Doktrin Eisenhower
Doktrin Eisenhower mengacu pada pidato Presiden Dwight David Eisenhower tanggal 5 Januari 1957 berjudul "Special Message to the Congress on the Situation in the Middle East". Berdasarkan Doktrin Eisenhower, sebuah negara di Timur Tengah boleh meminta bantuan ekonomi atau militer Amerika Serikat apabila terancam oleh agresi bersenjata dari negara lain.[1] Eisenhower menyebutkan ancaman Soviet dalam doktrinnya dengan mengizinkan komitmen militer Amerika Serikat "untuk mengamankan dan melindungi integritas wilayah dan kemerdekaan politik negara-negara yang meminta bantuan untuk melawan agresi bersenjata dari negara manapun yang dikenadlikan komunisme internasional."[2]
Dalam konteks politik global, doktrin ini dibuat sebagai tanggapan atas kemungkinan pecahnya perang akibat upaya Uni Soviet untuk memanfaatkan Perang Suez sebagai alasan turun tangan di Mesir. Ditambah kekosongan kekuasaan akibat memudarnya pengaruh Britania Raya dan Prancis di Timur Tengah setelah A.S. melayangkan protes atas perilaku sekutunya di Perang Suez, Eisenhower merasa bahwa posisi kuat perlu ditegakkan untuk memperbaiki suasana yang diperparah oleh posisi Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir. Nasser dengan cepat membangun pengaruh dan memanfaatkannya untuk mengadu Soviet dan Amerika Serikat; ia mengambil posisi "netral positif" dan menerima bantuan dari Soviet.
Di tingkat regional, tujuan doktrin ini adalah membantu menyediakan alternatif atas kendali politik Nasser di negara-negara Arab dan memperkuat pertahanannya sambil mencegah pengaruh komunis dengan mengisolasi Nasser. Doktrin tersebut gagal seiring meningkatnya pengaruh Nasser pada tahun 1959. Kala itu Nasser mampu menentukan pengganti pemerintahan di negara Arab sekitarnya seperti Irak dan Arab Saudi. Sementara itu, hubungan Nasser dengan para pemimpin Soviet memburuk sehingga Amerika Serikat bisa menerapkan kebijakan akomodasi.
Pemerintahan Eisenhower juga melihat Timur Tengah sebagai kawasan yang penting bagi kebijakan luar negeri selanjutnya karena tidak hanya menyangkut Amerika Serikat, tetapi juga sekutu-sekutunya. Sebagian besar persediaan minyak dunia ada di Timur Tengah, dan apabila kawasan tersebut masuk ke pengaruh komunisme, Amerika Serikat dan sekutunya akan menderita krisis ekonomi hebat. Protes Eisenhower terhadap sekutu lamanya, Britania Raya dan Prancis, saat Krisis Terusan Suez bermakna bahwa Amerika Serikat adalah satu-satunya kekuatan Barat di Timur Tengah dan menempatkan sumber minyak A.S. di ujung tanduk seiring masuknya Soviet untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Doktrin Eisenhower adalah kebalikan dari kebijakan sebelumnya, tetapi A.S. menjadi satu-satunya pihak yang menanggung akibat tindakan militernya di Timur Tengah.
Poin tindakan militer dalam doktrin ini diterapkan pada Krisis Lebanon tahun berikutnya. Saat itu Amerika Serikat melakukan intervensi setelah diminta oleh Presiden Lebanon, Camille Chamoun.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Buescher, John. "The U.S. and Egypt in the 1950s", Teachinghistory.org, accessed August 20, 2011.
- ^ "The Eisenhower Doctrine, 1957"; see http://history.state.gov/milestones/1953-1960/eisenhower-doctrine
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Meiertöns, Heiko (2010): The Doctrines of US Security Policy - An Evaluation under International Law, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-76648-7.