Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan PPL

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UKM (Usaha Kecil Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam
memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja
baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis
moneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam
mengembangkan usahanya. Saat ini,UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan
daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
UKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya
berdasarkan inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM
hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat
berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.UKM dapat
menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur. Selain itu UKM
telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
UKM juga memanfatkan berbagai Sumber Daya Alam yang berpotensial di suatu
daerah yang belum diolah secara komersial.UKM dapat membantu mengolah Sumber
Daya Alam yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi besar terhadap pendapatan
daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
Dibalik peranan penting UKM dalam laju pertumbuhan perekonomian pada
kenyataannya masih banyak pelaku usaha kecil yang belum memiliki sistem pembukuan
Akuntansi serta tidak paham keuntungan memiliki pembukuan. Dengan memiliki
pembukuan pemilik usaha dapat mengetahui kesehatan usaha yang dijalankannya. Tak
hanya untuk pihak pemilik, untuk pihak luar seperti pemasok, partner usaha, perbankan,
dan pihak lain seperti pemerintah juga sangat berguna dalam melihat kelayakan dan
kepercayaan terhadap usaha yang kita jalankan.
Khususnya pihak bank, ketentuan umum untuk mendapatkan pinjaman modal hanya
catatan yang ada di pembukuanlah yang bisa memberikan informasi apakah pinjaman

1
akan dapat dikembalikan atau tidak. Untuk usaha skala mikro misalnya dengan omset
paling banyak Rp 300 juta per tahun hanya diperlukan informasi tentang pembukuan
pengeluaran dan pendapatan. Data ini akan memberikan informasi apakah ada selisih
positif atau tidak. Kalau ada selisih positif berarti perusahaan itu untung dan kalau
diberi pinjaman pasti akan bisa kembali.
Informasi tata buku atau akuntansi dasar mempunyai peranan penting untuk
mencapai keberhasilan usaha bagi pemilik, pengelola dan pegawai UKM. Informasi
akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam
pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga
dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil juga diperlukan
khususnya untuk akses bantuan pemerintah (KUR,PNPM) dan akses tambahan modal
bagi usaha kecil dari kreditur (Bank).

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Pengalaman Lapangan oleh Mahasiswa pada Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan pemahaman pentingnya pembukuan Akuntansi pada UKM
2. Mensosialisasikan tata cara sistem pembukuan yang sederhana bagi pelaku
UKM
3. Membantu dan memberikan saran mengenai strategi manajemen perusahaan dan
analisis pasar.

1.3 Manfaat
Diharapkan dengan adanya Praktek Pengalaman Lapangan oleh Mahasiswa pada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pelaku usaha akan mendapat manfaat antara lain :
1. Data keuangan menjadi lebih rapi dan sistematik
2. Bermanfaat bagi pihak ketiga dalam memberi bantuan atau modal usaha
3. Memudahkan pelaku usaha dalam sistem perpajakan yang saat ini mensyaratkan
administrasi dan laporan keuangan yang jelas.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

2.1 Padasuka
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Cerita dibalik kesuksesan usaha yang dirintis oleh Ibu H.Eros Rosdiana berawal
dari hobinya membuat keripik pisang. Pada awalnya Ibu Eros hanyalah seorang
karyawan dari sebuah pabrik pengolahan keripik pisang di tetangganya, lalu dengan
inisiatif suami nya Ibu Eros akhirnya memulai bisnis keripik pisang sendiri.
Dengan modal awal sekitar Rp.5.000.000, Ibu Eros terus mengembangkan bisnisnya
itu dibantu sang suami dan anaknya yang bernama Bapak Tedi. Mereka pun
memberi nama perusahaan ini dengan nama Padasuka. Pada tahun 1995 Ibu Eros
mengontrak sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, kemudian pada
tahun 2001 beliau membeli sebidang tanah dan membuat sebuah pabrik pengolahan
kripik pisang lengkap dengan mess pegawai dan mushola.
Dengan dibantu suami dan anaknya Ibu Eros mengalami pasang surut usaha yang
cukup beragam, namun Ibu Eros bisa melaluinya dan terus berkembang hingga
sekarang bisa membuka lapangan pekerjaan di desanya , Desa Ciawigebang. Jumlah
karyawan nya kini adalah 23 orang. Padasuka yang awalnya hanya memproduksi
keripik pisang seiring permintaan pasar kini telah memproduksi juga keripik
singkong dan makanan ringan lainnya.
Kini usahanya itu telah maju dan berkembang cukup pesat, dengan modal awal
hanya Rp.5.000.000 kini omzet yang dihasilkan bisa mencapai Rp.200.000.000 per
tahun. Dengan jumlah produksi mencapai 1 2 ton pisang dan singkong yang
berasal dari berbagai daerah, tidak hanya di wilayah Kabupaten Kuningan untuk
memenuhi kebutuhan produksi yang semakin banyak bahkan Padasuka sampai
harus mencari ke pulau Sumatera untuk bahan baku pisang dan ke Sukabumi untuk
bahan baku singkong.

3
Kini distribusi keripik pisangnya tersebut telah menembus pasar wilayah III
Cirebon yakni Kuningan, Cirebon, Majalengka, dan Indramayu. Di setiap kios
makanan ringan dan oleh-oleh pasti terdapat keripik pisang Padasuka yang rasanya
memang khas dan kriuk itu. Rasanya tersedia dalam rasa asin dan manis yang
original dan masih terjaga cita rasanya dari dulu sampai sekarang.

2.1.2 Analisa Manajemen Perusahaan


A. Struktur Organisasi

Pemilik
Ibu Hj.Eros Rodiana

Manajer
Bapak Tedi

Bag.Produksi Bag.Distribusi

4
B. Proses Produksi
Dikarenakan bahan baku datangnya 3 hari sekali maka proses produksi pun tidak
bisa dijalankan setiap hari butuh waktu dan proses yang lumayan panjang untuk
mengolah pisang atau singkong mentah menjadi keripik pisang. Berikut ini kami
lampirkan alur produksi nya :

Pengupasan

Pencucian

Pemarutan

Penggorengan

Pembungkusan

Distribusi

C. Prospektif Masa Depan


Usaha ini sangatlah bagus dan cerah karena usaha yang dijalankan ini sudah
mulai ditinggalkan orang. Ciri produk yang khas yang dimiliki oleh perusahaan,
membuat daya tarik tersendiri akan usaha ini, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan sistem manajemen dan kontrol kualitas yang terjaga, maka usaha
ini akan cukup berpotensi hingga masa yang akan datang. Dengan manajemen yang
diterapkan pada tiap bagian dari usaha ini, dari mulai manajemen dalam bahan baku,
produksi, hingga pemasaran, maka usaha apapun akan dapat bertahan menghadapi
persaingan baik dengan sesama produsen keripik pisang dan singkong maupun bersaing
dengan produk baru lainnya. Disamping itu, karena keripik merupakan jenis makanan
yang sudah umum di masyarakat sehingga dalam hal pangsa pasarnya tidak akan
diragukan lagi.

5
D. Analisis Persaingan
Seorang pengusaha harus dapat melihat dan memanfaatkan peluang yang ada
sehingga usaha yang dijalankannya tidak mengalami kegagalan ditengah jalan.
Persaingan dengan perusahaan lain akan dapat diatasi dengan langkah-langkah yang
terencana dengan baik dan matang yang diantaranya adalah melakukan efisiensi dan
peningkatan kualitas produk yang kita buat, yang dalam hal ini proses produksi keripik,
dilakukan dengan cepat tanpa mengabaikan rasa dan rupa dari keripik tersebut.
Efisiensi dapat dilakukan dengan cara menggunakan tenaga terampil atau tenaga
yang telah dilatih dalam hal pembuatan keripik. Mulai dari penyiapan bahan baku
hingga pengirisan yang dilanjutkan dengan penggorengan.
Dalam produksi bahan makanan sangat perlu diperhatikan cita rasa dan rupa.
Cita rasa yang tinggi tanpa memperhatikan rupa, akan kurang berhasil, begitupun
sebaliknya. Bermunculannya produsen jenis makanan ringan juga akan memberikan
persaingan tersendiri walaupun dari segmen produksi yang berbeda, tetapi untuk segmen
makanan ringan hal ini akan sangat memanaskan persaingan.

