Naskah Publikasi
Naskah Publikasi
Naskah Publikasi
Oleh :
MIFTAKHUL ZUFIE KURNIAWAN
J100110061
Naskah Publikasi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Fisioterapi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisioterapis sebagai salah satu pelaksana layanan kesehatan ikut
berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan,
terutama yang berkaitan ddengan obyek disiplin ilmunya yaitu gerak dan
fungsi. Usaha untuk meningkatkan kesehatan oleh fisioterapi meliputi
semua unsur yang terkait dalam upaya peningkatan derajat kesehatan yaitu
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif)
dan pemeliharaan (rehabilitasi), sehingga dapat terwujud Indonesia sehat
(Hastono, 2002).
Dalam kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit
yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami cidera oleh salah satu sebab. Penyebab utama
trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga.
Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu dislokasi,
misalnya dislokasi ulna. Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala
sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
memerlukan pertolongan segera (David, 2002). Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligament-ligamennya biasanya menjadi kendor.
Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila
dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan
harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi
dan
melakukan
aktivitas
sehari-hari
seperti
halnya
Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Stiffness Elbow Joint Dextra di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diskripsi kasus
1. Definisi
a. Stiffness Elbow Joint
Stiffness joint atau kekakuan sendi adalah akibat dari oedem
dan fibrasi pada kapsul ligament dan otot sekitar sendi atau
perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain. Keadaan ini
bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama dan sendi di
pertahankan dalam posisi ligament terpendek (Brader H, 2006). Elbow
adalah persendian antara tulang radius, ulna dan humerus.
b. Dislokasi
Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya.
Dislokasi
merupakan
suatu
kedaruratan
yang
sekitar siku sewaktu didalam immobilisasi yang lama, dalam hal ini
kami fokuskan pada sendi siku dextra (Rasjad Chairuddin, 2007).
d. Traksi
Traksi adalah suatu metode pemasangan gaya tarikan ke bagian
tubuh yang dipakai untuk mempertahankan reduksi ekstrimitas yang
mengalami dislokasi (Sudaryanto Ansar, 2000).
2. Anatomi Fungsional
a. Humerus
Humerus merupakan tulang panjang. Bagian yang mempunyai
hubungan dengan bahu membentuk kepala sendi disebut caput humeri.
Caput humeri dan cavitas glenoidalis scapula bersatu membentuk
articulatio glenohumeralis. Pada caput humeri terdapat tonjolan yang
disebut tuberculum mayus dan tuberculum minus, disebelah bawah caput
humeri terdapat lekukan yang disebut columna humeri. Pada bagian yang
berhubungan dengan bawah terdapat epicondylus lateralis humeri dan
epicondylus medialis humeri. Disamping itu juga mempunyai lekukan
yaitu fossa coronoid (bagian depan) dan fossa olecrani (bagian belakang)
(Pearce, C.E 2009).
b. Persendian pada sendi siku
Sendi siku merupakan sendi yang majemuk karena terdapat dua
sendi dalam satu kapsul. Sendi ini dibentuk oleh tiga tulang yaitu tulang
humerus, radius, dan ulna yang saling berhubungan membentuk sendi
siku. Bagian-bagian tulang pembentuk sendi tersebut adalah distal
humerus, proksimal radius, dan proksimal ulna. Pada dasarnya sendi siku
terdiri atas beberapa sendi yaitu radioulnar joint, humeroradial joint,
humeroulnar joint. Sendi siku berbentuk sendi engsel yang terdiri dari
bagian permukaan cembung. Sendi siku ini juga memiliki bentuk sendi
pasak (pivot) atau sendi trochoidea terdiri dari sendi pasak dan sendi
putar. Sendi-sendi tersebut mempunyai satu sumbu dan satu drajat
kebebasan, dan kedua sendi itu mempunyai permukaan silindris cembumg
dan cekung yang sesuai. Sumbu sendi berjalan melalui permukaan silindris
dan diperbesar oleh ligamentum annularis seperti halnya pada articulatio
radioulnar proksimal (F. Paulsen & J. Waschke, 2013).
c. Ligamentum pada sendi siku
Sendi siku itu sangat stabil. Sendi siku diperkuat oleh ligamenligamen collateralle medial dan lateral. Ligamen annulare radii
menstabilkan terutama kepala radius
3. Etiologi
Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor penyebab
suatu penyakit atau asal mula penyakit, (Dorland 2002). Faktor utama
penyebab dari keterbatasan gerak dari sendi siku ini karena kesalahan atau
tidak sempurnanya dalam proses reposisi dan immobilisasi, kurangnya
aktifitas pada sendi siku yang disebabkan karena nyeri, sendi siku yang
immobile akan menyebabkan statis pada vena dan spasme sehingga
menyebabkan kekurangan oksigen yang dapat menimbulkan reaksi
timbulya oedema, eksudasi, dan akhirnya menyebabkan kekakuan sendi
sehingga menyebabkan keterbatasan gerak.
Kekakuan sendi biasanya terjadi setelah fraktur. Kekakuan sendi ini timbul
karena terdapat oedema dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot
disekitar sendi perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke
tulang yang mendasari (Thomas, 2011).
4. Patologi
Patologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sifat
penyakit terutama struktur dan perubahan fungsi dalam jaringan tubuh dan
organ yang menyebabkan atau disebabkan oleh penyakit, (Dorland, 2002).
Penumpukan cairan dari intravaskuler ke dalam jaringan interstitial,
yang salah satu penyebabnya adalah karena reaksi inflamasi (radang)
akibat cidera jaringan. Vasokonstriksi sementara pada arteriole dilanjutkan
dengan vasodilatasi arteriole dan venule serta membukanya pembuluh
darah kapiler dan menyebabkan hyperemia. Adanya vasodilatasi
mengakibatkan pembuluh darah kapiler menjadi lebih permeable terhadap
cairan dan molekul yang besar, sehingga menyebabkan terjadinya cairan
produksi exudat yang berlebihan. Pada saat yang bersamaan, muncul
leukosit di sepanjang pinggiran lumen, kemudian menyebar melalui
dinding pembuluh darah ke jaringan, di bawah stimulus zat kimia yang
keluar dari jarinagn yang rusak, yang pada akhirnya akan menimbulkan
pembengkakan (Kisner, 2007)
PROSES FISIOTERAPI
A. Diagnosa Fisioterapi
1. Impairment
a. Adanya nyeri gerak saat di paksakan full ekstensi
b. Adanya keterbatasan gerak pada siku kanan
c. Adanya penurunan kekuatan otot
2. Functional Limitation
a. Adanya keterbatasan gerak saat mandi menggunakan gayung
b. Adanya gangguan saat mengenakan kaos.
3. Disability
Pasien masih mampu bersosialisasi dan bermain dengan teman
sebayanya saat di rumah maupun di sekolah
B. Pelaksanaan Fisioterapi
1. Infra Merah
a. Persiapan alat
Siapkan alat yaitu generator sinar infra merah kemudian cek
pastikan bahwa tidak rusak keadaan lampu, cek kabel dalam keadaan
utuh, ada yang terkelupas atau tidak.
b. Persiapan pasien
Posisikan pasien senyaman mungkin misalnya pasien tiduran,
bebaskan area yang akan diterapi dari kain atau penutup kulit, sebelum
diterapi kulit harus kering dan dilakukan tes sensibilitas terlebih
dahulu sehingga yakin bahwa lokasi yang diterapi tidak ada gangguan
sensibilitas serta berikan informasi yang jelas tentang tujuan terapi
mengenai apa yang akan dirasakan yaitu rasa hangat tidak menyengat
dan apa yang tidak boleh dilakukan selama terapi misalnya saat
diterapi pasien sambil membaca
c. Pelaksanaan
Pertama posisi pasien tiduran senyaman mungkin di atas bed
atau tempat tidur secara terlentang. Bebaskan area lengan kanan yang
akan di terapi dari penutup maupun benda yang menghalangi.
Alat diatur sedemikian rupa, sehingga lampu sinar infra merah
dapat menjangkau daerah siku kanan dengan jarak 50- 60 cm atau
toleransi pasien. Sudut pasang sinar infra merah tegak lurus terhadap
daerah siku atau lokasi yang diterapi. Dua area yang diterapi adalah
sekitar siku bagian depan sekitar otot biceps dan otot tricep. Setelah
semuanya siap alat dihidupkan, kemudian atur waktu 10- 15 menit.
Selama
proses
terapi
berlangsung
fisioterapis
harus
a. Persiapan alat
Tempat tidur,agar pasien dapat senyaman mungkin saat
mendapatkan terapi.
b.
Persiapan pasien
Sebelum terapi dimulai, hal yang perlu dilakukan pada pasien
antara lain : pasien diposisikan senyaman mungkin yaitu tidur
terlentang atau bisa juga dengan duduk, tanyakan kepada pasien
apakah ada keluhan pusing, mual dan lainnya, sarankan kepada pasien
agar jangan memakai pakaian yang terlalu ketat agar tidak
menghambat gerakan.
c. Pelaksanaan terapi
Terapi yang diberikan meliputi : penguluran serta latihan gerak
aktif.
1) Free active movement
Tujuan
dilakukannya
free
active
movement
adalah
Cara
Cara
gerak sendi yang pasien miliki secara aktif, pasien dianjurkan melakukan
kontraksi isometrik dengan meluruskan sikunya, kemudian terapis
memberikan tahanan, dengan aba-aba dorong . . .dorong! sehingga tidak
terjadi gerakan pada sendi siku. Kontraksi dipertahankan selama 10 detik
kemudian pasien diminta merileksasikan persendian sikunya, kemudian
dilakukan penguluran kearah fleksi siku secara pasif (Kisner, 1996)
gerakan dilakukan 8 kali hitungan dengan 2 kali pengulangan.
A. Hasil
Hasil dari efek-efek yang ditimbulkan dapat dilihat setelah
dilakukan tindakan terapi yang dilakukan dengan sinar infra merah dan
terapi latihan sebanyak 6 kali, penulis mendapatkan hasil penurunan
derajat nyeri. Pengukuuran nilai derajat nyeri dengan menggunakan VDS
(Verbal Discriptive Scale), pengukuran peningkatan LGS dengan
goneometerdan pengukuran kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle
Testing). Untuk memperjelas hasil tersebut penulis menyajikan dalam
bentuk grafik sebagai berikut...
B. Pembahasan
1. Terdapat penurunan nyeri gerak.
2. Terdapat peningkatan LGS elbow dextra.
3. Terdapat peningkatan kekuatan otot.
A. KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang
bernama An. Z umur 6,5 tahun, beralamat Sawahan RT 01/02 Nogotirto
Gamping Sleman dengan diagnosa medis stiffness elbow joint dextra setelah
menjalani di RSUP Dr. Sardjito selama 6 kali terapi diperoleh hasil berupa
adanya penurunan nyeri dengan intensitas nyeri dari T1 sampai T6 mengalami
penurunan dari nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak, adanya peningkatan
kekuatan otot dari T1 sampai T6
DAFTAR PUSTAKA
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
Pearce, C, Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta :
Gramedia.
Hudaya, Prasetya. 2002 ; Rematologi ; Politeknik Kesehatan Surakarta
Dorland, 2002; Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29, Buku Kedokteran EGC, hal.
111, 701, 772, 1622, 2067.
Brader H. Konin JG. Wiksten DL. Isear Jr JA. 2006. Special Tests For Orthopedic
Examination: 3nd ed. America: Slack Incorporated.
Kisner, K dan Colby, LA. 2007. Therapautic Exercise Foundations and
Techniques. 5nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Faiz, Omar. 2004. At a Glance Anatomy; Erlangga, Jakarta.
Thomas, A, Mark, et al.,2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC.
.
Overdoff, David, 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi I, Binapura Aksara,
Jakarta
Rasjad. Chairuddin. 2007.Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta;
PT.Watapone
(Anggota IKAPI).
Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI. Jakarta.
Sobbota. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Sudaryanto, Ansar. 2000.Biomekanik. Makasar ;Akademi Fisioterapi Makasar.
Sujatno et al. 2002 ; Sumber Fisis ; Akademi Fisioterapi Surakarta
Wahyono, Y, 2002; Tehnik-Tehnik dalam PNF; Makalah Pelatihan
Fisioterapi Sasana Husada, AKFIS DEPKES, Surakarta.
Thomas, A, Mark, et al.,2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC