Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Praktikum Elektronika Dasar I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR I

Nama : NURTRI MULYANI


NIM : A1C316008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
I. Judul Praktikum : Rangkaian Thevenin dan Norton
II. Tujuan Praktikum :
a. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengidentifikasi karakteristik
teorema Thevenin dan Norton pada rangkaian arus searah dengan benar.
b. Setelah melakukan praktikum, pratikan dapat mencontohkan fungsi teorema Thevenin
dan teorema Norton dengan benar.
c. Setelah melakukan praktikum, praktikan darapkan dapat mengukur Vth, Rth, IN, RN,
Arus dan tegangan pada rangkaian Thevenin dan Norton dengan benar.
III. Landasan Teori
The basic concept of this theorem and its proof are based on the principle of
superposition theorem. Let us consider a linear system in fig. 8.8(a). It is assumed that
the dc resistive network is excited by the independent voltage and current sources. In
general there will be certain pottential difference (Voc=Vth) betwen the terminals “a”
and “b” when the load resistance RL is Disconnected from the terminals. Fig 8.8 (b)
shows an additional voltage source E (ideal) is connencted in series with the load
resistance RL in such a way (polarity of external voltage source E in opposition the open
circuit voltage voc across “a” and “b” erminals) so that the combined effect of all
internal and all internal and external sources results zero current through the load
resistance RL (Kharagpur, V : Version 2EE IT).
Pada teorema ini berlaku bahwa : “ suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan
dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang diaparalelkan dengan sebuah
tahanan ekuivalennya pada dua terminal yang diamati”. Tujuan untuk menyederhanakan
analisis rangkaian, yaitu dengan membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber arus
yang paralel dengan suatu tahanan ekuivalennya (Ramdhani, :110).
Dengan demikian akan jelas bahwa salah satu kegunaan utama teorema thevenin dan
Norton adalah untuk mengganti suatu bagian besar rangkaian, yang seringkali memang
merupakan bagian rangkaian yang rumit dan tidak menarik (bukan merupakan bagian
yang menjadi perhatian dalam analisis), menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang sangat
sederhana, kita dapat melakukan proses perhitungan yang lebih cepat untuk besaran –
besaran seperti tegangan, arus,dan daya yang dapat dikirim oleh rangkaian semula ke
suatu beban. Selain itu rangkaian yang baru ini dapat membantu kita dalam memilih nilai
resitansi beban terbaik. Dalam suatu rangkaian penguat daya transistor misalnya,
rangkaian ekuivalen thevenin dn norton memungkinakan kita dalam menentukan daya
maksimum yang dapat diambil dari penguat untuk dikirimkan ke pengeras suara
(William,dkk, :121).
Suatu jaringan aktif, linear resesif yang mengandung satu atom lebih sumber tegangan
atom atom arus dapat digaris oleh suatu sumber tegangan tunggal dan satu resistansi seri
(Teorema Thevenin), atau oleh satu arus tunggal dan satu resistansi parallel (teorema
norton). Tegangannya dinamakan tegangan ekuivalen thevenin, V’, dan arusnya
dinamakan arus ekuivalen norton , I’, kedua resistansinya sama. R’. Bila terminal –
terminal ab pada gambar 4-12 (a) dibuat menjadi hubung terbuka, maka tegangan akan
muncul diantara mereka. Dari gambar 4-12(b) jelas bahwa ini adalah tegangan V’ dari
rangkaian ekuivalen thevenin. Jika diberikan rangkaian hubung singkat pada terminal,
seperti yang ditunjukan oleh garis putus – putus pada gambar 4-12 (a). Maka akan
dihasilkan arus I dari rangkaian ekuvalen norton. Apabila rangkaian di (b) dan (c) adalah
ekuivalen dari tegangan aktif yang sama, maka keduanya akan ekuivalen satu terhadap
yang lain. Akibatnya adalah I’=V’/R’ Jika V’ dan I‘ telah diketahui dari jaringan aktif
mak R’=V’/I’ (Nahvi, 2004: ).
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk menentukan rangkaian ekuivalen
thevenin ataupun rangkaian ekuivaeln norton, dua dari tiga parameter dibawah ini dapat
digunakan.
 Tegangan hubungan terbuka pada terminal.
 Arus hubung singkat pada terminal.
 Resistor ekuivalen sumber dilihat dari terminal dengan semua sumber dimatikan.
Ketiga parameter tersebutdihitung dengan seksi beban tidak terhubung pada seksi
sumber. Jadi rangkaian ekivalen thevenin dan rangkaian ekivalen norton merupakan
karakteristik seksi sumber dan tidak tergantung dari beban. Perhatikanlah bahwa
rangkaian ekivalen thevenin menjadi suatu model sumber praktis (sudirham, 2012:13).
IV. Alat dan bahan
a. DC Power Supply
b. Multimeter Digital
c. Project Board
d. Kabel Jumper
e. Tang potong
f. Resistor
V. Prosedur Percobaan
Teorema Thevenin
a. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
b. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
c. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini :

d. Langkah-langkah untuk mencari tegangan Vth untuk rangkaian pengganti Thevenin


adalah :
 Lepaslah resistansi beban (RL)
 Ukur tegangan open circuit terminal a-b, maka akan didapatkan nilai Vth.
 Catat nilai Vth pada table kerja 1.1!
e. Langkah-langkah untuk mencari hambatan Rth untuk rangkaian pengganti Thevenin
adalah :
 Matikan sumber tegangan dengan melepas sumber tegangan. Kemudian
hubungkan singkat antara terminal a-b, seerti rangkaian dibawah ini:

 Ukur resistansi pada terminal a-b dengan multimeter, maka didapatkan Rth
f. Pengukuran I dan V pada rangkaian pengganti Thevenin.
 Buat rangkaian pengganti Thevenin dengan rangkaian seperti dibawah ini:
 Atur tegangan DC Power Supply sedemikian rupa sehingga nilainya sama
dengan Vth yang telah didapat pada percobaan sebelumnya.
 Ukur arus (I) dan tegangan (V) pada RL yang bervariasi seperti yang ada
pada jurnal (perhatikan mode amperemete DC).
 Catat nilai I dan V dalam tabel kerja 1.1 yang tersedia.

Teorema Norton

a. Dengan rangkaian yang sama seperti percobaan sebelumnya.


b. Mencari IN
 Pasang sumber tegangan pada c-d, ukur arus (IN) hubung singkat pada a-b
dengan memasang amperemeter pada terminal a-b secara langsung (perhatikan
mode amperemeter DC), seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

 Catat nilai IN pada tabel kerja 1.2!


c. Mencari RN
 Matikan sumber tegangan dengan melepas sumber tegangan dan gantikan
dengan tahanan dalamnya, caranya dengan menghubungkan singkat antara
terminal a-b, seperti gambar dibawah ini:

 Nilai RN=Rth.
 Catat nilai RN pada tabel kerja 1.2!
d. Pengukuran I dan V pada rangkaian pengganti Norton
 Berikan tegangan V sedemikian rupa sehingga akan didapatkan arus sebesar
IN (arus Norton) seperti gambar dibawah ini:

 Selanjutnya ukur arus dan tegangan pada setiap RL.