E. Pasar Yang Dimasuki


Segmen pasar yang diincar adalah kalangan bawah hingga atas, dimana keripik
dapat dikonsumsi oleh siapapun, tidak terkecuali kalangan atas. Produk yang dihasilkan
berupa keripik pisang dan singkong akan dipasarkan dengan cara dijual ke pengecer
yang bisa berupa warung atau toko makanan maupun toko biasa dengan kiloan. Keripik
pisang maupun singkong dapat juga dipasarkan dengan dengan cara order pemesanan.
Hal ini biasanya untuk pemesanan partai yang agak besar, dalam hal ini dilakukan oleh
distributor. Padasuka biasanya sudah memiliki langganan yang berasal dari lokal
maupun luar kota seperti Cirebon, Majalengka, maupun Indramayu.

F. Kelancaran Usaha
Kelancaran produksi ditentukan oleh tenaga produksi yang telah terampil dan
mampu berdisiplin hingga bisa mencapai target produksi sesuai dengan order penjualan.
Kelancaran produksi tidak akan terlepas dari kelancaran suplai bahan baku. Dalam hal
ini bahan baku yang digunakan adalah berupa pisang nangka muda dan singkong.

6
Dewasa ini memang penanaman pisang dan singkong sudah tidak banyak
dilakukan oleh para petani. Pisang atau singkong hanya dijadikan sebagai tanaman
penyelang pada tanaman utama sepeti pada palawija. Untuk itu perlu dipikirkan untuk
mempunyai sumber bahan baku sendiri. Salah satu caranya yaitu bisa dengan memiliki
lahan kebun sendiri, atau bekerjasama dengan petani yang bersedia menanam pisang dan
singkong secara khusus. Hal ini untuk menjaga agar produksi tidak berhenti.
Sebagai penunjang kelancaran usaha, khususnya dalam hal proses produksi,
kelancaran suplai bahan baku ini sangat perlu untuk diperhatikan. Cadangan bahan baku
perlu dipertimbangkan untuk proses produksi hingga paling tidak 5 hari. Hal ini untuk
menjaga jika terjadi hambatan dalam penyediaan bahan baku. Karena bahan yang
digunakan adalah bahan yang dapat busuk, maka perlu dijaga dan diketahui batas
kualitas pisang dan singkong yang baik untuk dijadikan bahan baku.
Kantung plastik digunakan untuk kemasan makanan, kadang hanya berupa
kemasan standar dan kurang sesuai untuk digunakan dalam mengemas jenis produk
seperti keripik singkong. Apalagi Padasuka hanya memproduksi produknya secara
kiloan yakni satu kantung plastik besar muat 2 kg keripik jadi penampilan kemasan tidak
menjadi soal, yang paling penting yakni kualitas plastik yang baik agar keripik renyah
dan tahan lama.
Dahulu Padasuka pernah bekerja sama dengan swalayan dan toserba sekitar
Kuningan, dan berjalan selama beberapa bulan tapi akhirnya Padasuka kewalahan dan
tidak sanggup memenuhi permintaan pasar. Hal ini dikarenakan swalayan yang meminta
Padasuka untuk mengemas keripiknya dengan kemasan yang kecil, karena tidak biasa
dan keterbatasan karyawan maka Padasuka konsisten untuk hanya memproduksi dalam
kemasan kiloan.
Maka melihat fenomena tersebut kami menyarankan Padasuka untuk lebih
memodernisasi lagi proses produksinya, mengingat kebutuhan pasar yang sangat tinggi
dan berpotensi itu. Untuk itu perlu dipikirkan cara pengadaan kemasan ini disesuaikan
dengan produk keripik pisang dan singkong yang dihasilkan, jika diperlukan harus
dipikirkan pembuatan sendiri kemasan yang lain dari yang lain.

7
G. Penetapan Harga Jual
Penetapan harga jual dilakukan dengan cara memperhitungkan harga bahan baku,
upah pekerja, proses produksi, pengemasan, pemasaran dan jika perlu diperhitungkan
pula biaya promosi dan transportasi. Semua harga yang telah teridentifikasi dapat
dihitung hingga bisa didapat harga satuan minimal (modal yang digunakan). Selanjutnya
kita dapat menentukan harga jual setelah diperhitungkan dengan keuntungan yang ingin
kita peroleh.
Dalam penetapan harga jual ini kita juga harus realistis. Jika ditentukan terlalu
tinggi maka konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk membeli produk kita
dan lebih jauh lagi mereka akan lari ke produk lain yang sejenis. Hal tersebut tentu tidak
ingin terjadi. Untuk itu perlu diperhitungkan harga jual produk dari produsen lain.

