Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Kasus Bo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

BLIGHTED OVUM

Disusun Oleh :
dr. Uwais Qorni

Pembimbing :
dr. I Nyoman Suyasa Wijaya, Sp.OG

Rumah Sakit Umum Daerah Balangan


KALIMANTAN SELATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada
bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala
kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning
sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.
Sebuah Blighted Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran
yang terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted ovum
terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi
embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus Blighted Ovum
akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan dalam rahim memerlukan
tindakan medis.

Blighted Ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari
semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi sangat awal,
banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika mereka menderita
Blighted Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna,
dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap
tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan
otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon
HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan
menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin)
yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum.
Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan
pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan
memasuki usia 6 - 7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar
dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya
kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin.

Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan
setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Untuk itu penulis
mengangkat kasus Blighted Ovum agar supaya lebih mengenal tanda dan gejala serta lebih
dalam melakukan penatalaksanaan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
BAB II
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. E Nama suami : Tn. H
Usia : 29 tahun Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar Suku Bangsa : Banjar
Alamat : Kambiyain
No. CM : 095208

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dari ke ruang bersalin RSUD Balangan dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 5 hari SMRS. Darah yang keluar berwarna
merah segar disertai gumpalan, awalnya sedikit-sedikit (flek), namun 2 hari SMRS mulai
banyak dan bergumpal. Pasien mengatakan 3 kali mengganti pembalut per hari. Keluhan
mulas-mulas pada perut bawah(+). Keluhan keluar gumpalan daging disangkal. Keluhan
demam disangkal, keluhan pusing dan lemas(+). Pasien saat ini mengaku hamil anak ketiga
usia kehamilan sekitar 3 bulan. Pasien mengetahui kehamilan saat terlambat haid satu
bulan, kemudian memeriksakan urin dengan testpack hasilnya positif. Keluhan mual muntah
tidak dirasakan oleh pasien. Selain itu pasien mengatakan perutnya terasa membesar,
payudara membesar, menegang dan puting menghitam.
Riwayat Penyakit Dahulu: pasien juga mengatakan pernah 2x mengeluhkan keluhan yang
sama dan datang memeriksakan kehamilannya di RSUD balangan. Sebelumnya pasien juga
mengaku memiliki riwayat kehamilan diuar kandungan.

Riwayat Haid :
Menarche usia 13 tahun HPHT: 24 November 2016
Lama : 7 hari HPL : 31 Agustus 2017
Siklus : 28 hari
Riwayat Pernikahan :1x
Riwayat Obsetri
I. / 2800 gram / Lahir RS/ di Tolong Bidan / Spontan / Aterm / Hidup
II. 2013 / KET
III. Hamil ini
Riwayat ANC sewaktu hamil terakhir :3 kali di bidan, TT (-), USG 1x

Riwayat Kontrasepsi : kb suntik dan pil satu tahun yang lalu selama
satu tahun

Riwayat Gyn : kista (-), mioma (-), abortus (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi (+) yaitu ayah dan ibu, DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)

III. Pemeriksaan Fisik (18/2/2017)


Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan gizi : Baik
- Tanda-tanda vital : Tekanan darah = 120/80 mmHg
Nadi = 88 kali/menit
Pernapasan = 20kali/menit
Suhu = 37C
- Berat badan : 57 kg Tinggi badan : 159 cm

- Kepala : Normosefal, tidak teraba benjolan


- Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Pupil bulat, isokor, reflex cahaya +/+

-Thoraks :

a. Paru :
Inspeksi : Retraksi (-), bentuk simetris pada saat statis& dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan kiri sama kuat.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

b. Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Ictus cordis teraba, ICS V linea midclavicula
sinistra.

Perkusi :
Batas kiri : di ICS V, Linea midclaviculasinistra
Batas kanan : Sejajar ICS V, linea midsternal dekstra
Batas pinggang jantung : di ICS III linea
parasternalsinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-/-) gallop (-/-).

- Abdomen : status obstetrikus


- Anus dan genitalia : Tidak tampak adanya kelainan pada anus dan genitalia
- Ekstremitas : Akral teraba hangat, tidak terdapat edema pada kedua tungkai
- Neurologis : Tidak tampak adanya defisit neurologis

Status Obstetri
TFU : 3 jari diatas simphisis
Leopold : Ballotement (-)

Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding perut datar, lineanigra (-) striae
gravidarum (-) perdarahan flek-flek (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), TFU: 3 jari diatas simpisis pubis
Inspekulo : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Dalam
- Fluksus : (+)
- Flour albus : (-)
- Vulva uretra vagina : tidak ada kelainan, dinding vagina licin
- Portio : lunak, ostium uteri externa tertutup,nyeri tekan (-) penipisan (-)
- Corpus uteri : seukuran telur angsa
- Cavum douglas : tidak menonjol
- Adneksa parametrium :
kanan : tidak teraba massa
kiri : tidak teraba massa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal Pemeriksaan : 18/2/2017
HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL
Golongan Darah O
Hemoglobin 13,4 12 16 g / Dl
Hematokrit 40,5 37-47 %
Leukosit 10 4 .8 10.8 / L