 Catat arus I dan V yang ditunjukan multimeter pada tabel kerja 1.2!
VI. Data Percobaan
Tabel 1.1 Teorema Thevenin
Rangkaian Asli Vth Rth Arus (I) Tegangan (V)
V= 5 Volt
R1= 33x102 Ω
2Volt 3000Ω 0,22A 0,24Volt
R2= 33x102 Ω
R3= 15x102 Ω

VII.Pembahasan
Pada praktikum kami yang pertama yaitu percobaan rangkaian Thevenin dan
Norton. Pada percobaan Thevenin dan Norton kami hanya melakukan percobaan
Thevenin saja sedangkan rangkaian Norton tidak dilakukan karena tidak
tersedianya waktu dan alat praktikum sehingga nantinya kami menggunakan
literatur dan sumber rferensi lain untuk rangkaian Norton.
Pada praktikum thevenin kami menyiapkan alat dan bahan yaitu tiga buah
resistor yang bernilai R1 3300 ohm, R2 3300 ohm, dan R3 1500 ohm. Kemudian
papan bread board, power suplay, kabel dan jepit buaya.
Pada percobaan thevenin langkah pertama kami mencari nilai tegangan
rangkaian thevenin yang mana kami memakai sumber tegangan asli yaitu sebesar
5 volt. Setelah R1, R2, R3 dirangkai kami menghitung tegangan theveninnya
menggunakan multimeter dan diperoleh nilai tegangan (Vth) rangkaian thevenin
yaitu 2V. Nilai tegangan thevenin yang didapatkan terpaut jauh dari sumber
tegngan yang berselisih 3V. Hal ini mungkin dikarenakan kami kurang teliti
menghitung Vth atau juga mungkin karena kesalahan dalam membuat rangkaian.
Kemudian pada langkah kedua kami mencari nilai hambatan thevenin dengan
mematikan power uplay atau sumber tegangan yang terpakai tadi. Setekah diukur
menggunakan multimeter kami mendapatkan hasil hambatannya adalah sebesar
3000 ohm. Dan selanjutnya kami menghitung arus dan tegngan nya dan
didapatkan hasil yaitu I = 0,22 A dan tegangan V= 0,24 Volt.
Percoban kedua yaitu percobaan rangkaian norton. Namun kami mencari
refrensi dan literatur dari percoban teorema nprton ini. Tidak dilakukan
praktikum.
Setelah dilakukan percobaan ini dapat diketahui bahwa hubungan antara hambatan
beban terhadap arus linear adala berbanding terbalik. Semakin besar hambatannya
maka semakin kecil arusnya.
VIII. Kesimpulan
1. Teorema Thevenin dan Norton adalah rangkaian yang bekerja dengan sumber
tegangan tetap, berapapun arus yang diberikan kepadnya. Cara kerja rangkaian setara
norton yaitu dapat bekerja saat hambatan beban dihubungkan singkat.
2. Pada teorema rangkaian Thevenin digunakan untuk menghitung arus beban,
kemudian pada teori rangkaian Norton kita menghitung tegangan beban.
3. Untuk mengatur Vth, Rth, IN, RN, Arus dan tegangan pada rangkaian Thevenin dan
Norton dapat digunakan persamaan:
𝑉𝑡ℎ 𝑅𝑁 𝑅𝐿
IL= 𝑅𝑡ℎ+𝑅𝐿 dan VL= 𝐼𝑁 𝑅𝑁=𝑅𝐿

IX. Daftar Pustaka


Khargapur. 2010. Thevenin’s and Norton Theorems in the context of DC Voltage and
Current Sources Acting in a Resistive Network. Version 2EE IIT.
http://www.nptel.ac.ii/courses/webcourse-
contents/ITT%20kharagpur/basic%20electrical%20Technology/pdf.
Nahvi, Mahmood dan Joseph A. Edminister. 2004. Rangkaian Listrik Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Ramdhani, Mohammad. .Rangkaian Listrik.
http://dinus.ac.id/respository/docs/ajar/bab5rangkaianlistrikpdf.
Sudirham Sudaryatno. 2012. Analisis Rangkaian Listrik. Bandung: ITB.
William, dkk. . Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
I. Judul Praktikum : Filter Pasif (Low Pass And High Pass)
II. Tujuan Praktikum :
a. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengidentifikasi pengertian
high pass filter dan low pass filter dengan benar.
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menjabarkan cara kerja high
pass filter dan low pass filter dengan benar.
c. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur R,C,Vin, frekuensi,
Vout dan G(w) pada rangkaian high pass filter dan low pass filter dengan
benar.
III. Landasan Teori
Filter adalah suatu rangkaian yang mempunyai masukan dan keluaran, yang
sifatnya menyaring (menapis) yaitu melewatkan sinyal dengan frekuensi tertentu.
Filter pasif : filter yang dalam proses penyaringan tidak menguatkan sinyal,
biasanya hanya terdiri atas RLC.
Filter aktif : selain menyaring juga menguatkan ( penguatan > 1), biasanya
menggunakan penguat transistor atau IC.
Suatu sinyal dinyatakan difilter bila daya keluarannya sama dengan setengah
daya maksimum. Sebaliknya sinyal dilewatkan (pass) bila daya keluaran lebih
dari setengah daya maksimum (Mahmood,2004 : 188).

Prinsipnya, rangkaian tapis lolos rendah ini, menghambat keluarnya sinyal


dengan frekuensi tertentu akibat dari masukan yang diberikan. Tapis lolos rendah
merupakan rangkaian tapis yang melewatkan sinyal berfrekuensi rendah dan
menahan/menghambat sinyal berfrekuensi tinggi. Sehingga pada keluarannya
hanya terdiri dari sinyal frekuensi rendah, dengan lengkung kemiringan untuk
tanggapan amplitude dari 0 dB/oktaf ke -6 dB/oktaf dan tanggapan fasanya
berubah dari 900 ke 450 /decade (Wahri,2012 : 137).

Contoh penggunaan filter ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredam
frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass
atau subwoofer (frekuensi rendah). Contoh aplikasi low-pass filter pada sinyal
digital adalah memperhalus gambar dengan Gaussian blor (Toifur, 2005). High-
pass filter memiliki banyak aplikasi. Diantaranya digunakan sebagai bagian dari
crossover audio untuk mengarahkan frekuensi tinggi ke tweeter sementara
pelemahan sinyal bass yang dapat menggangu, atau kerusakan, pembicara
(Sutanto, 1994: 247).

A 20 kW three-phase grid-connected inverter with a PI tuned controller is


implemented to validate the designed LC, LCL and damped LCL filters and
compared their performance. Besides the resonance frequency problem, LCL filters
are preferred than LC filters because of their size, weight and price. To overcome
on the instability problems of LCL filters, damping LCL filters are recommended.
However, LCL filter with series damping resistor can eliminate more harmonic
distortions compare to the parallel one. But, the filter power loss for LCL filter
with parallel damping resistor is higher than series damping. Then, in conclusion it
can be seen by considering the filter size, weight, price, stability, harmonic
injection to the grid and filter power loss, LCL filter with series damping resistor is
the best choice for grid-connected renewable energy systems (Mojgan,2015:
10696).

Terlihat bahwa jika AC Inverter dijalankan dengan seting suhu hangat yaitu
pada suhu 31, 30, 29, 28, dan 27 unit inverter AC Inverter akan bekerja dan
menghasilkan harmonik arus THDI yang cukup besar ( 95% sampai dengan 24%).
Setelah dipasang filter single tune, pada karakteristik suhu versus Harmonik arus
AC Inverter 2 HP, Terlihat bahwaharmonik arus THDI jauh turun padakisaran
17%. Sedangkan pada gambar 3.11 Karakteritik suhu versus harmonik tegangan
terlihat samabesaran harmonik tegangan THDV baik AC Inverter 2 HP dipasang
filter single tune maupun tidak dipasang filter single tune (Djodi, 2009 :27).

IV. Alat dan Bahan


1. Osiloskop (probe 2 buah) = 1 unit
2. Signal generator = 1 unit
3. Multimeter = 1 unit
4. Resistor = 100 ohm,150 ohm
5. Kapasitor = 0,1 F
6. Breadboard = 1 unit
7. Set Jumper = 1 meter
V. Prosedur Kerja
High Pass Filter
1. Persiapkan semua peralatan dan bahan bahan yang diperlukan saat
melaksanakan percobaan.
2. Periksa semua bahan dan alat, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
3. Siapkan resistor sebesar 100 Ω dan kapasitor sebesar 0,1 µF yang akan
digunakan dalam praktikum ini.
4. Gunkan multimeter untuk mengukur besar resistansi resistor. Jangan
tempelkan anggota tubuh pada probe multimeter atau resistor karena hal ini
dapat menimbulkan bias pembacaan.
5. Susun rangkaian seperti gambar dibawah ini pada breadboard.

6. Pastikan jumper serta kabel telah dalam posisi yang baik. Pastikan dengan
benar tidak terjadi shorting.
7. Atur input pada signal generator sebesar 500m Vpp dengan menggunakan
sinyal masukan sinusoidal dengan frekuensi rendah.
8. Matikan signal generator kemudian hubungkanlah ke rangkaian di posisi
input.
9. Hidangkan rangkaian ke osiloskop menggunakan dual channel, channel 1
osiloskop dihubungkan ke input rangkaian dan channel 2 osiloskop
dihubungkan ke output rangkaian.
10. Nyalakan osiloskop lalu tunggu kurang lebih 2 menit.kemudian signal
generator dapat dihubungkan.
11. Ukur tegangan output menggunakan multimeter.
12. Ubah frekuensi pada sinyal generator dengan menaikkan frekuensi pada signal
generator.
13. Pada setiap perubahan frekuensi sinyal,tampilan pada osiloskop difoto serta
tegangan output dicatat.
14. Catat hasil percobaan pada table kerja 2.1!

LOW PASS FILTER


Ulangi percobaan diataas namun dengan bentuk rangkaian seperti pada
gambar dibawah ini !

Pastikan besar resistivitas resistor dan besar kapasitansi kapasitor dicatat!


Catat hasil percobaan pada table kerja 2.21!

VI. DATA HASIL

LOW PASS FILTER

R (ohm) C (f) Vin Veff (Volt)


100Ω 0,1µf 5V

Frekuensi Vout (volt) G(w) 20 log (w)


(Hz)
9,57 2,5 0,5 -6
100,3 2,5 0,5 -6
1043 1,43 0,29 -10,8
9500 1,43 0,29 -10,8
108700 0,18 0,04 -28
1700000 0 0 ~

High Pass Filter

R (ohm) C (f) Vin Veff (Volt)


120Ω 0,1µf 5V

Frekuensi Vout (volt) G(w) 20 log (w)


(Hz)
9,07 0 0 -~
100,3 0 0 -~
1043 0.71 0,14 -17
9500 0,35 0,o7 -23
108700 1,42 0,28 -11
1700000 1,5 0,3 -10,4

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakikan percobaan filter pasif, dimana kami
melakukan dua kali percobaan yaitu percobaan low pass dan high pass filter.
Pada percobaan pertama yaitu percobaan low pass filter. Mula-mula kami
menyiapkan alat-alat yang di butuhkan dan membuat rangkaian. Kemudian kami
memulai dengan memasang alat-alat praktium, resistor yang digunakan adalah
sebesar 100 ohm dengan tegangan input sebesar 5 volt. Kemudian kami mencari
tegangan output dengan menggunakan frekuensi yang berbeda-beda.
Pada pengulangan pertama kami menggunakan frekuensi sebesar 9,57 Hz
emudian setelah dihitung didapatkan tegangan outputnya sebesar 2,5 volt. Pada
pengulangan yang kedua kami menggunakan frekuensi sebesar 100,3 Hz dan
didapatkan tegangan outputnya sebesar 2,5 volt. Kemudian pada pengulangan
ketiga kami menggunakan frekuensi sebesar 1043 Hz dan didapatkan tegangan
outputnya yaitu 1,43 volt. Pengulangan keempat kami menggunakan frekkuensi
9500 Hz dan didapatkann tegangan outputnya sebesar 1,43 volt. Pengulangan
keempat dan kelima berturut-turut yaitu frekuensi 10.8700 Hz tegangan outputnya
0,18 volt. Dan frekuensi 1.700.00 Hz tegangan outputnya adalah 0 volt.
Pada percobaan low pass filter ini didapat diketahui bahwa semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka semakin rendah tegangan outputnya. Hal ini juga
sama seperti nilai G(w) yang dihitung bahwa semakin kecil pula.
Pada percobaan kedua yaitu high pass filter , alat yang digunakan sama
dengan percobaan low pass filter yang membedakan adalah rangkaiannya. Kami
menggunakan nilai resistor sebesar 120 ohm. Dengan tegangan input sebesar 5
volt. Pada percobaan pengulangan pertama kami memakai frekuensi sebesar 9,07
Hz dan mendapatkan tegangan outputnya sebesar 0 volt. Percobaan kedua
memakai frekuensi 100,3 Hz dan mendapatkan tegangan outputnya juga 0 volt.
Pengulangan ketiga dengan frekuensi 1043 Hz tegangan outputnya adalah 0,71
volt. Percobaan keempat dengan frekuensi 9500 Hz maka tegangan outputnya
adalah 0,35 volt. Percobaan kelima dan keenam digunakan frekuensi sebesar
108700 Hz dan 1.700.000 Hz didapat tegangan outputnya sebesar 1,42 volt dan
1,5 volt.
Dari percobaan high pass filter dapat diketahui bahwa se,akin tinggi frekuensi
maka semakin tinggi pula teganga outputnya.

VIII. Kesimpulan
1. Low pass filter digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan
meredam sinyal berfrekuensi tinggi. High pass filter adalah jenis filter yang
melewatkan frekuensi tinggi, tetapi mengurangi amplitudo frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi cutoff.
2. Cara kerja Low Pass Filter adalah dengan meloloskan frekuensi yang rendah
sedangkan cara kerja High Pass Filter yaitu meloloskan frekuensi yang tinggi.
3. Untuk mengukur R,C,Vin,Vpp,Frekuensi,Vout dan G(w) menggunakan
rumus:

IX. Daftar Pustaka


Anton,Djodi dkk.2009. Pengaruh Filter Pasif pada Jaringan Listrik Industri dan
Rumah Tangga Akibat Pembebanan Air Condition (AC) Inverter. Semarang :
Seminar Nasional ke-9: Rekayasa teknologi Industri dan Informasi.
Hojabri,Mojgan dan Mehrdad Hojabri.2015. Design, Application and
Comparision of Passive Filters For Three-Phase Grid-Connected Renewable
Energy Systems. ARPN : Journal Of Engineering and Applied Science
Vol.10,No.22 : 10696.
Nahvi, Mahmood dan Joseph Edminister.2004.Rangkaian Listrik. Jakarta:
Erlangga.
Sunand, Wahri dkk.2012. Aplikasi Filter Pasif sebagai Pereduksi Harmonik pada
Inverter Tiga Fase. Universitas Bangka Belitung : Jurnal Ilmiah Foristek
Vol.2, No.1 : 137-138.
Zuhal, Zhanggischan.2004. Prinsip Dasar Elektronik. Jakarta : Gramedia.
I. Judul Praktikum : Rangkaian Seri RLC dan Resonansi
II. Tujuan Praktikum :
a. Setelah melakukan pratikum, praktikan dapat mengidentifikas rangkaian RL seri, RC
seri, dan RLC seri dengan baik dan benar.
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat membedakan rangkaian RL seri, RC
seri, dan RLC seri pada arus DC dan arus AC dengan benar.
c. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur VR, VL, VC, dan kauat
arus pada rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri dengan benar.
d. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menghitung resistansi total RLC
dengan benar.
III. Landasan Teori
Menurut william (2005:286) rangkaian RLC seri adalah rangkaian dual dari rangkaian
RLC parallel, dan pengetahuan mengenai hal ini saja sudah cukup untuk menjadikan
analisis rangkaian ini jauh lebih sederhana. Gambar 9.15a memperlihatkan sebuah
rangkaian RLC seri. Dan kita dapat membandingkannya dengan persamaan padanannya
untuk rangkaan RLC Parallel yang ditampilkan kembali dalam gambar 9,15b.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa sinyal keluaran
yang dihasilkan (ditampilkan) pada osiloskop, dimana bisa dilihat pada gambar 6,7,8,9,
dan 1. Gambar tersebut hanya sebagian kecil (sampel) dari data yang sudah diperoleh.
Dimana untuk data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari gambar tersebut dapat
kita bandingkan terlebih dahulu sinyal keluaran dari rangkaian RL dan RC. Rangkaian
keduanya dapat terlihat jelas perbedaannya seperti pada gambar 6 dan 7, dimana pada
gambar 3.1 merupakan sinyal keluaran dari rangkaian RL. Perbedaan antara keduanya,
yaitu sinyal yang dihasilkan pada rangkaian RC berupa gelombang sinusoidal, sedangkan
pada rangkaian RL berupa gelombang kotak (amalia, 2016:5-6).
Menurut Nahvi ( 2004:191) respon frekuensi (magnitudonya saja) diplotkan pada
gambar 12-20. Terlihat bahwa kurvanya merupakan resiprobal (kebalikan) dari kurva
pada gambar 12-19(a), perhatikan bahwa roll off terjadi baik pada frekuensi dibawah
atau diatas frekuensi resonansi seri W0. Titik-titik dimana respons bernilai 0,707, titik-
titik setengah daya (subbab 12,3), terjadi pada frekuensi WL dan Wλ. Lebar pita
frekuensi adalah lebar atau jarak antara kedua frekuensi-frekuensi ini.
Menurut B.O Omijeh (2015:28) A series circuit containing R, L, and C is in
resonance when the current in the circuit is in phase with the total violtage arcoss the
circuit. Depending on the particular values of R, L, and C, resonance occur atone district
frequency. Because of its district frequency characteristics, the series resonant circuit is
one of the most important frequency selective circuit. An important consideration when
designing an RLC circuiis the non ideal nature of the reactive components. Real
capacitors closely approximate perfect capacitors so we may ngelact the parallel
resistance associated with D. Real inductors, however , have a small series resistance
which is shown in the circuit diagam as r. This cannot normally be ngelected sice the Q
of real inductors is not infinetly large. The transfer function for this network, Vout/Vin
which we will call f is by inspection.
Apabila pada suatu rangkaian listrik RLC, frekuensi tegangan AC diubah-ubah maka
2 akan berubah. Dan pada suatu frekuensi tertentu akan terjadi resonansi dimana
komponen kapasitif akan saling menghapuskan dengan komponen induktifnya (jxL=jxC)
dan rangkaian akan bersifat sebagai tahanan murni. Frekuensi tersebut dinamakan
frekuensi reosnansi (Zuhal, 20014:94).
IV. Alat dan Bahan
a. Audio Frekuensi Generator
b. Oscilloscope
c. Multimeter Digital
d. Resistor
e. Induktor
f. Kapasitor
V. Prosedur Percobaan
a. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan aat melaksanakan
percobaan.
b. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi yang baik.
c. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini:
d. Nyalakan AFG dan aturlah tegangan awal keluaran AFG [ada 5 volt dengan memutar
aplitudo atau penguatan AFG.
e. Usahakan tegangan V tersebut dopertahankan konstan pada 5 volt.
f. Atur frekuensi pada AFG sebesar 10KHz.
g. Ulangi langkah kerja no 6 sampai no 8 dengan frekuensi yang bervariasi sesuai
dengan tabel kerja 3.1
h. Kemudian buatlah rangkaian seperti pada gambar dibawah ini!

i. Ulangi langkah 4 sampai 9 untuk rangkaian RC, dan mengganti parameter tegangan
VL dengan VC.
j. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini!

k. Ulangi langkah 4 sampai 9 untuk rangkaian RLC, dengan menambahkan VC sebagai


parameter yang diukur.
VI. Data Percobaan
6.1.Hasil percobaan rangkaian RL seri.

No. F (KHz) VR (Volt) VL (Volt) I (mA)


1. 10 2,19 0,070 10
2. 30 2,19 0,141 25
3. 50 2,12 0,282 24
4. 70 2,12 0,353 22
5. 100 2,12 0,494 20
6.2.Hasil percobaan rangkaian RC seri

No. F (KHz) VR (Volt) VC (Volt) I (mA)


1. 10 2,19 0,28 20
2. 30 2,19 0,07 24
3. 50 2,12 0,03 24
4. 70 2,12 0,03 22
5. 100 2,12 0 20
6.3.Hasil percobaan rangkaian RLC seri

No. f (KHz) VR (Volt) VL (Volt) I (mA) VC (Volt)


1. 10 2,33 0,035 25 0,83
2. 30 2,26 0,07 24 0,141
3. 50 2,12 0,106 23 0,566
4. 70 2,12 1,54 22 0,636
5. 100 2,12 0,141 20 0,672

VII.Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan rangkaian seri RLC dan
Resonansi. Percobaan rangkaian seri RLC dan Resonansi ini dilakukan tiga kali
percobaan yaitu rangkaian seri RL, seri RC, dan rangkaian seri RLC. Tetapi kami
hanya melakukan dua kali percobaan yaiturangkaian seri RL dan rangkaian seri RC,
sedangkan rangkaian seri RLC dilakukan oleh kelompok shift 2, karena keterbatasan
waktu yang ada.

Pada rangkaian seri RL kami mendapatkan frekuensi yaitu dari 10 kHz – 100
kHz. Dimana kami akan mencari nilai dari VR dan VL. Pada rangkaian pertama yaitu
frekuensi 10 kHz kami mendapatkan tegangan VR 2,9V dan tegangan VLnya yaitu
0,070V. Kemudian ada frekuensi 30 kHz kami mendapatkan tegangan VR sebesar 2,19
volt dan VL sebesar 0141 volt.
Selanjutnya pada frekuensi 50 kHz kami mendapatkan tegangan VR sebesar
2,12 volt dan VL nya 0,282 volt. Lalu pada frekuensi 70 kHz kami mendapatkan
tegangan sebesar VR nya 2,12 volt dan VL nya sebesar 0,353 volt. Terakhir kami
melakukan pada frekuensi pada 100 kHz didapat tegangan VR sebesar 0,12 volt dan
VL sebesar 0,494 volt. Dari lima langkah percobaan tersebut terdapat diketahui
semakin besar frekuensi, maka semakin besar pula tegangan induktornya tetapi
tegangan resistornya semakin kecil.

