Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MRP Cabe Di Bali

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.

4, Oktober 2015

Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit


(Kasus di Yayasan Idep, Desa Batuan Kaler, Kecamatan
Sukawati, Kabupaten Gianyar)
GUSTI AYU WIDISATRIANI, I WAYAN WIDYANTARA, DAN
I.G.A.A.LIES ANGRENI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana


Jalan PB Sudirman 80232 Bali
Email : igustiayuwidisatriani@yahoo.co.id
Wayanwidyantara179@gmail.com
Liesangreni@gmail.com

Abstract

Supply Chain Management of Chili Seeds


(Case of Idep Foundation, Desa Batuan Kaler, Sub-district Sukawati,
Gianyar regency)

The purpose of this study is to find out about supply chain management of
chili seeds from the producer to the consumer that is conducted and to find out about
the efficiency of chili seeds supply chain management on Idep Foundation. The
variables analyzed were supply chain and efficiency. There are three indicators in
the supply chain variables, namely (1) the pattern of supply chain, (2) marketing
margin and (3) the pattern of the value chain. While the efficiency variables consists
of two indicators: (1) technical efficiency index and (2) economic efficiency
index.Based on the results of the analysis can be concluded that there are six kind of
supply chain in Yayasan Idep that include Yayasan Idep as suplier, distributor, and
retailer. Lowest supply chain contained in the supply chain that only involving
suplier with Rp 5.200,00. While the supply chain that involving distributor and
retailer has the same margin in the amount of Rp 6.900,00. The most technically
efficient supply chain is the supply chain that involving suplier that is equal to 0
gr/km. While the most economically efficient supply chain contained in supply chain
that involving distributor and retailer in the amount of Rp 1,02.

Keywords: chili seeds, supply chain, marketing margins and efficiency

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional, sektor pertanian mendapat
prioritas utama. Hal ini dikarenakan jika ditinjau dari berbagai segi, sektor pertanian
merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Pembangunan pertanian
bertujuan meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan untuk mencapai
swasembada pangan, meningkatkan produksi tanaman industri dan tanaman ekspor,
mewujudkan agroindustri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, serta berusaha
meningkatkan pendapatan petani (Iqbal, 2008).

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 289
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, tidak dapat dihindari dari


penggunaan benih unggul yang merupakan mata rantai pertama dalam proses
budidaya tanaman. Peningkatan produksi pertanian pun banyak ditunjang oleh peran
benih bermutu. Meski program perbenihan nasional telah berjalan sekitar 30 tahun,
tetapi ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan
potensialnya.Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu
keberhasilan dalam budidaya tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran
varietas lain dan kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman
merupakan akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya.
Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya
karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik
pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya.
(Wirawan, 2002). Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu
unsur panca usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena
tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi
lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian petani
(Deptan,1999).
Sebagai Negara agraris, kebutuhan produk hortikultura cukup tinggi. Potensi
ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar. Hortikultura adalah komoditas
yang memiliki masa depan sangat cerah dari keunggulan komparatif dan kompetitif
yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang
(Sunu, 2006). Salah satu komoditi hortikultura yang perlu mendapat perhatian adalah
komoditi cabai rawit. Di Kabupaten Gianyar terdapat sebuah yayasan yang
membudidayakan benih cabai rawit. Permintaan terhadap benih cabai tersebut cukup
tinggi. Sehubungan dengan permintaan benih cabai yang cukup tinggi maka perlu
dilakukan manajemen rantai pasok yang baik dalam Yayasan Idep ini agar mampu
mencukupi kebutuhan pelanggan seefisien mungkin.

1.2 Tujuan penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui manajemen rantai pasok benih cabai rawit mulai dari produsen
sampai ke konsumen yang diterapkan oleh Yayasan Idep. Untuk mengetahui efisiensi
manajemen rantai pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep.

2. Metode Penelitian
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yasayan Idep yang terletak di Desa Batuan Kaler
Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada bulan Desember 2014 sampai bulan
Mei 2015. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive
sampling).

290 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

2.2 Penetuan Sampel Penelitian


Penentuan responden petani dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode sensus yaitu semua anggota populasi petani digunakan sebagai responden.
Responden petani dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi tersebut
yaitu 20 orang petani. Pengambilan populasi pedagang yang tidak diketahui
menggunakan metode snowballing. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam
penelitian ini ada dua lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul sebanyak 2
orang, dan pedagang pengecer sebanyak 5 orang. Dalam penelitian ini juga
melibatkan informan kunci yaitu pihak-pihak yang bersangkutan pada Yayasan Idep.

