Ekologi Arsitektur
Ekologi Arsitektur
Ekologi Arsitektur
PENDAHULUAN
Ekologi Arsitektur 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip pengertian, sejarah dan elemen ekologi arsitektur ?
2. Apa yang dimaksud dengan setting dalam ekologi arsitektur?
3. Apa yang dimaksud dengan contexts dalam ekologi arsitektur?
4. Bagaimana penerapan setting dan contexts pada sebuah bangunan
villa?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui saja prinsip pengertian, sejarah dan elemen ekologi
arsitektur.
2. Untuk dapat mengetahui maksud dari setting
3. Untuk dapat mengetahui maksud dari contexts.
4. Untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan ekologi arsitektur
pada objek.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
- Menfaat makalah ini bagi penulis adalah dapat menambah ilmu
dan wawasan mengenai desain dengan alam yang kemudian dapat
dijadikan bekal dalam mendesain bangunan dan dapat
mempraktekkannya dalam mata kuliah Studio Perancangan
Arsitektur ataupun di dunia kerja.
2. Bagi Lembaga Universitas
- Menfaat penelitian ini bagi lembaga adalah dapat menjalankan
tugasnya dalam mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni
pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
3. Bagi Masyarakat
- Menfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah masyarakat dapat
memahami apa yang dimaksud desain dengan alam itu sendiri,
serta dapat dijadikan pertimbangan dalam membangun rumah
hunian.
Ekologi Arsitektur 2
1.5. Lokasi dan Waktu Observasi
Obyek observasi yang diangkat menjadi topik bahasan pada studi
kasus ini adalah villa dari bapak I Wayan Artha yang berada di jalan.
Survey dilakukan pada tanggal 9 Pebruari 2017.
Ekologi Arsitektur 3
BAB II
URAIAN TEORI
Ekologi Arsitektur 4
2.2 Definisi Ekologi Arsitektur Menurut Ahli
- Menurut Heinz Frick
Heinz Frick (1998) berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan
apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang
mengikat sebagai standar. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan
alam. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang
dan teknik bangunan. Oleh karena itu eko-arsitektur adalah istilah yang
menandung arti sangat luas.Menurut Heinz Frick ada beberapa prinsip bangunan
ekologis yang antara lain seperti :
- Penyesuaian bentuk bangunan terhadap lingkungan alam setempat
- Menghemat sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak
dapat diperbaharui
- Memelihara sumber lingkungan yaitu udara, air dan tanah.
- Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air) dan
limbah (air limbah dan sampah).
- Memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk
sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun
untuk utilitas banguna
Ekologi Arsitektur 5
2.3 Prinsip Ekologi dalam Perancangan Arsitektur
Ada 3 buah prinsip ekologi arsitektur yang sangat berpengaruh terhadap
bangunan ekologi yaitu:
1. Flutuasi (Flutuation)
Prinsip flutuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan
sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Dalam hal ini
bangunan harus dapat mencerminkan proses alami yang terjadi di lokasi dan tidak
menganggap suatu penyajian berasal dari proses melainkan proses benar-benar
dianggap sebagai proses. Flutuasi juga bertujuan agar manusia dapat merasakan
hubungan atau koneksi dengan kenyataan yang terjadi pada lokasi tersebut. Jadi,
flutuasi dapat diartikan bila seorang perancang akan membangun di suatu tempat,
perancang tersebut harus merancang bangunan tanpa merusak lahan sekitar.
2. Stratifikasi (Stratifiction)
Stratifikasi bermaksud untuk memunculkan interaksi dari perbedaan bagian-
bagian dan tingkat-tingkat, bermaksud untuk melihat interaksi antara bangunan
dan lingkungan sekitar.