Kemudian pada rangkaian RC seri, sama nilai frekuensi seperti rangkaian RL


yaitu frekuensi 10 kHz kami mendapat VR dan VL nya adalah 2,19 volt dan 0,20 volt.
Kemudian untuk 30 kHz kami mendapatkan nilai VR dan Vlnya adalah 2,19 volt dan
0,07 volt. Pada frekuensi 50 kHz didapat VR dan VL nya adalah 2,12 volt dan 0,03
volt. Pada frekuensi 70 kHz didapat VR dan VL nya adalah 2,12 volt dan 0,03 volt.
Pada frekuensi 100 kHz didapat VR dan VL nya sebesar 2,12 volt dan 0 volt. Dari
kelima percobaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar frekuensi maka
semakin kecil tegangan kapasitor dan semakin besar tegangan induktornya.

Pada percobaan seri rangkaian RLC, kami tidak melakukan percobaan karena
terbatasnya waktu sehingga kami mendapat data percobaan dari kelompok shift 2 yaitu
pada frekuensi 10 kHz dengan tegangan VR yaitu 2,33 volt dan tegangan VL yaitu
0,035 volt dan VC nya sebesar 0,87 volt. Pada frekuensi 30 kHz didapat nilai tegangan
VC adalah 2,26 volt, VL nya adalah 0,07 volt dan VR nya adalah 2,26 volt. Pada
frekuensi 50,534 kHz didapat nilai VR sebesar 2,12 volt dan nilai VL nya yaitu 0,106
volt dan VC nya adalah 0,566 volt. Pada frekuensi 70 kHz nilai VR nya adalah 2,12
volt, nilai VL nya yaitu 1,54 volt dan nilai VC nya adalah 0,636 volt. Pada frekuenso
100 kHz didapat VR, VL dan VC nya yaitu 2,12 volt, 0,141 volt dan 0,672 volt. Pada
percobaan ini didapat diketahui bahwa nilai frekuensi semakin besar maka nilai
tegangan resistor semakin kecil dan tegangan kapasitornya stabil.

VIII. Kesimpulan
a. Rangkaian seri RL merupakan rangkaian yang terdri dari komponen resistor dan
komponen induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik
sinusoida.
Rangkaian seri RC merupakan rangkaian yang terdiri dari komponen resistor dan
komponen kapasitor yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik.
Rangkaian seri RLC adalah rangkaian listrik AC yang didalamnya mengandung
resistor, kapasitor, dan induktor yang dihubungkan satu sama lain secara seri dengan
maksud tegangan rms V dan arus yang mengalir.
b. Sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik sinusoida adalah terjadinya pembagian
tegangan secara vektoris.
Sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah kapasitor yang dihubungkan
denga sumber tegangan bolak-balik sinusoida adalah terjadinya pembagian tegangan
secara vektoris.
Sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor yang dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik sinusoida adalah terjadinya pembagian
tegangan di VR, VL, dan VC secara vektoris.
c. Untuk mengukur nilai VR, VL, dan VC adalah dengan persamaan:
VR= IR VL= I XL
VC= I XC I= V/z
d. Resistansi total pada rangkaian seri RLC dapat menggunakan persamaan
Z= √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶)2

IX. Daftar Pustaka


Firdausi, Amalia. 2016. Rangkaian Seri Rlc Arus (E7). NRP: III4-063.
http://www.academiaedu/23132042/. (diakses pada 29 September 2017).
HH, William dkk. 2004. Rangkaian Listrik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nahvi, Mahmood dan Joseph A. Edminister. 2004. Rangkaian Listrik Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Omijeh, BO dan K. Ougboukebe. 2015. Modelling Of Transfer Function Characteristics
Of RLC-Circuit. Vol 17 ISSU 1. http://www.iosjournals.org/iosr-
jce/papers/vol17-issue1/version-2/E017122733.pdf. (diakses pada 20 September
2017).
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
I. Judul Praktikum : Rangkaian Penyearah
II. Tujuan Praktikum :
a. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk gelombang
penyearah setengah gelombang, penyearah gelombang penuh (dua dioda) dan
penyearah gelombang sistem jembatan.
b. Setelah melakukan praktikum, pratikan dapat menjelaskan proses terbentuknya
gelombang penyearah setengah gelombang, penyearah gelombang penuh, dan
penyearah gelombang sistem jembatan.
III. Landasan Teori
Rectification is essential and demanding aspect of signal processing in instrumention,
measurement and contrl. Rectifiers have a variety of applications such as: signal
processing, signal-polarity decettors, amplitude modulated signal decettors, function
fitting eror measurements, AC Voltmeters and ammeters, watt meters, RF demodulators,
RMS to DC convercions, clipper circuit.
Generally rectifier circuits are employed by using diodes, neverthrlles, diodes cannot
rectifity the incoming signals whose amplitudes are less their thershold voltages
(Muhammed, 2015 : 101).
Rangkaian penyearah gelombang penuh yang menggunakan rangkaian jembatan
(brigde)

Bentuk gelombang yang terjadi pada output dapat dilihat pada gambar 6.5
terbentuknya tegangan pada arah gelombang penuh dengan menggunakan rangkaian
jembatan (zuhal, 2004 : 113)
Gambar 7.48 melakukan suatu rangkaian listrik bolak balik yang dihubungkan dengan
suatu hambatan tegangan pada hambatan berupa kurva sinusoidal
Apa yang terjadi ketika sebuah dioda ditambahkan pada rangkaian gambar diatas?
Ketika tegangan sumber positif, arus dapat melewati sumber dioda. Ketika tegangan
sumber negatif, arus dihambat sehingga tidak ada arus yang mengalir (t=0). Karena itu
arus dan tegangan hambatan hanya mempunyai nilai positif saja (gambar 7.48) rangkaian
pada gambar 7.28 kiri dinmakan rangkaian penyearah setengah gelombang (Yohanes,
2009: 223).
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripplenya kecil, namun ada
masalah stabilitas jika tegangan pln naik atau turuun, seperti rangkaian penyearah diatas,
jika arus semakin besar ternyata tegangan DC keluarannya juga ikut turun. Untuk
beberapa apikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan
komponen aktif yang daapat mengulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil ( Imam,
2013 :184).
Penyearah (rectifier), dapat digunakan baik sebagai satu daya arus searah dalam
teknik konventer AC ke DC dikenal beberapa bentuk topologi rangkaian penyearah yang
dapat digunakan sebagai pengendali motor arus seahar yaitu penyearah tegangan
setengah gelombang, penyearah gelombang penuh sistem brigde dan sistem centre tap
transformator dengan sistem tegangan satu fasa ( Yakob, 2012 : 42).

