Makalah Budidaya Perairan (IKAN PATIN)
Makalah Budidaya Perairan (IKAN PATIN)
Makalah Budidaya Perairan (IKAN PATIN)
Bissmillahirrahmaaniraahiim
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Budidaya dan Peluang Usaha Benih Ikan Patin
(Pangasius Ham. Buch.) . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
budidaya perairan.
Dalam penyusunan makalh ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan,
kemampuan dan waktu. Namun demikian, penyusun berharap bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Maka dari itu diharapkan saran dan kritik yang
membangun guna memperbaiki dalam penyusunan makalah di masa yang datang.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu mengarahkan dan memotivasi
penyusun dalam penyusunan laporan ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
ii
a) Klasifikasi ...............................................................................................
a) Persiapan .................................................................................................
b) Pemeliharaan ...........................................................................................
10
10
11
11
11
12
12
13
A. Simpulan .......................................................................................................
13
B. Saran .............................................................................................................
13
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara non migas
yang cukup besar selain sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan sasaran
yang diharapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan
tahun 20052009, kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10 persen. Sasaran lain yang ingin
dicapai adalah total produksi perikanan sebanyak 9,7 juta ton, nilai ekspor
perikanan US$5 miliar, konsumsi ikan penduduk 32,29 kg/kapita/tahun, dan
penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24 juta orang.
Pemenuhan kebutuhan ikan di masa akan datang salah satunya adalah
melalui budidaya. Budidaya air tawar adalah salah satu subsektor perikanan
budidaya dan memiliki karakteristik yang cukup beragam dibandingkan dengan
subsektor perikanan budidaya laut dan budidaya air payau. Budidaya air tawar
terdiri dari empat jenis yaitu budidaya kolam, budidaya karamba, budidaya jaring
apung dan budidaya sawah.
Perkembangan budidaya air tawar terhadap lima komoditas utama yaitu
gurame, ikan mas, lele, nila dan patin menunjukkan tren positif selama lima tahun
terakhir. Ikan gurami yang merupakan ikan konsumsi air tawar yang harga jualnya
cukup tinggi, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 16,52 persen. Produksi
ikan patin meningkat cukup tinggi selama tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan
karena pasar ikan patin baik di dalam dan luar negeri sudah terbuka serta teknik
budidaya yang tidak rumit sehingga banyak bermunculan para pembudidaya patin
diberbagai daerah. Kenaikan rata-rata ikan patin selama lima tahun terakhir
sebesar 49,62 persen. Lonjakan produksi ikan patin tertinggi terjadi antara tahun
2007 ke 2008, yaitu dari 36.755 ton menjadi 102.021 ton.
Patin dan gurame, dua komoditas utama perikanan budidaya juga
berkembang di provinsi ini walaupun tidak sepesat perkembangan pada budidaya
ikan mas, ikan nila dan ikan lele. Sentra produksi ikan patin di Jawa Barat ada di
Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan sentra untuk
komoditas gurame, sentranya ada di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bogor. Dengan produksi ikan nila, ikan
1
mas dan ikan lelenya yang cukup besar, memang tidak dipungkiri jika Provinsi
Jawa Barat dikatakan sebagai jantung perikanan budidaya air tawar Indonesia.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki prospek yang
cukup potensial untuk mengembangkan produksi perikanan, karena Bogor
memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga cepat memicu ikan untuk
berkembang biak. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, perkembangan produksi ikan mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik budidaya ikan patin?
2. Bagaimana potensi pasar ikan patin?
3. Bagaimana dampak sosial dan lingkungan dari budidaya ikan patin?
4. Bagaimana kelayakan usaha dari budidaya ikan patin?
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Biologis
a) Klasifikasi
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
1. Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
2. Pangasius macronema
3. Pangasius micronemus
4. Pangasius nasutus
5. Pangasius nieuwenhuisii
b) Ciri-Ciri Dan Habitat
Hardjatmulia (1975) mengemukakan bahwa ikan patin berasal dari
negara Thailand dan masuk ke wilayah Bogor pada tahun 1975. Ikan patin
merupakan jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam golongan catfish,
yaitu ikan yang memiliki kumis dan antena. Ikan patin memiliki sifat
nocturnal (aktif pada malam hari) dan hidup di sungai-sungai. Di Indonesia
terdapat beberapa jenis ikan patin yang populer dan banyak dipelihara di
kolam budidaya, yaitu patin jambal, patin pasopati, dan patin siam. Ikan patin
siam biasa juga disebut patin Bangkok atau lele Bangkok. Sebutan ini muncul
tidak hanya ukurannya yang besar, tetapi juga berasal dari Bangkok. Ikan
patin dapat hidup baik pada derajat keasaman (pH) 5-9, kandungan oksigen
antara 3-6 ppm, kandungan CO2 9-20 ppm, alkalinitas 80-250 dan suhu
antara 28-30C (Khairuman dan Sudena D 2002)
Dalam soal rasa, daging ikan patin memiliki rasa yang khas. Dari
semua jenis ikan keluarga lele-lelean, rasa daging ikan patin termasuk enak.
Analisis kandungan gizi, nilai protein daging cukup tinggi yaitu mengandung
68,6 persen protein, kandungan lemak sekitar 5,85 persen
3
kegiatan
pemijahan
dilakukan,
hal
pertama
yang
langkah ini
sangat
Penyuntikan Hormon
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon
Penyuntikan
2.
Stripping
Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah stripping, proses
3.
Inseminasi Buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma
dengan larutan sodium 0,9 % dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu
ayam. Tujuan pencampuran larutan sodium ini adalah untuk mengencerkan
sperma agar telur dapat tercampur secara lebih merata. Setelah diaduk secara
merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah
pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya
rekat telur kemudian diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama
lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa
kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur
yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
4.
Pemanenan Larva
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva
Panen Larva
5.
Perawatan Larva
Pemeliharaan larva dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan dalam
ruangan tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan
yang dapat masuk kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan
larva dapat terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber,
bak semen maupun bak kayu, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/liter.
Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva
sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm bila terlalu
tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena
ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan
oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi.
Larva dipelihara selama empat hari, dimana larva ikan akan mencapai
ukuran 2 cm inchi setelah berumur 19 hari, larva ikan diberikan pakan artemia
dari umur 30 jam hingga empat hari. Frekwensi pemberian pakan berupa
artemia sebanyak lima kali dengan interval waktu empat jam sekali. Pada hari
kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi
enam kali dengan interval waktu empat jam sekali, hal ini dikarenakan pada
umur tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke empat
frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi lima kali dengan
interval waktu empat jam sekali. Setelah berumur lebih dari lima hari larva
diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera (tubifek), cacing sutera yang
diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran mulut larva
yang masih terlalu kecil.
Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 2930C, selama pemeliharaan larva dilakukan pembersihan sisa pakan dan feces
secara rutin, penambahan dan pergantian air dapat dilakukan setelah empat hari
pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap dua hari sekali atau
sesuai dengan kebutuhan.
c) Panen dan Pascapanen
8
1. Panen
Panen dilakukan setelah benih berukura 2 cm atau setelah berumur 21
hari. Kegiatan panen dilakukan dengan menggunakan alat berupa serokan. Ikan
disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian benih ikan
patin tersebut dikemas ke dalam kantong plastik. Benih yang akan dipacking
harus dipuasakan terlebih dahulu, bila benih tidak dipuasakan kemungkinan
besar benih akan mengalami stres dan memuntahkan makanan yang telah
dimakannya, sehingga kotoran dapat menurunkan kualitas air. Benih harus
dipuasakan sekitar 24 jam sebelum dipacking, benih ikan juga harus dalam
keadaan baik dan sehat agar tetap hidup sampai ke tempat tujuan.
Dalam kantong plastik ukuran 40 cm x 50 cm biasanya bisa
menampung 1.000 ekor benih ikan patin. Kantong tersebut diberi oksigen
sekitar 25 persen dari isi kantong. Untuk menjaga benih ikan patin tidak
berkumpul pada salah satu ujung kantong plastik, maka plastik-plastik tersebut
diikat dengan cara khusus. Kedua ujung plastik tersebut diikat kemudian
plastik tersebut dibalikkan dan dilapisi kembali dengan plastik yang lain,
sehingga satu kantong plastik wadah benih ikan patin terdiri dari dua plastik.
Untuk pengiriman diluar pulau Jawa biasanya menggunakan jasa pengiriman
kargo yang sebelumnya harus dikemas dengan menggunakan Styrofoam pada
tingkat pemeliharaan.
beberapa
aspek
yang harus
dipertimbangkan
dalam
Produk yang dihasilkan hanya satu jenis yaitu benih ikan patin.
2.
3.
4.
Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan, baik harga
input maupun harga output dari kegiatan pembenihan ikan patin.
5.
