Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Damang Batu, Gunung Mas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Damang Batu
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Tengah
KabupatenGunung Mas
Pemerintahan
 • CamatMain Jantan, S,pd. M,pd.
Populasi
 • Total5,353 jiwa
 • Kepadatan4/km2 (10/sq mi)
Kode Kemendagri62.10.08 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS6211061 Edit nilai pada Wikidata
Luas1.425 km²
Kepadatan4
Desa/kelurahan7 desa
1 kelurahan
Peta
PetaKoordinat: 0°54′10.04108″S 113°27′18.06624″E / 0.9027891889°S 113.4550184000°E / -0.9027891889; 113.4550184000

Damang Batu adalah kecamatan di Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.

Kecamatan Damang Batu merupakan bagian integral dari sejarah masa kekelaman suku Dayak di Pulau Kalimantan, yang sebelum tahun 1894, budaya ngayau serta budaya asang sangat kental tumbuh dalam adat suku Dayak di pulau Kalimantan. Kala itu, keadaan di Kalimantan sangat tidak menguntungkan bagi kedudukan Belanda. Atas prakarsa seorang Asisten Residen Belanda bernama Hoky (berkedudukan di Banjarmasin) menawarkan perdamaian antara suku Dayak. Pada 1891, pihak Belanda memanggil beberapa tokoh Damang dan Temanggung yang mempunyai pengaruh di setiap Suku Dayak untuk merencanakan perdamaian. Pada 22 Mei 1894, di Desa Tumbang Anoi dimulai pertemuan besar antara suku-suku Dayak di Kalimantan hingga tanggal 24 Juli 1894 (selama 45 hari) yang diketuai oleh Riwu (ketua suku Dayak di Damang Batu). Kegiatan tersebut dihadiri paling tidak oleh 68 orang tokoh masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah selaku tuan rumah/penyelenggara kegiatan, 70 orang tokoh masyarakat adat Dayak di Kalimantan selaku undangan termasuk perwakilan dari Belanda dan 10 orang isteri dari beberapa peserta pertemuan. Pada 25 Mei 1894, diadakan Upacara Penyumpahan.[butuh rujukan]

Luas wilayah Kecamatan Damang Batu adalah 1.425 km2.[1] Letak ibu kota kecamatan berada di bagian selatan wilayah kecamatan yang bertetangga dengan desa tetangga yaitu Desa Tumbang Hamputung Kecamatan Kahayan Hulu Utara, sedangkan desa yang terletak pada ujung DAS Kahayan yaitu bagian utara wilayah kecamatan adalah Desa Tumbang Mahuroi. Dari 8 (delapan) desa dan kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Damang Batu tersebar ada kedua sisi Sungai Kahayan, diantaranya:

  • Sebelah sisi kiri Sungai Kahayan, antara lain:
    • Kelurahan Tumbang Marikoi sebagai ibu kota kecamatan,
    • Desa Tumbang Maraya,
    • Desa Lawang Kanji,
    • Desa Karetau Rambangun dan
    • Desa Tumbang Anoi
  • Sedangkan desa yang berada di sisi kanan Sungai Kahayan, diantaranya:
    • Desa Tuimbang Posu,
    • Desa Karetau Sarian, dan
    • Desa Tumbang Mahuroi

Keadaan Wilayah, Tanah dan Tofografi Wilayah

[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya keadaan tofografi di Kecamatan Damang Batu berupa:

  1. Tanah landai hingga berbukit-bukit pada bagian selatan hingga tengah,
  2. Tanah berbukit hingga pegunungan terdapat pada bagian tengah ke arah sisi barat, sisi timur serta bagian utara kecamatan.

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Damang Batu, yaitu:

  1. Alluvial (tanah endapan) banyak terdapat di tepi sungai hingga ± 500 meter ke arah samping kiri kanan sungai
  2. Tanah Organosol (tanah gambut) dapat dijumpai di daerah tepian sungai (Desa Tumbang Posu, Desa Tumbang Maraya dan Desa Lawang Kanji),
  3. Tanah Podzolit (tanah liat dan berbatu) banyak terdapat di daerah-daerah hulu sungai.


Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan Damang Batu terbagi menjadi 1 kelurahan dan 7 desa.[2] Nama kelurahannya ialah Kelurahan Tumbang Marikoi. Sedangkan nama ketujuh desanya ialah:

  1. Tumbang Posu
  2. Tumbang Maraya
  3. Lawang Kanji
  4. Karetau Rambangun
  5. Tumbang Anoi
  6. Karetau Sarian
  7. Tumbang Mahuroi

Flora dan Fauna

[sunting | sunting sumber]

Jenis tumbuhan yang dominan di Kecamatan Damang Batu cukup banyak terutama pada tanaman kayu keras yangmana dicirikan oleh jenis hutan heterogen yang dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi serta suhu udara yang rendah (lembap). Jenis kayu hutan yang penting bagi masyarakat di Kecamatan Damang Batu dan merupakan ciri khas daerah yaitu kayu Benuas, Ulin dan jenis meranti. Selain tanaman hutan yang berupa pohon berkayu, sering juga ditemui jenis tanaman epifit seperti jenis-jenis anggrek hutan dan tanaman obat-obatan, selain macam-macam jenis rotan hingga tanaman jenis palma. Sebagian besar luas areal di Kecamatan damang batu terutama luasan hutan produktif, tahun ketahun berkurang baik dari luasan hingga jenis vegetasinya. Pengurangan luas areal hutan diakibatkan oleh beberapa kepentingan serta kebutuhan, diantaranya:

  1. Perluasan lahan perkebunan masyarakat (berladang) dengan cara pembabatan hutan dan pembakaran,
  2. Pembukaan lahan yang diperuntukan bagi perkebunan sawit milik swasta
  3. Ekplorasi perusahaan tambang dan penambangan liar milik masyarakat, serta
  4. Perubahan status hutan produksi menjadi Areal Penggunaan Lainnya (APL) yang dikelola perusahaan pemilik izin HPH atau IPKH dan atau IPK.

Sedangkan fauna di daerah kecamatan damang batu hampir berkurang baik dari banyaknya serta jenisnya. Fauna di daerah ini berupa binatang-binatang asli ciri hutan di pulau Kalimantan, diantaranya binatang buas yang masih dapat ditemui diantaranya beruang madu (bahuang), babi hutan (bawui himba), macan dahan (pusa kambe), ular sanca (handipe panganen) dan ular kobra/ular sendok (handipe hanjaliwan). Binatang hutan lainnya yang makin sedikit jumlahnya dan hampir sulit ditemui diantaranya rusa (bajang), kijang (karahu), kancil (palanduk), landak (tahatung), kadal (kawuk), macam jenis ular (handipe depung dll), trenggiling (ahem), dan jenis-jenis burung liar lainya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Mas Tahun 2023 (PDF). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan Kabupaten Gunung Mas. 2022. hlm. 2. 
  2. ^ "BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah". Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Mas Tahun 2022 (PDF). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan Kabupaten Gunung Mas. 2021. hlm. 2. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]