Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pengamatan Profil Tanah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

“PENGAMATAN PROFIL TANAH”

NAMA : NUR SEPTYARINI JUSTA

NIM : G111 14 333

KELAS : AGROTEKNOLOGI C

KELOMPOK : KELOMPOK 13

ASISTEN : ARIF CHAIRAWAN

PROGRAM STUDI AGROTEKOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang
meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara,
hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organic yang
dalam keadaan padat,gas, dan cair. Jadi, tanah merupakan system tiga fase yaitu padat, cair dan gas
yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari segi pedology, tanah adalah
suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai
dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran
bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan
terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang
disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah
tersebut biasa disebut profil tanah.

Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan
susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-
lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah dalam langkah awal
penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada
berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH
tanah.

1.2.Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pengamatan profil tanah ini adalah untuk mengetahui tekstur tanah, konsistensi tanah dan
pH tanah pada tiap lapisan horizon tanah. Sedangkan kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menjadi
bahan acuan dalam pelaksanaan analisa sampel tanah di laboratorium dan sebagai bahan informasi
dalam penggunaan suatu lahan.

II. TUNJAUAN PUSTAKA

2.1.Profil Tanah

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang
dengan ukuran tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah
yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena adanya rongga-rongga udara.

Horizon tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi yang
merupakan hasil evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat diantara horizon-horizon yang berbatasan
(Henry D Foth, 1984).

Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi symbol dengan satu huruf
capital yaitu (dari atas ke bawah) O, A, E, B, C dan horizon yang berbentuk batuan atau horizon R
(Harjowigeno, 2003). Horizon yang diberi simbol huruf besar dan kombinasi huruf tersebut merupakan
simbol untuk horizon peralihan, sedangkan lapisan tanah yang terbentuk bukan karena proses
pembentukan tanah (misalnya kerena proses pengendapan) diberi simbol angka romawi (I,II,III, dst)

Horizon O didominasi oleh bahan organic pecahan-pecahan mineral volumenya kecil dan beratnya biasa
kurang dari separuhnya (Henry D Foth, 1984).

Asam organic dan CO-2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk meresap ke bawah horizon E
atau zona pencucian (Elevasi). Pencucian mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon
tanah berwarna pucat seperti pasir (Henry D Foth, 1985).

Horizon B atau zona akumulasi kadang agak melempung dan berwarna merah atau coklat karena akibat
kandungan hematite dan lionitnya (Pairunan, 1985).

Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses-proses pembentukan tanah dan
tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya (Henry D Foth, 1985).

2.2.Faktor Pembentukan Tanah

Faktor pembentukan tanah dibedakan atas dua golongan yaitu faktor pembentuk tanah secara pasif dan
faktor pembentuk tanah secara aktif. Faktor pembentuk tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang
menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk,topografi
dan waktuatau umur. Sedangkan faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan
energi yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup (Hanafiah,2009).

Secara umum dikenal terdapat 5 faktor pembentuk tanah, yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi
dan waktu.

· Iklim

Iklim juga mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan tanah, secara tidak langsung iklim
juga menjadi penyebab atau menentukan vegetasi alami. Sehingga tidaklah mengherankan juka
terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap
kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali.

Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur
tanah.Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama
genesa tanah (Foth. H. D, 1988).

· Organisme ( Vegestasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

1. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.

2. Membantu proses pembentukan humus.


3. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang
seperti di Eropa dan Amerika.

4. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah.

· Bahan Induk

Sifat dari barhan induk sangat mempengaruhi pembentukan pada tanah muda, Sifat bahan induk yang
memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi
mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu
vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik, dimana granit dibuka. Selama
stadia awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan
tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah
produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar ( Foth.H. D, 1988 ).

· Topografi/Relief

Ada tiga cara topografi mengubah tanah menurut (Foth.H. D, 1988), yaitu:

o Mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah sehingga sangat
mempengaruhi kelembaban.

o Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah yang diakibatkan oleh erosi.

o Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah
yang lain.

· Waktu

Karakkter tanah berubah seiring berjalannya waktu. Tanah yang masih muda masih mencerminkan
struktur material asalnya. Tanah yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif,
rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan tanah yang terbentuk pada
masing-masing aliran ekstrusif. Tanah yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik,
endapan glasial, atau sedimen

2.3.Tanah Alfisol

Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah liat, dimana terdapat penimbunan liat di horison bawah (Argilik)
dan mempunyai kejenuhan basah (berdasar jumlah kation) tinggi yaitu > 35 % pada kedalaman 180 cm
dari permukaan tanah.Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan
tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air.Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas
permukaan yang luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air
dan menyediakan unsur hara tinggi, tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada
tanah bertekstur kasar.

