Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Pilot Plant - Cooling Tower

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017

MODUL : COOLING TOWER


PEMBIMBING : Ir. Dwi Nirwantoro, MT.

Tanggal Praktikum : 22 November 2016


Tanggal Penyerahan : 30 November 2016

Oleh :

Kelompok :I
Nama : Ahmad Sukarya (141411032)
Andhika Prayoga (141411033)
Arina Nurul Hayati (141411034)
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat
berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system
didistribusikan ke beberapa media antara lain ke mesin chiller, cooler, heat exchanger,
dan unit lainnya (Maharani, 2010 dalam Sujana, 2012). Jika aliran air digunakan untuk
mendinginkan suatu unit mesin maka hal ini akan menyebabkan air pendingin tersebut
akan naik temperaturnya. Fungsi cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali
temperatur dan proses tersebut berulang secara terus menerus.
Dalam dunia industri, cooling tower merupakan salah satu peralatan yang harus
dijaga operasionalnya dengan perawatan yang rutin agar bisa bekerja secara optimal.
Penanggulangan kualitas air pendingin yang kurang memadai menyebabkan mesin
seperti unit heat exchanger akan mengalami korosi atau terbentuk kerak. Heat
exchanger yang mengalami korosi menyebabkan tingkat efisiensi sistem alih panas
yang rendah dan menyebabkan konsumsi energi yang cukup besar (Musalam, 2006
dalam Sujana, 2012).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan efektivitas cooling tower.
2. Mengetahui laju massa air yang teruapkan.
3. Mengevaluasi kinerja cooling tower melalui massa yang teruapkan dari efisiensi
cooling tower.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Fungsi Menara Pendingin (Cooling Tower)


Menurut El. Wakil (1992) dalam Sembiring (2010), menara pendingin didefinisikan
sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi
mendinginkan air dengan kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian
kecil air menguap.
Semua mesin pendingin yang bekerja akan melepaskan kalor melalui kondensor,
refrijeran akan melepas kalornya kepada air pendingin sehingga air menjadi panas.
Selanjutnya air panas ini akan dipompakan ke menara pendingin. Menara pendingin
secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari air tersebut dan menyediakan
sejumlah air yang relatif dingin untuk dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin
atau dengan kata lain menara pendingin berfungsi untuk menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir
(Sembiring, 2010).
Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih rendah dibandingkan dengan
peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti
radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien energinya
(Sembiring, 2010).

2.2 Prinsip Kerja Menara Pendingin


Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan
kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air ke udara.
Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran
udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang
tersisa didinginkan secara signifikan seperti gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Skema Menara Pendingin
(Sumber: Sembiring, 2010)

Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar diatas. Air dari bak/basin
dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke menara pendingin. Air
hangat yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan udara sekitar
yang bergerak secara paksa karena pengaruh isapan atau dorongan fan/blower yang
terpasang pada menara pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi (filler). Air yang
sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada menara
pendingin juga dipasang katup make up water untuk menambah kapasitas air pendingin
jika terjadi kehilangan air (drift loses) ketika proses evaporative cooling tersebut sedang
berlangsung.

2.3 Induced Draft Cooling tower


Pada menara pendingin aliran tarik (Induced Draft Cooling tower), udara masuk dari
sisi menara melalui bukaan-bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak
melalui bahan pengisi (filling material). Kipas dipasang pada puncak menara dan
membuang udara kalor dan lembab ke atmosfer. Aliran udara masuk menara pada dasarnya
horizontal, tetapi aliran di dalam bahan pengisi (filling material) ada yang horizontal seperti
yang terdapat pada menara pendingin aliran silang (cross flow) dan ada pula yang vertikal
seperti menara pendingin aliran lawan arah (counter flow). Aliran lawan arah lebih sering
dipakai dan dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik daripada aliran silang.
Gambar 2.2 Menara pendingin induced draft dengan aliran berlawanan
(Sumber : Sembiring, 2010)