2.3 Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian dan Metode Analisis


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan observasi langsung ke tempat penelitian yaitu Yayasan Idep dan
lokasi pembudidayaan benih cabai rawit di Kabupaten Bangli melalui wawancara
langsung dengan responden dan informan kunci serta dokumentasi. Adapun variable-
variabel dalam penelitian ini adalah analisis rantai pasok yaitu pola rantai pasok serta
rantai nilai, dan efisiensi pemasaran baik secara teknis maupun ekonomis. Variabel-
variabel tersebut akan dianalisis dengan metode analisis kuantitatif berupa marjin
pemasaran dan efisiensi pemasaran, dan analisis kualitatif berupa pola rantai pasok
dan rantai nilai.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Karakteristik Responden Petani
Karakteristik responden penelitian disini dibagi menjadi karakteristik petani
responden dan pedagang responden. Karakteristik petani responden dapat diuraikan
menjadi lima yaitu identifikasi umur petani responden, pendidikan responden, status
penguasaan lahan, pengalaman membudidayakan benih cabai rawit serta luas tanam
cabai rawit.

1. Identifikasi umur petani responden


Dari 20 orang petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep
dalam membudidayakan benih cabai rawit diperoleh data ra-rata tumur petani dengan
adalah 61 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden petani yang
membudidayakan benih cabai rawit berada dalam golongan usia produktif.

2. Pendidikan responden
Petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep dalam
membudidayakan benih cabai rawit memiliki tingkat pendidikan dari SD, SLTP dan
SLTA. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani responden menempuh
pendidikan sampai jenjang SLTA yaitu sejumlah 60% dari 20 orang petani
responden.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 291
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

3. Status penguasaan lahan


Lahan merupakan faktor produksi yang mempunyai kedudukan paling
penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan
dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 20 orang petani responden berstatus sebagai pemilik lahan
100%.

4. Pengalaman responden membudidayakan benih cabai rawit


Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani responden membudidayakan
benih cabai rawit ini belum terlalu lama. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 20
orang petani responden atau keseluruhan dari petani responden telah berpengalaman
membudidayakan benih cabai rawit ini selama 2 tahun. Hal ini dikarenakan Yayasan
Idep selaku pihak yang diajak bekerjasama oleh petani responden memulai usaha
pembudidayaan benih cabai rawit ini sejak 2 tahun lalu.

5. Luas tanam cabai rawit


Dari 20 orang petani responden atau keseluruhan petani responden memiliki
luas tanam cabai rawit dibawah 1 are yaitu 0,5 are.

3.2 Karakteristik Responden Pedagang


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah pedagang sebanyak tujuh
orang, yang terdiri atas dua orang pedagang pengumpul, dan lima orang
pedagang pengecer. Dalam penelitian ini Yayasan Idep selaku pihak yang diajak
bekerjasama oleh petani merupakan pedagang besar. Karakteristik responden
pedagang yang akan diuraikan adalah kelompok umur, jenis kelamin,
pendidikan dan lamanya berdagang benih cabai rawit.

1. Identifikasi responden pedagang berdasarkan kelompok umur


Keseluruhan usia responden pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer
dalam penelitian ini berkisar 15 sampai dengan 64 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa keselurahan pedagang responden berada dalam golongan usia produktif.

2. Identifikasi responden pedagang berdasarkan jenis kelamin


Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 57% pedagang responden merupakan
perempuan. Seluruh pedagang pengumpul dalam penelitian ini adalah perempuan ,
begitu pula dengan pedagang pengecer. Sebanyak 3 orang atau 60% dari pedagang
pengecer adalah perempuan.

3. Identifikasi responden pedagang berdasarkan pendidikan


Pendidikan formal responden untuk keseluruhan pedagang pengumpul
yaitu tamat SLTA. Sedangkan untuk pedagang pengecer sebagian besar yaitu sekitar
80% nya memiliki pendidikan formal tamat perguruan tinggi (S1).

292 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

4. Identifikasi responden pedagang berdasarkan lamanya berdagang


Pengalaman dalam menjual benih cabai rawit ini juga merupakan salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan pedagang dalam
mengembangkan pemasaran benih cabai rawit. Dalam penelitian ini, karena Yayasan
Idep baru mengembangkan usaha budidaya benih ini kurang lebih selama 2 tahun
jadi tentu saja pengalaman pedagang respon dalam berjualan benih tergolong masih
baru berkisar dari 1 sampai 1,5 tahun.

