HMD
HMD
HMD
PENDAHULUAN
onsetnya akut, infiltrat bilateral yang difus pada foto toraks dan
bayi baru lahir disebut Hyaline membrane disease atau Penyakit Membran
Hialin. Acute Lung Injury (ALI) dan ARDS didiagnosis ketika bermanifestasi
Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline membrane disease
(HMD) adalah penyakit pernafasan akut yang diakibatkan oleh defisiensi surfaktan pada
neonatus preterm, yaitu neonatus yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Defisiensi surfaktan pada pulmo akan menyebabkan tingginya tegangan permukaan alveolar
sehingga pada saat akhir ekspirasi akan terjadi kolaps alveolar. Kolaps alveolar akan
mengakibatkan buruknya oksigenasi, hiperkarbia dan asidosis. Angka kejadian PMH pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar 60%-80%, pada usia
kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran 32-36 minggu
1
diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran hidup, yang artinya 4000 bayi mati
bayi tanpa keainan bawaan. Pada bayi kurang bulan (prematur) sering
Diagnosis penyakit membran hialin dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
klinis, pemeriksaan radiologis, dan analisis gas darah, sedangkan pemeriksaan uji kocok
cairan lambung (gastric aspirate shake test) digunakan untuk menilai maturitas pulmo dan
dengan foto polos toraks memiliki sensitivitas sebesar 89,1%, spesifisitas sebesar 86,9% dan
akurasi diagnostik sebesar 88,7% dalam mendiagnosis penyakit membran hialin, dimana
gambaran radiologis penyakit membran hialin pada foto polos toraks tergantung dari beratnya
2
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
Hialin
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat Nafas (SGP) tipe 1, yaitu gawat
napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat
pertama kehidupan.4
2.2 Epidemiologi
Kedaan ini merupakan penyebab tersering kematian pada bayi baru
terbalik dengan umur kehamilan dan bera badannya. PMH ini 60-80%
terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-
4
30% pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih
dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi
surfaktan paru. Surfaktan diproduksi oleh sel-sel epitel saluran napas yang disebut neumosyt
tipe II. Sel-sel epitel ini mulai timbul pada kehamilan 2224 minggu dan mulai mengeluarkan
surface active lipids pada kehamilan 24-26 minggu, mencapai maksimum pada kehamilan 35
minggu, mulai berfungsi pada kehamilan 3236 minggu. Sel ini sangat peka, jumlahnya akan
berkurang pada keadaan asfiksia selama masa perinatal, hipotermi dan penurunan pH darah.
Kematangan sel terpengaruh oleh keadaan fetal, hiperinsulinemia, stress intra uterin yang
kronik seperti hipertensi pada kehamilan, Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan
kehamilan kembar.
Surfaktan terdiri dari fosfolipid (90%), protein (10%) dengan komponen utama lesitin.
Lipo protein ini dilepas kesaluran napas (cairan paru) untuk mengendalikan ekspansi alveolus
pada tekanan fisiologik. Pada usia kehamilan 20 minggu sebenarnya surfaktan mulai
ditemukan di homogenat paru dalam konsentrasi tinggi tapi belum mencapai permukaan paru.
Surfaktan ditemukan dalam air ketuban pada usia kehamilan antara minggu ke 28 sampai 38.
dari esofagus. Pada 24 minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk epitel dan
kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe I dan II. Sejak saat ini pertukaran gas dapat
terjadi namun jarak antara kapiler dan rongga udara masih 2 -3 kali lebih lebar dibanding
5
pada dewasa. Setelah 30 minggu terjadi pembentukan bronkiolus terminal, dengan
mulai usia kehamilan 20 minggu tapi belum mencapai permukaan paru. Muncul pada
cairan amnion antara 28-32 minggu. Level yang matur baru muncul setelah 35 minggu
memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama ekspirasi. Selain itu
dapat pula mencegah edema paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi.
pula produksi fosfolipid dan penyimpanan nya pada sel alveolar tipe II. Protein
fosfolipid pada perbatasan udara-cairan di alveolus, dan ikut serta dalam proses
perombakan surfaktan.7
Gambar 2.1.