H. Laporan Keuangan
Aneka Kue Kering PADASUKA
Data Laba/Rugi
Tahun 2013
Laba/Rugi
Bulan Modal Pendapatan
Laba Rugi
Januari Rp 10.000.000 Rp 16.950.000 Rp 6.950.000 -
Febuari Rp 10.500.000 Rp 15.700.000 Rp 5.200.000 -
Maret Rp 11.000.000 Rp 16.850.000 Rp. 5.850.000 -
April Rp 10.000.000 Rp 16.500.000 Rp. 6.500.000 -
Mei Rp 12.400.000 Rp 16.950.000 Rp 4.550.000 -
Juni Rp 10.500.000 Rp 15.800.000 Rp 5.300.000 -
Juli Rp 10.200.000 Rp 16.600.000 Rp 6.400.000 -
Agustus Rp 11.350.000 Rp 16.250.000 Rp. 4.900.000 -
Oktober Rp 10.300.000 Rp 15.450.000 Rp 5.150.000 -
September Rp. 10.500.000 Rp 16.800.000 Rp 6.300.000 -
November Rp 10.450.000 Rp 16.750.000 Rp 6.300.000 -
Desember Rp. 12.800.000 Rp 16.850.000 Rp. 4.050.000
Total Rp 130.000.000 Rp 197.450.000 Rp 67.450.000 -

Ket :
Keuntungan rata-rata per hari = Rp 187.361
Keuntungan rata-rata perbulan = Rp 5.620.833

8
2.2 Karmina
2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Karmina adalah sebuah home industri yang menjual berbagai macam produk
dodol garut yang didirikan dan dijalankan oleh Bapak Ikin Nasikin di tempat tinggalnya
Desa Ciawigebang. Berawal pada tahun 2000 Bapak Ikin memulai usaha pembuatan
dodol garut ini dan terus berkembang dan bertahan sampai sekarang. Dengan bermodal
Rp.600.000 Bapak Ikin membuat dodol garut yang resepnya didapat dari saudaranya
yang berasal dari Bogor. Dibantu oleh istri dan kelima karyawannya Bapak Ikin
mengolah dan mendistribusikan produknya.
Pada awalnya Bapak Ikin hanya membuat dodol original atau yang lebih dikenal
dodol piknik namun seiring permintaan pasar akhirnya Bapak Ikin pun membuat aneka
jenis dodol lainnya seperti dodol durian, dodol sirsak, dan dodol nangka. Semua
dodolnya dijual secara curah dan didistribusikan selain di Kuningan juga sampai ke
Bogor. Namun pendistribusiannya masih terbatas, Karmina masih belum memiliki
kendaraan untuk mengirim produknya ke luar kota. Maka munculah ide untuk
mengirimnya menggunakan bus Luragung yang dititipkan kepada supirnya. Dengan
berbagai kendala dan hambatan lainnya Bapak Ikin pun bisa mengatasinya dan terus
memupuk usahanya dengan kerja keras sampai sekarang.
Usahanya tersebut berkembang cukup pesat dengan modal awal hanya
Rp.600.000 kini omzet nya mencapai Rp.150.000.000 per tahun. Selain dijual secara
curah, dodol Karmina juga tersedia dalam kemasan kotak yang berisi sekitar 12 pcs
dodol dengan harga Rp.10.000 sampai dengan Rp.12.000.

9
2.2.2 Analisa Manajemen Perusahaan
A. Struktur Organisasi
Karmina adalah UKM yang menjalankan usahanya berasal dari usaha keluarga,
maka Karmina tidak memiliki banyak karyawan. Bapak Ikin dibantu oleh keluarganya
dalam membangun usahanya ini. Dimana Bapak Ikin Nasihin sebagai pemilik sekaligus
pengelola , dibantu 2 orang anggota keluarganya dan 3 orang tetangganya.

B. Proses Produksi
Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian (buah-buahan) yang
termasuk dalam jenis pangan semi basah yang terdiri dari campuran tepung dan gula
yang dikeringkan. Makanan ini biasanya digunakan sebagai makanan ringan atau
makanan selingan. Dodol merupakan suatu jenis makanan yang mempunyai sifat agak
basah sehingga dapat langsung dimakan tanpa dibasahkan terlebih dahulu dan
kandungan air rendah sehingga dapat stabil selama penyimpanan.
Lamanya daya simpan dodol juga banyak dipengaruhi oleh komposisi bahan
penyusunnya, aktivitas mikrobia, teknologi pengolahan dengan sanitasinya, sistem
pengemasan yang digunakan dan penggunaan bahan pengawet. Dalam pengolahannya,
makanan semi basah merupakan suatu jenis makanan dengan menggunakan bahan
pencampur yaitu tepung beras ketan. Tepung beras ketan ini digunakan sebagai bahan
campuran dan bahan pengikat agar diperoleh tekstur yang dikehendaki.
Salah satu jenis makanan ini tentunya dapat dijadikan peluang bisnis yang
menjanjikan, karena dodol sudah menjadi ikon produk makanan khas di beberapa daerah
misalnya Garut Jawa Barat terkenal dengan dodol Garutnya, ataupun Kudus Jawa
Tengah yang terkenal dengan sebutan jenang Kudusnya meskipun dodol ini di produksi
di Kuningan. Dodol yang memiliki rasa khas manis dan kenyal ini sangat cocok untuk
oleh-oleh, hidangan kue khas lebaran ataupun camilan keluarga di rumah. Berikut kami
gambarkan bahan dan cara pembuatan salah satu jenis dodol , yakni dodol picnic :

Bahan-bahan:
Beras ketan, bahan baku utama harus benar-benar berkualitas prima,sebagai
penentu tingkat kelengketan dodol.

10
Beras putih/ beras cerai, bahan pembantu untuk memudahkan agar dalam
pengadukan tidak terlalu lengket.
Gula Jawa/gula merah, bahan utama pemberi rasa manis.
Gula putih/gula pasir, bahan pembantu pemberi rasa manis.
Santan.
Gutuk: bahan yang digunakan untuk memberi tingkat kelicinan, agar waktu
diaduk tidak lengket.
Kelapa bahan yang digunakan untuk membuat santan.
Daun pandan wangi sebagai pemberi aroma.
Vanili sebagai pemberi aroma.
Garam sebagai pemberi rasa.

Peralatan dan perlengkapan:


Bakul: alat yang digunakan untuk wadah beras, pencucian beras. Bisa juga untuk
menempatkan tepung beras.
Baskom: tempat untuk penyimpanan santan, ataupun air gula.
Kleci/sodet: alat pengaduk kecil yang fungsinya untuk menjaga agar adonan
tidak tumpah dari kuali saat pengadukan.
Adukan dari batang aren: alat yang dipakai untuk pengadukan adonan hingga
menjadi dodol.
Kuali besar tempat untuk pengadukan adonan.
Bonggol pohon pisang digunakan sebagai alas untuk pembuatan tungku.
Patok bambu digunakan sebagai pemancang atau patok bonggol pisang yang
digunakan sebagai tungku agar tidak goyah.
Ayakan alat penyaring tepung beras terbuat dari anyaman logam dengan pori-
pori sangat halus berbentuk bulat.
Saringan bambu alat penyaring air gula setelah dimasak untuk menghilangkan
kotoran.
Kenceng alat untuk membuat minyak yang terbuat dari santan hingga jadi gutuk.
Parutan kelapa alat untuk memarut kelapa supaya jadi serpihan kecil-kecil.

11
Lumpang wadah terbuat dari bahan kayu yang memiliki lubang berbentuk
kerucut, digunakan untuk menghaluskan butiran beras sampai jadi tepung.
Alu alat penumbuk terbuat dari kayu bentuk bulat pada bagian ujungnya.
Tampah tempat untuk meletakan tepung beras selama penyaringan.
Kayu bakar bahan pembuat api selama proses pengadukan berlangsung.
Daun jambu biji bahan yang digunakan sebagai sarana untuk peningkatan agar
warna dodol terlihat lebih tua.
Daun pisang bahan yang digunakan sebagai pembungkus dodol menjadi
sepulungan/segeleng.
Tenong alat yang terbuat dari anyaman bamboo bentuk bulat untuk menempatkan
dodol setelah matang.
Kedebong pisang bahan yang digunakan sebagai alas untuk mencicipi kole.
Tali rapia bahan yang digunakan untuk melapisi adukan agar adonan tidak
menempel pada batang adukan.
Centong alat terbuat dari kayu bentuk seperti dayung untuk mengaduk air gula
saat dimasak atau dipanaskan.
Kerukan sambal terbuat dari bahan karet menyerupai kapak untuk mengeruk

Proses pembuatan :
Persiapan bahan:
1.Beras
Beras yang digunakan harus dipilih dari beras yang betul-betul berkualitas.Beras ketan
ataupun beras putih atau cerai dicuci hingga betul betul bersih. Artinya air sisa
pembuangan dari pencucian terlihat jernih. Tiriskan. Untuk beras putih atau beras cerai
direndam selama 1 jam untuk memudahkan penghalusan. Setelah itu ditumbuk hingga
jadi tepung pada sebuah lumpang menggunakan alu. Setelah jadi tepung diayak
menggunakan ayakan di atas tampah yang telah diberi alas daun pisang. Jumlah tepung
yang diayak sesuai dengan jumlah bahan yang tersedia.
2. Kelapa
Kelapa adalah kelapa yang benar-benar cukup tua, agar memiliki santan yang cukup
baik. Kelapa dikupas, lalu dibuang kulit arinya yang berwarna coklat tidak perlu bersih

12
benar. Cuci hingga bersih lalu parut menggunakan parudan. Setelah diparud campurkan
air sambil diremas-remas untuk menghasilkan sari pati kelapa. Setelah peremasan
dianggap cukup disaring menggunakan ayakan di atas baskom sebagai santan kental
pertama. Santan kental pertama harus dipisahkan dengan santan yang lain dari hasil
pemerasan kedua atau ketiga.
3. Gula merah atau gula jawa, daun pandan wangi, vanili
Panaskan gula jawa atau gula merah di atas kenceng aduk hingga rata, tambahkan daun
pandan wangi atau vanili terus aduk hingga air gula menjadi ganting. Saring air gula
menggunakan saringan bambu untuk menghilangkan kotoran gula ataupun lainnya.
Tempatkan pada baskom.
4. Gutuk
Gutuk adalah minyak masak matang dari santan kelapa hingga tampak minyak agak
putih dan kotoran dari minyak atau blendo juga berwarna putih. Digunakan sebagai
pelumas atau pelicin selama proses pengadukan sekaligus penambah aroma.

Persiapan penunjang/tungku:
1. Buat tungku masak dari bonggol pisang yang cukup baik, artinya bonggol pisang yang
masih baru. Karena kalau bonggol busuk daya tahan menjadi berkurang. Atur bonggol
pada posisinya dan membentuk segitiga sama sisi dan harus disesuaikan dengan
besarnya kuali yang akan digunakan.
2. Atur posisi kuali diatas tungku agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah untuk
memperoleh panas yang cukup ideal dan tidak menimbulkan asap.
3. Bila posisi antara tungku dan kuali sudah dianggap ideal pancang bonggol pisang
menggunakan 2 bilah bambu dengan tujuan agar tungku tidak goyah selama pengadukan
walaupun mendapat dorongan yang kuat. Patok atau pancang menggunakan bilah dari
bagian bongkot bambu yang cukup tebal dan kuat.
4.Nyalakan api pada tungku untuk penyesuaian kondisi tanah yang ada agar selama
pengadukan diharapkan api tidak padam, disamping itu sekaligus juga sebagai sarana
untuk menghindari timbulnya debu.

13
C. Prospektif Masa Depan
Dodol adalah salah satu jenis makanan ringan yang terbuat dari bahan tepung
ketan atau tepung beras, santan kelapa, gula merah atau gula pasir, dan aroma buah-
buahan untuk menambah rasa. Makanan ringan yang manis ini banyak terdapat di
beberapa provinsi di Indonesia. Salah satu kota penghasil dodol yang terkenal adalah
Garut, di Jawa Barat.
Dodol memiliki varian rasa yang beraneka. Ada dodol durian, nanas, cokelat, dan
masih banyak lagi rasa dan jenis lainnya.
Mengapa dodol begitu terkenal? Karena...
1. Dodol Garut punya cita rasa yang berbeda dari dodol lainnya
2. Harganya terjangkau dan disukai oleh masyarakat
3. Proses pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya pun mudah didapat
4. Tidak menggunakan bahan pengawet
5. Dodol Karmina tahan lama, bisa sampai 3 bulan lamanya.

D. Analisis Persaingan
Pemain dalam pasar pengolahan dodol Karmina terbilang masih sangat jarang,
Bapak Ikin bisa membaca peluang ini dengan sangat baik dan mengembangkannya
menjadi usaha yang menguntungkan. Meskipun produk yang dihasilkannya merupakan
produk khas daerah lain namun Bapak Ikin dapat membuktikan eksistensi nya.

