalnya Kristal NaOH.
Tidak hanya air di udara, tetapi dapat juga menyerap air dari laruatan
sedemikian rupa sehingga larutan tersebut bebas air. Senyawa yang demikian
disebut desicant atau zat pengering. Jadi desicant menyerap air tidak hanya di
udara tetapi dilarutan juga.
Beberapa senyawa juga menghasilkan air pada saat pemanasan, tetapi senyawa
tersebut bukan senyawa hidrat yang sebenarnya. Air yang dihasilkan tersebut
merupakan proses penguraian dan bukan merupakan proses penghilangan air
melalui dehidrasi. Senyawa-senyawa organic terutama bersifat tersebut diatas.
Penguraian dengan menghasilkan air, bukan merupakan proses reversible.
Penambahan air kedalam senyawa yang terurai tersebut, tidak akan
mengembalikan senyawa ke bentuk asalnya. Senyawa yang merupakan
senyawa hidrat yang sebenarnya, akan mengalami dehidrasi secara reversible.
Penambahan air kedalam CoCl anhidirida, akan menghasilkan CoCl.2H2O.
Bila cukup air yang ditambahkan, maka akan diperoleh larutan yang
mengandung hidrat ion Cu2+ .
Semua hidrat ionic larut dalam air dan dapat diperoleh kembali melalui
kristalisasi dan larutannya. Jumlah air yang terikat bergantung kepada cara
pembuatan hidrat tersebut.
Tabung reaksi
Bunsen
Kaca arloji
Rak tabung reaksi
Cawan penguap
Krus porselin + tutup
Desikator
Segitiga dan kaki tiga
Penjepit kayu
Spatula
10
4.1 Identifikasi Hidrat
K2Cr2O7
BaCl2
Boraks
VI.KESELAMATAN KERJA
Jangan menyentuh Kristal langsung dengan tangan, gunakan spatula untuk
menaganinya.
VII.LANGKAH KERJA
VIII.DATA PENGAMATAN
a. Identifikasi Hidrat
Zat Apakah terdapat Warna residu Apakah larut Apakah
H2O pada dalam air mempunyai air
dinding Kristal
K2Cr2O7 Tidak Merah kecoklatan Larut Tidak ada
BaCl2 Ya Putih Larut Ada
Boraks Ya Putih Tidak larut Ada
Hasil Pengamatan :
Warna awal CoCl2.x H2O adalah ungu, setelah dipanaskan di dalam cawan
penguapan warnanya berubah menjadi biru. Setelah dialrutkan dengan air
warnanya kembali menjadi warna ungu. Saat dipanaskan sampai mendidih
berubah warna menjadi biru, lama-kelamaan berubah menjadi ungu, setelah
kering berubah kembali menjadi biru.
Dapat disimpulkan bahwa CoCl2. x H2O adalah zat yang reversible
12
Na2Co3.10 H2O Larutan melepaskan air, hal ini Efflorescence
dibuktikan dengan pengurangan berat
yang terjadi.setelah pengamatan
CuSO4.5 H2O Larutan melepaskan air, hal ini Efflorescence
dibuktikan dengan pengurangan berat
yang terjadi.setelah pengamatan
Kal(SO4)2.10 H2O Larutan melepaskan air, hal ini Efflorescence
dibuktikan dengan pengurangan berat
yang terjadi.setelah pengamatan
CaCl2 Larutan menyerap air dan mencair saat Deliquescence
lebih lama diletakkan di udara terbuka,
zar tersebut bersifat hidroskopis
X. PERTANYAAN
1) Tuliskan macam-macam air Kristal ?
2) Tuliskan 10 zat yang mengandung air Kristal?
Jawab :
1) - Hidratasi adalah air yang oleh ion-ion dalam Kristal dan berbentuk H2O
- Konstitusi adalah air yang merupakan bagian mol zat padat tetapi
tidak berbentuk H2O
2) CaCl2, boraks, Kal(SO4)2, NaOH, CuCl2, K2Cr2O7, CoCl2, BaCl2,
Na2Co3, dan CuSO4
13
X. ANALISA PENGAMATAN
XI. KESIMPULAN
ANALISA ANION
I. TUJUAN PERCOBAN
· Mengenal sifat-sifat unsur dan ion-ionnya dalam larutan melalui pengamatan
· Melakukan analisis anion dalam suatu cuplikan melalui penentuan golongan
dan tes khusus (specific test).
A. Analisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan “pemeriksaan pendahuluan” yaitu pengamatan
fisika yaitu warna, bau, bentuk Kristal dan test kelarutan dalam air.
Beberapa anion bereaksi dengan asam basa atau bereaksi secara reduksi
oksidasi sering menghasilkan perubahan warna atau menghasilkan gas.