3.Saling Ketergantungan ( Interdependence )
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah
hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi
tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara
bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan. Contoh
dsri prinsip misalkan pada suatu bangunan, kita dapat mengimbangi antara lahan
yang terbangun dan tidak terbangun (KDB) sehingga tidak semua lahan tertutup
dengan bangunan dan tidak menyebabkan air susah untuk masuk ke dalam tanah.
Maka dari itu prinsip saling ketergantungan dari masalah ini yatu bangunan tidak
akan merasa sesak dan panas karena tidak adanya lahan hijau, dan tanah pun juga
tidak akan mengalami kerusakan karena air masuk ke dalam tanah dengan lancar
dan tidak akan menyebabkan banjir.
Adapun ekologi arsitektur trdiri dari 4 unsur pokok yaitu udara, api, air dan
bumi.
Ekologi Arsitektur 6
(Dikutip dari Buku : Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto. 1998. Dasar-
Dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta: Kansius).
Ekologi Arsitektur 7
Pengetahuan lokal akan didapatkan dari perkembangan
budaya pada lingkungan sekitar tempat objek itu berada,
kumpulan unsur historis, dan pengetahuan lokal yang
mendasar bagai mana menjaga lingkunga sekitar.
3. Peraturan yang Berlaku di Tempatnya
Dalam merancang sebuah bangunan, tentunya pemerintah
akan memiliki aturan aturan yang difungsikan sebagai
batasan seorang perancang untuk merancang. Misal ada
peraturan untuk mengharuskan pemilik bangunan untuk
tetap memberikan ruang hijau dalam tapak bangunan yang
diatur dalam Perda (Peraturan Daerah)
Dalam perancangan bangunan, pemerintah daerah
sudah membuat aturan- aturan yang difungsikan
sebagai batasan dalam perancangan bangunan. Contoh
perda yang telah dikeluarkan yakni :
Ekologi Arsitektur 8
Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Bali yang masa berlakunya sampai dengan
Tahun 2010 sudah tidak sesuai lagi dengan kebijakan
tata ruang nasional sebagaimana diatur di dalam
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bali;
Peraturan tersebut mengharuskan pemilik bangunan untuk
tetap memberikan ruang alam dalam bentuk ruang hijau dalam
tapak bangunan.
(Dikutip dari : Lembaran Peraturan Daerah Provinsi Bali
Tahun 2009 Nomor 16).
2.4.2 Konteks
1. Pengertian Konteks
Konteks merupakan batasan yang berkaitan erat dengan lokasi
sebuah obyek arsitektural, karena arsitektur bisa didesain sesuai atau
tidak dengan konteks. Konteks penting karena pengguna rancangan
adalah mereka yang terelasikan oleh konteks arsitektural. Konteks
arsitektural bisa berarti sejarah, lokasi, arkeologi maupun ekologi
disekitar lokasi arsitektur. Konteks mendefinisikan hubungan antara
arsitektur dan lokasi serta waktu. Baik disadari ataupun tidak,
arsitektur memiliki hubungan dengan keseluruhan lingkungannya
serta selalu memberikan dampak. Arsitektur menjadi penting
menyangkut seberapa jauh perancang mengerti tentang hubungan
arsitektur dan lingkungannya, untuk mengerti konteks adalah langkah
awal dari sebuah desain.
Menurut Anthony C. Antoniades dalam buku Poetics of
Architecture: Kontekstual merupakan suatu hubungan antara
arsitektur dan sitenya, berkaitan dengan lingkungan sekitarnya
Ekologi Arsitektur 9
dengan memperhatikan kondisi bangunan sekitar, dimana
masyarakat, budaya, area, dan materialnya berasal dari tempat
arsitektur itu akan dibangun.
(Dikutip dan di translate dari Buku : Antoniades, Anthony C. Poetics
of Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold,
1992).
Ekologi Arsitektur 10
mendapatkan karakter yang bisa dihubungkan dengan lingkungan.