IV. Alat dan bahan


a. Transformator step down non NTC
b. Transformator step down NTC
c. Dioda penyearah
d. Resistor
e. Condensator elektrolit
f. Steker AC
g. Multimeter
h. CRO (chatode right tube)
i. Breadboard
j. Tool sheet
k. Jumper

V. Prosedur Percobaan
penyearah setengah gelombang
a. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
b. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
c. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini :

d. Pada sisi primer transformator, berikan tegangan supply sebesar 220V AC.
e. Lakukan pengukuran tegangan pada sisi sekunder transformator dengan
menggunakan multimeter, kemudian catat hasil pada tabel
f. Ukur tegangan pada hambatan R1 (VR1)
g. Hitung tegangan pada dioda dengan menghubungkan anoda dan katoda ke
multimeter.
h. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan R1 dengan
menggunakan osiloskop.
i. Catat hasil pengamatan pada tabel kerja.

Penyearah gelombang penuh


a. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
b. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
c. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini

d. Pada sisi primer transformator, berikan tegangan supply sebesar 220V AC.
e. Ukur tegangan pada sisi sekunder transformator dengan menggunakan multimeter,
kemudian catat hasil pada tabel
f. Ukur tegangan pada hambatan R1 (VR1)
g. Hitung tegangan pada dioda (D1 dan D2) dengan menghubungkan anoda dan katoda
dengan multimeter.
h. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan R1 dengan
menggunakan osiloskop

Penyearah gelombang sistem jembatan

a. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan


percobaan.
b. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
c. Buatlah rangkaian seperti gambar dibawah ini :

d. Pada sisi primer transformator, berikan tegangan supply sebesar 220V AC.
e. Ukur tegangan pada sisi sekunder transformator dengan menggunakan multimeter,
kemudian catat hasil pada tabel
f. Ukur tegangan pada hambatan R1 (VR1)
g. Hitung tegangan pada dioda (D1, D2, D3 dan D4) dengan menghubungkan anoda dan
katoda dengan multimeter.
h. Amati dan gambarkan bentuk gelombang keluaran pada hambatan R1 dengan
menggunakan osiloskop

VI. Data Percobaan


Tabel 1.1 penyearah setegngah gelombang
V sekunder Vrt Vdioda Brntuk gelombang
10,25 V 4,94 V 5,3 V

Tabel1.2 penyearah gelombang penuh


V sekunder VR1 Vo1 Vo2 Bentug gelombang
10,25 V 4,24 V 9,19 V 9,19V

Tabel 1.3 penyearah gelombang sistem jembatan


V sekunder VRL VD1 VD2 VD3 VD4 Bentuk gelombang
10,25 V 4,95V 5,3V 4,95V 4,95V 4,95V
VII.Pembahasan
Percobaan kali ini tentang rangkaian penyearah dilakukan tiga kali percobaan yakni
percobaan rangkaian setengah gelombang, rangkaian gelombang penuh dua dioda dan
rangkaian gelombang sistem jembatan. Pada rangkaian ini kami merangkai sesuai
demham buku panduan praktikum yang ada.
Pada percobaan langkah pertama yaitu percobaan rangkaian setengah gelombang
dilakukan sekali percobaan dengan satu dioda dan kami merangkai komponen-komponen
penyearah gelombang kemudian kami menghubungkan dengan osiloskop dan trafo,
setelah dihubungkan terbentuklah gelombang dilayar osiloskop dan dapat mencari
tegangan Vp dan Vpp nya kemudian didapatkan nilai VRT yaitu 5,3 volt. Kemudian
untuk mencari tegangan dioda kami menghubungkan kabel transistor ke dioda dengan
rangkaian awal atau sama seperti sebelumnya dan didapatkan nilai Vdiodanya adalah
5,3volt.
Pada percobaan langkah kedua yaitu percobaan rangkaian gelombang penuh (dua
dioda) sama seperti judulnya kami menggunakan dua buah dioda yang disusun seperti
pada buku panduan praktikum dan menggabungkannya dengan osiloskop dan didapat
dilai perhitungannya VRL nya yaitu 4,24volt. Kemudian kami mencari tegangan nilai
pada dioda 1 dan dioda 2 dan mendapat hasil yang sama yaitu 9,19 volt.
Keudian percobaan langkah ketiga yaitu percobaan gelombang sistem jembatan
yang digunakan adalah 4 buah dioda dan dirangkai sama dengan buku panduan
praktikum dan menghubungkan dengan kabel probe osiloskop. Untuk mencari nilai VRL
adalah nilainya yaitu 4,95 volt dan kami menghitung tegangan dioda satu, dua dan tiga
dan empat dan didapatkan hasilnya secara berturut-turut yaitu 5,3volt, 4,95volt, 4,95volt,
dan 4,95volt.
Dari ketiga percobaan yang telah dilakukan terdapat perbedaan dari bentuk
gelombang yang dihasilkan. Untung setengah gelombang terbentuk gelombang diatas
garis dan berjarak, untuk rangkaian gelombang penuh gelombang yang terbrntuk agak
rapaddan pada gelmbang sistem jembatan gelombang lebih besar dab rapat.

VIII. Kesimpulan
1. Pada penyearah setengah gelombang menghasilkan bentuk keluaran gelombang
seperti gambar dibawah ini
Untuk penyearas gelombang penuh menghasilkan bentuk gelombang seperti dibawah
ini
Untuk penyearah gelombang sistem jembatan menghasilkan bentuk gelombang
seperti di bawah ini
2. Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah gelombang pertama melewati
dioa yang positif menyebabkan dioda dalam keadaan forward bias sehingga arus dari
setengah gelombang pertama ini bisa melewati dioda. Pada penyearah gelombang
penuh sau dioda bekerja pada fase siklus positif dan satu dioda bekerja pada siklus
negatif yang telah dibalik.

IX. Daftar Pustaka


Emin Muhammed. 2015. A New fully integrated high frequency full-wave rectifier
realization. Journal of microelectronics competens and materials. Vol 45 : 101-
109
Muda Imam. 2013. Elektronika Dasar. Malang : Gunung Samudera
Surya yohanes. 2009. Fisika modern. Tanggerang : PT. Kandel
Zuhal. 2004. Prinsip dasar elektronika. Jakarta : Erlangga
I. Judul Praktikum : DIODA ZENER

II. Tujuan Praktikum :


d. Dapat menyebutkan karakteristik dioda zener dengan benar.
e. Dapat membedakan fungsi dioda zener dengan dioda biasa dengan benar.
f. Dapat mengukur tegangan dan arus zener degan benar.

III. Landasan Teori


Zener memiliki karakter yang unik karena bekerja pada reserve bias, berbeda dengan
dioda biasa. Perbedaan lain antara dioda zener dengan dioda lainnya adalah doping yang
lebih banyak pada sambungan P dan N. Ternyata dengan perlakuan ini, tegangan
breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasa baru terjadi
breakdown bisa terjadi pada angka puluhan atau dan satuan volt (Widodo, 2005 : 58).
Fungsi dari dioda zener adalah sebagai penstabil tegangan. Selain itu dioda zener
juga dipakai sebagai pembatas tegangan pada level tertentu untuk keamanan ragkaian
karena kemampuan arusnya yang kecil maka pada penggunaan dioda zener sebagai
penstabil tegangan untuk arus besar diperlukan sebuah buffer arus (Imam, 2013 : 60).
The zener diode was the first diccrete semiconductor device to be used as a basic
voltage refrence. It was created in the late 1905s by its inventer clarence zener. A
westinghouse researcher. Ever since it become commercially. Available in the early
1960s the zener diode has been a popular workhorse in contless industrial and
commercial designs worldwide, because of it simplicity, reasonable accuracy, small size,
and low cast (Linden, 2005 : 363).
Pada umumnya pemakaia dioda zener terdapat pada rangkaian pengatur tegangan
(voltage regulator) yang erfungsi menstabilkan tegangan pada daerah kerjanya. Kadang-
kadang Rz diabaikan atau Vz dianggap konstan dalam suatu analisis rangkaian untuk
memudahkan rangkaian (Zuhal, 2004: 132).
Penerapan dioda zener yang paling penting adalah sebagai penyetabil tegangan
(voltage regilator). Agar rangkaian ini dapat berfungsi sebagai penyetabil tegangan,
maka dioda zener harus bekerja pada daerah breakdown (Herman, 2007: 43).

