Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lompat ke isi

Mujtahid

Prioritas: a, Kualitas: b
Dari wikishia
Revisi sejak 5 Agustus 2018 13.09 oleh imported>S.J.Mosavi

Mujtahid (bahasa Arab: المجتهد) atau fakih (الفقيه) adalah seseorang yang memiliki kemampuan ijtihad atau istinbath (inferensi) hukum-hukum syariat dari sumber-sumber muktabar dan diandalkan. Mujtahid mutlak dan mutajazzi, mujtahid bil fi'il dan bil quwwah, mujtahid a'lam dan mujtahid jami' al-syaraith merupakan bagian-bagian dari fakih atau mujtahid. Syaikh Thusi, Muhaqqiq Hilli, Allamah Hilli, Syaikh Anshari dan Mirza Syirazi adalah mujtahid-mujtahid Syiah yang terkenal dan memiliki nama.

Definisi

Mujtahid atau fakih secara terminologis adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan infefensi hokum-hukum syariat dari sumber-sumber yang terpercaya dan muktabar. [1] Melakukan istinbath hokum-hukum syariat bersandar pada dalil-dalil atau kemampuan melakukan hal ini disebut sebagai ijtihad. [2]

Perbedaan antara Mujtahid dan Marja Taklid

Setiap mujtahid tidak dapat disebut sebagai marja taklid. Marja taklid adalah salah satu bagian mujtahid dan marja taklid ini disebut sebagai mujtahid yang diikuti dan taklidi orang lain; artinya amalan-amalan keagamaannya dilakukan berdasarkan pandangan-pandangan fikihnya dan orang-orang menyerahkan pembayaran-pembayaran syar'inya (seperti zakat, khumus dan lain sebagainya) kepadanya atau kepada perwakilannya. [3]

Klasifikasi Mujtahid atau Fakih

Muhammad Hasan Najafi, lebih dikenal dengan Shahib Jawahir, fakih Syiah abad 13 H

Berdasarkan ragam klasifikasi yang terkait dengan terma mujtahid, mujtahid dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi:

  • Mujtahid Mutlak: Seorang mujtahid yang mampu melakukan istinbath dan melalui penalaran syariat ia lebih banyak melakukan inferensi hokum-hukum syariat. [4]
  • Mujtahid Mutajazzi: Seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan istinbath hukum-hukum syariat pada sebagian masalah fikih. [5]Sebagian fakih berpandangan tidak dibenarkan bertaklid kepada mujtahid mutajazzi; sebagian lainnnya berpendapat boleh bertaklid kepada seorang mujtahid mutajazzi dalam istinbath hukum yang ia lakukan. [6]
  • Mujtahid bil fi'il: Mujtahid yang di samping memiliki kemampuan melakukan istinbath hukum dalam tataran praktis juga ia banyak melakukan istinbath hukum. [7]
  • Mujtahid bil quwwa: Mujtahid yang mampu melakukan istinbath hukum-hukum syariat namun pada kenyataannya ia tidak banyak melakukan inferensi hukum. [8]
  • Mujtahid Infitahi: Mujtahid yang meyakini bahwa jalan definitif atau asumtif yang dapat diandalkan untuk sampai kepada hukum-hukum syariat itu tetap terbuka; artinya keyakinan ini dilakukan bahwa melalui dalil-dalil definitif atau asumtif yang dapat diandalkan (muktabar) kita dapat melakukan inferensi hukum-hukum syariat. [9]
  • Mujtahid Insidadi: Mujtahid yang menilai bahwa jalan definitif atau asumtif yang dapat diandalkan untuk sampai kepada hukum-hukum syariat itu tidak mungkin tercapai.[10] Di antara fakih terdapat perbedaan pendapat apakah mukalid dapat bertaklid kepada seorang mujtahid insidadi. [11]
  • Mujtahid A'lam: Fakih yang memenuhi segala persyaratan dalam melakukan istinbath hukum syariat dan dibanding dengan fakih yang lain ia lebih memiliki kemampuan. [12]Sebagian fakih menilai wajib hukumnya untuk bertaklid kepada mujtahid a'lam apabila ia dapat mengidentifikasinya dan sebagian lainnya mewajibkan taklid kepada mujtahid a'lam berdasarkan prinsip kehati-hatian. [13]
  • Mujtahid Jami' al-Syaraith: Mujtahid yang memiliki syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat ditaklidi orang lain. Sebagian syarat itu adalah: laki-laki, akil, dari keturunan baik-baik dan menganut mazhab Imamiyah. [14]
  • Marja Taklid: Mujtahid yang ditaklidi oleh orang lain; artinya amalan-amalan keagamaan dilakukan berdasarkan pendapat-pendapat keagamaannya (fatwa). [15]
Lukisan wajah Syaikh Anshari, salah seorang ulama mujtahid ternama Syiah