2.4 Kinerja Menara Pendingin


Kinerja menara pendingin dievaluasi untuk mengkaji tingkat approach dan range
operasi terhadap nilai rancangan, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan energi,
dan juga untuk mendapatkan saran perbaikan. Sebagai evaluasi kinerja, pemantauan
dilaksanakan untuk mengukur parameter-parameter signifikan berikut ini:
1. Temperatur udara wet bulb
2. Temperatur udara dry bulb
3. Temperatur air masuk menara pendingin
4. Temperatur air keluar menara pendingin
5. Temperatur udara keluar
6. Laju aliran air
7. Laju aliran udara.
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja menara
pendingin dalam beberapa cara, yaitu:
a. Range
Range merupakan perbedaan antara temperatur air masuk dan keluar menara
pendingin. Range yang tinggi berarti bahwa menara pendingin telah mampu
menurunkan temperatur air secara efektif dan kinerjanya baik. Rumusnya adalah
sebagai berikut.
Range (C) = temperatur air masuk (C) temperatur air keluar (C)
Range bukan ditentukan oleh menara pendingin, namun oleh proses yang
dilayaninya. Range pada suatu alat penukar kalor ditentukan seluruhnya oleh beban
panas dan laju sirkulasi air yang melalui penukar panas dan menuju ke air pendingin.
Menara pendingin biasanya dikhususkan untuk mendinginkan laju aliran tertentu dari
satu temperatur ke temperatur lainnya pada temperatur wet bulb tertentu.
b. Approach
Approach adalah perbedaan antara temperatur air dingin keluar menara pendingin
dan temperatur wet bulb ambient. Semakin rendah approach semakin baik kinerja
menara pendingin. Walaupun range dan approach harus dipantau, akan tetapi, approach
merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja menara pendingin.
Approach (C) = temperatur air keluar (C) temperatur wet bulb (C)
Sebagaimana aturan yang umum, semakin dekat approach terhadap wet bulb, akan
semakin mahal menara pendinginnya karena meningkatnya ukuran. Ketika ukuran
menara harus dipilih, maka approach menjadi sangat penting, yang kemudian diikuti
oleh debit air dan udara, sehingga range dan wet bulb mungkin akan menjadi semakin
tidak signifikan.

Gambar 2.3 Range dan approach temperatur pada menara pendingin


(Sumber : Nasution, 2010)

c. Efektivitas pendinginan
Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range dan range ideal.
Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi efektivitas pendinginan suatu
menara pendingin.
d. Debit air spesifik
Sesuai dengan ukuran luas penampang menara pendingin dan debit air, maka dapat
dihitung debit air spesifik dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

e. Kapasitas pendinginan (cooling load)


Kapasitas pendinginan suatu menara pendingin adalah setara dengan kemampuan
menara pendingin tersebut dalam membuang panas ke lingkungan. Kapasitas
pendinginan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Sedangkan kapasitas pendinginan spesifik persatuan luas penampang menara


pendingin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f. Laju penguapan air ke udara


Salah satu parameter kinerja menara pendingin yang penting adalah laju penguapan
air ke udara. Proses penguapan inilah yang menjadi prinsip dasar suatu menara
pendingin dalam mendinginkan air kondensor. Adapun rumus untuk menghitung laju
penguapan air ke udara pada suatu menara pendingin adalah sebagai berikut.
.
Laju penguapan air (/menit) = ( )
Keterangan:

g. Kesetimbangan energi
Dengan asumsi adiabatis untuk operasi suatu menara pendingin, maka akan berlaku
persamaan kesetimbangan energi antara energi yang masuk dan keluar dari suatu
menara pendingin.

Gambar 2.4 Diagram Menara Pendingin


(Sumber : Nasution, 2010)

Adapun persamaan kesetimbangan energi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Keterangan:
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Praktikum Cooling tower

Alat Bahan
Satu unit peralatan Cooling tower Air dari Pilot Plant
Termometer bola basah-kering 1 buah
Termometer raksa 1 buah
Gelas ukur 2000 mL 1 buah
Anemometer 1 buah
Stopwatch 1 buah

3.2 Prosedur Percobaan

Mengukur laju alir air Mengukur laju alir air


Mempersiapkan alat masuk dari bagian keluar dengan bantuan
ukur discharge pompa gelas ukur dan
umpan air stopwatch

Mengukur suhu bola


Mengukur laju alir Mengukur suhu air
basah dan bola kering
udara dengan masuk dan keluar
udara pada 3 titik di
anemometer cooling tower
sekitar cooling tower

Melakukan langkah Ketika sudah selesai,


Mencatat hasil
yang sama tiap 30 membereskan dan
pengamatan
menit menyimpan alat ukur

Gambar 3.1 Prosedur Percobaan Praktikum Cooling tower


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Laju Penguapan Air ke Udara dan Kapasitas Pendinginan

Laju penguapan air ke


Waktu Laju alir air masuk Laju alir air keluar Q
udara
(menit) (m3/h) (m3/h) (kJ/kg)
(m3/h)
30 7,25 3,98 3,27 60717,89
60 7,25 5,99 1,26 91076,83
90 6,63 6,40 0,23 27762,71
120 6,25 5,89 0,36 52343,00

Titik 1 Titik 3
(menghadap (menghadap ke
ke kantin perumahan
pujasera) Sentraduta)

Titik 2
(menghadap
ke lab Pilot
Plant)

Gambar 4.1 Titik Pengukuran pada Cooling tower


120

100

Efektivitas (%)
80

60 Titik 1
Titik 2
40
Titik 3
20

0
0 50 100 150
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik Perubahan Efektivitas Pendinginan terhadap Waktu pada Titik
Tertentu di Cooling tower

4.2 Pembahasan
4.2.1 Ahmad Sukarya (141411032)
Sebagian besar peralatan proses yang ada didalam pilot plant menggunakan sistem
kerja pemanas dalam bentuk uap (steam) dan keluaran sisa proses biasanya dalam
bentuk air dengan suhu rata-rata 25-280C. dan air ini jika tidak di sirkulasi kembali pada
proses akan menyebabkan pembungan air secara berlebih sehingga dilakukan resirkulasi
air sisa proses dengan menggunakan pendingin cooling tower untuk mendinginkan air
keluran proses-proses yang ada di pilot plant. Didalam cooling tower terjadi
perpindahan massa dan energy, sehingga air keluaran cooling tower yang hendak
dikembalikan pada proses memiliki suhu yang lebih rendah dari air masukan cooling
tower (perhatikan data pengamatan pada Lampiran).
Air umpan masuk ke cooling tower melaui bagian atas, dikontakan dengan udara
yang dialiri dari bagian bawah. Sehingga terjadi kontak antara air dengan udara, kontak
keduanya menyebabkan sebagian massa dari cairan berpindah ke udara dalam fasa uap
air. Hal ini yang menyebabkan air pada keluaran cooling tower memiliki suhu yang
cenderung lebih rendah dari masukan cooling tower sebab ada sebagian massa yang
berpindah dan diikuti pula oleh perpindahan energy dari air ke udara.
Proses pendinginan oleh cooling tower dimana media pendinginnya adalah udara,
dipengaruhi oleh kecepatan aliran air masuk, suhu umpan dan laju alir udara masuk.
Semakin tinggi temperatur air umpan maka semakin berat beban udara dalam
mendinginkan air, berdasarkan perhitung didapatkan besar temperature berbanding
lurus dengan energy yang diterima oleh udara untuk menurunkan panas. Pada suhu delT
3OC energi pendinginannya sebesar 91076,83 kJ/kg, sedangkan pada delT suhu 1OC
energy pendinginannya realtif lebih rendah sebesar 27762,71 kJ/kg. Dan semakin
tinggi laju air umpan yang masuk sedangkan laju udaranya kostan, maka kontak antara
udara dengan air kurang baik sebab hanya sebagian kecil air yang berkontakan dengan
udara ( lihat data perhitungan penurunan cooling tower pada lampiran). Semakin cepat
udara yang mengalir maka perpindahan massa air ke udara menjadi semakin kecil, pada
kecepatan udara 3,03 dan 5,68 m/s, terjadi perpindahan air ke udara dengan laju alir air
ke udara berturut-turut sebesar 3,27 dan 0,23 m3/h.
Sebab terjadi perpindahan massa dan energy dari air ke udara maka laju alir air
masuk tidak sama dengan laju alir air keluar, dikarenakan ada sebagian air yang
berpindah massa ke udara. Bila dilakukan secara terus-menerus dalam laju alir yang
sama sedangkan keluaran tidak sama dengan umpan, maka akan terjadi pengurangan
massa air. Sehingga diperlukan make up water untuk mempertahankan massa sehingga
tidak terjadinya pengurangan maasa air secara signifikan.

4.2.2 Andhika Prayoga (141411033)


Cooling tower adalah rangkaian alat yang digunakan untuk menurunkan suhu air
yang sudah digunakan pada proses yang mengalami kenaikan suhu. Prinsip kerja
cooling tower yaitu mendinginkan suhu aliran air dengan cara mengkontakkan dengan
udara luar yang didorong oleh sebuah fan. Air dikontakkan dengan udara dan secara
otomatis massa air berpindah ke udara. Karena air dikontakkan terus menerus dengan
udara, udara menjadi jenuh secara adiabatis dan suhu air mengalami penurunan.
Pada praktikum ini dilakukan evaluasi kinerja pada cooling tower di laboratorium
Pilot Plant. Evaluasi dilakukan dengan mengamati kondisi udara lingkungan dan air
masuk-keluar cooling tower. Cooling tower yang digunakan merupakan jenis induced
draft cooling tower yang memiliki fan di bagian puncak menara untuk menarik angin
dari bagian sisi bawah menara untuk dialirkan ke dalam alat. Pengukuran dilakukan
selama 2 jam dengan rentang pengukuran selama 30 menit. Pengukuran suhu bola
basah-bola kering udara pada cooling tower dilakukan pada 3 titik yang berbeda. Titik
pertama menghadap ke kantin Pujasera, titik kedua menghadap ke lab Pilot Plant dan
titik ketiga menghadap ke perumahan Sentraduta. Perbedaan titik pengukuran ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh adanya hambatan lingkungan sekitar terhadap
efektivitas pendinginan dari cooling tower.
Pengukuran laju alir air massa masuk cooling tower dilakukan dengan menghitung
volume aliran masuk dari bagian atas cooling tower. Pengukuran laju alir air keluar
cooling tower dilakukan dengan menghitung volume air yang masuk pada tangki
penampungan. Dari hasil pengukuran diperoleh suhu keluaran air cooling tower lebih
dingin daripada suhu masukan, hal ini membuktikan bahwa air yang dikontakkan terus
menerus dengan udara, membuat udara menjadi jenuh secara adiabatis dan suhu air
mengalami penurunan.
Evaluasi kinerja cooling tower yang digunakan dapat diketahui dengan mencari
nilai Range, Approach, efektivitas pendinginan, kapasitas pendinginan dan laju
penguapan air. Pada praktikum diperoleh Range yang berkisar antara 1-3oC, semakin
besar nilai Range menandakan bahwa cooling tower telah mampu menurunkan
temperatur air. Selain Range, terdapat Approach yang merupakan selisih dari
temperatur air keluar dengan suhu bola basah udara. Pada praktikum diperoleh
Approach antara 0-2oC, hal ini menandakan semakin rendah Approach, maka semakin
baik kinerja cooling tower. Efektifitas pendinginan dihitung pada setiap titik untuk
mengetahui pengaruh lingkungan sekitar terhadap cooling tower. Pada praktikum
diperoleh efektivitas pendinginan antara 50-100%, dengan efektivitas paling baik
berada pada titik pertama. Hal ini dapat diketahui bahwa pada titik 2 memiliki
efektivitas yang lebih rendah daripada titik 1 karena adanya hambatan (karena
menghadap lab Pilot Plant) sehingga mempengaruhi pengukuran bola basah udara.
Kapasitas pendinginan merupakan kemampuan cooling tower membuang panas ke
lingkungan. Pada praktikum diperoleh kapasitas pendinginan terbesar pada menit ke-60,
hal ini selaras dengan efektivitas yang diperoleh dari hasil hitung % efektivitas. Laju
penguapan air pada waktu pengukuran yang berbeda memiliki hasil yang berbeda pula.
Hal ini dikarenakan pengukuran dilakukan pada kondisi cuaca pagi menjelang siang,
sehingga memberikan pengaruh pada lingkungan sekitar, terutama perubahan suhu
udara ambient, kecepatan udara yang ditarik oleh fan.

4.2.3 Arina Nurul Hayati (141411034)

Pada praktikum pilot plant kali ini dilakukan evaluasi kinerja pada cooling tower.
Evaluasi dilakukan dengan mengamati dan mengukur efektivitas pendinginan (%) dan
massa yang teruapkan pada cooling tower. Pengukuran dilakukan selama 120 menit dan
pengukuran yang dilakukan adalah 4 kali pengukuran 30,60,90,120 menit sebanyak tiga
titik yang praktikan ukur dan amati. Tujuan praktikum kali ini adalah menentukan
efektivitas pendinginan cooling tower, menentukan massa air yang teruapkan dan
mengevaluasi kinerja cooling tower.
Cooling tower adalah rangkaian alat yang digunakan untuk menurunkan suhu air
yang sudah digunakan oleh alat proses yang berada di laboratorium pilot plant sebagai
air kondenser yang kemudian mengalami kenaikan suhu. Prinsip kerja cooling tower
yaitu mendinginkan suhu aliran air dengan cara air yang masuk ke cooling tower
dikontakkan dengan udara dingin. Mekanisme cooling tower sendiri adalah penjenuhan
adiabatik. Air dikontakkan dengan udara dan secara otomatis massa air berpindah ke
udara. Karena air dikontakkan terus menerus dengan udara, udara menjadi jenuh secara
adiabatis dan suhu air mengalami penurunan.
Pengukuran laju alir air massa masuk cooling tower dilakukan dengan cara
menghitung volume aliran masuk dari bagian atas cooling tower yaitu selang kecil di
bagian atas sementara untuk pengukuran laju alir air keluar cooling tower dilakukan
dengan menghitung volume air yang masuk pada tangki penampungan yaitu melalui
pipa besar keluaran. Dari hasil percobaan, diperoleh suhu masukkan cooling tower
sebesar 26oC, sementara suhu keluaran cooling tower sebesar 24oC pada waktu 30
menit, pada 60 menit suhu masukkan cooling tower sebesar 26oC, sementara suhu
keluaran cooling tower sebesar 23oC, pada 90 menit suhu masukkan cooling tower
sebesar 25oC, sementara suhu keluaran cooling tower sebesar 24oC dan pada suhu 120
menit suhu masukkan cooling tower sebesar 26oC, sementara suhu keluaran cooling
tower sebesar 24oC. Hal ini menunjukkan bahwa alat cooling tower bekerja dengan rata
rata efektivitas pendinginan 100% yang tertinggi dan 50% nilai yang terrendah.
Apabila dilihat dari besar diameter masukan dan keluaran itu sudah berbeda.
Diameter keluaran lebih besar dibandingkan masukan maka dari itu laju alir yang
diperoleh dari masukan akan lebih besar dibandingkan laju alir yang diperoleh dari
keluaran. Sedangkan harus mencari massa yang teruapkannya, maka dari itu dilakukan
perhitungan massa yang teruapkan setiap waktu dan didapatkan massa yang teruapkan
memiliki nilai tertinggi pada waktu 30 menit dengan nilai laju yang teruapkan sebesar
3,27 m3/h. Laju alir yang teruapkan merupakan selisih antara laju alir masuk dan keluar
dimana laju alir massa masuk dengan nilai massa yang teruapkan paling tinggi yaitu
7,25 m3/h sementara laju alir massa keluar adalah 3,98 m3/h sehingga laju massa alir
teruapkan adalah 3,27 m3/h. Karena arah angin didaerah polban tak tentu maka
pendinginan di setiap waktu berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.1 Laju Penguapan Air
ke Udara dan Kapasitas Pendinginan.
BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Efektivitas Cooling Tower yang diperoleh tiap titik berada diantara 50-100% dimana
Cooling Tower memiliki kinerja yang baik dalam mendinginkan air proses, perbedaan
efektivitas karena pengaruh lingkungan sekitar dari tiap titik tersebut.
2. Laju massa air yang teruapkan diperoleh sebagai berikut.
Tabel 5.1 Perolehan Laju Penguapan Air ke Udara

Waktu Laju alir air ke udara


(menit) (m3/h)
30 3,27
60 1,26
90 0,23
120 0,36
3. Kinerja Cooling Tower dalam mendinginkan air dipengaruhi oleh laju alir air masuk,
suhu air masuk/keluar, kecepatan udara dan suhu bola basah/kering.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Dian Morfi, 2011, Penelitian Kinerja Induced Draft Cooling tower Dengan
Potongan Pipa PVC 1 Inci Sebagai Filling Material, Universitas Sumatera Utara,
http://repository.usu.ac.id [diunduh pada tanggal 26 November 2016, 13:01].

Sembiring, Ferry, 2010, Pengaruh Penggunaan Media Bahan Pengisi (Filler) PVC dengan
Tinggi 22,5 cm dan Diameter 70 cm terhadap Kinerja Menara Pendingin Jenis
Induced-Draft Counterflow, Universitas Sumatera Utara, http://repository.usu.ac.id
[diunduh pada tanggal 26 November 2016, 12:24].

Sujana, Deni Soleh, 2012, Potensi Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Unit Heat Exchanger Pada Proses Cooling tower
System, Universitas Pendidikan Indonesia, http://repository.upi.edu [diunduh pada
tanggal 26 November 2016, 11:23].
LAMPIRAN

A. Data Pengamatan
Tabel A.1 Data Aliran Air, Udara, dan Suhu Air Cooling tower

Laju
Laju alir Kecepatan Tw Tw
Waktu Tudara alir air
air keluar udara in out
(menit) (oF) masuk 3 o
(m /h) (m/s) ( C) (oC)
(m3/h)
30 75,8 7,25 3,98 3,03 26 24
60 78,9 7,25 5,99 4,37 26 23
90 79,5 6,63 6,40 5,68 25 24
120 78,2 6,25 5,89 6,35 26 24

Tabel A.2 Data Suhu Bola Basah dan Bola Kering

Titik 1 Titik 2 Titik 3


Waktu
(menit) Suhu bola Suhu bola Suhu bola Suhu bola Suhu bola Suhu bola
basah kering basah kering basah kering
(oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
30 24 25 23 25 23 25
60 23 28 23 26 23 27
90 24 28 23 28 24 27
120 22 25 24 28 22 24

B. Pengolahan Data
Penentuan Nilai Range dan Approach

Range (oC) = temperatur air masuk temperatur air keluar

Approach (oC) = temperatur air keluar temperatur bola basah lembab


Tabel B.1 Hasil Hitung Range, Approach dan Efektivitas Pendinginan Cooling tower

Approach (oC) Efektivitas (%)


Waktu Range
(menit) CT
Titik Titik Titik Titik Titik Titik
1 2 3 1 2 3
30 2 0 1 1 100 67 67
60 3 0 0 0 100 100 100
90 1 0 1 0 100 50 100
120 2 2 0 2 50 100 50

Penentuan Laju Penguapan Air ke Udara

Laju penguapan air ke udara = laju alir air masuk - laju alir air keluar

Tabel B.2 Laju Penguapan Air ke Udara

Waktu Laju alir air masuk Laju alir air keluar Laju alir air ke udara
(menit) (m3/h) (m3/h) (m3/h)
30 7,25 3,98 3,27
60 7,25 5,99 1,26
90 6,63 6,40 0,23
120 6,25 5,89 0,36

Penentuan Kapasitas Pendinginan cooling tower

Tabel B.3 Penentuan Kapasitas Pendinginan Cooling tower

Laju alir Volume Laju alir


volumetrik spesifik massa air Cp Tw in Tw out T Q
air masuk air masuk (kJ/kgoC) (oC) (oC) (oC) (kJ/kg)
(m3/h) (m3/kg) (kg/h)
7,25 0,001003 7228,32 4,2 26 24 2 60717,89
7,25 0,001003 7228,32 4,2 26 23 3 91076,83
6,63 0,001003 6610,17 4,2 25 24 1 27762,71
6,25 0,001003 6231,31 4,2 26 24 2 52343,00

Anda mungkin juga menyukai