IV. Alat dan Bahan


Komponen yang digunakan pada praktikum “ dioda zener ” adalah :
8. Breadboaed
9. Resistor
10. Mikro dan mili ammeter DC
11. Voltmeter DC
12. DC power suplay

V. Prosedur Kerja
15. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
16. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
17. Rangkaikan seperti pada gambar dibawah ini

18. Lepaskan beban RL buat tegangan dari DC power suplay sebesar 0V


19. Lakukan pengukuran pada Vz dan Iz mulai dari 0V, kemudian dinaikan secara perlahan
lahan setiap 1V sampai mencaai kurang leboh 15V, kemudian tuliskan datanya pada
tabel kerja 5.1
20. Usahakan arus zener Iz jangan sampai melebihi 50 mA. Kemudian gambarkan kurva
karakteistik zener untuk kondidi bias reserve.
21. Carilah tegangan knee dan resistansi zener Rz dari gambar kurva karakteristik zener
keudian catatlah hasilnya pada tabel kerja 5.2
22. Persiapkan kembali beban RL (untuk beban penuh) pada percobaan regulasi tegangan
kemudian ukurlah arus source Ir, arus zener Iz, dan tegangan output beban penuh Vout
lalu tulislah datanya pada tabel kerja 5.3
23. Hittunglah arus source Ir, arus zener Iz, arus beban IL dan tegangan output beban penuh
Vo(Ic) dengan memperhitungkan tegangan zener, kemudian tuliskan hasilnya pada tabel
kerja 5.3 dan bandingkan kedua hasil tersebut
24. Lepaskan resistansi beban R1 untuk pengukuran tanpa beban, kemudian ukurlah arus
source Ir, arus zener Iz, dan tegangan output tanpa beban V dan catatlah hasilnya pada
tabel data 5.4
25. Hitunglah arus source Ir, arus zener Iz dan tegangan tegangan tanpa beban Vo dengan
mempertimbangkan tegangan zener dan resistansi zener kemudian tulislah hasilnya pada
tabel kerja 5.4 dan bandingkan kedua hasilnya.
26. Dari hasil langkah 8-11 tentukan presentasi regulasi dari dioda zener kemudian tuliskan
hasilnya.

VI. Data pengamatan


6.1. Hasil
6.1 data pengamatan karakteristik zener
Tegangan input Tegangan zener Arus zener
Vin (Volt) Vz (volt) Vz (mA)
0 0 0
2 1,6 0,1
4 3,3 1,7
5 5,4 3,3
8 3,3 4,8
10 8,8 6,4
12 10,4 8
14 12 9,3

6.2 tegangan knee dan resistansi zener


Tegangan knee zener 3,3 volt
Resistansi Zener 194 x 104 ohm

6.3 data zener regulator beban penuh


Parameter pengukuran Perhotungan Eror (%)
IT 9,2 mA
Iz 9,1 mA
IL 0,1 mA
Vo (FL) 2 volt
6.4 data zener regulator tanpa beban
Parameter pengukuran Perhitungan Eror(%)
Ir 9,8 mA
Iz 9,7 mA
Vo (mA) 12 volt
VR (%)

VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu percobaan teorema dioda zener. Dioda zener merupakan
dioda yang memungkinkan arus listrik mengalir seperti umumnya suatu dioda biasa
namun juga dalam arah berkebalikan saat tegangan diatas suatu nilai tertentu. Suatu nilai
disebut voltase breakdown.
Pada percobaan kali ini kami menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam
berjalannya praktikum nanti. Setelah itu kami memulai percobaan.
Percobaan pertama yaitu melakukan percobaan karakteristik dioda zener dengan Vin
sebesar 0 volt dan Iz sebesar 0 mA. Lalu pengukuran kedua dengan Vin 2 volt di dapat
tegangan zenernya (Vz) 1,6 volt dan arus zenernya 0,1 A.
Pada pengukuran ketiga digunakan Vin sebesar 4volt dan tegangan zener 3,3volt lalu
arus zener atau Iz adalah 1,7 mA. Selanjutnya pada percobaan kelima dengan Vin 8volt
dan tegangan zenernya adalah 3,3volt lalu arus yang didapat sebesar 4,8 mA.
Kemudian pengukuran selanjutnya dipakai Vin berturut-turut yaitu 0Volt, 12volt, dan
14 volt, dan dipakai tegangan zener (Vz) secara berturut turut adalah 8,8volt, 10,4 volt,
dan 12volt. Lalu didapat arus zener secara berturut-turut adalah 6,4 mA, 8 mA, dan 9,3
mA.
Selanjutnya pada tegangan knee diperoleh 3,3 volt. Pada percobaan zener regulator
beban penuh diperoleh IT nya sebesar 9,2 mA, Iz nya sebesar 9,1 mA dan IL nya sebesar
0,1 mA serta FL nya didapatkan 2volt. Kemudian pada zener regulator tanpa beban
didapatkan Ir nya sebesar 9,8 mA, Iz nya diperoleh sebesar 9,7 mA dan Vo nya adalah
12volt.
VIII. Kesimpulan
1. Dioda zener adalah dioda yang memiliki karakteristik menyalurkan arus listrik
mengalir kearah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan memlampaui batas
tegangan (breakdown voltage) atau tegangan zener
2. Fungsi utama dioda zener adalah untuk menstabilkan tegangan atau disebut juga
dengan regulator tegangan, sedangkan dioda berfungsi sebagai penyearah tegangan
atau arus.
3. Untuk menghitung arus source Ir arus zener dan arus beban Iz dan tegangan output
beban penuh Vo(FL). Dengan perhitungan tegangan zener dan resistansi zener, dan
membandingkan kedua hasil nya yaitu
IT = Vin – Vout
Ir = It – Iz
Vout = Vz + Iz.Rz