Tabel 1. Analisis Pendahuluan untuk Anion
Anion Reagen :
H2SO4 (6M) HNO3 (6M) HCL
14
(6M)
2-
CO3 Dengan pereaksi tersebut tanpa dipanaskan akan dihasilkan gas
CO2 yang tidak bewarna dan tidak berbau
SO32- Dalam keadaan tanpa dipanaskan akan terjadi pergolakan pada
larutan, dihasilkan gas SO3 dengan bau yang khas seperti hasil
bakaran sulfur (S), tanpa warna
NO3- - tanpa dipanaskan akan terjadi pergolakan (mendidih)
- dihasilkan gas NO2 warna coklat
- larutan warna biru bila digunakan reagen H2SO4 dan HNO3, dan
akan bewarna kuning bila dengan HCl
I- Bila digunakan HNO3 tanpa pemanasan akan dihasilkan larutan
bewarna kuning dan gas I2 bewarna ungu. Bila direaksikan dengan
pemanasan maka akan dihasilkan larutan bewarna gelap dan
dengan asam sulfat dipanaskan akan dihasilkan larutan kuning.
Dengan asam nitrat dipanaskan akan dihasilkan larutan bewarna
jingga dan gas bewarna jingga.
b. Br-
15
Ag+ + Br- AgBr(s) ↓ kuning putih Larut dalam (NH4)2 CO2
Larutan Br akan mereduksi MnO4- menjadi Mn2- dalam suasana asam
-
c. I-
Ag+ + I- AgI ↓ kuning larut dalam (NH4)2 CO3
3+ - 1
Fe + I /2 I2 + Fe2+ coklat
I2 dapat membirukan larutan kanji atau I2 dalam CCl4menghasilkan warna ultra
violet.
d. SCN-
Fe + 3SCN-
3+
Fe(SCN)3 ↓ merah bata
e. S2+
Pb + S2-
2+
PbS(s) ↓ hitam
f. NO2-
NO2- + Fe3+ + 2H+ NO + Fe3++ H2O
g. CH3COO-
CH3COONa + KHSO4 CH3COOH + NaKSO4
h. SO32-
2 (MnO4) + 5 (SO3)2- + 6 H+ NO + Fe3+ + H2O + 3 H2O
(CrO2)2- + 3 (SO3)2- + 8 H+ 2 Cr2+ + 3 (SO4)2- + 4 H2O
i. CO32-
CO32- + Ca2+ CaCo(s) ↓ putih
Endapan ini larut dengan asam kuat (keluar gas Co2)
CaCo3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2(g)
j. PO42-
Mg + (NH4)+ + (PO4)-
2+
Mg (NH4)(PO4) ↓ putih
12 (NH4)2 MoO4 + 23 H+ + PO43- (NH4)2[PMo12O40]5 ↓ H2O
k. C2O42-
Ca2+ + C2O42- CaC2O4
5 (COO)22- + 2 (MnO4)- + 16 H+ 10 CO2+ 2Mn2+ + 8 H2O
l. MnO4-
Sama dengan oksalat
MnO4 bila direaksikan dengan ion SO22- dalam suasana asam akan menghilangkan
warna ungu dari MnO4-
2 (MnO4)- + 5 (SO3)2- + 6 H+ 2Mn2+ + 5 (SO4)2- + 3 H2O
m. SO42-
Ba2+ + SO42- BaSO4(s) ↓ putih, tidak larut dalam asam kuat
16
n. CrO42-
2 Ag + (CrO4)2-
+
Ag2CrO4(s) ↓ putih
Tidak larut dalam asam asetat tetapi larut dalam asam kuat dan amoniak
b) Cuplikan
Na2S 0,1 M KSCN 0,1 M (K+/SCN)
BaCI2 0,1 M
IV. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR 3)
17
VI LANGKAH KERJA
6.1. Analisis Pendahuluan
- Pengamatan Fisik
Melakukan pengamatan fisik seperti warna, bau dan bentuk Kristal
Sifat Fisik/ Warna Bau Bentuk Kristal
No.Cup
Sampel I Putih pink Tidak berbau butiran
Sampel II hitam Tidak berbau butiran
Sampel III kuning Tidak berbau Butiran
- Tes Kelarutan
Mengambil + 0,2 gr cuplikan dan meambahkan 2 ml air demineral. mengamati
kelarutannya dalam air dingin. Bila tidak melarut letakan tabung reaksi di
dalam gelas kimia yang berisi air mendidih. mengamati dan mencatat hasil
hasil pengamatan yaitu warna dan pH larutan.
