Perkembangan Dari Masa Kanak Hingga Dewasa
Perkembangan Dari Masa Kanak Hingga Dewasa
Perkembangan Dari Masa Kanak Hingga Dewasa
Dewasa
Bagi orang dewasa, perkembangan sosioemosi berkisar sekitar integrase yag adaptif
dari pengalaman emosional ke dalam hidup sehari-hari yang memuaskan serta relasi yang
brhasil dengan orang lain (Duck,2011) Hasil penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa 20
tahun pertama dalam kehidupan bias memprediksi kehidupan sosioemosi pada usia dewasa
(McAdams & Olsen, 2010; Stroufe, Coffino, & Carlson, 2010) Hasil temuan yang cukup umum
menyatakan bahwa semakin pendek interval waktu yang diadakan untuk mengukur
karakteristik sosioemosi, maka semakin besar kemiripan hasil riset yang diperoleh. Apabila
kita mengukur konsep diri individu pada usi 20 tahun kemudian mengukurnya lagi pada usia
30 tahun maka kemungkinan ditemukan stabilitas yang lebih besar disbanding apabila
mengukur konsep diri individu di usia 10 tahun dan mengukurnya kembali di usia 30 tahun.
A. Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku dan karakteristik respons emosional yang sifatnya
individual . Di masa dewasa awal, sebagian besar individu memperlihatkan lebih sedikit
perubahan sasana hati dibandingkan ketika remaja; mereka juga lebih bertanggungjawab dan
lebih jarang berperilaku yang mengandung resiko (Caspi, 1998) Para peneliti menemukan
kaitan antara beberapa dimensi dari temperamen masa kanak-kanak dengan kepribadian orang
dewasa. Riset telah mengaitkan beberapa tipe dan dimensi ini yang terdapat di masa kanak-
kanak dengan karakteristik kepribadian orang dewasa, sebagai contoh :
1. Temperamen yang mudah dan temperamen yang sulit. Sebuah studi menemukan
bahwa anak-anak yang memiliki temperamen mudah di usia 3-5 tahun, cenderung
lebih mudah menyesuaikan diri ketika menjadi orang dewasa muda, dan sebaliknya
(Chess & Thomas, 1987) Anak laki-laki yang ketika kanak-kanak memiliki
temperamen sulit, ketika dewasa cenderung tidak melanjutkan Pendidikan
formalnya, sedangkan anak perempuan yang berptemperamen sulit cenderung
memiliki konflik perkawinan (Wachs, 2000)
2. Kekangan (Inhibition). Individu yang memiliki temperamen terkekang di masa
kanak-kanak, ketika dewasa cenderung kurang bersikap asertif atau memperoleh
dukkungan social, dan cenderung terlambat memasuki jalur kerja yang stabil
dibandingkan orang dewasa lainnya (Wasch, 2000)
3. Kenampuan mengendalikan emosi. Sebuah studi longitudinal menemukan bahwa
anak-anak berusia 3 tahun dan memperlihatkan control emosi yang baik dan tabah
ketika menghadapi stress, mereka cenderung mampu mengatasi emosinya secara
efektif saat dewasa (Block, 1993)
B. Kelekatan
Kelekatan mencul dimasa bayi dan turut memainkan peran penting dalam
perkembangan sosioemosi seseorang (Sroufe, Coffino, &Carlson, 2010)Meskipun relasi
dengan pasangan berbeda dari relasi dengan orang tua, pasangan memenuhi sejumlah
kebutuhan yang sama seperti yang dipenuhi orangtua pada anak-anaknya. (Campa, Hazan, &
Wolfe, 2009; Shaver & Mikulincer, 2011) Orang dewasa dapat mengandalkan pasangannya
untuk menjadi basis yang aman dimana mereka dapat kembali dan memperoleh kenyamanan
dan keamanan dalam kondisi penuh tekanan (Feenery, 2008). Sebuah studi retrospektif, Cindy
Hazen dan Pphilip Shaver (1987) mengungkapkan bahwa orang dewasa yang menunjukkan
kelekatan yang aman dalam relasi romantisnya cenderung ,emiliki kelekatan yang aman
dengan orangtuanya di masa kanak-kanak. Terdapat 3 gaya kelekatan :
1. Gaya Kelekatan yang Aman. Memiliki pandangan positif erhadap relasi, mudah
dekat dengan orang lain, dan tidak khawatir serta stress berlebihan tentang relasi
romantic mereka. Lebih jarang melakukan seks dalam hubungan singkat.
Cenderung diwarnai oleh kepercayaan, komitmen, dan usia yang panjang (Feenery,
2008). Cenderung lebih menerima dukungan jika sedang tertekan dan memberi
dukungan pada pasangan jika tertekan 9Simpson & Rholes, 2007). Keuntungan
menurut Mkulincer dan Shaver (2207) adalah adanya penerimaan dan penghargaan
terhadap diri serta self-efficacy, lebih optimis.
2. Gaya Kelekatan yang Menghindar. Individu yang menghindar merasa ragu-ragu
terlibat dalam relasi romantic dan sering mengambil jarak dari pasangan mereka
dalam relasi.
3. Gaya Kwlekatan yang Cemas. Individu ini menuntut kedekatan, kurang bias
memercayai orang lain, dan lebih e,osional, pencemburu serta posesif. Dapat
menciptakan ketidakpuasan perkawinan dan bias mengarah pada saling menyerang
dan mengancam dalam relasi mereka jika kedua orang dalam pasangan adalah
pencemas (Feenery, 2008). Merasa ditolak dan disalahpahami, berkubang dalam
rasa tidak aman dan berusaha mengontrol perilaku pasangan (Shaver & Mikulincer,
2011)
B. Bentuk-Bentuk Cinta
Jika ketertarikan itu mengawali sebuah hubungan maka timbullah kemungkinan untuk
memperdalam hubungan cinta. Cinta melibatkan wilayah perilaku manusia yang luas dan
kompleks, menjangkau berbagai relasi yang mencakup persahabatan, cinta romantic, cinta
afektif dan bahkan melibatkan altruism consummate love (Berscheid, 2010). Tema-tema dalam
cinta :
1. Keintiman. Keterbukaan diri (self-disclossure)dan berbagi pikiran-pikiran personal
merupakan tanda keintiman. Erikson mendeskripsikan keintiman sebagai proses
menemukan diri sendiri sekaligus peleburan diri sendiri dalam diri orang lain.
Kentiman membutuhkan komitmen terhadap orang lain. Ketidakmampuan
mengembangan relasi yang bermakna dengan orang lain dapat melukai kepribadian
individu, hal ini menggiring individu untuk tidak mengaui, mengabaikan bahkan
menyerang orang yang dianggap menimbulkan frustrasi. Orang dewasa yang belum
cukup terlepas dari ikatan orang tua dapat mengalami kesulitan dalam relasi
interpersonal dan karier. Keseimbbangan antara keintiman dan komitmen di satu
sisi serta kemandirian dan kebebasan di sisi lain, merupakan hal yang sulit dan tetap
harus diolah sepanjang masa usia dewasa.
2. Persahabatan. Persahabatan memiliki peran petin dalam perkembangan sepanjang
hidup (Rawlins, 2009). Seperti saat kanak-kanak, persahabatan orang dewasa uga
mengenal perbedaan gender. Dibanding pria, wanita lebih banyak membuka diri
dan saling memberi dukungan dalam persahabatan (Dow & Wood, 2006). Wanita
dijuluki teman bicara karena memang bicara adalah hal yang penting dalam relasi
mereka. (Gouldner & Strong, 1987). Persahabatan wanita tidak luas namun dalam,
wanita menceritakan pengalaman, pikiran dan perasaan mereka (Woood, 2001).
Persahabatan pria lebih karena melakukan aktivitas bersama. Mereka melibatkan
unsur menjaga jarak sambal membagi informasi yang berguna. Pria lebih menyukai
solusi praktis terhadap masalah yang mereka hadapi disbanding simpati (Tannen,
1990). Persahabatan pria cenderung lebih kompetitif disbanding wanita (Wood,
2001).Keuntungan persahabatan antargender adalah lebih banyak kesempatan
mempelajari berbagai perasaan dan minat umum serta karakteristik yang dimiliki
bersama. Namun hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah yaitu terdapat
perbedaan ekspektasi., adanya jetidakjelasan sehubungan engan Batasan-batasan
seksual, hal ini dapat menimbulkan ketegangan dan kebingungan.
3. Cinta Romantis. Beberapa persahabaatan dapat berkembang menjadi cinta
romantic, yang disebut juga cinta bergairah atau eros. Cinta romntis memiliki
komponen seksualitas dan gairah yang kuat dimana kedua hal ini seringkali
menonjol di awal relasi cinta (Brscheid, 2010; Regan, 2008). Cinta romantic
mengandung berbagai emosi yang saling bercampur-campur secara kompleks-
contohnya ketakutan, kemarahan, legembiraan, hasrat seksual dan cemburu.
(Regan, 2008). Hasrat seksual adalah hal terpenting dalam cinta ini (Berscheid,
2010). Emosi-emosi ini meupakan sumber dari kesedihan yang mendalam.
4. Cinta Afektif. Disebut juga cinta karena kedekatan (companionate) adalah tipe cinta
yang terjadi ketika seseorang menginginkan seseorang berada di dekatnya dan
memiliki afeksi yang mendalam serta perhatian terhadap orang itu. Apabila cinta
menjadi lebih matang, gelora awal yang bernuansa romantic akan menjadi bersifat
lebih akeftif.
5. Cinta yang Sempurna. Bentuk cinta yang paling utuh dan kuat menurut teori
Stenberg. Cinta ini melibatkan 3 dimensi yaitu intim-gairah-komitmen. Relasi yang
hanya mengandung unsur gairang dan sangat minim komitmen disebut birahi atau
infantuated. Cinta yang mengandung komitmen dan keintiman namun kurang
dalam gairah disebut cinta afektif. Jika gairah dan komitmen ada namun keintiman
tidak itu berarti cinta buta (fatuous).
Aspek penting lainnya yaitu faktor-faktor seperti memberi maaf dan komitmen dapat
membuat pernikahan yang berhasil (Fincham, Stanley, & Beach, 2007). Factor ini
berfungsi sebagai proses perbaikan diri sendiri dalam relasi yang sehat. Pasangan yang
memiliki komitmen kuat satu sama lain mungkin akan sering mengorbankan
kepentingan diri sendiri ketika berkonflik demi kebaikan pernikahan mereka.
Bagi pasangan yang menikah lagi, berikut strategi yang dapat ditempuh untuk
mengatasi stress karena tinggal di kerluarga angkat (Visher & Visher. 1989):
Memiliki harapan yang realistis. Memberi waktu atau kesempatan agar relasi
cinta dapat berkembang dan memandang kepleksitas keluarga angkat sebagi
sebuah tantangan untuk diatasi
Mengembangkan relasi yang positif dalam keluarga. Meluangkan waktu adalah
hal yang sangat penting karena begitu banyak orang yang terlibat. Pasangan
yang menikah kembali perlu memberikan waktu satu sama lain untuk sendirian.