3.3 Kemitraan Petani Pembudidaya Benih cabai Rawit dengan Yayasan Idep
Menjalin kemitraan yang erat menjadi salah satu pilar kegiatan dalam
menunjang kinerja operasional perusahaan. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan
adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
penelitian ini, Yayasan idep bekerjasama dengan 20 orang petani untuk
membudidayakan benih hortikultura. Melalui kesepakatan-kesepakatan yang telah
disetujui antara kedua belah pihak maka kerjasama ini dapat berlangsung.
Keseluruhan petani yang bekerjasama dengan Yayasan Idep ini akan menjual benih
yang mereka budidayakan kepada Yayasan Idep dengan harga yang telah disepakati
sebelumnya. Untuk benih cabai rawit Petani menjual benih seharga Rp 1,500,- /gram
kepada Yayasan Idep. Bahan baku dan sarana produksi dalam pembudidayaan benih
pun diperoleh dari Idep. Jadi penentuan komoditi apa yang akan di tanam oleh petani
ditentukan oleh Yayasan Idep.

3.4 Pelaku Rantai Pasok pada Tingkat Pedagang


Pada komoditas benih cabai rawit, pelaku rantai pasok di tingkat pedagang
terbagi ke dalam beberapa level yang terdiri atas pedagang pengumpul sebanyak 2
orang dengan rata-rata penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul ini adalah
2.000 gram/minggu , dengan harga jual Rp 7.800,00/gram dan 5 orang pedagang
pengecer dengan rata-rata volume penjualan 1.800 gram/minggu.

3.5 Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit


Menurut Indrajit (2003), rantai pasok merupakan suatu sistem tempat
organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.
Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan dan penyaluran barang tersebut.
Simichi-Levi dan David (2000) menyatakan manajemen rantai pasok sebagai
sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang,
dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien,
sehingga produk dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat,
lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi
kebutuhan pelanggan.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 293
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management


merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para
supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai
kepada konsumen. Pedagang besar (Yayasan Idep) berperan mengumpulkan benih
cabai rawit dari petani. Pedagang besar melakukan sortasi dan pengemasan terlebih
dahulu sebelum dijual ke pedagang pengumpul dan pengecer. Pedagang pengumpul
berperan mengumpulkan benih cabai rawit dari pedagang besar kemudian dijual
kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer berperan mengumpulkan benih
cabai rawit yang dibeli dari pedagang pengumpul, dan pedagang besar setelah
itu menjual ke konsumen.

3.5.1 Pola Rantai pasok Benih Cabai Rawit pada Yayasan Idep
Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasok terdapat tiga macam
aliran yang harus dikelola. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu
(upstream) ke hilir (downstream). Kedua, aliran uang (fnansial) yang mengalir dari
hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.
Dalam penelitian ini terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan
Idep dalam menyalurkan benihnya dengan melibatkan tiga macam aliran yaitu aliran
produk atau barang, aliran financial dan aliran informasi. Aliran produk dalam rantai
pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep yaitu :
1. Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer
Konsumen
2. Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer
Konsumen
3. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
4. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
5. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
6. Produsen Yayasan idep Konsumen

Aliran finansial merupakan perpindahan uang yang mengalir dari hilir ke


hulu. Aliran keuangan mengalir dari konsumen hingga ke petani produsen.
Berdasarkan Gambar 5.1, tentang pola aliran dalam rantai pasokan benih cabai rawit
menunjukkan bahwa keuangan mengalir dari konsumen sampai kepada petani
produsen. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan akan terjadi transaksi
apabila ada kesepakatan dan kesesuaian produk dengan harga yang ditawarkan.
Aliran informasi merupakan aliran yang terjadi baik dari hulu ke hilir
maupun sebaliknya dari hilir ke hulu. Informasi yang mengalir berkaitan dengan stok
benih, jumlah permintaan, harga benih, maupun informasi terkait peraturan
penyimpanan benih.

3.5.2 Marjin Pemasaran


Adapun data mengenai marjin pemasaran pada masing-masing rantai pasok
dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini.

294 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

Tabel 1. Marjin Pemasaran Masing-masing Saluran Pada Komoditas Benih Cabai


Rawit di Yayasan Idep Tahun 2015.

Marjin pemasaran (Rp/gram)


No Lembaga pemasaran Saluran Saluran Saluran Saluran Saluran Saluran
I II III IV V VI
Pedagang besar
1 ( Idep) 5200 5200 5200 5200 5200 5200
2 Pedagang pengumpul 1100 1100 0 0 0 0
3 Pedagang pengecer 600 600 1700 1700 1700 0
Jumlah 6900 6900 6900 6900 6900 5200
Sumber : diolah dari data primer
Tabel 1, menginformasikan bahwa nilai marjin terendah terdapat pada saluran
enam yaitu sebesar Rp 5.200,00/gram. Hal ini disebabkan karena saluran pemasaran
enam paling pendek dibandingkan dengan lima saluran pemasaran lainnya.
Sedangkan lima saluran pemasaran lainnya memiliki nilai marjin yang sama yaitu
sebesar Rp 6.900,00/gram.

3.5.3 Pola Rantai Nilai


Setiap rantai pasok terdapat proses penambahan nilai. Oleh karena itu harga
jual pada setiap rantai akan lebih besar daripada harga pembelian, sebagai akibat dari
penambahan biaya. Rantai nilai disini menunjukkan nilai jual benih cabai rawit pada
setiap pelaku usaha, sehingga dapat diketahui nilai yang dapat ditambahkan pada
setiap tahapan. Dalam setiap rantai nilai pada masing-masing saluran, penambahan
nilai tertinggi terdapat pada pedagang besar (Yayasan Idep) yaitu sebesar Rp
5.200,00.

3.6 Efisiensi pada Rantai Pasok Benih Cabai Rawit


Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output
(hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya
juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan
kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan (Hasibuan, 1984).

Tabel 2. Perbandingan Efisiensi Teknis dan Ekonomis pada Setiap Rantai Pasok

Rantai Pasok
No Uraian
I II III IV V VI

1 Volume Penjualan (gr) 3000 1000 3000 1000 1000 440

2 Harga Jual Petani (Rp/gr) 1500 1500 1500 1500 1500 1500

3 Harga Jual Konsumen (Rp/gr) 8400 8400 8400 8400 8400 6700

4 Total Keuntungan (Rp) 3491.14 3491.14 3481.13 3372.8 3397.8 1997.8

5 Total Biaya (Rp) 3408.86 3408.86 3418.87 3527.2 3502.2 3202.2

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 295
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

6 Jarak (km) 8 6 6 5 6.5 0

7 Indeks Efisiensi Teknis (Rp/gr/km) 9.09 20.45 6.84 17.64 22.76 0.00

8 Indeks Efisiensi Ekonomis Rp (/C) 1.024 1.024 1.018 0.96 0.97 0.62

Nilai indeks efisiensi teknis yang paling rendah terdapat pada rantai
pasok enam yaitu sebesar 0 gr /km. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok tiga
sudah dikatakan efisien secara teknis karena nilainya paling rendah. Nilai
indeks efisiensi ekonomis yang paling tinggi terdapat pada rantai pasok satu
dan dua yaitu sebesar Rp 1,024. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok satu dan
dua sudah dikatakan efisiensi secara ekonomis dimana satu unit biaya lebih besar
maka dikatakan efisien secara ekonomis.

4. Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis manajemen rantai pasok pada Yayasan Idep maka dapat
disimpulkan
1. Terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan Idep dalam
menyalurkan benih cabai rawit yaitu :
a) Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer
Konsumen
b) Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer
Konsumen
c) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
d) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
e) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen
f) Produsen Yayasan idep Konsumen

2. Rantai pasok yang paling efisien secara teknis yang memiliki nilai terendah
terdapat pada rantai pasok yang melibatkan Yayasan Idep saja sebagai pedagang
besar yaitu sebesar 0 gr /km. Sedangkan efisiensi secara ekonomis terdapat pada
rantai pasok yang melibatkan Yayasan idep selaku pedagang besar, pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1,02.

4.2 Saran
1. Yayasan Idep sebaiknya lebih meningkatkan lagi produksi benih cabai rawitnya
sehingga penjualan benih cabai rawitnya secara langsung dapat lebih ditingkatkan,
karena rantai pasok enam merupakan rantai pasok yang paling efisien dan efektif
bagi Yayasan Idep. Apabila Yayasan Idep mampu meningkatkan penjualannya
secara langsung, maka hal ini dapat meminimalkan biaya transportasi.

296 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol.4, No.4, Oktober 2015

2. Mengingat kebutuhan benih di Bali yang cukup tinggi, sebaiknya target pasar
dalam pemasaran benih cabai rawit ini tidak hanya di seputaran Kabupaten
Gianyar dan Denpasar, tetapi juga nantinya bisa dipasarkan ke seluruh Bali.

5. Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
terlaksananya penelitian ini, yaitu kepada Yayasan Idep khususnya Bapak Wayan,
Bu Desak dan Kak Ngurah Pagan serta para petani dan pedagang yang bekerjasama
dengan Yayasan Idep, dosen pembimbing, orang tua dan semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu.

Daftar Pustaka
Deptan. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Hasibuan, Malayu S.P, 1984, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Gunung Agung.

Indrajit, RE dan R. Djokopranoto. 2003. KonsepManajemen Supply Chain :


Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: PT
Grasindo.

Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate


Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173.

Mubyarto.1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Pustaka LP3ES


Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Pujawan, N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.

Simchi-Levi, David. 2003, Designing and Managing the Supply Chain Concepts,
Strategies and Case Studies, 2nd ed., International Edition. McGraw-
Hill/Irwin. New York.

Sunu dan Wartoyo. 2006. Dasar Horticultura. Surakarta: Jurusan Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Wirawan,B dan S.Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta:


Penebar Swadaya.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 297

You might also like