Bila cuplikan tidak larut dalam air dingin maupun panas, maka melakukan tes
kelarutan dengan asam-asam berikut :
- 1 ml H2SO4 6M
- 1 ml HCL 6M
- 1 ml HNO3 6M
Larutan/ Air Dingin Air Panas H2SO46M HCl 6M HNO36M
No.Cup
1 Larut - - - -
2 Larut - - - -
3 Larut - - - -
4 larut - - - -
18
b. Pereaksi Ba(NO3)2 0,1M
b. Br-
1 ml cuplikan + 1ml AgNo3 ↓ putih kekuningan
1 ml cuplikan + 4 tetes H2SO4 2M + 1 ml KMnO40,2M menghasilkan
wara merah coklat dari Br2 dapat larut dalam CCl4 dengan warna coklat
c. I-
1 ml cuplikan + 1 ml AgNO3 ↓ kuning muda
1 ml cuplikan + 1ml FeCl2 0,1M setelah 1 menit menghasilkan endapan coklat
kemerahan. Bila ditambahkan CCl4 menghasilkan 2 fase larutan. Bagian
bawah violet dan atas coklat kemerahan
d. SCN-
1 ml cuplikan + 1/2 ml FeCl3 0,1M merah tua
e. S2-
1 ml cuplikan + 1/2 ml Pb(NO3)2 0,1M + 2 tetes HCl 2M ↓ hitam
f. NO22-
· 1 ml cuplikan + 2 tetes H2SO4 2M + 1 ml KI 0,1 M menghasilkan larutan
coklat dengan endapan hitam yang larut dalam CCl4 yang menghasilkan warna
violet
· 1 ml cuplikan + 1 ml FeSO4 + 3 tetes H2SO4 2M menghasilkan larutan coklat
bening, setelah semenit menjadi coklat tua
g. CH3COO-
Seujung spatula cuplikan + 1 spatula K2SO4 digerus dalam mortar, amati baunya
h. SO32-
· Seujung spatula cuplikan + 5 tetes KMnO4 + 3 tetes H2SO4 2M panaskan, maka
warna ungu hilang menjadi bening
· Seujung spatula cuplikan + 1ml K2CrO4 0,1M + 5 tetes H2SO4 2M panaskan
maka larutan menjadi hijau
19
i. CO3-
1 ml cuplikan + 5 tetes CaCl2 0,1M ↓ putih larut dalam HCL 2M
· Seujung spatula Kristal cuplikan + 2 ml HCL 2M menghasilkan gelembung-
gelembung udara
j. PO42-
· 1 ml larutan cuplikan + 5 tetes NH4Cl 1M + 5 tetes NH4OH 1M + 0,5 ml
MgCl2 0,1M menghasilkan endapan putih
k. C2O42-
1 ml cuplikan + 1 ml CaCl2 0,1M endapan putih
· 1 ml cuplikan + 1 ml H2SO4 2M dipanaskan sampai 50oC-60oC + 4 tetes
KMnO4maka warna ungu KMnO4 akan hilang
l. MnO4-
Sama dengan oksalat
m. SO42-
1 ml cuplikan + 1 ml BaCl2 1M endapan putih yang tidak larut dalam
asam kuat
n. CrO42-
1 ml cuplikan + 1 ml AgNO3 0,1M endapan merah tidak larut dalam
asam asetat, tapi larut dalam asam kuat dan amoniak
· Sama dengan SO32-
VII. PERTANYAAN
1. Apakah perbedaan antara analisis kualitatif dan analisis kuantittatif ?
2. Tuliskan sifat-sifat fisik dan kimia dari cuplikan yang anda analisis (4
cuplikan) ?
3. Tuliskan 5 reaksi anion pada reaksi spesifik ! Apakah warna endapan yang
dihasilkan?
Jawaban :
20
ANALISIS KATION
I. TUJUAN PERCOBAAN
A. Ananlisis Pendahuluan
Pada cuplikan dilakukan “pemeriksaan pendahuluan” yaitu pengamatan sifat
fisika, bau, warna, dan bentuk kristal serta test kelarutan dalam air.
B. Test Nyala
Untuk menganalisis suatu kation dalam cuplikan, dapat dilakukan test nyala.
Beberapa logam mempunyai warna nya tertentu bila dipanaskan dalam nyala
bunsen dengan menggunakan kawat Ni-Cr.
21
Tabel Warna Nyala Pada Unsur Logam
Colour Metal
Red Charmine:Lithium Chompounds. Masked by Barium and
Sodium Scarlet or Crinsom:Strotium Chompounds, Masked
by Barium
Yellow Yellow-red : Cakium Chompounds, Masked by Barium.
Sodium chompounds amount. A Yellow flame is not
indicative of sodium unless it persist and is not intensified by
addition of 1 % NaCl to the dry chompuond.
White White-Green : Zink
Green Emerald : copper chompounds, other than halides. Thallium
Blue-Green : Phospates, when moistened with H2SO4 or
Br2O3. Faint Green Antimony and NH4 chompounds.
Blue Yellow-Green : Barium, Molybdenum
Azure: lead, selenium, bismuth,CuCl2and other copper
chompounds moistened with hydrodoric acid. Light-Blue :
arcenic and come off it chompounds.
Grenish-Blue : CuBr2, antimony.
Violet Pottasium chompounds other than borates, phospates, and
silicates. Masked by sodium or lithium.
Purple-red: Potassium, Rubidium, and / cessium , in the
precense of sodium when viewed through a blue glass.
Golongan I : Ag+, Pb2+, akan mengendap sebagai garam kolr dalam kondisi
asam yang kuat.
Golongan II : Pb2+, Hg2+, Cu2+, dan Sn2+ akan mengendap sebagai garam
sulfida atau hidroksida dalam sedikit basa.