IX. Daftar Pustaka


Budhiarto Widodo dan Saftian Rahardi.2005.Elektronika teori dan penerapan.Jakarta :
Gramedia
Harison T Linden.2005.Current sources and voltage refrences.Oxford : Elsilver
Muda Imam. 2013.Elektronika Dasar.Malang : Penerbit Gunung Samudera
Surjono Herman Dwi.2007. Elektronika. Jawa Timur : Penerbit cerdas ulet kreatif
Zuhal.2004.Prinsip Dasar lektronika.Jakarta : Gramedia
I. Judul Praktikum : Saklar sebagai Rangkaian Elektronik
II. Tujuan Praktikum :
c. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengidentifikasi karakteristik
transistor sebagai saklardengan benar.
d. Setelah melakukan praktikum, pratikan dapat membedakan kaki-kaki transistor
dengan benar.
III. Landasan Teori
Transistor adalah piranti semi konduktor yang lazim digunkan di amplifer .komponen
ini juga merupakan komponen penting yang diperlukan dikomputer,telepon seluler,dan
piranti elektronik modern.
Karena responnya yang cepat dan akurasinya,transistor digunakan untuk menanganni
fungsi analog maupun digital ,seperti amplikasi ,switching pengaturan tegangan
,modulasi sinyal,dan oscilator.transistor bisa dipket dalam bentuk individual atau
sebagian dari chip.chip adalah rangkaian listrik yang bisa menampung ribuan transistor
dalam area yang kecil (Ali,1999:2).
Menurut Widodo(2008:17),transistor dapat digunakan sebagai saklar elektronik
dengan membuat transistor tersebut berada dalam kondidi cut-off atau saturasi .sebagai
contoh ,transistor 2N3904 mempunyai βDC sebesar 100,maka untuk menghitung nilai
transistor basis agar transisitor mampu mengalirkan arus yang memadai menggunakan
rumus baku :
1βsaturasi =1csat/βDC= 140 mA/100 =1,4 mA

Hasil penelitian john bardeb dan walter bratt di laboratorium bell yang sedang
melakukan penelitian crystal surfaces.Penelitian pada tahun 14 tersebut menhasilkan
material transistor yang berfungsi sebagai penguat arus atau saklar elektronik. Transistor
ini lah yang menjadikan cikal bakal dihasilkannya chip yang mampu membuat komputer
kita seukuran jam tangan ( Widodo,2005:2).
Saklar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki dua keadaan yaitu
keadaan on dan keadaan off .keadaan off merupakan suatu keadaan dimana tidak ada
arus yang mengalir (Ahmad,2009:27-28).

The paper has considered a way of electronic switch voltage drop minimization on an
electronic open state switch constructed on MOSFET. It has explained the advantages of
the field-effect transistor usage. It has defined that the complexity of a modern switch
development in the systems with the low voltage supply and the consumption current
consists in two undesirable phenomena: closed switch leakage and the voltage drop on an
open state one. The paper has presented the comparison of well-known classical
architecture of electronic switches and the offered architecture also. The paper shows the
conclusion concerning the transistor’s gate output current influence on its conduction. It
has also received the results of simulation. The simulation results show that the offered
architecture at the equal area has the advantages over classical switches and possesses
the low open state resistance and low leakage current in closed state. All these facts
allow using an offered electronic switch in the high-speed systems with the low supply
voltage and the strict requirements to the consumption current (Seyi,2008:52).

IV. Alat dan bahan


l. resitor
m. transitor
n. potensiometer
o. saklar
p. power supply
q. multimeter
r. amperemeter
s. project board
t. tool sheet
u. jumper
V. Prosedur Percobaan
j. Persiapkan semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan saat melaksanakan
percobaan.
k. Periksa semua bahan dan peralatan, pastikan semua dalam kondisi baik.
l. Buatlah rangkaian seperti gambar
m. Hubungkain batrai 6 volt pada rangkain yang terhubung langsung dengan resistor R1
n. Hubungkan powersupply yang terhubung langsung dengan R2 dimulaindari tegangan
0 volt.
o. Hubungkan saklar amati dioda LED
p. Putar atau atur tegangan power supply sampai lampu LED padam .
q. Ukur tegangan yang dirasakan oleh R1(VR1),R2 (VR2) dan tegangan pada dioda
LED (Vo)
r. Catat hasil pada tabel kerja 6.1
s. Ukurlah nilai arus kaki kolektor (Ic) dan arus kaki basis (Ib)
t. Catat lah hasil pada tabel kerja 6.1

VI. Data Percobaan

Tabel kerja transisitor sebagai saklaR

V2(volt) V1(volt) VR1(volt) VR2(volt) Vo(volt) Ic(A) Ib(A) Ket


lampu
6 0 0 0 0 0 0 Mati
6 1 0,01 0 0 0 0 Mati
6 2 0,01 0,01 0,02 0 0 redup
6 3 0,01 0,02 0,02 0 0 Menyala
6 4 0,01 0,01 0,04 0 0 Menyala
6 5 0 0,02 0,02 0 0 Menyala
6 6 0 0,01 0,01 0 0 Menyala
6 7 0 0,01 0,02 0 0 Menyala
6 8 0 0,01 0,01 0 0 Menyala
6 9 0 0 0,01 0 0 Menyala

VII.Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu transistor sebagai saklar elektronik dimana praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik transistor sebagai saklar dan juga untuk
mengetahui perbedaan kaki-kaki pada transistor. Pada praktikum ini kami menggunakan
alat dan bahan pada panduan praktikum dan kami mencoba melakukan praktikum sesuai
dengan prosedur percobaan.
Pada percobaan kali ini kami mencari nilai VR1, VR2, IC dan IB serta mengamati
lampu yang ada pada breadboard lampu menyala dari Vberapa dan sebagainya.
Pada percobaan pertama kami menggunakan tegangan input sebesar 0volt. Dan tidak
ada lampu yang menyala, hal ini disebabkan karena tidak ada arus yang mengalir.
Kemudian tegangan inputnya kami tambahkan menjadi 1volt tetapi lampu masih sama
yaitu tidak menyala. Hal ini disebabkan tegangan yang keluar masih sangat kecil. Pada
saat tegangan input dinaikan lagi menjadi 2volt, lampu mulai kelihatan bercahaya atau
nyalanya angat redup. Semakin tegangan input dinaikan menjadi 3volt maka perubahan
terjadi dengan LED lampu yang tadinya tidak amat tampak sekarang mulai kelihatan
redup, pada 3volt. Begitupun seterus nya sampai 9volt, lampu akan menyala semakin
terang dan lebih terang lagi.
Ketika tegangan inut dinaikan secara terus-meerus lampu yang terdapat pada
rangkaian menyala semakin terang. Maka nilai tegangan pada hambatan dua semakin
naik ketika tegangan input dinaikan. Arus pada basis dan arus ada kolektor nilainya nol
(0) untuk semua tegangan input yang diberikan.

VIII. Kesimpulan
3. Sebuah transistor yang idealnya sebagai saklar harus mempunyai karakteristik pada
keadaan off ia tidak dapat dialiri arus sama sekali dan pada keadaan on ia tidak
mempunyai tegngan drop.
4. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal atau kaki yaitu basis (B) ,Emitor(E),
dan kolektor (C).tegangan yang disatu terminal misalnya emitor dapat dipkai untuk
mengtur arus dan tegngan yang lebih besar daripada arus input basis yaitu pada
keluaran tegangan dan arus output kolektor.

IX. Daftar Pustaka

Budiharto,widodo. 2005.Teknik Reparasi Pc Dan Monitor.Jakarta :Gramedia.


Budiharto,widodo. 2008. Panduan Praktikum Mikrokontroler AVR ATME 16. Jakarta
:Gramedia.
Burhan. 2009. Perancang Alat Pengaman Motor Dengan Memanfaatkan Sensor Getar
Dan Gelombang Raduo FM. UIN maulana malik ibrahim Malang : jurnal
nentrino vol.2,no.1 Oktober 2009:27-28.
Stephen,seyi elokede.2008. Design Of A Clap Activated Switch: Leonardo Journal of
sciences ISSN 1583-0233:52.
Zaki,Ali.2010. Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital. Jakarta : Salemba
infotek.

Anda mungkin juga menyukai