Trombosit 381 (150 400).10^3 /


L
Masa Perdarahan / 02 min 00 sec 1-3
BT
Masa Pembukan / CT 08 min 15 sec 5-15

KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL


Glukosa Darah Sewaktu 95 70 115 mg/dL

IMUNOLOGI HASIL NILAI


NORMAL
HBsAg Negatif Negatif
Pemeriksaan USG (Tanggal 18 Februari 2017)
Kesan : GS (+) diameter 2,376cm,dinding ireguler , PF (-)

DIAGNOSIS KERJA
G3P1A1 H12-13 minggu dengan Blighted Ovum

Perencanaan:
Rencana terapi
IVFD RL 20 tpm
Misoprostol 2 tablet (SL) 06.00 (19/2/17)
Evaluasi 4 jam
Pro Kuretase 19/2/17 pukul 16.00
Inj. Ketorolac 30mg (ekstra)

EDUKASI
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya.

PROGNOSA
Ibu:
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Janin :
Ad vitam : malam
Ad functionam : malam

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien yang merasa hamil 3 bulan datang dengan keluhan
keluar darah melalui jalan lahir. Dari gejala tersebut dimungkinkan bahwa pasien
mengalami abortus. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG
mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti yang
ada.
Pada pemeriksaan USG terlihat kantung kehamilan tanpa massa intrauterin
didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau
kehamilan kosong dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada
pembentukan embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya
hingga terjadi abortus spontan atau telah dilakukan pemeriksaan USG.
Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan selanjutnya adalah
kuretase jaringan untuk menghentikan perdarahan, membersihkan sisa-sisa jaringan,
mencegah infeksi, sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya.
Perdarahan pada trimester pertama merupakan kasus yang
sering terjadi pada masa kehamilan. Perdarahan dapat terjadi pada
trimester pertama, perdarahan antepartum dan perdarahan post
partum. Perdarahan pada trimester pertama adalah pedarahan yang
terjadi dapat berupa abortus, kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa.
Dari status diatas bisa disimpulkan bahwa ibu ini mengalami
kehamilan anembrionik (Blighted ovum). Pada kasus ini, kami
menegakkan diagnosa dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesa di dapatkan :

1. keluar darah dari jalan lahir

2. perdarahan yang terjadi dimulai pada bulan pertama- kedua kehamilan

3. darah yang keluar berwarna merah segar disertai adanya gumpalan

4. darah yang keluar tidak disertai gelembung-gelembung

5. ibu merasakan nyeri saat darah keluar dari jalan lahir

6. ibu positif hamil tetapi terus terjadi perdarahan dan berulang

7. ibu juga mengaku sebelum dan sesudah hamil ibu sering demam

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :


1. tidak ada nyeri tekan, goyang pada daerah abdomen

2. tidak ada bunyi jantung

3. tidak teraba ada massa daerah suprasymfisis

4. fundus uteri tidak teraba

5. dilakukan pemeriksaan ginecologi, didapatkan perdarahan pervaginam, Pada


vagina touched : porsio tebal lembek, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri, kanalis
servikalis terbuka.

Dari hasil USG didapatkan terlihat kantong kehamilan tanpa struktur mudigah

Dari beberapa tahapan pemeriksaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


diagnosa pada kasus ini adalah kehamilan anembrionik (Blighted ovum), bukan Kehamilan
Ektopik maupun Mola Hidatidosa karena dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tidak ada yang mendukung ke arah kehamilan ektopik maupun mola hidatidosa
sehingga dapat dijadikan Diffrensial Diagnosa.

Kehamilan anembrionik (blighted ovum) adalah kehamilan patologik, dimana


mudigah tidak terbentuk sejak awal. Disamping mudigah, kantong kuning telur juga tidak
terbentuk.

Pada kasus kehamilan embrionik (blighted ovum) ini memang sering terjadi pada
masyarakat. Kehamilan embrionik sangat susah dideteksi tanpa menggunakan alat (USG)
karena kehamilannya hampir sama dengan kehamilan muda pada umumnya. Hanya pada
kehamilan ini terjadi tanda-tanda yang abnormal yaitu terjadi perdarahan dari jalan lahir,
sedikit demi sedikit dan terkadang banyak serta berulang pada trimester pertama kehamilan
yang tidak di jumpai pada kehamilan muda lainnya.3,4,5