22
Golongan III : Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+, Ni2+, Al3+ akan mengendap sebagai
garam sulfida atau hidroksida dalam sedikit basa.
golongan V dapat dipisahkan langung dari golongan 1-4. Karena gas H2S
mempunyai bau yang tidak enak serta berbahaya, maka digunakan tiosetamida
sebagai pengganti. Reaksi tiosemida dengan air bila dipanaskan akan
menghasilkan H2S juga, tetapi berupa larutan jenuh.
23
D. Sistematika Pemisahan Kation
+ (NH4)2CO3
Endapan
Larutan
Terdapat kation dari golongan 1-4
Golongan 5 + HCI 6 M
Larutan
Endapan
Golongan 2-4
Golongan 1 + tiosetamida
+ HCI
Endapan Larutan
+ NH3/NH4CI
+ tiosetamida
Endapan Endapan
Golongan 3 Golongan 4
24
Tes spesifik digunakan untuk mengetahui adanya kation tertentu dalam suatu
larutan.
a. Ag+
Ag+ + Cl- AgCl(s) endapan putih
Ag+ + OH- AgOH(s) endapan hitam
AgOH + 2 NH3 Ag(NH3)2 (larutan) larut dalam amoniak berlebih
b. Pb2+
Pb2+ + CrO42- PbCr(4)(s) endapan putih
Pb2+ + SO2- PbSO4 endapan putih
Pb2+ + OH- Pb(OH)(s) endapan putih tidak larut dalam amoniak berlebih.
c. Hg2+
Hg2+ + 2 OH- Hg2O(s) endapan kuning + H2O
Hg2+ + 2 I- HgI2 endapan merah
d. Cu2+
2 Cu2+ + SO42- + 2 NH3 + 2 H2O Cu(OH)2 . CuSO4 endapan + 2 NH4+
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2 endapan biru
Cu(OH)2 Cuo endapan hitam + H2O
e. Sn2+
Sn2+ + Hg2Cl2 Hg2Cl2 endapan putih + Sn4+ + 2Cl-
Jika ditambah Sn berlebih :
Sn2+ + Hg2Cl2 2 Hg endapan abu-abu +Sn4+ + 2 Cl-
f. Fe2+,
Fe2+ + 2 OH- Fe(OH)2 endapan putih
4 Fe(OH)2 + H2O + O2 4 Fe(OH)3 endapan cokelat merah
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
4 Fe + 3 [Fe(CN)6] [Fe4(CN)6]3 endapan biru turbull
2+ 4-
g. Fe3+,
Fe + 3 SCN- Fe(SCN)3
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- Fe [Fe(CN)6]3 endapan cokelat
h. Co2+,
Co2+ + 4 SCN- [CO(SCN)4]2- endapan biru
i. Mn2+,
Mn2+ + 5 NaBiO3 + 14 H+ 2 MnO4 + 5 Bi3+ + 5 Na + 7 H2O
Menghasilkan warna ungu dari permanganat.
25
j. Ni2+
CH3 – C = N - OH
Ni2+ + 2
CH3 – C = N - OH
k. Al3+
Al3+ + 3 COO- + 2 H2O Al(OH)2 CH3COOH endapan + 2CH3COOH
l.. Ca2+,
Ca2+ + SO42- CaSO4 endapan putih
Ca2+ + CrO42- tidak terbentuk endapan
m. Ba2+,
Ba2+ + SO42- BaSO4 endapan putih
Ba2+ + CrO43- BaCrO4 endapan kuning
n. NH4+,
NH4+ + OH- NH3 naik + H2O tidak bau, kertas lakmus merah berubah
menjadi biru
o. Mg2+,
Mg2+ + NH3 +HPO43- Mg(NH4) PO4 endapan Kristal putih
p. K+
3 K+ + [CO(NO2)6]3- K3[CO(NO2)6] endapan kuning
q. Na+
-Na+ + Mg2+ + 3 UO22+ + 9 CH3COO- NaMg(UO2)3 (CH3COO)9 endapan
kristalin kuning
-Tes Nyala
26
IV. BAHAN YANG DIGUNAKAN
4.1 reagen
4.2 Cuplikan
V. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
zat-zat yang korosif dan toksik.
27
-Test kelarutan
Ambil + 0,2 gr cuplikan dan tambahkan 2 ml air determineral. Amati
kelarutannya di dalam air dingin.Bila tidak melarut, letakan tabung reaksi di
dalam gelas kimia yang berisih air mendidih. Amati dan catat hasil
pengamatan yaitu warna dan pH larutan.
Bila cuplikan tidak larut dalam air dingin maupun air panas maka dilakukan
tes kelarutan dengan asam-asam sebagai berikut :
1 ml H2SO4 6 M
1 ml HCI 6M
1ml HNO3 6M
Kation Larutan Air Dingin Air H2SO4 HCI HNO3
Mendidih
1 Larut
2 larut
-Test Nyala
Meletakkan kira-kira 0,1 gr cuplikan yang tidak diketahui pada kaca arloji dan
tambahkan 3 tetes HCl 6 M. Terlebih dahulu membersihkan kawat Ni-Cr
dengan memijarkan pada nyala bunsen, kemudian celupkan kawat tersebut
dalam HCl yang mengandung cuplikan. Amati warna pijar
Langkah 5 : Golongan 4
Lakukan reaksi spesifik kation golongan 4
28
Langkah 6 : Tes Nyala.
Periksalah golongan kation melalui tes nyala.
Sampel 2
Pereaksi Pengamatan Kation yang Mungkin
(NH4)2CO3 -cuplikan 1 warna orange -Na ,Ca,Sr
-cuplikan 2 warna orange -Na ,Ca,Sr
2. Pb+
a. 1 ml cuplikan + 4 tetes K2Cr2O4 0,1 M- endapan kuning.
b. 1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M endapan putih tidak larut dalam
NH3 berlebih.
Golongan 2
1. Hg2+
a. 1 ml cuplikan + ½ tetes NH3 1 M endapan Biru Muda
b. 1 ml cuplikan + 1 ml Kl 0,1 M endapan merah keruh
2. Cu2+
1 ml cuplikan +2 tetes NH3 1 M - Biru muda
Tambahkan amoniak berlebih (NH4OH 1 M ) menjadi larutan biru tua.
3. Sn2+
1 ml cuplikan + 1 ml Hg(NO3)2 0,1 M endapan putih.
Golongan 3
1. Fe2+,
1 ml cuplikan + 5 tetes NaOH 2 M endapan seperti galatin warna cokelat
1 ml cuplikan + 5 tetes K3Fe(CN)6 endapan biru tua
2. Fe3+,
a. 1 ml cuplikan + 3 tetes KSCN 0,1 M Merah tua.
b. 1 ml cuplikan + 3 tetes K4Fe(CN)6 0,5 M biru berlin.
3. Co2+,
2 ml cuplikan + 1 spatula KSCN Biru keunguan
Tambahkan eter amil alkohd berubah menjadi biru
29
4. Mn2+,
5 tetes cuplikan + seujung spatula natrium bismutat + 5 tetes HNO3 6 M
endapan merah violet
5. Ni2+,
1 ml cuplikan + 2 tetes NH3 1 M + 1 ml dimetilglioksin merah
6. Al3+
a. 1 ml cuplikan + 3 tetes CH3COOH + seujung spatula Natrium Asetat + 1
ml larutan
morin endapan Biru Muda
b.1 ml cuplikan + 2 tetes NaOH 2 M endapan putih seperti gelatin yang
dapat larut dalam NaOH berlebihan.
Golongan 4
1. Ca2+,
a. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M endapan putih
b. 1 ml cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M tidak ada endapan
2. Ba2+,
a. 1 ml larutan cuplikan + 5 tetes H2SO4 2 M endapan putih tidak larut
dalam asam kuat
b. 1 ml cuplikan + 5 tetes K2CrO4 0,1 M endapan kuning
Golongan 5
1. NH4+,
Jika ada reaksi-reaksi untuk kation lain dalam golongan 5 negatif dan warna
nyala positif (dalam 1 menit) berati ada atom Na.
2. K+ / Na+
Seujung spatula Na2(CO(NO)2)6 + ½ ml air + 2 tetes CH3COOH 2 M maka
terbentuk endapan kuning.
3. Mg2+,
1 ml cuplikan + 4 tetes NH4Cl 1 M + NH4OH / NH3 2 M dan 1 ml Na2HPO4
0,1 M makatimbul endapan putih.
4. Na+
1 sendok spatula cuplikan + 1 ml NaOH 6 M panaskan gas Amoniak akan
dilepaskan dan dapat diidentifikasikan dengan baunya.
VII. PERTANYAAN
30
1. Analisis Kuantitatif analisis yang dilakukan untuk mengetahui unsur apa
yang terdapat dalam sebuah sampel.
Sedangkan,
Analisis Kualitatif menghitung analisa dengan anka atau untuk
menghitung kandungan pada sampel.
2. Sampel 2.
Bau : Tidak ada bau BM : sifat kimia
Warna : putih
Bentuk : bubuk/butiran
Dari percobaan yang telah dilakukan sample 2 emempunyai warna yang putih,
tidak berbau dan berbentuk butiran/ bubuk kristal. Setelah dilakukan tes
pendahuluan yaitu pada tes pelarutan sampel 2 larut dalam air dingin dan
warna larutan bening. Setelaj sampel tersebut ditambahkan dengan 3 tetes HCl
6 M dan dilakukan tes nyala pada bunsen, maka menghasilkan warna nyala
biru dan diperkirakan sampel 2 tersebut mengandung unsur Pb+.
Setelah dilakukan identifikasi golongan 1 ml sampel ditambhakan dengan 1 ml
NH4(CO3)2 sampel 2 membentuk endapan dan diperkirakan termasuk ke dalam
golongan 1-4 Ag+, Pb2, Pb2+, Hg2+, Cu2+, Sn2+, Fe2+, Fe3+, Co2+, Mn2+,Ni2+,
Al3+, Ca2+, Ba2+. Karena terbentuk endapan maka ditambahkan lagi dengan 1
ml cuplikan + 3 tetes HCl 6 M dan terdapat endapan. Diperkirakan sampel 2
tersebut mengandung unsur dari golongan 1 yaitu Pb+ dan Ag+
Pada reaksi spesifik 1 ml cuplikan ditambahkan dengan 1 ml cuplikan + 4 tetes
NH3 1 M menghasilkan endapan berwarna putih dan tidak larut dalam NH3
berlebih. Dapat disimpulkan bahwa kation sampel 2 adalah Pb+.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengamatan pada sampel 1 dapat disimpulkan bahwa
sampel 2 meghasilkan kation dari golongan 1 yaitu Pb+ yang dengan K2CrO4
menghasilkan endapan berwarna kuning dan dengan NH3 menghasilkan
endapan berwarna putih.
31
TITRASI ASAM BASA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
· Melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat
· Melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam – basa
Asam asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas
digunakan sebagai larytan standar meskipun tidak semua mencukupi
persyaratan standar diatas. Garam klorida dan ion ion perak timbal dan
merkuri adalh pelarut, seperti halnya sulfat dari logam logam alkali dant
timbal. Namun hal ini tidak menyebabkan kesukaran pada kebnyakan titrasi
asam basa.
Hidrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguap dari larutan
larutan pada batas batas konsentrasi yang biasanya digunakan karena
terdisosiasi sangat tinggi dalam larutan air. Suatu larutan 0,5 N dapat didihkan
untuk beberapa lama tanpa kehilangan hidrogen klorida , jika larutannya tidak
boleh di pekapkan denga penguapan. Asam nitrat jarang digunakan sebab
32
merupakan pereaksi oksidasi kuat dan larutannya terurai apabila dipanaskan
atau dikenakan cahaya. Asam perklorat merupakan asam kuat tidak menguap
dan stabil terhadap reduksi dalam larutan larutan encer. Garam garam kaium
dan amonium dapat mengendap dari larutan larutan pekat apabila terbentuk
selama titrasi. Asam perkoraat lebih disukai dalam titrasi yang buakn air. Ia
pada dasarnya suatu asam yang lebih kuat daripada asam klorida dan lebih
kuat terdisosiasi dalam pearut yang bersifat asam seperti asam asetat murni
Natrium hidroksida merupakan basa yanh paling umum digunakan. Kalium
hidroksida tidak memberikan keuntungan dibanding dengan natrium
hidroksida dan lebih mahal . NaOH selalu terkontaminasi oleh jumlah kecil zat
pengotor yang paling sering diantranya adalah natrium karbonat.
33
zat nya hingga berat tetap pada 270ºC sampai 300ºC, natrium karbonat sedikit
higroskopis tetapi dapat ditimbang tanoa kesulitan. Karbonat dapat dititrasi
menjadi natrium bikarbonat dengan menggunakan indikator fenolftalein , berat
equivalennya sama dengan berrat molekul nya yaitu 106. Tetapi secara umum
zat ini dititrasi menjadi asam karbont dengan menggunakan indikator metil
orange dengan berta equivalen setengah dari berat molekulnya yaitu 53,00
34
- Menambahkan 2 tetes indikator pp pada tiap erlenmeyer
- Mentitrasi larutan dengan NaOH yanh telah dibuat sampai berubah
warna menjadi merah muda
- Mencatat volume titran
35
2. Standarisasi larutan std sekunder HCl dengan
No Volume Titran Gr KHP Perubahan warna
1 26,4 ml 0,23 gr Kuning - Orange
2 25,9ml 0,21gr Kuning - Orange
3 27,6ml 0,22 gr Kuning - Orange
Rata- 26,633ml 0,22 gr
rata
X. PERHITUNGAN
10.1. Standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP
g KPH
BE KHP = Volume NaOH x N NaOH
10.1 g KHP
BE KHP = Volume NaOH x N NaOH
0,8059
204,2g/ek = 5,06ml x N NaOH
36
10.2 g KHP
BE KHP = Volume HCl x N HCl
0,2258
53,00g/ek = 10,53ml x N HCl
XI. PERTANYAAN
1. Tuliskan 5 macam standar primer untuk titrasi asam basa!
Jawab :
a) Kalium Hydro ftalat (KHC3H4O4) atau KHP
b) Asam Sulfamat (NSO2NH3)
c) Kalium Hidrogen Iodal (KH(102)2)
d) Natrium Karbonat (Na2CO3)
e) Aminometan (CH3OH)
37
- Timolftalein
N. NaOH = 0,979mol/ml
N. NaOH = 0,1 N
Dari percobaan yang telah dilakukan, standarisasi larutan std sekunder NaOH
dengan
KHP 0,7 – 0,9 gr untuk 3 kali pefcobaan. KHP tersebut dilarutkan dengan air
aquadest sebanyak 50ml. Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator pp.
Selanjutnya dititrasi dengan NaOH. Volume rata-rata setelah titrasi adalah
40,67ml.
Dilanjutkan dengan titrasi yang kedua yaitu standarisasi larutan std sekunder
HCl dengan . pertama membuat larutan pembanding dengan
melarutkan 0,5 gr KH ftalat dalam 50ml air dan menambahkan 2 tetes metil
merah. Kemudian menimbang 3 buah cuplikan 0,2 – 0,25 gr dan
melarutkan nya dalam 50ml aquadest. Selanjutnya menambahkan metil jingga
untuk tiap cuplikan. Selanjutnya dititrasi dengan HCl sampai warnanya sama
denga larutan pembanding. Volume raa-rata yang didapat adalah 26,633ml
Selanjutnya penentuan konsentras larutan dengan larutan std sekunder
NaOH. dipipet sebnayk 25ml pada tiap erlenmeyer hingga 3 kali
percobaan. Kemudian menambahkan indikator metil merah dan selanjutnya
dirtittrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
Yang terakhir adalah penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std
HCl . hampir sama dengan sebelumnya cuplikan dipipet 25mk kemudian
38
menambahkan 2 tetes indikator pp dan dititrasi dengan HCl hingga perubahan
warna.
XII. KESIMPULAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Ion karbonat dapat ditentukan dengan cara titrasi dua langkah yaitu dengan
menggunakan dua indicator :
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O (Fenolftalein)
- +
HCO3 + H3O H2CO3 + H2O (Metil Orange)
Fenolftalein bekerja sebagai indicator untuk titrasi tahap pertama dengan
perubahan warna dari merah ke tidak bewarna. Metal orange bekerja sebagai
indicator tahap kedua dengan perubahan warna dari kuning menjadi jingga .
fenolftalein dengan jangkauan pH 8,0 sampai 9,6 merupakan indicator yang
cocok untuk titik akhir pertama, karena pH larutan NaHCO3 berjumlah 8,35 .
metal orange dengan jangkauan pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik akhir kedua.
39
Suatu larutan jenuh CO2 mempunyai pH kira – kira 3,9 . kedua titik akhir
tersebut tidak satu pun membentuk patahan yang sangat tajam.
NaOH V2 = 0 M x V1
NaHCO3 V1 = V1 M x V1
Na2CO3 V1 = 0 M x V2
Neraca analitis
Kaca arloji
Erlenmeyer 250 ml
40
Buret 50 ml
Pipet ukur 25 ml
Gelas kimia 100 ml , 500 ml
Labu takar 100 ml , 500 ml
Spatula , pengaduk
Bola karet
IX. PERHITUNGAN
X. PERTANYAAN
1. Tuliskan rumus kimia untuk indicator fenolftalein , dan reaksinya
terhadap perubahan pH ?
2. Berapakah jangkauan pH indicator yang digunakan pada percobaan ini ?
3. Sebuah contoh berat 0,5g yang mungkin mengandung NaOH , Na2CO3 ,
42
NaHCO3 atau campuran NaOH + Na2CO3 atau NaHCO3 + Na2CO3
dititrasi dengan 0,1011M HCL dengan cara dua indicator. Ternyata pada
titrasi pertama dengan indicator pp diperlukan 38,44 ml HCL kemudian
pada titrasi kedua diperlukan 11,23 ml HCL .
a) Campuran apakah yang ada pada contoh
b) Hitung % masing – masing zat
Penyelesaian :
1.
2. Jangkauan pH
a. Indicator metal merah perubahan warna dengan meningkatkan pH
adalah dari warna merah menjadi warna kuning dengan jangkauan pHna 4,2 –
6,2 .
b. Indicator fenolftalein perubahan warna dengan meningkatkan pH adalah
dari warna merah menjadi tidak berwarna dengan jangkauan pH na 8,0 – 9,6
c. Indicator metal orange perubahan warna dengan meningkatkan pH
adalah dari warna kuning menjadi warna jingga dengan jangkauan pHna 3,1 –
4,4
Dari pratikum yang dilakukan dapat dianalisa , pada saat standarisasi larutan
HCl dengan Na2CO3 hal ang pertama dilakuakn yaitu : menimbang Na2CO3
sebanyak 0,4 gram . lalu masukan kedalam 3 erlenmeyer dengan masing –
masing 25 ml setelah itu larutan ditetesi sebanyak 3 tetes metal merah
perubahan warna yang terjadi dari bening menjadi ungu . lalu dititrasi
menggunakan HCl larutan berunbah menjadi bening dengan volume 1. 23 ml ,
2. 21, 6 ml , 3. 20 , 9 ml sehingga volume rata – ratanya adalah 21 , 8333 ml .
pada penentuan karbonat – bikarbonat hal yang pertama dilakukan adalah
menimbang cuplikan pertama dan kedua sebanak 0,5 gr . dan larutan sebanyak
100ml , dan masukan kedalam 3 erlenmeyer sebanyak 25 ml , lalu diteteskan
indicator fenolftalein (pp) sebanyak 3 tetes perubahan warna yang terjadi pada
sampel , dari bening menjadi ungu dengan volume 12,5 ml , 12,7 ml , 12 ,5 ml
dengan volume akhir = 0 (V2 = 0 ) sehingga cuplikan 1 adalah NaOH.