Tanah Alfisols merupakan morfologi yang khas dari Alfisols dicirikan oleh horizon eluviasi dan iluviasi
yang jelas, yang mana horizon permukaan umumnya berwarna terang karena dipengaruhi oleh
beberapa jenis mineral seperti kuarsa yang dapat mempengaruhi warna tanah Alfisols lebih terang.
Alfisosl diartikan oleh horizon Argilik yaitu horizon B yang paling sedikit mengandung 1,2 kali liat lebih
besar daripada liat diatasnya. Horizon B utamanya memperlihatkan struktur tersudut atau kubus,
sedang sampai kuat.

Tanah Alfisols memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari
horizon diatasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak Alfisols digambar
adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal
Taksonomi Tanah sebagai Abrupat Tekstural Change (perubahan tekstur tanahekstrim) (Buckman dan
Brady, 1982).

2.4. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk
sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab
dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk
akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid
harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama dalam
mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya.

Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel – partikel tanah seperti pasir, debu dan
liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang
lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh
tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad
hidup dan pengaruh permukaan air (Madjid, 2007).

Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas,
tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar. Struktur lapisan dipengaruhi oleh
praktis dan dimana aerasi dan draenase membatasi pertumbuhan tanaman. System pertanaman yang
mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian
(Utomo, 2005).

2.5.Tekstur Tanah

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau
kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan
berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur
karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992).

Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling yang dilakukan
berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara
jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau
disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-
partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama
dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secarakuadratik
(Hardjowigeno, 2003).

Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama
kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian
pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur
dalam suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).

Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa
macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno,
2003).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-
butir pasir, debu dan liat. Untuk membedakan masing-masing tekstur tanah dapat dilihat ciri–ciri dari
ketiga tekstur tanah tersebut. Selain itu, setiap tekstur tanah mempunyai karakteristiknya masing–
masing. (Hardjowigeno, 2003).

Karateristik tekstur pasir yaitu daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori
besar lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir
ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.

Karakteristik tekstur debu yaitu pasir kecil, yang tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika
basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.

Karateristik tekstur liat yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi
amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.

2.6.Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel tanah. Hal ini
ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan
dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah – tanah yang mempunyai konsistensi
yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena itu tanah
dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan kering maka penyifatan konsistensi tanah harus
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan atau
gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg.

Dalam mengetahui konsistensi tanah maka terdapat berbagai manfaat terutama dalam bidang
pertanian, yaitu dapat menentukan cara pengolahan tanah yang baik, dapat menentukan jenis tanaman
yang cocok serta dapat mengetahui kadar air dalam tanah. (Guswono,1983)

Makin tinggi tingkat konsistensi tanah, maka pengolahan pada tanah tersebut akan makin sulit. Sama
halnya sebagaimana pengaruh tekstur dan struktur, konsistensi tanah juga memengaruhi perakaran
tanaman, infiltrasi, serta tingkat pengolahan tanah. makin tinggi konsistensi suatu tanah, makin
terhambat perakaran suatu tanaman dan infiltrasi air, serta makin sulit pengolahan pada tanah.
(Gliessman,2000)

2.7. pH tanah

pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan
terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan
pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran
pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat
kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang
ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan
suatu tanaman (Sarwono, 2010).

III. METEODOLOGI

2.8. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum profil tanah dilakukan pada hari minggu, 26 oktober 2014 pukul 08.00 WITA sampai selesai.
Bertempat di Teaching Farm, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar

2.9.Keadaan Umum Lokasi

2.9.1. Letak Astronomis dan Geografis

Titik koordinat lokasi praktikum adalah 5o06′23″LS 119o29′12″BT

Letak geografis sebagai berikut ;

Sebelah utara : Laboraturium Fakultas Peternakan UNHAS

Sebelah timur : Taman buah naga UNHAS

Sebelah selatan : Perkebunan jati

Sebelah barat : Pemukiman masyarakat

2.9.2. Iklim

Kondisi iklim yang terdapat pada lokasi pengamatan profil tanah ketika kita melakukan praktikum yaitu
sangat cerah dan panas.