Saat ini metode perancangan yang di- ajarkan melalui dunia
akademis masuk melalui tunnel modern yang minim nilai- nilai
lokal, namun disaat yang sama arsitek dapat mengadaptasi konteks
lokal dalam karakter arsitektural.
c. Integrasi dengan infrastruktur dalam lingkungan
Menemukan integrasi dengan lingkungan menggunakan
material, bentuk dan elemen landskap yang memperhatikan
lokalitas, jalan-jalan tembusan dan jalan setapak, jalan raya dan
jalan kampung yang berkaitan dengan lokasi dan struktur arsitektur.
Dengan memperhatikan lebih detail bagaimana pencapaian ke arah
site, kemudian memperkirakan ulang saat bangunan sudah
terbangun agar selaras dengan infrastruktur yang ada.
Dalam mendesain arsitektur dengan konteks, sebaiknya
desain yang dihasilkan bisa merangsang tumbuhnya lingkungan
yang lebih baik, dimana akan membutuhkan apresiasi terhadap
kebiasaan hidup masyarakat lokal yang ditingkatkan. Komunitas
masyarakat dalam skala lokal selalu memiliki cara pandang
tertentu berkaitan dengan tradisi apabila masih dipegang teguh
ataupun sebagian. Pada masyarakat yang lebih modern tradisi lokal
kurang diperhatikan karena mengadopsi nilai-nilai yang lebih
universal.
Gambaran akan arsitektur lokal biasanya muncul dari tradisi
dan cara mem- bangun vernakular, dimana terdapat bahasa tertentu
untuk arsitektur lokal ini yang bisa diadaptasi baik sebagai
pelengkap ataupun keseluruhan konsep arsitektur yang kontekstual.
Arsitektur bisa didesain untuk melengkapi tradisi lokal yang ada
sehingga dapat melengkapi identitas budaya lokal. Namun
terkadang arsitektur tradisional bisa juga diteruskan dengan
mengangkat unsur lokal seperti material dan cara membangun, bisa
juga unsur lainnya seperti hierarki, bentukan, dan nilai filsafatnya.
Keseluruhannya masih bisa dikatakan sebagai konteks lokal apabila
Ekologi Arsitektur 11
masih memiliki karakter tertentu yang diteruskan meskipun
merupakan re-imaging.
Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam penentuan
kebijakan untuk menentukan desain arsitektur terutama bagi
bangunan publik / pemerintahan / konservasi cagar budaya.
Terlebih bagi arsitektur yang melayani banyak orang seperti
gedung pemerintahan, nilai lokal adalah kebanggaan yang
sebaiknya dan setidaknya menjadi sebuah tolak ukur akan
penghargaan terhadap budaya lokalnya sendiri. Masyarakat perlu
dimintai pertimbangan dalam keputusan desain agar dapat lebih
aspiratif, antara lain dengan cara mengumpulkan pendapat menjadi
sebuah saran bagi desain arsitektur yang akan dibuat.
Ekologi Arsitektur 12
-Peraturan dalam lahan
Konservasi
-Area konservasi
-bangunan konservasi
-monumen / peninggalan
-Arkeologi
-situs menarik
-obyek alam/ ekologis
-flora dan fauna yang dilindungi
area konservasi, cagar alam
kebijakan dan inisiatif lain.
- Petunjuk perencanaan
* framework
pengembangan
* Petunjuk mendesain
* peraturan penggunaan
lahan
-Perda yang relevan
-Peraturan untuk swasta lain
-inisiatif lokal
Ekologi Arsitektur 13
(Dikutip dari Jurnal : Probo Hindarto - Astudio Indonesia. 2011.
Arsitektur Konstektual dan Faktor Penentu Kebijakan).