43
Lalu cuplikan 2 di teteskan indicator fenolftalein (pp) berubah warna dari
bening menjadi ungu dan dititrasi dengan HCl berubah warna menjadi bening
dengan volume 8 ml , 8 ml , 9,4 ml lalu di teteskan indicator metal orang ( m.o
) dan berubah menjadi kuning dititrasi lagi dengan HCl dan berubah warna
dari kuning menjadi jingga dengan volume 13 , 8 ml , 13 , 7 ml , 13 , 5 ml
.pemakaiian kedua indicator ini bertujuan agar pada saat tercapai titik ekivalen
dapat diketahui dengan jelas..
XII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa :
NHCl setelah distandarisasi adalah 0,0864 mek / ml
Sampel 1 merupakan NaOH karena V2 = 0
Sampel 2 merupakan campuran NaHCO3 + Na2CO3 karena V1 , V2
%NaHCO3 dalam sampel adalah 30, 1947 %
%Na2CO3 dalam sampel adalah 62, 00259 %
TITRASI REDOKS
( PENENTUAN BESI )
I. TUJUAN PERCOBAAN
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi
antara analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan
sebagian besar logam-logam. Indicator yang digunakan pada titrasi ini
menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO4
44
tidak menggunakan suatu larutan indicator, tetapi larutan KMnO4 itu sendiri
dapat bertindak sebagai indicator.
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat
asam, dimana permanganat bereaksi dengan sangat cepat.
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganat dalam
larutan berasam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, stabil
pada pemanasan dan tidak higroskopis. Reaksi dengan permanganat agak
komplek dan sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan, namun
mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar. Oleh
kareana itu biasanya larutan dipanaskan pada suhu 600C. Pada kenaikan suhu,
pada awalnya reaksi berjalan lambat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion
mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan
reaksinya dinamakan otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya
sendiri. Ionnya mungkin mempengaruhi efek katalitiknya dengan cepat
bereaksi dengan permanganat untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi
antara +3 dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat,
kembali keadaan divalent. Adapun reaksinya adalah :
Fowler dan bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap
kesalahan-kesalahan yang mungkin didalam titrasi. Mereka menemukan
beberapa bukti dari pembentukan peroksida
45
O2 + H2C2O4 → H2O2 + 2 CO2
• Neraca Analitis
• Kaca Arloji 2
• Buret 50 ml 2
• Pipet Ukur 25 ml 4
• Spatula 2
• Bola Karet 4
• Hot Plate 4
• Termometer 3
• Na2C2O4 padatan
• H2SO4 pekat
• KMnO4 padatan
• FeSO4.7H2O padatan
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
46
8.1 Standarisasi Larutan KMnO4
• Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda
(Natrium ( KMnO4 )
Oksalat)
1. 300 mg 46,5ml
2. 300 mg 37,5ml
3. 300 mg r
47
No Volume Analit (FeSO4.7H2O) Volume Titran (Kmno4)
1 25ml 38,6ml
2 25ml 38,5ml
3 25ml 38,4ml
X. PERHITUNGAN
gr sampel
= 12,31 = 0,0123%
1000,25
XI. PERTANYAAN
Pembahasan :
48
1. Keuntungannya :
•Harganya murah.
Kerugiannya :
secara cepat karena jika perioksida itu terurai sebelum bereaksi dengan
uraian sebagian oksalat, maka dari itu larutan tersebut harus dipanaskan
sampai 60 oC.
3. g As2O3 = 0,2248 gr
V KMnO4 = 44,22ml
BE As2O3 = 197,84 g/mol
49
gr As2O3 = V KMnO4 x N KMnO4
BM As2O3
XII.ANALISIS PERCOBAAN
Dalam percobaan kali ini,analisa yang kami dapatkan adalah pada proses
standardisasi larutan standar 0,1 N KMnO4 dengan volume analit 300 mg/ 0,3
g (didapatkan) ,sebelumnya kami harus mengeringkan natrium oksalat dalam
oven pada suhu 105-110 oC (selama 2 jam) lalu di dinginkan dalam
desikator.Kemudian melarutkan 12,5 ml H2SO4 pekat dalam 250 ml
air.Kemudian mencampurnya ke dalam Erlenmeyer yang berisi natrium
oksalat,kemudian di kocok dan di dinginkan sampai 24 oC.Saat di titrasi
dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml ,dari percobaan 1,2,dan 3
perubahan warna yang terjadi adalah menjadi ungu pekat,kemudian kami
panaskan dengan hot plate dengan rata –rata suhu mencapai 60-80
o
C,perubahan warna yang terjadi adalah merah keunguan(seharusnya bening)
kemudian setelah itu kami titrasi kembali dengan larutan KMnO4 sampai
berubah warna menjadi merah muda pada percobaan 1 pertambahan volume
titran sebanyak 5 ml= 40 ml ,yg ke 2= 6 ml(41 ml)
XIII.KESIMPULAN
50