Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Pascakolonialisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ibu Pertiwi bersama anak-anak kolonialnya yang manja. (William-Adolphe Bouguereau, 1883)

Pascakolonialisme atau studi pascakolonial adalah disiplin akademik dengan metode diskursus intelektual yang mempelajari, menjelaskan, dan menilai warisan budaya kolonialisme dan imperialisme serta dampak kemanusiaan dari penjajahan suatu negara dan permukiman pendatang yang bertujuan memanfaatkan penduduk pribumi dan tanahnya. Diturunkan dari aliran pascamodernisme, studi pascakolonial menganalisis politik pengetahuan (penciptaan, pengendalian, dan penyebaran) dengan mempelajari hubungan fungsional kekuasaan sosial dan politik yang memungkinkan kolonialisme dan neokolonialisme bertahan—persoalan gambaran penjajah dan terjajah (sosial, politik, budaya).

Sebagai genre dari sejarah kontemporer, pascakolonialisme mempertanyakan dan menemukan kembali mode-mode persepsi budaya—cara memandang dan dipandang. Dalam antropologi, pascakolonialisme mempelajari hubungan manusia di negara-negara kolonial dan masyarakat subaltern yang dieksploitasi oleh pemerintahan kolonial.[1] Dalam teori kritis, pascakolonialisme memaparkan, menjelaskan, dan menggambarkan ideologi dan praksis neokolonialisme dengan mengambil contoh dari ilmu-ilmu humaniora—sejarah, dan ilmu politik, filsafat dan teori Marxis, sosiologi, antropologi, dan geografi manusia; perfilman, agama, dan teologi; feminisme, ilmu bahasa, dan sastra pascakolonial, dengan genre anti-penjajahan yang memaparkan kisah-kisah penaklukan orang-orang subaltern pada masa kolonial.

Sebagai suatu epistemologi (studi pengetahuan, sifatnya, dan ketersahkannya), etika (filsafat moral), dan politik (urusan kewarganegaraan), bidang pascakolonialisme menangani politik pengetahuan—permasalahan yang mencakup identitas pascakolonial sebuah bangsa yang mengalami dekolonisasi yang berasal dari: (i) penciptaan pengetahuan budaya tentang bangsa terjajah oleh bangsa penjajah; dan (ii) bagaimana pengetahuan budaya Barat digunakan untuk menundukkan bangsa non-Eropa agar bisa dijadikan koloni negara induk Eropa yang diberlakukan setelah serangan awal lewat identitas budaya "penjajah" dan "terjajah".

Identitas pascakolonial

[sunting | sunting sumber]

Bangsa yang didekolonisasi memiliki identitas pascakolonial yang didapat dari interaksi budaya dengan berbagai macam identitas (budaya, bangsa, etnis) dan hubungan sosial seks, kelas, dan kasta; ditentukan oleh gender dan ras orang terjajah; dan rasisme yang tertanam dalam struktur masyarakat kolonial. Dalam sastra pascakolonial, sikap anti-penjajahannya mempelajari politik identitas yang menjadi sudut pandang sosial dan budaya para penduduk kolonial subaltern—pemberontakannya yang kreatif terhadap kebudayaan penjajah; bagaimana pemberontakan budaya mengganggu pembentukan masyarakat kolonial; bagaimana penjajah mengembangkan identitas pascakolonialnya; dan bagaimana neokolonialisme menggunakan hubungan sosial biner Kami-dan-Mereka untuk memahami bahwa dunia non-Barat dihuni oleh Orang Lain (The Other).

Diskursus kehomogenan geopolitik dalam neokolonialisme menggabungkan bangsa dekolonial, kebudayaannya, dan negaranya dengan tempat khayalan seperti "Dunia Ketiga", sebuah istilah berlebihan yang biasanya mencakup benua dan lautan, i.e. Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Oseania. Kritik pascakolonial mempelajari diskursus neokolonialisme yang membenarkan diri sendiri serta fungsi istilah-istilahnya yang berlebihan (secara filosofis atau politis) untuk menentukan kekurangan konsep-konsep homogen (misalnya "bangsa Arab", "Dunia Pertama", "Dunia Kristen", dan "Dunia Islam") yang sebenarnya terdiri dari bangsa, kebudayaan, dan geografi yang heterogen, dan fakta bahwa penggambaran realistis bangsa, tempat, dan benda di dunia membutuhkan istiilah yang lebih beragam dan akurat.[2]