LINGKUNGA NILAI
N KEARIFAN
IKLIM LOKAL
ALA
M
MANU
SIA ARSITEK
TUR
Ekologi Arsitektur 14
binatang dan lainya. Pengetahuan lokal juga berguna dalam
memberikan informasi-informasi yang spesifik tentang iklim, tumbuh
-tumbuhan, aliran air, binatang dan lainya Pengamatan aktivitas dari
komunitas lokal seperti para pembangun, peternak, petani, pedagang,
dan lain-lain merupakan rekaman yang penting dalam memberikan
solusi pada disain. Kumpulan-kumpulan histori dari orang-orang yang
pernah tinggal ditempat itu akan memberi gambaran yang kuat tentang
batasan beserta kemungkinannya dalam disain. Keberlanjutan
ditanamkan dalam proses - proses yang terjadi sejak dahulu kala dan itu
tidak selalu jelas dalam penampakan.
Desain ekologis tidak sekedar menutupi tempat yang diperoleh
melalui hati dan pikiran penduduk, tapi aplikasi desain sebagai kebutuhan
yang dapat dipenuhi atas potensi lansekap dan kemampuan yang terwujud
dalam sebuah komunitas. Sehingga desain yang ekologis didukung oleh :
orang yang mempunyai komitmen dan pengetahuan lokal yang tumbuh
ditempat itu. Pengetahuan lokal adalah prasyarat dalam usaha
menjaga/memelihara kebudayaan, berbagai biologis baik pada lingkungan
Tanpa pengetahuan lokal, tempat sebagai wilayah aktivitas budaya akan
terkikis.
Untuk lokal di Bali dikenal dengan adanya Arsitektur tradisional
bali yaitu Arsitektur tradisional sebagai bagian dari kebudayaan
kelahirannya dilatar belakangi oleh norma - norma agama, adat kebiasaan
setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Arsitektur Bali dapat
dikatakan adalah arsitektur yang dipertahankan dan berkembang di Bali,
yaitu:
-Arsitektur Kuno
-Arsitektur Tradisional Bali
-Arsitektur Non Tradisional yang bergaya Tradisional Bali
Ekologi Arsitektur 15
budaya masyarakat. Yang tercakup dalam bangunan yaitu kemam- puan
merancang, dan membangun. Mewujudkan seni bangunannya menurut
bermacam - macam prinsip seperti : bentuk, konstruksi, bahan, fungsi
dan keindahan Adapun pengertian arsitektur bali yaitu setiap bangunan
yang berdasarkan tattwa (falsafah) Agama Hindu.
Ekologi Arsitektur 16
ada di Bali sejak dahulu sejak bangunan bali mulai dibuat. Pengetahuan
yang bersifat ekologis dan tingkat perhatian yang dibutuhkan untuk
melakukan monitoring dan kontrol secara langsung mempunyai
keterbatasan dalam pengamatan. Management mengatur dan
meningkatkan peran serta masyarakat (community participatory) dalam
melakukan monitoring dan kontrol terhadap wilayahnya, hal ini sangat
membantu dan lebih efektif karena masyarakat sekitar lebih mengetahui
wilayahnya seperti apa.
Kompleksitas partisipasi pada semua tingkat untuk mengambil
keputusan secara bersama-sama. Diperlukan pertimbangan desain desain :
batas - batas ekosistem dan pemahaman manusia. Hal ini akan memberi
lahirnya bentuk-bentuk yang tepat dari pengetahuan lokal juga memberi
informasi pada proses perancangan, menyediakan tingkat kepekaan yang
tinggi serta ketepatannya.
Tanggung jawab arsitek terletak pada rancangan bangunan, yaitu ruang
tertutup untuk kegiatan manusia. Tetapi, bangunan tidak berada dalam
keterpencilan, mereka berada dalam konteks ruang, perilaku dan persepsi.
Perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata lingkungan buatan
manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan - kegiatan manusia
.Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang
berhubungan yaitu :
Konsep Ekologi Arsitektur merupakan paduan antara ilmu lingkungan
dan ilmu arsitektur yang berorientasi pada model pembangunan dengan
memperhatikan keseimbangan lingkungan alam dan lingkungan buatan.