Berdasar prosedur, ginekolog baru dapat menyimpulkan BO setelah usia kehamilan di


atas 7-8 minggu. Saat itu diameter kantong kehamilan sudah mencapai ukuran antara 2,5-3
cm. Sementara jika dilakukan USG saat usia kehamilan masih di bawah 8 minggu, dokter
belum dapat melihat pertumbuhan janin karena kantong kehamilan yang terbentuk masih
kecil. Pada layar USG, besar kemungkinan hanya terlihat lingkaran kantong janin saja. Lain
halnya jika USG dilakukan saat usia kehamilan 8 minggu dan hanya terlihat kantong
kehamilan saja tanpa janin di dalamnya, "Baru bisa dikatakan kehamilan tersebut kosong
alias blighted ovum." 3,4,5
Yang menjadi permasalahan, umumnya ibu tak tahu jika mengalami BO. Sebab, sejak
awal kehamilan berjalan dengan baik dan normal tanpa tanda- tanda kelainan. Kelainan
biasanya baru diketahui saat kehamilan memasuki pertengahan trimester pertama. "Saat
diperiksa, dokter tidak dapat mendeteksi denyut jantung janin atau tak melihat janin ketika
melakukan USG. Sayangnya, tak jarang ibu baru tahu dirinya mengalami kehamilan kosong
setelah timbul perdarahan. Padahal, perdarahan tersebut merupakan tahap awal terjadinya
keguguran.

Penyebab terjadinya blighted ovum adalah 60 % biasanya disebabkan oleh kelainan


kromosom dan gennya, dan 40 % disebabkan berbagai faktor. Seperti infeksi TORCH,
kelainan imunologi, dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol serta kelainan yang berasal
dari sel telur dan sperma. "Kendati bisa juga semuanya normal, hanya saja waktu proses
pembelahan kromosom dan gen terjadi translokasi." Padahal, semua ibu hamil pada dasarnya
berisiko mengalami abortus yang salah satu penyebabnya adalah kehamilan kosong tadi.

Berdasar teori risiko itulah, kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah
anak, kian besar pula peluang terjadi BO. Begitu pula ibu yang menggunakan program
kehamilan dibantu, tingkat abortusnya relatif lebih tinggi dibanding mereka yang hamil
spontan. 3,4,
Dari kasus diatas, ada beberapa yang tidak sesuai dengan teori yang di dapat, seperti :
1. Dari faktor usia (pasangan berumur) dan banyaknya anak usia ibu masih produktif
untuk hamil karena masih 29 tahun dan usia bapak 33 tahun tetapi sudah mengalami
kehamilan embrionik (blighted ovum)

2. Dari angka keguguran/ abortus ibu belum pernah mengalami keguguran namun
pernah mengalami KET (kehamilan ektopik terganggu)

3. Ibu yang menggunakan program kehamilan ibu mengaku tidak pernah


menggunakan program kehamilan.
Dapat disimpulkan, beberapa teori yang ada tidak sesuai dengan kenyataan yang
terjadi pada kasus ini, dikarenakan oleh beberapa faktor :
1. Dari sosial ekonomi pasien yang kurang baik,

2. Dari pendidikan ibu tidak memahami kondisi kesehatan dirinya sendiri, keluarga
dan keadaan lingkungan yang kurang baik.

3. Dari habituasi tidak ada kebiasaan pasien yang dapat mengganggu terjadinya
konsepsi, namun suami pasien memiliki kebiasaan merokok bisa mengganggu sel
sperma.

4. Dari keadaan kesehatan ibu sebelum dan selama hamil ibu sering demam. Hal ini bisa
diartikan bahwa ibu terkena infeksi dan bisa saja mempengaruhi kondisi kesehatan
ibu.

Penatalaksanaan :
Kehamilan anembrionik (blighted ovum) sebaiknya dilakukan tindakan evakuasi atau
kuretase. Hal tersebut dilakukan karena kehamilan sudah tak mungkin berkembang lagi.
Selain itu, untuk menghindari efek samping yang merugikan bila terjadi perdarahan.
Prognosis :
Dubia ad bonam bila dilakukan penatalaksanaan yang adekuat.
Planning :
1. Pola hidup sehat seperti menjaga kebersihan diri, lingkungan dan hindari
merokok serta menjaga pola makan.

2. Imunisasi TORCH

3. Melakukan pemeriksaan kromosom akan lebih baik untuk kehamilan


selanjutnya.

4. Sebaiknya sebelum merencanakan hamil kembali, "Sedapat mungkin sumber


penyebab keguguran tersebut dicari, sekaligus ditangani tuntas terlebih dahulu."

5. Pemeriksaan kehamilan secara rutin


TINJAUAN PUSTAKA
1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: Wiknjosastro
H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004; 302-312

2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, Hillard
PA: Novaks gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co, 2006;963-
979

3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG.
First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw-Hill;
2008:298-325

4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi 23. Jilid I. Jakarta: EGC; 2013.h. 226-46.
5. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu kesehatan reproduksi
obstetri patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 3004.h.1-9.
6. Benson RC, Martin L, Pernnoll. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
EGC;2008.h. 294-305.

7. Morgan G, Hamilton C. Obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009.h. 303.
8. Sanders RC, Winter TC. Clinical sonography. Edition 4. : Lippincott williams & wilkins;
2007.p. 395.

Anda mungkin juga menyukai