Yugonostalgia
Yugonostalgia (bahasa Slovenia, bahasa Makedonia, dan bahasa Serbo-Kroasia: jugonostalgija, југоносталгија) adalah fenomena politik dan budaya yang terjadi di negara-negara bekas Yugoslavia, seperti Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, Montenegro, Makedonia Utara, Serbia, Kosovo, dan Slovenia. Istilah ini mengacu pada kerinduan akan masa lalu yang indah ketika negara-negara tersebut masih jadi satu, kesedihan akan perang yang meruntuhkannya, dan keinginan untuk bersatu kembali. Ekspresi yugonostalgia juga menggambarkan kesedihan akan kemenangan perpecahan dan nasionalisme atas cinta, persaudaraan, dan persatuan.
Sementara aspek antropologis dan sosiologisnya belum dipelajari secara ekstensif, istilah ini juga dapat digunakan secara negatif dan etnosentris untuk merendahkan seseorang dari etnis yang sama yang menyatakan simpati atau dukungan untuk Yugoslavia.[1]
Ekspresi yugonostalgia diungkapkan dalam bentuk musik, karya seni, film, pertunjukan teater, dan banyak tur bertema Yugoslavia di kota-kota utama bekas Yugoslavia. Gagasan yugonostalgia tidak bisa disamakan dengan yugoslavisme yang merupakan ideologi di balik penyatuan negara-negara Slavia Selatan. Kedua konsep tersebut memiliki beberapa kesamaan tetapi yugonostalgia merayakan masa-masa pra-1991 sedangkan yugoslavisme dan penyatuan Yugoslavia (sebagai cabang pan-Slavisme) adalah pemikiran yang menarik orang-orang yang lahir setelah pecahnya Yugoslavia yang merasa nasib mereka akan lebih baik jika penyatuan terjadi.
Menurut jajak pendapat Gallup tahun 2017, 81% orang Serbia berpikir bahwa pecahnya Yugoslavia merugikan negara mereka, sementara 77% orang Bosnia-Herzegovina dan 65% orang Makedonia setuju akan hal itu. Hanya 4% orang Serbia yang berpikir bahwa pecahnya Yugoslavia bermanfaat, sementara hanya 6% orang Bosnia dan 15% orang Montenegro juga berpandangan demikian. Di Kroasia, 55% responden melihat perpisahan itu menguntungkan dan hanya 23% yang menganggapnya merugikan. Di Slovenia, 41% memandangnya positif sementara 45% memandangnya negatif. Responden terbanyak yang menyambut baik pecahnya Yugoslavia adalah orang Kosovo yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008, di mana 75% menyatakan perpecahan itu berdampak baik dan hanya 10% yang menyesalinya.[2]
Makna positif
[sunting | sunting sumber]Dalam arti positif, yugonostalgia mengacu pada ikatan emosional dengan Republik Federal Sosialis Yugoslavia. Hal ini mencerminkan kerinduan akan keamanan, ekonomi, solidaritas, ideologi sosialis, multikulturalisme, internasionalisme dan netralitas, sejarah, tradisi, dan kehidupan yang lebih baik.[3] Para pendukung yugonostalgia menganggap bahwa perpisahan membawa bencana di negara-negara penerus, yang banyak di antaranya masih terbebani oleh dampak perang Yugoslavia dan terjebak dalam berbagai tahap transisi ekonomi dan politik. Bencana-bencana tersebut terdapat dalam berbagai bentuk, seperti parokialisme, jingoisme, korupsi dalam politik dan bisnis, hilangnya keamanan sosial, kesulitan ekonomi, ketimpangan pendapatan, tingkat kejahatan yang meningkat, serta kacaunya administrasi dan lembaga negara.[1]
Perasaan negatif
[sunting | sunting sumber]Dalam arti negatif, julukan tersebut digunakan oleh para pendukung rezim baru pasca-pembubaran untuk menilai para pengkritik mereka sebagai anakronistik, tidak realistis, tidak cinta tanah air, dan berpotensi berkhianat. Secara khusus, selama dan setelah perang Yugoslavia, kata tersebut digunakan oleh pejabat negara dan media dari negara penerus untuk melawan kritik dan menangkis lawan politik tertentu. Bahkan, ada anggapan bahwa istilah yugonostalgia pada mulanya dibuat untuk tujuan ini, muncul sebagai label untuk merendahkan lawan politik oleh media-media yang dikendalikan pemerintah, misalnya di Kroasia, segera setelah bubarnya SFRY.[4]
Menurut Dubravka Ugrešić, istilah yugnostalgia digunakan untuk mencela "musuh masyarakat" dan "pengkhianat".[5][6]
Modern
[sunting | sunting sumber]Yugonostalgia mulai bangkit di negara-negara bekas Yugoslavia.[7] Di Vojvodina (provinsi di utara Serbia), seseorang mendirikan Yugoland, sebuah tempat yang didedikasikan untuk Tito dan Yugoslavia.[8][9] Warga dari negara-negara bekas Yugoslavia melakukan perjalanan jauh untuk merayakan kehidupan Tito dan negara Yugoslavia.[10]
Di Kroasia, "Aliansi Yugoslavia" (Savez Jugoslavena) didirikan pada 2010 di Zagreb, sebagai perkumpulan yang bertujuan untuk menyatukan etnis Yugoslav di Kroasia, terlepas dari agama, jenis kelamin, politik, atau pandangan lainnya.[11] Tujuan utamanya adalah menuntut pengakuan resmi etnis Yugoslavia di seluruh negara penerus Yugoslavia: Kroasia, Slovenia, Serbia, Makedonia Utara, Bosnia-Herzegovina, dan Montenegro.[12]
Organisasi lain yang mendukung Yugoslavia adalah asosiasi "Yugoslavia Kami" (Udruženje "Naša Jugoslavija") yang didirikan pada 30 Juli 2009,[13] dan berpusat di Pula, Kroasia.[14] Asosiasi yang sudah terdaftar secara resmi ini[15] memiliki anggota yang tersebar di Rijeka, Zagreb dan Pula.[16] Tujuan utamanya adalah mempererat hubungan di antara negara-negara penerus Yugoslavia. Organisasi ini juga aktif di Bosnia dan Herzegovina, namun, pendaftaran resminya ditolak oleh otoritas Bosnia.[15]
Organisasi Yugoslavia yang paling terkenal di Montenegro adalah "Konsulat Jenderal RFSY" yang bermarkas di kota pesisir Tivat. Menjelang sensus penduduk tahun 2011, Marko Perković, presiden organisasi ini meminta etnis Yugoslav di Montenegro untuk menyebut identitas etnis mereka pada sensus yang akan datang.[17]
Penyatuan Yugoslavia
[sunting | sunting sumber]Reunifikasi Yugoslavia mengacu pada gagasan penyatuan kembali beberapa atau semua bekas republik Yugoslavia. Meski seruan seperti itu terus bergema di seluruh bekas wilayah, para pendukungnya pasrah dengan anggapan bahwa negara seperti itu tidak mungkin berhasil karena rezim penerus telah memperkuat komitmen mereka untuk independensi setelah Yugoslavia bubar dan masing-masing negara bagian memilih jalannya sendiri.[18]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Nicole Lindstrom, Review essay on: "Yugonostalgia: Restorative and Reflective Nostalgia in Former Yugoslavia."" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-02-11. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ "Many in Balkans Still See More Harm From Yugoslavia Breakup". Gallup.
- ^ Brenda Luthar and Marusa Puznik, Remembering Utopia: The Culture of Everyday Life in Socialist Yugoslavia. Washington, DC: New Academia Publishing, 2010
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2021-08-11.
- ^ Ugrešić, Dubravka (1998). The Culture of Lies: Antipolitical Essays. Pennsylvania State University Press. hlm. 231. ISBN 0-271-01847-X.
- ^ Müller, Jan-Werner (2002). Memory and Power in Post-War Europe: Studies in the Presence of the Past. Cambridge University Press. hlm. 12. ISBN 0-521-00070-X.
- ^ Telegraph (29 Desember 2007). "Many in Slovenia yearn for old Yugoslavia". The Daily Telegraph. London.
- ^ https://www.youtube.com/watch?v=MRASojQfNWI
- ^ BBC (10 Mei 2004). "Nostalgic Yugoslav re-creates land of Tito". BBC News.
- ^ BBC (23 Mei 2008). "Ex-Yugoslavs pine for unity and dignity". BBC News.
- ^ U Zagrebu osnovan Savez Jugoslavena Diarsipkan 2012-08-21 di Wayback Machine. (in Croatian). Jutarnji list. Portal Jutarnji.hr; 23 Maret 2010
- ^ U Zagrebu osnovan Savez Jugoslavena: Imamo pravo na očuvanje baštine Jugoslavije (in Croatian). Index.hr. L.J.; 23 Maret 2010
- ^ Osnovano udruženje "Naša Jugoslavija" u Puli (in Serbian). Radio Televisi Vojvodina. Tanjug; 30 Juli 2009
- ^ Udruženje "Naša Jugoslavija" osniva Klubove Jugoslavena Diarsipkan 2012-04-01 di Wayback Machine. (dalam bahasa Kroasia). Dubrovački vjesnik. Silvana Fable; 25 Juli 2010
- ^ a b Yugoslavs in the twenty-first century: ‘erased’ people openDemocracy.net. Anes Makul and Heather McRobie; 17 Februari 2011
- ^ "Naša Jugoslavija" širi se Hrvatskom (dalam bahasa Serbia). Vesti online. Novi list; 27 Juli 2010
- ^ Perković pozvao Crnogorce da se izjasne i kao Jugosloveni Diarsipkan 5 April 2011 di Wayback Machine. (in Serbian). Srbijanet. 03-03-2011
- ^ Bilefsky, Dan (30 Januari 2008). "Oh, Yugoslavia! How They Long for Your Firm Embrace". The New York Times.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Halligan, Benjamin: "Idylls of Socialism: The Sarajevo Documentary School and the Problem of the Bosnian Sub-proletariat". In Studies in Eastern European Cinema (Autumn 2010). (http://usir.salford.ac.uk/11571/3/visualrecollectivisationpostcopyedit.pdf)[pranala nonaktif permanen]
- Breda Luthar; Maruša Pušnik (2010). Remembering Utopia: The Culture of Everyday Life in Socialist Yugoslavia. New Academia Publishing, LLC. ISBN 978-0-9844062-3-4.
- Trovesi, Andrea: L'enciclopedia della Jugonostalgija. In Banchelli, Eva: Taste the East: Linguaggi e forme dell'Ostalgie, Sestante Edizioni, Bergamo 2006, ISBN 88-87445-92-3, p. .
- Djokić, Dejan (2003). Yugoslavism: Histories of a Failed Idea, 1918-1992. C. Hurst & Co. Publishers. ISBN 978-1-85065-663-0.
- Volcic, Zala, "Yugo-Nostalgia: Cultural Memory and Media in the Former Yugoslavia," Critical Studies in Media Communication, Volume 24, Number 1, Maret 2007: 257-274
- Kristen R. Ghodsee, "Red Nostalgia? Communism, Women's Emancipation, and Economic Transformation in Bulgaria."
- Bošković, Aleksandar (2013). "Yugonostalgia and Yugoslav Cultural Memory: Lexicon of Yu Mythology". Slavic Review. 72 (1): 54–78. doi:10.5612/slavicreview.72.1.0054.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- The Independent (1 Maret 2008). "Bringing back Tito". London.
- NPR (9 Oktober 2006). "'Yugonostalgia' Takes Hold in Slovenia".