Syarat-syarat Mujtahid Jami' al-Syaraith

Mirza Syirazi, mujtahid Jami' al-Syaraith abad 13-14 H

Berdasarkan fatwa para fakih, seseorang yang bukan mujtahid maka ia harus bertaklid kepada mujtahid; artinya dalam urusan-urusan agama ia berbuat berdasarkan perintahnya atau melalui jalan ihtiyath sedemikian sehingga ia beramal sesuai dengan tugasnya yaitu ia yakin bahwa ia telah menunaikan taklifnya. [16] Seorang mujtahid, ia dapat diikuti oleh orang lain harus memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga mujtahid yang memiliki syarat-syarat ini disebut sebagai mujtahid jami' al-syaraith. Syarat-syarat yang disepakati oleh para fakih kontemporer, sekaitan dengan mujtahid jami' al-syaraith adalah sebagai berikut:

  • Laki-laki
  • Baligh
  • Akil
  • Bermazhab Syiah Imamiyah
  • Keturunan baik-baik
  • Hidup
  • Adil
  • A'lam (lebih menonjol keilmuannya) [17]

Ijazah Ijtihad

Pada beberapa dasawarsa terakhir telah menjadi tradisi bahwa para lulusan Hauzah Ilmiah tatkala sampai pada level tertinggi bidang fikih, guru atau para guru, baik secara lisan atau tulisan, memverifikasi ijtihad mereka. Verifikasi ini disebut sebagai ijazah ijtihad. [18]

Fakih Ternama Syiah

dari kanan ke kiri: Sayid Abul Qasim Khui, Sayid Muhsin Hakim, Sayid Mahmud Syahrudi dan Sayid Ali Tabrizi, diantara fukaha abad 15 H

Dalam sejarah fikih Syiah, terdapat banyak fakih yang melakukan ijtihad di sepanjang masa. Yang paling terkenal berdasarkan urutan masa hidup dan wafatnya adalah sebagai berikut:

Para Fakih Mutaqaddim dan Mutaakhir

Dalam tulisan-tulisan fakih Syiah kebanyakan menyebut para fakih sebelum Syaikh Thusi sebagai qudama. [20] Semenjak Syaikh Thusi hingga sebelum masa Allamah Hilli disebut sebagai mutaqaddim. Dari Allamah Hilli dan setelahnya hingga masa sebelum generasi pertama para fakih kontemporer disebut sebagai mutaakhir. [21] Adapun fakih kontemporer jgua disebut sebagai muta'akhir dan al-muta'akhirun (para fakih pasca muta'akhirun). Alasan pembagian ini adalah berdasarkan metode fikih yang digunakan pada setiap zaman. [22] Akan tetapi peristilahan ini sifatnya relatif dan terdapat pendapat lain terkait dengan mereka. Sebagai contoh sebagian menyebut seluruh fakih sebelum masa Muhaqqiq Hilli sebagai qudama. [23]