6
Surfaktan disintesa dari prekursor di retikulum endoplasma dan dikirim ke aparatus
surfaktan disusun menjadi struktur kompleks yang disebut mielin tubular. Mielin tubular
menciptakan fosfolipid yang menghasilkan materi yang melapisi perbatasan cairan dan
dan fosfolipid serta protein dibawa kembali ke sel tipe II, dalam bentuk vesikel-vesikel
kecil, melalui jalur spesifik yang melibatkan endosom dan di transportasikan untuk
Beberapa surfaktan juga dibawa oleh makrofag alveolar. Satu kali transit dari
fosfolipid melalui lumen alveoli biasanya membutuhkan beberapa jam. Fosfolipid dalam
lumen dibawa kembali ke sel tipe II dan digunakan kembali 10 kali sebelum didegradasi.
2.4.3 Patofisiologi
mempertahankan patensi alveoli, dan mencegah kolaps alveoli, khususnya pada akhir
ekspirasi. Perkembangan akhir jalan nafas neonatus terjadi pada masa kehamilan 27
minggu, namun otot-otot intercostae masih lemah dan pasokan udara ke dalam alveoli
serta kapiler masih belum matur. Defisiensi surfaktan menyebabkan tegangan permukaan
yang lebih tinggi. Alveoli paru tidak mampu mempertahankan patensinya dan mulai
kolaps. Saat alveoli kolaps, akan terjadi penurunan ventilasi dan hipoksia. Cedera paru dan
reaksi inflamasi yang diakibatkan menimbulkan edema dan pembengkakan pada ruang
7
interstitial sehingga pertukaran gas antara kapiler dan alveoli yang masih berfungsi akan
terganggu.
timbunan fibrin berwarna putih di dalam alveoli. Timbunan atau endapan tersebut,
selanjutnya akan menurunkan pertukaran gas dalam paru-paru dan mengurangi kelenturan
paru sehingga kerja pernafasan semakin bertambah berat. Penurunan ventilasi alveolar
paru. Vasokonstriksi pulmoner ini menyebabkan peningkatan volume dan tekanan dalam
jantung kanan sehingga aliran darah akan dipintas dari atrium kanan melalui foramen
ovale yang terbuka (paten) ke dalam atrium kiri. Peningkatan resistensi pulmoner juga
mengakibatkan darah kotor mengalir melalui duktus arteriosus dengan memintas (by
pass) daerah paru-paru sepenuhnya dan menyebabkan pintasan (shunt) dari kiri ke kanan.
Paru-paru bayi yang belum matur, sedangkan laju metabolik bayi juga mengalami
kenaikan mengakibatkan bayi harus menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan
ventilasi alveoli yang kolaps. Kondisi tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen dan
pernafasan dangkal dan cepat, sehingga awalnya akan terjadi alkalosis respiratorik karena
2.5Patologi
8
Paru nampak merah keunguan dengan konsistensi menyerupai liver. Secara mikroskopis,
terdapat atelektasis luas. Beberapa ductus alveolaris, alveoli dan bronchiolus respiratorius
dilapisi mebran kemerahan homogen atau granuler. Debris amnion, perdarahan intra-alveolar,
dan emfisema interstitial dapat ditemukan bila penderita telah mendapat ventilasi dengan
positive end expiratory pressure (PEEP). Karakteristik HMD jarang ditemukan pada
penderita yang meninggal kurang dari 6-8 hari sesudah lahir. Membran hyalin tidak
Ditandai dengan alveoli yang kolaps berselang-seling dengan alveoli yang mengalami
hiperaerasi, kongesti vaskuler, dan membran hyalin (fibrin, debris sel, eritrosit, netrofil dan
makrofag). Membran hyalin terlihat sebagai materi yang eosinifil dan amorf, membatasi atau
2.6Manifestasi Klinis
Bayi kurang bulan (Dubowitz atau New Ballard Score) disertai adanya takipneu
(>60x/menit), retraksi kostal, sianosis yang menetap atau progresif setelah 48-72 jam pertama
kehidupan, hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru, ronki halus inspiratoir.
Manifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat dinilai dengan APGAR score
(derajat asfiksia) dan Silverman Score. Bila nilai Silverman score > 7 berarti ada distress
nafas, namun ada juga yang menyatakan bila nilainya > 2 selama > 24 jam.
9
0 Sinkron - - - -
tanpa stetoskop
parenkim dan gambaran air bronchogram tampak lebih jelas di lobus kiri bawah karena
superimposisi dengan bayangan jantung. Awalnya gambaran rontgen normal, gambaran yang
10
Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas jantung.
Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas diafragma dan thymus. Gambaran
white lung.
11
Thoraks berbentuk seperti lonceng karena aerasi tidak adekuat ke seluruh bagian paru.
Volume paru berkurang, parenkim paru menunjukkan pola retikulogranular difus, serta
Gambaran retikulogranular lebih jelas dan terdistribusi secara uniform. Paru mengalami
12
Gambaran opak retikulogranuler pada kedua paru. Air bronchogram nyata, gambaran jantung
sukar dinilai. Terdapat area kistik di paru kanan, menunjukan alveoli yang berdilatasi atau
2.7.2 Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Hb, Ht dan gambaran darah tepi tidak
menunjukan tanda-tanda infeksi. Kultur darah tidak terdapat Streptokokus. Analisis gas darah
awalnya dapat ditemukan hipoksemia, dan pada keadaan lanjut ditemukan hipoksemia
2.7.3 Echocardiografi
Echocardiografi dilakukan untuk mendiagnosa PDA dan menentukan arah dan derajat
13
2.7.4 Tes kocok (Shake test)
Dari aspirat lambung dapat dilakukan tes kocok. Aspirat lambung diambil melalui
nasogastrik tube pada neonatus banyak 0,5 ml. Lalu tambahkan 0,5 ml alkohol 96 %,
dicampur di dalam tabung 4 ml, kemudian dikocok selama 15 detik dan didiamkan selama 15
menit. Pembacaan :
+1 : gelembung sangat kecil pada meniskus (< 1/3) 20 % resiko terjadi HMD
+3 : gelembung satu deret pada seluruh permukaan dan beberapa gelembung pada dua
deret
+4 : gelembung pada dua deret atau lebih pada seluruh permukaan neonatus matur
2.7.5 Amniosentesis
HMD, antara lain mengukur konsentrasi lesitin dari cairan amnion dengan melakukan
Dalam diagnosis banding, sepsis akibat Streptococcus grup B kurang bisa dibedakan dengan
HMD. Pada pneumonia yang muncul saat lahir, gambaran rontgen dada dapat identik dengan
14
HMD, namun ditemukan coccus gram positif dari aspirat lambung atau trakhea, dan apus
buffy coat. Tes urin untuk antigen streptococcus positif, serta adanya netropenia.
Takipnea sementara dapat disingkirkan karena gejala klinisnya pendek dan ringan.
Hiperaerasi adalah ciri khas TTN (kebalikan dari RDS hipoaerasi). Densitas
retikulogranular bilateral akan hilang bila diberi ventilasi, sementara pada RDS gambaran
15
Terlihat adanya air trapping, gambaran opak noduler kasar difus, serta area emfisema fokal.
Berbeda dengan gambaran opak granuler halus pada RDS. Paru-paru biasanya hiperaerasi.
Predisposisi Usia kehamilan Derajat Mulainya Hipoksemia Hipecapnea Respon Respon terhadap Suara
distress gejala terhadap O2 IPPV nafas
16
pneumonia Ibu mengalami Preterm ++/++++ Hari ++/++++ +/++ ++ Variabel, mungkin Turun
infeksi pertama / membaik crackles
Full term lebih
MAS Fetal distress Full term ++/+++ Sejak +/++++ +/+++ ++ Variabel, mungkin Crackles
lahir membaik
Post term Suara
bronkial
PPHN Asfiksia :MAS Full term ++/+++ Hari ++++ -/+ +/++++ Membaik disertai variabel
pertama hiperventilasi
Sepsis Memburuk dengan
tekanan berlebihan
Paru
hipoplastik
PBF turun ? Full term -/+ Hari ++/++++ - -/+ Tidak ada, normal
pertama memburuk dengan
Preterm tekanan berlebihan
2.9 Terapi
Terapi terutama ditujukan pada pertukaran O2 dan CO2 yang tidak adekuat di paru-paru,
asidosis metabolik dan kegagalan sirkulasi adalah manifestasi sekunder. Beratnya HMD akan
berkurang bila dilakukan penanganan dini pada bayi BBLR, terutama terapi asidosis,
17
Kebanyakan kasus HMD bersifat self-limiting, jadi tujuan terapi adalah untuk
hipotermia dengan menjaga suhu bayi sekitar 36,5-37,5 derajat Celcius di mana kebutuhan
Adrenalin 10 microgram /kg (0,1 mls/kg larutan 1 : 10.000) bila bradikardi persisten
setelah ventilasi dan kompresi yang adekuat. Dosis pertama dapat diberikan
intratrachea atau intravena, 1 dosis lagi diberikan intravena bila bayi tetap bradikardi,
dosis ketiga dapat diberikan sebesar 100 microgram/kg bila situasi sangat buruk.
Pemberian bicarbonat 4 mmol/kg merupakan setengah koreksi untuk defisit basa 20
Surfaktan dapat diberikan segera setelah bayi lahir (terapi profilaksis) atau beberapa
jam kemudian setelah diagnosa RDS ditegakkan (terapi penyelamatan). Terapi profilaksis
lebih efektif dibandingkan bila diberi beberapa jam kemudian. Bayi yang mendapat surfaktan
eksogen sebagai terapi profilaksis membutuhkan oksigen dan ventilasi mekanik lebih sedikit
18
disertai angka bertahan hidup yang lebih baik. Bayi yang lahir kurang dari 32 minggu
kehamilan harus diberi surfaktan saat lahir bila ia memerlukan intubasi. Terapi biasa dimulai
24 jam pertama kehidupan, melalui ETT tiap 12 jam untuk total 4 dosis. Pemberian 2 dosis
atau lebih memberikan hasil lebih baik dibanding dosis tunggal. Pantau radiologi, BGA, dan
pulse oxymetri.
Survanta
DPPC, 4 mL (100
Bovine lung
tripalmitin mg)/kg, Refrigerate
mince
SP (B<0.5%,> 1-4 doses q6h
Surfactant TA
Federal
Bovine lung 99% PL, 1%
Alveofact 45 mg/mL Republic of
lavage SP-B and SP-C
Germany
DPPC,
3 mL (105
tripalmitin,
Calf lung mg)/kg, 6 mL vials,
Infasurf SP (B290
lavage 1-4 doses, q6- refrigerate
g/mL, C360
12h
g/mL)
Calf lung
surfactant Sama seperti Infasurf
extract (CLSE)
19
mg)/kg
DPPC,
Surfaxan (KL4) Synthetic synthetic
peptide
70% DPPC,
Possibly
ALEC Synthetic 30%
discontinued
unsaturated PG
Kontraindikasi hypersensitivity
Interaksi -
Kehamilan ?
20
Perbaikan oksigenasi dapat terjadi setelah
pemberian, maka penurunan oksigen dan
tekanan ventilator disesuaikan dengan
analisa gas darah, monitor oksigenasi
sistemik untuk mencegah hiperoksia atau
hipoksia. Surfaktan dapat mengalami
reflux ke dalam ETT (karena itu
sebaiknya berikan secara cepat diikuti
positive pressure ventilation); monitor
denyut jantung dan tekanan darah, karena
ETT dapat mengalami oklusi, suction
ETT sebelum pemberian surfaktan.
Perdarahan paru dapat timbul pada bayi
sangat premature. Apnea dan sepsis
nosokomial dapat terjadi.
Kontraindikasi hypersensitivity
Interaksi -
21
Kehamilan ?
22
ET: 2.5 mL/kg (200 mg/kg); lalu 1.25
Dosis Anak mL/kg (100 mg/kg) dengan interval 12-h
prn dalam 2 dosis
Kontraindikasi hypersensitivity
Interaksi -
Kehamilan ?.
Kontraindikasi hypersensitivity
Interaksi -
Kehamilan ?
23
untuk instilasi ke dalam trakhea.
Surfaktan dapat mengalami reflux ke
dalam ETT (karena itu sebaiknya berikan
secara cepat diikuti positive pressure
ventilation); Karena ETT dapat
mengalami oklusi, suction ETT sebelum
pemberian surfaktan. Perdarahan paru
dapat muncul pada bayi
Kalori dan cairan diberikan secara intravena. Dalam 24 jam pertama berikan infus glukosa
10% dan cairan melalui vena perifer sebanyak 65-75 ml/kg/24 jam. Kemudian tambahkan
elektrolit, volume cairan ditingkatkan bertahap sampai 120-150 ml/kg/24 jam. Cairan yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya Patent Ductus Arteriosus (PDA). Pemberian nutrisi
oral dapat dimulai segera setelah bayi secara klinis stabil dan distres nafas mereda. ASI
adalah pilihan terbaik untuk nutrisi enteral yang minimal, serta dapt menurunkan insidensi
NEC.
2.9.8 Antibiotik
24
Pada kasus HMD berat dapat diberikan nitrit oxide per inhalasi (iNO). Nitrit oxide dapat
memperbaiki oksigenasi dengan cepat namun tidak memperbaiki hasil akhir pada bayi
iNO merupakan vasodilator pulmonal yang poten dan selektif (ekivalen dengan faktor
relaksasi dari endotel). Dosis inisial 6 -20 ppm dapat memperbaiki oksigenasi dan
menurunkan kebutuhan akan ECMO. Meski pemberian 40-80 ppm dikatakan aman, namun
pemberian jangka panjang dapat memberikan efek samping. Respon terhadap iNO dapat
berupa :
trapi, atau
respon awal baik disertai ketergantungan jangka panjang (akibat hipoplasia paru /
Efek samping iNO adalah methemoglobinemia. Hingga saat ini belum diketahui berapa lama
ECMO dilakukan bila pasien tidak memberikan respon terhadap O2 100%, ventilasi
mekanik dan obat-obatan. Perbedaan O2 antara arteri dan alveoli, PaCO2 PaO2 : 760 47
(setinggi permukaan laut) atau index oksigenasi (OI) dapat memprediksi mortalitas > 80 %. (9)
Indikasi ECMO
25
Beda alveoli dan arteri > 620 untuk 8-12 jam
OI > 40 yang tidak berespon terhadap iNO
Bayi yang mengalami gagal nafas hipoksemia karena HMD, aspirasi mekonium,
Komplikasi yang paling serius dari intubasi trachea adalah asfiksia akibat obstruksi yang
ditimbulkan pipa, henti jantung selama intubasi atau suctioning, dan kadang dapat terjadi
stenosis subglottis. Komplikasi lain meliputi perdarahan dari trauma selama intubasi,
tracheostomi, ulserasi nasal akibat tekanan pipa, penyempitan permanen rongga hidung
akibat kerusakan jaringan dan scar dari iritasi atau infeksi sekitar pipa, erosi palatum, avulsi
pita suara, ulkus laring, papiloma pita suara, dan edema laring, stridor atau suara serak yang
persisten.
Resiko dari kateterisasi arteri umbilikalis meliputi emboli vaskular, trombosis, spasme, dan
perforasi, nekrosis viscera abdominal baik akibat iskemia atau zat kimia. Infeksi, perdarahan,
Konstriksi dan penutupan duktus biasanya terjadi dalam 48 jam setelah lahir pada bayi term
26
Hemorrhagic Pulmonary Edema
Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)
PIE dapat terjadi simetris, asimetris atau terlokalisasi pada satu bagian paru. PIE yang
terletak di perifer dapat menimbulkan bleb subpleura yang bila pecar akan menimbulkan
pneumotoraks.
Kebocoran Udara
Infeksi
Infeksi dapat manifes sebagai kegagalan untuk membaik, perburukan mendadak, perubahan
Perdarahan intrakranial didapatkan pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi lebih tinggi
pada bayi RDS yang membutuhkan ventilasi mekanik. Ultrasound kepala dilakukan dalam
minggu pertama.
Perforasi spontan (tidak selalu merupakan bagian dari NEC) dapat muncul pada bayi dengan
Apnea
Anemia
Persistent Pulmonary Hipertension (PPHN) / Persistent Fetal Circulation
PPHN dapat terjadi pada bayi term dan posterm. Faktor predisposisinya antara lain asfiksia
saat lahir, pneumonia akibat aspirasi mekonium, sepsis onset dini, HMD, hipoglikemi,
polisitemia, ibu yang menggunakan AINS dengan konstriksi in utero dari Duktus Arteriosus,
27
dan adanya hipoplasia pulmo sebagai hasi dari hernia diafragmatika, kebocoran cairan
amnion, oligohidramnion atau efusi pleura. PPHN sering kali bersifat idiopatik.
Oksigen bersifat toksik bagi paru-paru, terutama bila diberikan dengan respirator tekanan
positif
Bayi dengan RDS dan PaO2 > 100 mmHg memiliki resiko terkena ROP, maka monitor PaO2
Gangguan neurologis
Terjadi pada + 10-70 % bayi, dan dikaitkan dengan usia kehamilan, tipe patologi intracranial,
2.11 Prognosis
Melakukan observasi intensif dan perhatian pada bayi baru lahir beresiko tinggi dengan
segera akan mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat HMD dan penyakit neonatus akut
lainnya. Hasil yang baik bergantung pada kemampuan dan pengalaman personel yang
menangani, unit rumah sakit yang dibentuk khusus, peralatan yang memadai, dan kurangnya
kmplikasi seperti asfiksia fetus atau bayi yang berat, perdarahan intrakranial, atau malformasi
28
Mortalitas dari bayi dengan berat lahir rendah yang dirujuk ke ICU menurun dengan pasti, 75
% dari bayi dengan berat <> 2.500 gr bertahan. Meski 85 90 % bayi yang selamat setelah
medapat bantuan respirasi dengan ventilator adalah normal, penampakan luar lebih baik pada
yang berta badannya > 1.500 gr, sekitar 80 % dari yang beratnya
29
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat Nafas (SGP) tipe 1, yaitu gawat
napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat
Surfaktan diproduksi oleh sel-sel epitel saluran napas yang disebut neumosyt tipe II. Sel-sel
epitel ini mulai timbul pada kehamilan 2224 minggu dan mulai mengeluarkan surface active
lipids pada kehamilan 24-26 minggu, mencapai maksimum pada kehamilan 35 minggu, mulai
berfungsi pada kehamilan 3236 minggu. Manifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat
dinilai dengan APGAR score (derajat asfiksia) dan Silverman Score. Bila nilai Silverman
score > 7 berarti ada distress nafas, namun ada juga yang menyatakan bila nilainya > 2
30
DAFTAR ISI
8. Farrel, P.M. and Zachman, R.D., 1980. Nelson of Pediatric Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta.
31