Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Biosfer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gabungan warna semu kelimpahan fotoautotrof laut dan terrestrial global, dari September 2001 hingga Agustus 2017. Disediakan oleh Proyek SeaWiFS, NASA/Goddard Space Flight Center, dan ORBIMAGE .

Biosfer (dari bahasa Yunani yaitu βίος bíos yang berarti kehidupan dan σφαῖρα sphaira yang berarti lingkungan) juga dikenal sebagai ekosfer (dari bahasa Yunani "lingkungan" dan σφαῖρα), adalah jumlah seluruh ekosistem di seluruh penjuru Bumi. Biosfer juga dapat disebut zona kehidupan di Bumi, sistem tertutup (terlepas dari radiasi matahari dan radiasi kosmik juga panas dari bagian dalam Bumi), dan sebagian besar mengatur diri sendiri. Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologi global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi.[1][2] Biosfer dipostulatkan telah berevolusi, dimulai dengan proses biopoiesis (kehidupan yang diciptakan secara alami dari benda mati, seperti senyawa organik sederhana) atau biogenesis (kehidupan yang diciptakan dari makhluk hidup), setidaknya sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui yang mendukung kehidupan. Biosfer dianggap telah berlangsung selama sekitar 3,5 miliar tahun dari 4,5 miliar tahun usia Bumi.[3]

Faktor-faktor persebaran flora dan fauna

[sunting | sunting sumber]

Kondisi geologi

[sunting | sunting sumber]

Bumi kita ini menurut beberapa teori dahulu terdiri atas satu benua besar dan satu samudra, namun karena adanya gaya endogen yang sangat kuat maka benua yang besar itu menjadi terpisah. Pecahan benua ini yang sering disebut sebagai teka-teki raksasa. Apabila diperhatikan peta dunia maka Benua Afrika dan Amerika Selatan dapat digabungkan menjadi satu sesuai dengan pola garis pantainya. Keanekaragaman flora dan fauna di permukaan bumi ini diperkirakan sesuai dengan perkembangan bumi dalam membentuk benua (kontinen) menurut Teori "Apungan" dan "Pergeseran Benua" yang disampaikan oleh Alfred Wegener (1880-1930).

Suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap proses perkembangan fisik flora dan fauna, sedangkan sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk fotosintesis dan metabolisme tubuh bagi beberapa jenis hewan. Angin sangat berperan dalam proses penyerbukan atau bahkan menerbangkan beberapa biji-bijian sehingga berpengaruh langsung terhadap persebaran flora. Kondisi iklim yang berbeda menyebabkan flora dan fauna berbeda pula. Di daerah tropis sangat kaya akan keanekaragaman flora dan fauna, karena pada daerah ini cukup mendapatkan sinar matahari dan hujan, keadaan ini berbeda dengan di daerah gurun. Daerah gurun beriklim kering dan panas, curah hujan sangat sedikit menyebabkan daerah ini sangat minim jenis flora dan faunanya. Flora dan fauna yang hidup di daerah gurun mempunyai daya adaptasi yang khusus agar mampu hidup di daerah tersebut.

Ketinggian tempat

[sunting | sunting sumber]

Ahli klimatologi dari Jerman yang bernama Junghuhn membagi habitat beberapa tanaman di Indonesia berdasarkan suhu, sehingga didapatkan empat penggolongan iklim sebagai berikut.

  • Wilayah berudara panas (0 – 600 m dpal).
Suhu wilayah ini antara 23,3 °C – 22 °C, Tanaman yang cocok ditanam di wilayah ini adalah tebu, kelapa, karet, padi, lada, dan buah-buahan.
  • Wilayah berudara sedang (600 – 1.500 m dpal)
Suhu wilayah ini antara 22 °C – 17,1 °C. Tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini adalah kapas, kopi, cokelat, kina, teh, dan macam-macam sayuran, seperti kentang, tomat, dan kol.
  • Wilayah berudara sejuk (1.500 – 2.500 m dpal)
Suhu wilayah ini antara 17,1 °C – 11,1 °C. Tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini antara lain sayuran, kopi, teh, dan aneka jenis hutan tanaman industri.
  • Wilayah berudara dingin (lebih 2.500 m dpal)
Wilayah ini dijumpai tanaman yang berjenis pendek. Contohnya, edelweis.

Faktor biotik

[sunting | sunting sumber]

Pohon beringin merupakan salah satu tanaman yang disukai burung. Burung-burung tersebut memakan biji beringin yang telah matang, lalu burung tersebut tanpa sadar ternyata telah menyebarkan tanaman beringin melalui biji yang masuk ke dalam tubuh burung lalu keluar bersama kotorannya. Pencernaan burung ternyata tidak mampu memecah kulit keras biji-biji tertentu sehingga biji tersebut keluar bersama kotoran. Biji yang keluar bersama kotoran tersebut apabila berada di habitat yang cocok akan tumbuh menjadi tanaman baru.[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Uli H., Marah (2007). Geografi 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Esis/Erlangga. ISBN 979-734-573-4.  (Indonesia)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ geographyrealm (2020-03-18). "What are the Earth's Four Systems?". Geography Realm (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-24. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  2. ^ "biosphere | Definition, Resources, Cycles, Examples, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-10. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  3. ^ Darmawan, Harefa (2020). Teori Ilmu Kealaman Dasar Kajian Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Dan Akademis. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 67. ISBN 9786230219092. 
  4. ^ "Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-02. Diakses tanggal 2012-02-28.