Kegiatan pembenihan ikan patin dilakukan enam kali dalam satu tahun.
Jumlah indukan patin yang digunakan 30 ekor betina dan 20 ekor jantan.
Berat masing-masing indukan sekitar 1,5 kg dan dapat menghasilkan
telur sebanyak 70000 per ekor induk betina.
6.
Harga jual benih ikan patin per ekor sebesar Rp 100,00 nilai ini
berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian.
7.
Daya tetas telur ikan patin sebesar 80 persen, tingkat mortalitas benih
yang baru menetas sekitar 10 persen.
10
8.
Perhitungan nilai sisa didapatkan dari nilai barang yang masih memiliki
umur ekonomis sedangkan umur proyek telah berakhir. Untuk harga
tanah diasumsikan sama dengan harga beli dengan harga jual pada akhir
umur proyek. Reinvestasi dilakukan ketika umur ekonomis telah habis.
9.
Biaya yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan patin terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada
tahun ke-0. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. .
b) Aspek Pasar
Menurut Nurmalina et al. 2009 mengemukakan bahwa aspek pasar dan
pemasaran mencoba mempelajari tentang :
1.
2.
Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal
dari impor. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan bagaimana
perkembangan dimasa yang akan datang.
3.
4.
5.
a. Aspek Sosial
Kegiatan pembenihan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk
sekitar lokasi pembenihan, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran
dan meningkatkan taraf pendapatan masyarakat di sekitar lokasi. Penyerapan
tenaga kerja tidak terlalu mempermasalahkah tingkat pendidikan akan tetapi
kemauan dari pekerja untuk belajar dan jujur terhadap perusahaan. Dilihat dari
aspek sosial, pengusahaan ikan patin layak untuk dijalankan karena kegiatan
usaha ini juga dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
b. Aspek Lingkungan
Usaha ini tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Hal
ini karena buangan atau limbah dari kegiatan usaha hanya berupa air bekas
pemijahan atau pemeliharaan benih yang dibuang kedalam selokan sehingga
air tersebut tidak mencemari lingkungan dan tidak merugikan masyarakat
sekitar. Dilihat dari aspek Lingkungan usaha pembenihan ikan patin Produsen
layak untuk dijalankan karena tidak menimbulkan limbah yang dapat
mengganggu lingkungan sekitar.
12
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari paparan dan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa usaha benih ikan
patin sangat profitable selain itu usaha ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan,
permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya akan sangat menguntungkan
apabila usaha ini dijalankan dalam skala besar.
Selain itu dilihat dari beberapa aspek, diantaranya Aspek Budidaya, Aspek
Ekonomi, Aspek Sosial dan Lingkungan, usaha ini memberikan dampak yang sangat
positif karena selain menguntungkan bagi produsen, usaha ini juga dapat membuka
lapangan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Dengan demikian
melalui usaha ini kita dapat membantu pemerintah dalam memberantas kemiskinan dan
pengangguran di tanah air. Usaha ini juga ramah akan lingkungan karena tidak
menghasilkan limbah yang merugikan bagi lingkungan.
Dilihat dari aspek budidaya usaha benih ikan patin sangat mudah dan tidak
membutuhkan tempat yang terlalu luas, sehingga dapat mempermudah dalam teknis
budidayanya, dan pemeliharaan dapat efektif. Akurium merupakan media pembenihan
yang sangat cocok dalam usaha ini, selain akan mempermudah monitoring, kebersihan
air pun akan dapat mudah dijaga dan diperhatikan.
B. Saran
Untuk menjalankan usaha ini kita perlu mencari target pemasaran benih ikan patin
yang kita produksi, hal ini untuk mempermudah proses pemasaran. Selain itu
kontinuitas produksi harus dijaga agar kebutuhan benih ikan patin konsumen akan
selalu terpenuhi. Maka dari itu perlu pengaturan dalam masa pembenihan ikan patin
tersebut. Perlu adanya kerja sama dengan pengusaha pembesaran ikan patin, hal ini
untuk mempermudah penjualan benih ikan patin yang di produksi.
13
Daftar Pustaka
Khairuman dan Susenda, D. 2002. Budi Daya Ikan Patin Secara Intensif. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Nurmalina R, Sarianti T, dan Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Buit
Design & Printing.
Disusun Oleh:
SONNA CAHYADI N
(125009005)
DESTRY DERIANI
(115009002)
YOGI SADARYADI
(115009033)
M. REZA UZAIRI
(115009020)
IRPAN LUTFI
(115009043)