Catatan Kaki

  1. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 696.
  2. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 69.
  3. Yazdi, al-'Urwat al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 4; Rahman Setayesy, Taqlid, hlm. 789.
  4. Misykini, Ishthilahat al-Ushul, hlm. 19.
  5. Misykini, Ishthilahat al-Ushul, hlm. 19.
  6. Yazdi, al-'Urwat al-Wutsqa, jld. 17, hlm. 4.
  7. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 75.
  8. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 71.
  9. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 696.
  10. Markaz Itthila'at wa Madarik Islami, Farhang Nameh Ushul Fiqh, hlm. 696.
  11. Husaini Syirazi, al-Wushul ila Kifayah al-Ushul, jld. 8, hlm. 393 & 394.
  12. Syaikh Anshari, Matharih al-Anzhar, jld. 2, hlm. 679.
  13. Yazdi, al-'Urwat al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 19; Imam Khomeini, Taudhih al-Masail, jld. 1, hlm. 13.
  14. Imam Khomeini, Taudhih al-Masail, jld. 1, hlm. 13.
  15. Yazdi, al-'Urwat al-Wutsqa, jld. 1, hlm. 4; Rahman Setayesy, Taqlid, hlm. 789.
  16. Imam Khomeini, Taudhih al-Masail, jld. 1, hlm. 11.
  17. Imam Khomeini, Taudhih al-Masail, jld. 1, hlm. 13-15.
  18. Makarim Syirazi, Dairah al-Ma'arif Fiqh Muqaran, jld. 1, hlm. 259-266.
  19. Badri, Mu'jam Mufradat Ushul al-Fiqh al-Maqaran, hlm. 253.
  20. Badri, Mu'jam Mufradat Ushul al-Fiqh al-Maqaran, 1428 H, hlm. 252-253.
  21. Badri, Mu'jam Mufradat Ushul al-Fiqh al-Maqaran, hlm. 252.
  22. Badri, Mu'jam Mufradat Ushul al-Fiqh al-Maqaran, hlm. 226, 252 dan 253.
  23. Maliki Isfahani, Farhang Ishthilahat Ushul, jld. 2, hlm. 60.

Daftar Pustaka

  • Anshari, Murtadha bin Muhammad Amin, Matharih al-Anzhar, Qom, Majma' al-Fikr al-Islami, Cet. II, 2004.
  • Badri, Tahsin, Teheran, al-Masyriq lil Tsaqafah wa al-Nasyr, Cet. 1, 1428 H.
  • Jazairi, Muhammad Ja'far, Muntaha al-Dirayah fi Taudhih al-Kifayah, Qom, Muassasah Dar al-Kitab, Cet. IV, 1415 H.
  • Husaini Syirazi, Muhammad, al-Wushul ila Kifayah al-Ushul, Qom, Dar al-Hikmah, Cet. III, 1426 H.
  • Rahman Setayesy, Muhammad Kazhim, Taqlid I, Danesynameh Jahan Islami, Bunyad Dairah al-Ma'arif Islami, Cet. I, 1383 H.
  • Kasyif al-Githa, Ali, al-Nur al-Sathi' fi al-Fiqh al-Nafi', Najaf, Cet. I, 1381 H.
  • Gurji, Abul Qasim, Ijtihad, Dairah al-Ma'arif Buzurg Islami, Teheran, Markaz Dairah al-Ma'arif Buzurg Islami, Cet. I, 1994.
  • Markaz Itthi'la'at wa Madarik Islami, Farhangnameh Ushul Fiqh, Qom, Pazyuhesygah Ulum Farhang Islami, Cet. I, 2010.
  • Misykini, Mirza Ali, Ishthilahat al-Ushul wa Ma'zham Abhatsuha, Qom, al-Hadi, Cet. VI, 1416 H.
  • Mustafawi, Hasan, al-Tahqiq fi Kalimat al-Qur'an al-Karim, Beirut, Dar al-Kitab al-'Ilmiyah, Cet. III, 1430 H.
  • Makarim Syirazi, Nasir, Dairah al-Ma'arif Fiqh Muqaran, Qom, Madrasah al-Imam Ali bin Abi Thalib as, Cet. I, 1427 H.
  • Maliki Ishfahani, Mujtaba, Farhang Ishthilahat Ushul, Qom, Cet. I, 2000.
  • Musawi Khomeini, Sayid Ruhullah, Taudhih al-Masail (Muhassya), Qom, Cet. VIII, Markaz Intisyarat Islami, 1424 H.
  • Yazdi, Sayid Muhammad Kazhim, al-'Urwah al-Wutsqa ma'a al-Ta'liqat, Qom, Daftar Intisyarat Islami, Cet. I, 1428 H.