Literatur pascakolonialisme

[sunting | sunting sumber]
Karya perintis
Karya penting
  • The Myth of the Lazy Native (1977), oleh Syed Hussein Alatas.
  • Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism (1983, 1991), oleh Benedict Anderson. London: Verso. ISBN 0-86091-329-5.
  • Coexisting Contemporary Civilizations, oleh G. Ankerl. Geneva INU PRESS; 2000 ISBN 2-88155-004-5.
  • The Empire Writes Back: Theory and Practice in Post-Colonial Literature (1990), oleh B. Ashcroft.
  • The Post-Colonial Studies Reader (1995), B. Ashcroft, G. Griffiths, and T. Tiffin, Eds. London: Routledge ISBN 0-415-09621-9.
  • Key Concepts in Post-Colonial Studies (1998), B. Ashcroft, G. Griffiths, and T. Tiffin, Eds. London: Routledge.
  • L'eurocentrisme (Eurocentrism, 1988), oleh Samir Amin.
  • The Heathen in his Blindness. . ." Asia, the West, and the Dynamic of Religion. (1994, 2005), oleh S. N. Balagangadhara. ISBN 90-04-09943-3.
  • The Location of Culture (1994), H.K. Bhabha.
  • ‘’Cahiers du CEDREF’’ on ‘’Decolonial Feminist and Queer Theories’’ (2012), oleh Paola Bachetta.
  • The Post-Colonial Question (1996), I. Chambers and L. Curti, Eds. Routledge.
  • Nation and Its Fragments: Colonial and Postcolonial Histories, P. Chatterjee, Princeton University Press.
  • Iran: A People Interrupted (2007), oleh Hamid Dabashi.
  • At the Risk of Being Heard: Indigenous Rights, Identity, and Postcolonial States (2003), B. Dean and J. Levi, Eds. University of Michigan Press. ISBN 0-472-06736-2.
  • Postcolonial Theory: A Critical Introduction (1998), oleh Leela Gandhi, Columbia University Press: ISBN 0-231-11273-4.
  • "Postkolonial Theorie. Eine kritische Einführung" (Postcolonial Theory: A Critical Enquiry, 2005), oleh N. Dhawan.
  • Colonialism is Doomed, oleh Ernesto Guevara.
  • The Commonwealth, Comparative Literature and the World: Two Lectures (1998), oleh Alamgir Hashmi. Islamabad: Gulmohar.
  • Postcolonial Theory and the Arab-Israeli Conflict (2008), Ph. C. Salzman and D. Robinson Divine, Eds. Routledge.
  • African Philosophy: Myth & Reality (1983), Paulin J. Hountondji.
  • Manichean Aesthetics: The Politics of Literature in Colonial Africa (1988), A. JanMohamed.
  • Inventing Ireland (1995), oleh Declan Kiberd.
  • Imperialism, the Highest Stage of Capitalism" (1916), oleh Lenin.
  • Prospero and Caliban, the Psychology of Colonization Octave Mannoni and P. Powesland.
  • The Intimate Enemy: Loss and Recovery of Self Under Colonialism (1983), oleh Ashis Nandy.
  • Traditions, Tyranny, and Utopias: Essays in the Politics of Awareness (1987), oleh Ashis Nandy.
  • On the Postcolony (2000), oleh Achille Mbembe. The Regents of the University of California.
  • "The Angel of Progress: Pitfalls of the Term 'Postcolonialism' " (1994), oleh Anne McClintock, in Colonial Discourse/Postcolonial Theory (1994), M. Baker, P. Hulme, and M. Iverson, Eds.
  • Beginning Postcolonialism (2010), oleh J. McLeod, second edition, Manchester University Press.
  • The Idea of Latin América" (2005), oleh Walter Mignolo.
  • Local Histories/Global designs: Coloniality (1999), oleh Walter Mignolo.
  • ** "New Orientations:Post Colonial Literature in English" by Jaydeep Sarangi, Authorspress,New Delhi
  • Infinite Layers/Third World? (1989), oleh Trinh T. Minh-ha.
  • Under Western Eyes (1986), oleh Chandra Talpade Mohanty.
  • The Invention of Africa (1988), oleh V. Y. Mudimbe.
  • Dislocating Cultures (1997), oleh Uma Narayan.
  • Contesting Cultures(1997), oleh Uma Narayan.
  • "The Postcolonial Ghetto" (2010), oleh L Paperson.
  • Delusions and Discoveries (1983), B. Parry.
  • The Disappointed Bridge: Ireland and the Post-Colonial World (2014), oleh Richard Pine
  • Prem Poddar and David Johnson, ed. (2008). A Historical Companion to Postcolonial Literatures in English. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-3602-0. 
  • Postcolonial Student: Learning the Ethics of Global Solidarity in an English Classroom, oleh Masood Ashraf Raja.
  • "Coloniality and Modernity/Rationality" (1991), in Globalizations and Modernities (1999), oleh Aníbal Quijano.
  • "Calibán: Apuntes sobre la cultura de Nuestra América" (Caliban: Notes About the Culture of Our America, 1971), in Calibán and Other Essays (1989), oleh Roberto Fernández Retamar
  • Culture and Imperialism (1993), oleh Edward W. Saïd [3]
  • Feminism and Nationalism in the Third World (1986), oleh Kumari Jayawardena.
  • Can the Subaltern Speak? (1988), oleh Gayatri Chakravorty Spivak.
  • The Postcolonial Critic (1990), oleh Gayatri Chakravorty Spivak.
  • Selected Subaltern Studies (1988), oleh Gayatri Chakravorty Spivak.
  • A Critique of Postcolonial Reason: Towards a History of the Vanishing Present (1999), oleh Gayatri Chakravorty Spivak.
  • Decolonising the Mind: The Politics of Language in African Literature (1986), oleh Ngũgĩ wa Thiong'o.
  • White Mythologies: Writing History and the West (1990), oleh Robert J.C. Young. [4]
  • Colonial Desire: Hybridity in Theory, Culture and Race (1995), oleh Robert J.C. Young.
  • Postcolonialism: An Historical Introduction (2001), oleh Robert J.C. Young.
  • "Presentations of Postcolonialism: New Orientations" (2007),Jaydeep Sarangi,Authorspress,New Delhi

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Fischer-Tiné 2011, § Lead; Quayson 2000, hlm. 2-.
  2. ^ Sharp, J. (2008). "Chapter 6, "Can the Subaltern Speak?"". Geographies of Postcolonialism. SAGE Publications. 
  3. ^ Quayson 2000, hlm. 4.
  4. ^ Quayson 2000, hlm. 3.

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]