2.9.3. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada lokasi praktikum adalah semak belukar, pohon jati, pohon pisang, pohon
bambu, pohon mangga dan beberapa tanaman liar.

2.10. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sekop, cangkul, linggis, ring sampel, cutter, meteran
bar, GPS, kertas lebel, cutter, plastik gula, sendok semen, botol rool foto dan pH indikator.

Bahan-bahan yang digunakan adalah air, sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu.

2.11. Prosedur kerja

2.11.1. Penggalian Profil Tanah

· Menentukan lokasi penggalian profil tanah, sebaiknya yang berada pada sisi yang menghadap
datangnya sinar matahari

· Menggali profil tanah dengan ukuran 1.5 meter x 1 meter dengan kedalaman antara 130 meter.
· Membuat tangga kecil hingga ke dasar lubang profil tanah disebelah timur tangga agar tidak
menghalangi ketika melakukan pengamatan dan mempermudah pengamatan dengan bantuan sinar
matahari.

2.11.2. Penentuan batasan lapisan tanah

· Mengamati perubahan warna pada dinding tanah yang langsung terkena sinar matahari dan beri
batasan pada setiap horizon tanah, apabila pada dinding tanah tidak terlihat jelas perbedaan warna tiap
lapisan horizon, gunakan cutter garis vertical kebawah dari top tanah tanah hingga ke dasar galian profil
tanah dan rasakan perubahan tiap lapisan tanah.

· Memberikan batasan setiap horizon tanah

2.11.3. Penentuan Tekstur Tanah

Mengambil sampel dari tiap-tiap horizon kemudian tambahkan air secukupnya dan rasakan tekstur dari
tanah ketika disentuh oleh tangan kita.

2.11.4. Penentuan Konsistensi Tanah

Mengambil sampel tanah dari tiap-tiap horizon lalu dibasahi dengan air secukupnya, lalu buat bulatan
agak panjang hingga ± 7,5 cm dan dekatkan kedua ujung dari bulatan panjang tersebut.

2.11.5. Penentuan Perakaran Tanah

Mengamati perakaran yang ada pada masing-masing horizon, apakah kasar atau halus. Dengan cara
melihat pada kedalaman berapa perakaran akhir yang ada pada tiap lapisan.

2.11.6. Penentuan pH Tanah

· Mengambil sampel tanah dari tiap lapisan horizon tanah

· Memasukkan sampel pada botol roll photo dengan perbandingan 1 : 3 Masukkan air pada botol
yang sama dengan perbandingan 2 : 3 lalu tutup dan kocok botol roll photo selama ± 15 – 20 menit

· Mencelupkan kertas pH indikator kedalam larutan tanah dan diamkan selama satu menit lalu
angkat catat pH larutannya, hal yang sama dilakukan pada tiap sampel horizon tanah yang lain.

2.11.7. Pengambilan Sampel Tanah

o Pengambilan Sampel Tanah Utuh

· Membersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil contoh tanahnya

· Meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah tersebut

· Menggali tanah disekeliling ring dengan hati-hati menggunakan linggis

· Membersihkah kerat tanah disekeliling ring sampel dengan cutter

· Menutup tabung beserta tanah didalamnya dengan plastik untuk mencegah penguapan dan
gangguan selama dalam perjalanan.

o Pengambilan Sampel Tanah Terganggu


· Mengambil sampel tanah pada masing-masing lapisan horizon tanah dengan sendok semen atau
cutter sesuai, mulailah dengan lapisan paling bawah

· Masukkan dalam kantong plastik yang sebelumnya telah diberi label atau kode

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.12. Hasil

Berdasarkan pengamatan profil tanah yang dilakukan maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut
:

Tabel 1. Hasil pengamatan profil tanah

Parameter

Pengamatan

Lapisan

II

III

Simbol lapisan

L1

L2

L3

Nomor lapisan

Dalam lapisan

0 – 40 cm

40 – 70 cm

70 – 130 cm

Batas lapisan

1 cm
1 cm

1 cm

Tekstur

Pasir

Lempung

Liat

Konsistensi

Lose (l)

Tuse (t)

Fine (f)

pH lapang

Perakaran

39 cm

Kasar banyak

67.5 cm

Halus banyak

128 cm

Halus banyak

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

2.13. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan profil pada tanah alfisol di lokasi, tanah tersebut memiliki 2 lapisan. Lapisan I
yaitu pada kedalaman 0 – 40 cm, lapisan II pada kedalaman 40 – 70 cm dan lapisan III pada kedalamanan
70 – 130 cm. Warna tanah makin kebawah makin berwarna terang. Hal ini terjadi karena tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organic, drainase, kandungan air, dan aerasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno (1992) bahwa warna terang ditimbulkan karena adanya warna mineral oksida
besi, warna gelap tanah disebabkan oleh bahan organik melapuk.

Tanah pada lapisan I bertesktur pasir yang jika diraba terasa kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Nyakpa, 1989) yang mengatakan berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi
tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau
pasir berlempung. Lapisan II tanahnya tidak begitu kasar dan tidak licin, agak melekat dan mengkilat.
Jadi, dapat dikatakan tanah lapisan II memiliki tekstur lempung. Tanah pada lapisan III memiliki tekstur
liat, dimana jika diraba terasa sangat lengket, halus dan juga terlihat mengkilat. Hal ini dikemukakan
oleh (Hardjowigeno, 2003) bahwa tekstur liat terasa berat, membentuk bola dengan baik, dan sangat
lekat. Dan pendapat yang serupa dikemukakan oleh (Hanafiah, 2010) yang menyatakan bahwa fraksi liat
akan terasa halus, lekat, dan licin.

Hasil pengukuran pH pada setiap lapisan yaitu kurang dari 7 yang berarti tanah tersebut bersifat masam.
Hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan
tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian oleh mikroba yang
mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk.
(1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil
metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak.

Tanah dengan konsistensi baik mudah diolah dan tidak mudah melekat pada alat pengolah tanah.
Sedangkan tanah yang berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan, lapisan tanah yang memiliki konsistensi tanah yang baik pada keadaan basah
adalah lapisan tanah lapisan III.

Bila dilihat data pengamatan yang telah dilakukan banyaknya perakaran yang terdapat dalam setiap
lapisan tanah semakin ke bawah perakaran yang dapat menembus tanah adalah akar yang halus Hal ini
disebabkan oleh kemampuan akar yang terbatas karena semakin kebawah lapisan, kandungan liat
didalam tanah semakin tinggi sehingga akar susah menembus lapisan tanah.

V. PENUTUP

2.14. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa

ü Pada praktikum ini terdapat 3 lapisan horizon. Tiap-tiap lapisan horizon tersebut mempunyai tekstur,
konsistensi, dan pH yang berbeda-beda

ü lapisan I memiliki tekstur pasir, lapisan II bertekstur lempung dan lapisan III bertekstur liat.

ü Dari segi konsistensinya, lapisan I adalah lapisan yang memiliki konsisten paling baik diantara ke tiga
lapisan yang ada. Dimana lapisan I konsistensinya dikategorikan fine, sedangkan lapisan II konsistensinya
tuse, dan lapisan III konsistensinya lose.

ü Dari segi perakaran semua lapisan memiliki banyak akar tapi lapisan I perakarannya kasar sedangkan
lapisan II dan lapisan III perakarannya halus

ü Berdasarkan pengukuran pH tanah, ketiga lapisan tersebut tanah memiliki pH < 7 yang berarti tanah
tersebut bersifat masam.

2.15. Saran
Sebaiknya sebelum dilksanakan praktikum para praktikan telah diberikan buku penuntun. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan para praktikan dalam melaksanakan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, D Henry. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjamadah University:Yogyakarta.

Foth, H.D.dan L.N.Turk. 1999. Fundamentals Of Soil Science. Fifth Ed. John Waley & sons. New York.

Gliessman, R.Stephen.2000. AGROECOLOGY Ecological Processes in Sustainable Agriculture. CRC


Press LLC., Florida

Guswono, S. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Kanisus Yogyakarta.

Hakim, N.M.Y. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung: Lampung.

Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo Persada: Jakarta

Hardjowigeno, sarwono. Ilmu tanah . sifat-sifat kimia tanah “ penetapan ph tanah”. 2010. Jakarta.

Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Madjid, Abdul. 2007. Biologi Tanah. Gramedia: Jakarta.

Nyakpa, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung: Lampung.

Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPT INTIM. Ujung Pandang.

Tan, K.H.1992. Dasar–Dasar Kimia Tanah (terjemahan). Gadja Mada Univ. Press, Bulaksumur Yogyakarta.

Utomo, Dwiyono Hari. 2005. Bahan Ajar Geografi Tanah. Universitas Negeri Malang: Malang

Anda mungkin juga menyukai