(Dikutip dari Jurnal : Sri Yuliani. 2012. Paradigma Ekologi Arsitektur Sebagai
Metode Perancangan Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Surakarta.
Architecture Department, Faculty of Engineering Sebelas Maret University).
Ekologi Arsitektur 17
dibangun, struktur fisik dan pengaturan ruangnya serta pola - pola
perilaku sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik
tersebut.
(Dikutip dari Buku : Ir. Heinz Frick. 1996. Arsitektur dan Lingkungan.
Yogyakarta: Kansius)
Seringkali lingkungan buatan meliputi suatu pelanggaran
lingkungan alam yang disengaja. Umpamanya kota-kota meliputi
sistem infrastruktur yang meluas untuk air, tenaga, pengangkutan,
saluran pembuangan air hujan dan saniter, dsbnya. Konteks tapak dapat
digolongkan sebagai :
- exurban ( di luar pinggiran kota )
- suburban ( pinggiran kota )
- urban ( perkotaan )
Ekologi Arsitektur 18
mendesain bangunan ataupun kawasan sesuai dengan fungsi bangunan
tersebut dan dapat memberikan solusi terhadap lingkungan untuk
meminimalisir dampak-dampak negatif yang ada, baik itu terhadap
lingkungan alam maupun makhluk hidup.
Prinsip prinsip desain Setting dan konteks yang berhubungan dalam
merancang sebuah bangunan mencakup beberapa hal seperti :
1. Tata Letak Massa Bangunan dan aksesibilitasnya
Adalah tata letak adalah dimana bangunan tersebut berada dan
aksesibilitas yang berarti kemudahan pencapaian terhadap
bangunan tersebut, misal melalui jalan setapak dengan berjalan,
atau jalan besar dengan kendaraan
2. Ruang Luar dan Orientasi Massa
Adalah keadaan luar bangunan baik itu lingkungan alam (misal
vegetasi, view, iklim) dan lingkungan makhluk hidup (civitas)
di daerah tersebut. Jadi bangunan tersebut harus memikirkan
solusi dan penyesuaian terhadap lingkungannya.
Orientasi massa adalah pengaruh arah hadap bangunan
terhadap peredaran matahari, arah angin, dan arah view terbaik.
3. Tampilan dan Material Bahan
Adalah ketersesuaian tampilan bangunan terhadap lingkungan
dimana itu dibangun. Penting karena setiap daerah memiliki
peraturan masing masing misal di Bali tinggi maksimal
bangunan 15m dan menggunakan atap limasan ataupun
ornamen-ornamen Bali.
Untuk material bahan ada baiknya dalam mendesain bisa
memanfaatkan unsur unsur alam ataupun mencerminkan
dimana bangunan tersebut dibangun.
BAB III
KONDISI FOKUS
Ekologi Arsitektur 19
Villa ini berada di jalan Insinyur Sutami, Desa Kemenuh, Gianyar
merupakan villa dari bapak I Wayan Artha yang merupakan daerah yang
padat penduduk dimana hampir setiap petak tanah yang ada pada lokasi
tersebut sudah terbangun rumah hunian / bangunan yang lainnya.
Ekologi Arsitektur 20
(Gambar 3.3.1 Layout Plan)
Ekologi Arsitektur 21
(Gambar 3.4.2 Tampak Samping)
Gambar 3.2: Villa The Sawah Gambar 3.3 Villa The Sawah
sumber : dokumen pribadi sumber : dokumen pribadi
Ekologi Arsitektur 22
Gambar 3.34 Villa The Sawah Gambar 3.5 Villa The Sawah
sumber : dokumen pribadi sumber : dokumen pribadi
BAB IV
ANALISIS SESUAI FOKUS
Ekologi Arsitektur 23
Seperti yang dijelaskan di atas yang mana suatu bangunan,
lingkungan dan konteksnya sudah diatur sesuai dengan ketentuan dari
tempatnya berada. Dalam ekologi, setting dalam pemecahan-pemecahan
disain yang tumbuh dari tempat itu sendiri diatur berdasarkan budaya
tradisional, pengetahuan lokal, dan peraturan - peraturan yang berlaku di
tempatnya. Sedangkan Konteks merupakan batasan yang berkaitan erat
dengan lokasi sebuah obyek arsitektural, karena arsitektur bisa didesain
sesuai atau tidak dengan konteks. Konteks penting karena pengguna
rancangan adalah mereka yang terelasikan oleh konteks arsitektural.
Konteks arsitektural bisa berarti sejarah, lokasi, arkeologi maupun ekologi
disekitar lokasi arsitektur. Konteks mendefinisikan hubungan antara
arsitektur dan lokasi serta waktu. Baik disadari ataupun tidak, arsitektur
memiliki hubungan dengan keseluruhan lingkungannya serta selalu
memberikan dampak.
Ekologi Arsitektur 24
utama, hal ini untuk menanggulangi kemacetan, di sana juga terdapat
pedestrian sebagai jalan utuk orang yang mau memasuki site sehingga
sirkulasi tidak terganggu.
BAB V
Ekologi Arsitektur 25
PENUTUP
5.1 Kesimpulan :
Sesuai dengan materi ekologi arsitektur tentang setting dan konteks
yaitu Dimana lingkungan dan konteksnya sudah diatur sesuai dengan
ketentuan dari tempatnya berada. Dalam ekologi, setting dalam pemecahan
- pemecahan desain yang tumbuh dari tempat itu sendiri diatur
berdasarkan budaya tradisional, pengetahuan lokal, dan peraturan -
peraturan yang berlaku di tempatnya.
Dari hasil pengamatan objek studi yang diambil dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa acuan yang perlu diperhatikan dalam mendesain
meliputi memperkuat komunitas lokal, menciptakan arsitektur yang
berkarakter, memperhatikan potensi dalam site, integrasi dengan
infrastruktur dalam lingkungan, dan memiliki sebuah visi. Maka akan
tercipta suatu karya yang sesuai dengan konteks ekologi arsitektur.
5.2 Saran
Kemajuan teknologi saat ini sangat pesat dan banyak ditemukan
sesuatu terobosan baru dan arsitektur pun juga terkena imbasnya terutama
pada bahan bangunan yang sudah banyak ditemukan material dan bentuk
yang baru. Hal ini menyebabkan adanya persaingan antara arsitektur lokal
dan modern. Masyarakat biasanya lebih memilih sesuatu yang baru dan
murah, hal ini menyebabkan arsitektur lokal perlahan menjadi
ditinggalkan, khususnya di Bali arsitektur lokal masih lumayan diminati
dan agar nantinya tidak ditinggalkan ada baiknya kita tetap
memperhatikan setting dan konteks yaitu dimana bangunan itu didirikan
tetap memakai arsitektur khas maupun ornamen daerah tersebut agar
arsitektur lokal tetap bisa bertahan sampai generasi selanjutnya baik
karena ini adalah warisan leluhur kita juga merupakan ciri khas dari
daerah kita dan harusnya kita bangga memilikinya.
Ekologi Arsitektur 26
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Cowan, Stuart dan Sim Van der Ryn. 2007. Ecological Design: 10th Anniversary
Edition.
Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto. 1998. Dasar-Dasar Eko Arsitektur.
Yogyakarta: Kansius.
Ir. Heinz Frick. 1996. Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta: Kansius.
Sri Yuliani. 2012. Paradigma Ekologi Arsitektur Sebagai Metode Perancangan
Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Surakarta. Architecture
Department, Faculty of Engineering Sebelas Maret University.
Probo Hindarto. 2011. Arsitektur Konstektual dan Faktor Penentu Kebijakan.
Astudio Indonesia.
Putro Arif W. 2014. Arsitektur Lingkungan. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Pandanaran.
Internet :
https://www.finifio.wordpress.com
Ekologi Arsitektur 27