E. Pasar Yang Dimasuki


Segmen pasar yang diincar adalah kalangan bawah hingga atas, dimana dodol
dapat dikonsumsi oleh siapapun. Produk yang dihasilkan dikemas dengan cukup
menjual sehingga bisa dijadikan oleh-oleh dan mudah untuk dipasarkan. Selain dijual
di wilayah lokal, dodol Karmina juga dipasarkan ke daerah Bogor dan Jakarta.

F. Laporan Keuangan
Dodol Karmina selama ini tidak memiliki Laporan Keuangan, selama ini Bapak
Ikin hanya menggunakan pembukuan sederhana, dan saat kami minta izin untuk

14
melihatnya Bapak Ikin tidak menyetujuinya, sehingga kami tidak bisa melihat data
keuangan apapun.

2.3 Permasalahan yang ada di UKM


Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), antara lain meliputi:
a.) Faktor Internal
1.) Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena
pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik
yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif
dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang
menjadi hambatan terbesar bagi UKM adalah adanya ketentuan mengenai
agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk
dijadikan agunan.
2.) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan
usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik
dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat
berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut
sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan
kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkannya.
3.) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,
mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar
yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas

15
dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar
yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan
teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.
4.) Mentalitas Pengusaha UKM
Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan
mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu
sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi,
ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko.
Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali memiliki
andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UKM di
daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi
penyebab hilangnya kesempatan-kesempatan yang ada.
5.) Kurangnya Transparansi
Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut
terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang
disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya
menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi
generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

b.) Faktor Eksternal


1.) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke
tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya
terhadap penciptaan Produk Domestik Brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja,
ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha
kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi).
Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam
penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan
pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuh kembangkan UKM,
meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum

16
sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan
yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan
pengusaha-pengusaha besar.
Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan
untuk menjalankan usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai
banyaknya prosedur yang harus diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah
lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini sedikit banyak terkait dengan
kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil
seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.
2.) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka
miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang UKM kesulitan dalam
memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena
mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.
3.) Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004,
kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap
pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan
menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang
berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha
luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.
4.) Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan
APEC Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk
bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut
untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat

17
menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar
kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu
Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan
secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for
Trade). Untuk itu, UKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik
secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif.
6.) Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik
sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek.
Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak
dan tidak tahan lama.
7.) Terbatasnya Akses Pasar
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak
dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
8.) Terbatasnya Akses Informasi
Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses
terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit
banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari
unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah
tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar
ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial
untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses
terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
9.) Kurangnya pemahaman UKM tentang pembukuan Akuntansi

18
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN

3.1 Jadwal Kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan


No Tanggal Jadwal Keterangan
1 20 Januari 2014 Survei ke tempat PPL Padasuka dan
membuat janji wawancara
2 25 Januari 2014 Melakukan tanya jawab dengan pemilik
Padasuka dan melihat proses produksi
3 28 Januari 2014 Survei ke tempat PPL Jenisa Pemilik tidak
bersedia di
wawancarai
4 28 Januari 2014 Survei ke tempat PPL Karmina dan
membuat janji wawancara
5 1 Februari 2014 Melakukan wawancara dengan pemilik
Karmina dan melihat proses produksi
6 3 Februari 2014 Membantu membuatkan laporan
keuangan sederhana untuk Padasuka
dan Karmina dan mengajari tentang
Akuntansi
7 8 Februari 2014 Meminta tanda tangan pemilik Padasuka
dan Karmina untuk lembar pengesahan

3.2 Keterlibatan Mahasiswa dalam Praktek Pengalaman Lapangan

19
Selama menjalankan Praktek Pengalaman Lapangan ini kami telah mengalami
banyak kegiatan yang sangat bermanfaat dan menambah wawasan kami selaku
mahasiswa. Apalagi di dunia bisnis UKM yang belum pernah kami alami
sebelumnya. Berikut ini kegiatan yang telah kami lakukan :
1) Melihat dan meninjau proses produksi pembuatan keripik dan dodol
2) Melakukan tanya jawab mengenai sejarah dan perkembangan perusahaan
3) Melihat dan mencatat informasi apa saja yang bisa kami peroleh dari
pemaparan pemilik UKM
4) Mengajarkan proses pembukuan sederhana yang bisa diterapkan dalam
perusahaan
5) Membantu menganalisis strategi pemasaran yang bisa membantu kelancaran
perusahaan
6) Membantu membuatkan pembukuan akuntansi
7) Membuat dokumentasi berupa foto sebagai bukti telah melakukan PPL.

3.3 Keberhasilan yang dicapai Mahasiswa dalam melakukan Praktek


Pengalaman Lapangan
Dalam kegiatan PPL ini mahasiswa dituntut untuk bisa memberikan kontribusi
yang nyata serta bermanfaat bagi perusahaan. Keberhasilan yang telah kami capai
antara lain :
1) Membuatkan jurnal umum dalam bentuk buku untuk digunakan sebagai
catatatan sehari-hari
2) Menjelaskan tentang fungsi pembukuan akuntansi
3) Membuatkan format laporan keuangan yakni Laporan Rugi/Laba, Laporan
Perubahan Modal, dan Neraca.
4) Menjelaskan tentang fungsi Laporan Keuangan
5) Memberikan saran tentang pentingnya pemisahan antara aktiva perushaan
dan aktiva pribadi

3.4 Kendala yang dihadapi

20
Didalam menjalani PPL ini, kami pernah menghadapi beberapa hambatan. Adapun
hambatan-hambatan yang kami hadapi selama mengikuti Praktik Pengalaman Lapangan
yaitu sebagai berikut :
Proses beradaptasi di lingkungan perusahaan adalah hambatan berikutnya karena
penulis harus menyesuaikan diri di lingkungan kerja.
Kurang sesuainya antara teori dan praktek yang diterima di universitas dengan
pelaksanaan atau praktek pekerjaan yang sesungguhnya di lapangan, sehingga
hasil yang dicapai kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
Banyaknya hal baru yang dihadapi dilapangan yang mungkin belum pernah di
berikan di universitas, jadi pada saat menghadapi hal baru tersebut kami belum
bisa memberikan yang sempurna untuk perusahaan.

Pemecahan Masalah :
Dalam menghadapi masalah yang ada kami melakukan beberapa metode untuk
menangani masalah tersebut,diantaranya :
Selalu bertanya pada pemilik atau pengelola UKM apabila kami mengalami
kesulitan masalah yang sekitarnya penulis belum dapat menyelesaikan masalah
tersebut sendiri.
Berusaha dan belajar agar kesulitan itu sedikit demi sedikit hilang.
Mencoba untuk lebih sering berkomunikasi dengan karyawan UKM.

BAB IV

21
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Usaha kecil menengah tersebar dari berbagai unit usaha layaknya pertanian,
perdagangan, dan industri pengolahan. Usaha kecil menengah dapat menginput data
bahwa jumlah usaha kecil sangat banyak, namun omzet yang dipadukan dari total
jumlah tidak sepadan dengan satu omzet perusahaan skala nasional.
Begitu pula dengan pengolahan keripik dan dodol, industri olahan ini
mempunyai prospek yang cukup menjanjikan mengingat kebutuhan akan makanan
cemilan yang tidak akan pernah surut. Type usaha kecil ini benar-benar sangat kuat serta
tahan banting pada krisis ekonomi sekalipun. Oleh karena itu, kita harus
mengembangkannya.
Namun kemajuan suatu perusahaan tidak akan lengkap tanpa sistem manajemen
yang baik yang akan menentukan kelangsungan perusahaan selanjutnya. Dari kedua
UKM yang telah kami kunjungi kami menemukan kasus yang hampir sama, yakni
kurangnya wawasan pelaku usaha tentang manajemen dan pembukuan akuntansi yang
baik. Keduanya masih menggunakan pembukuan yang sangat sederhana. Tentunya ini
akan menghambat pada kelancaran usaha yang menuntut adanya suatu laporan keuangan
yang bisa menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.

4.2 Saran
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM dan langkah-
langkah yang selama ini telah ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal
sebagai berikut:
1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain
dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
2. Bantuan Permodalan

22
Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang
tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu
melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan,
leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan
Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
3. Perlindungan Usaha
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha
golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu
melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling
menguntungkan (win-win solution).
4.Pengembangan Kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara
UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk
menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas
pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan
mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam
maupun luar negeri.

23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai