Dry Pipe Sprinkler System
Dry Pipe Sprinkler System
Dry Pipe Sprinkler System
Deluge system
Preaction system
Klasifikasi resiko bahaya kebakaran jenis hunian terdapat pada Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran kebakaran di Tempat
Kerja.
Untuk menjamin keamanan minimal 1 (satu) jam saat terjadi kebakaran, maka konstruksi
dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian asap dengan tekanan udara positif
(pressurized fan).
http://tutorcad1.blogspot.co.id/2015/05/contoh-contoh-ruang-pompa-hydrant.html
http://tutorcad1.blogspot.co.id/2015/05/blog-post_11.html
Gambar di atas adalah contoh sketsa layout ruang trafo
Gambar di atas adalah contoh sketsa layout ruang pompa hydrant - springkler dan pompa
booster
Spesifikasi Pompa Pemadam Kebakaran
ELECTRIC FIRE PUMP, ELECTRIC JOCKEY PUMP, DIESEL FIRE PUMP C/W FIRE
PUMP CONTROLLER, The fire pump, driver, controller, and accessories shall all be
furnished by the pump manufacturer. The pumping unit shall be listed by Underwriters
Laboratories, Inc. (UL) and/or Factory Mutual Research Corp. (FM). The pumping unit shall
also meet the requirements of the National Fire Protection Association, pamphlet No. 20
(NFPA 20), and be acceptable to the authority having jurisdiction.
a. Electric Hydrant Pump
Type : Horizontal End Suction
Cap : 750 gpm
Rotary : 2900 Rpm
Head : 120 M
Power : 111 kw/3Phs/50 Hz
Max Temp : 80 Celcius
lengkap dengan asesories, Electric Fire Pump Controller
Artikel ini akan membahas Spesifikasi Elektrik Pump untuk Fire Hydrant yang
disarankan sehingga fire hydrant dapat berjalan dengan baik. Untuk kontraktor yang akan
memasang elektrik pump untuk instalasi fire hydrant maupun sprinkler system harus
mengetahui standar yang telahd ditetapkan dalam spesifikasi
Elektrik pump ini merupakan pompa utama yang digunakan dalam instalasi fire hydrant
maupun listrik pompa. Pompa yang digunakan untuk instalasi fifre hydrant maupun sistem
sprinkler yaitu elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Elektrik pump ini menggunakan
tenaga listrik untuk menjalankannya ketika pompa ini mati otomatis di bantu dengan
menggunakan diesel pump. Cara kerja elektrik pump untuk memompa air dari reservoir
menuju jaringan pipa sehingga air yang bertekan tinggi dapat dimanfaatkan untuk
memadamkan kebakaran. Oleh karena itu spesifikasi elektrik pump untuk fire hydrant harus
memenuhi syarat yang telah ditetapkan sehingga untuk memadamkan kebakaran dapat
digunakan dengan baik dan optimal.
Spesifikasi elektrik pump untuk fire hydrant perlu diketahui oleh para operator sebelum
melakukan pembelian. Elektrik pump yang digunakan pada fire hydrant tidak boleh
sembarang produk yang digunakan. Dalam penggunaanya minimal satu merek dengan mutu
yang sudah terjamin. Untuk type pompa yang digunakan bertipe centrifugal end
suction sedangkan kapasitasnya mampu menghasilkan pasokan air mencapai 2850L/menit
kemudian untuk head pompanya 85 m. Spesifikasi elektrik pump untuk fire hydrant putaran
pompa 2900 rpm dan memiliki daya lebih kurang 70 HP. Karakteristik listrik yang
dibutuhkan fire hydrant meliputi 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start. Jumlah pompa yang
dibutuhkan cukup satu (1) unit beserta dengan control panelnya. Untuk fire hydrant controller
harus mengikuti standar NFPA-20.
Kapasitas
:
Head pompa : 85 m
Putaran pompa
:
Daya pompa
:
Karakteristik listrik :
Jumlah
:
2850 L/men
2.900 rpm
+75 kW
380 V, 3 phase, 50 Hz,Star Delta Start
1 (satu) unit Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump
Sumber : http://www.bromindo.com/portfolio/spesifikasi-elektrik-pump-untuk-fire-hydrant/
Sedangkan menurut Fire Safety Risk Assesment Educational Premises, London 2006
1. Durasi Evakuasi :
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 3 menit.
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Normal : 2.5 menit.
o Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 2 menit
2. Lebar jalan keluar
from Occupational safety and health Admin labour CFR Ch. XVII (17 1 07 edition)
GEIMS: FPFF: COURSE MATERIALF Find/FeelI - Inform/InvestigateR - Restrict/RescueE - Extinguishments/Evaluate
FIND
- What is Burning?- Where is it (Location)?- How long has it been burning?- Any one trappe
d?- Where is it likely to spread/Special Circumstances/Dangers?
INFORM TO CONTROL STATION
- By Shouting Fire Fire- By Alarm- By Telephone, Walkie/Talkie, Radio set- By Messen
ger (to control station)
RESTRICT
- By removing Fuel Starving
- By removing Heat Cooling
- By removing Oxygen Smothering
-By stopping MCR Inhibiting (B.C.R)
Can expose
firefighters toextremely hostile
conditions
basement
which PIPE-FLO is used to size the fire pump to ensure at least 20 gpm at each nozzle
(discharge coefficient = 3.2 from the manufacturer's graph above). Each nozzle is modeled as
a component using calculated data points from the nozzle equation. The Darcy calculation
method is used. The figure below shows a scenario in which the entire system is activated on
both floors. The pump was selected based on a design point of 500 gpm and 110 ft of head.
Below is the same system except that the nozzles are modeled as fixed Cv fittings in the
pipeline. Flow rates are comparable to the system above, with the exception of a slight
variation due to the linear interpolation method used in the components above.
Here is the same system using components to model the nozzles and using the HazenWilliams method to calculate the head loss. In this situation the flow rates and dP are
comparable to the two models above, but this is highly dependent on the Hazen-Williams "C"
factor, the pipe sizes, and the use of water at 60 degF.
A typical fire hydrant installation is shown in Figure 1 and consists of a lateral segment of
pipe connecting the water main to the fire hydrant. A gate valve is typically installed as an
isolation valve in this lateral segment and will have a stem extension protected by a valve
box.
Figure 3. Hydraulic performance graph for Mueller Super Centurion Fire Hydrant (courtesy
of Mueller Co.).
To model a fire hydrant in PIPE-FLO, first draw the main underground lateral from the water
main, which can be modeled as an input flow demand or pressure boundary, as shown in
Figure 4. A gate valve can be installed in this line to represent the fully open isolation gate
valve. The lower barrel can be modeled as a pipeline with the length and the inner diameter
of the lower barrel obtained from the manufacturer's drawing. Although the hydrant's valve
seat and plug are located in the lower barrel, the PIPE-FLO model will have to be different
because the hydrant can be used in different modes (pumper, 1-hose, or 2-hose operation).
Figure 4:
At the top of the lower barrel, connect three pipelines to branch out to the hydrant nozzles.
Make one of these a 4 " pipeline and the other two 2 " pipelines. A component is added to
each branch to represent the hydraulic performance of the hydrant when operated with one 2
" port being used, the 4-1/2" port being used, or both 2 " ports being used. Lineups can be
created to change which port is used and which ones are isolated based on the application
being modeled.
A short length pipe is attached to the outlet of the component and a spray set to zero psig for a
boundary pressure is added to show the operation if the hydrant nozzles are opened for
cleaning, for example. Pipelines could be added instead of the spray boundary if the user
wants to model the flow through the fire hoses and spray nozzles.
The curve for each component can be generated from the hydrant's resistance curve obtained
from the manufacture. For the Mueller Super Centurion 250tm - Model 423 shown in Figure
3, a single data point was taken off the curve for each mode of operation, one from the 2
inch single line, 2 inch double line, and 4-1/2 inch single line.
These points are then used to generate the 2nd order curve for the components representing
the port configuration being modeled. The resistance curve data points used for this article
are the following.
LINE
2 inch single line
2 inch double line
4-1/2 inch single line
FLOW
400 gpm
700 gpm
1000 gpm
PRESSURE LOSS
1.25 psi
2.30 psi
2.48 psi
PIPE-FLO can generate the individual component resistance curves from these points. These
are shown in Figure 5 below.
Figure 5. Component performance curves for the 4-1/2 inch port operation (left), a single 21/2 inch port in operation (center), and both 2-1/2 inch port operated at the same time (right).
With the barrel length and diameters specified and each port configuration resistance curves
in place, PIPE-FLO can be used to model a fire hydrant. It should be noted that the ports not
being used are turned off in PIPE-FLO by the on / off pipe command
.
Lastly, a fire hose and nozzle could be added to each line to model the overall hydraulic
system, as shown in Figure 6, 7 and 8.
Figure 6. Fire hydrant model including two 100 feet of connected fire hoses and fire
nozzles. This is not a wye.
Figure 7. Fire Hydrant model including one 4 inch connected fire hose going to
Figure 8. Fire Hydrant model including one 2 in connected fire hose and fire nozzle.
Kelas I:
Selang koneksi 2 "inci (63,5 mm).
Tekanan maksimum: 12 bar.
tekanan minimum: 7 bar.
Untuk menggunakan layanan api publik, brigade pemadam kebakaran
dan terlatih dalam personel pemadam kebakaran.
Sistem bisnis untuk menengah ke risiko tinggi.
Layanan ini harus mampu memenuhi persyaratan dari pertarungan melawan
api bahkan di tahap yang paling canggih. Mereka juga harus mampu melindungi
api baik instalasi dan orang.
Tekanan tinggi diterima di kelas ini memungkinkan rentang yang lebih besar jet air,
yang diterjemahkan ke keamanan yang lebih besar bagi petugas pemadam kebakaran.
Diameter lebih besar dari
selang ditambah dengan hasil tekanan tinggi dalam aliran lebih besar dari air,
diperlukan dalam usaha berisiko tinggi.
Kelas 2
Selang koneksi 1 "inci (45 mm).
Tekanan maksimum: 7 bar.
tekanan minimum: 4,5 bar.
Layanan kelas II dimaksudkan untuk fasilitas berisiko rendah, seperti
Misalnya perusahaan industri metalurgi dengan sejumlah kecil mudah terbakar bahan, toko,
sekolah, dll Dalam industri sering digunakan untuk
melindungi daerah dari kantor, kamar mandi dan kamar ganti.
Gagasan bahwa sistem ini dipasang untuk digunakan oleh petugas tanpa
pelatihan mereka mencapai layanan api telah berhenti menjadi
diterapkan, karena tidak ada penghuni permanen atau sementara bangunan dapat
menggunakan beberapa jenis sistem proteksi kebakaran (termasuk
alat pemadam kebakaran portable) tetapi memiliki pelatihan yang diperlukan dan pembinaan.
kerusakan
personil atau penyebaran api oleh penyalahgunaan sistem perlindungan
Mereka adalah konsekuensi utama.
Kelas III:
Sistem dikombinasikan dengan diameter Kelas I dan II.
Bagian dari jaringan api adalah Kelas I dan Kelas II adalah hal lain.
Sementara Kelas layanan III harus mampu melakukan tugas-tugas
Anda ditentukan untuk Kelas I dan II, instalasi mereka tidak disarankan pada tanaman
industri. Penjajaran aksesoris diameter yang berbeda (paku, tombak,
selang dan mengurangi lengan) menimbulkan kebingungan selama operasi
dan kurangnya pertukaran dan interoperabilitas antara komputer.
Pak Imam, saya coba menjawab pertanyaan bapak secara detail, agar bapak bisa memperoleh
asal perhitungannya, dimana dalam perencanaan splinker sebagai berikut:
S = Perencanaanpenempatankepalasprinkler padapipacabang.
D = jarakantaraderetankepalasprinkler.
NilaiS danD :
1. Untukbahayakebakaranringan, maksimum4,6 m
2. Untukbahayakebakaransedang, maksimum4,0 ma
3. Untukbahayakebakaranberat, maksimum3,7 ma
Perencanaan sprinkler
1. Arah pancaran ke bawah, karena kepala sprinkler di letakkan pada atap ruangan.
2. Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna Jingga padasuhu
53oC.
3. Sprinkler yang dipakai ukuran dengan kapasitas(Q) = 80 liter/ menit.
4. Kepadatan pancaran = 2,25 mm/ menit.
5. Jarak maksimum antar titik sprinkler 4,6 meter.
6. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7 meter.
7. Daerah yg dilindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi, toilet dan tangga yang
diperkirakan tidak mempunyai potensi terjadinya kebakaran.
8. Sprinkler overlap bagian
Contoh perhitungan sprinkler :
1. luas lantai yang direncanakan adalah 555 m2(luas total)41 m2(luas toilet)= 514 m2
2. Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m
3. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping sebesar
area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air.
Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut :
X = 4,6 m(1/4 x 4,6 m)
= 4,6 m1,15 m
= 3,45 m
Maka, L = 3,45 m x 3,45 m= 11,9 m2
Jadi Jumlah Sprinkler yang dibutuhkan := 514 m2 /11,9 m2= 37,64 atau 38 buah Sprinkler
dan sebagai tambahan untuk Volume kebutuhanair sprinkler per gedung :
V=QxT
Dimana, V = Volume kebutuhanair (m3)
Q = Kapasitasair (dm3/menit)
Q = Q tiapsprinkler x Jumlahsprinkler yang pecah= 80 dm3/menitx 12 sprinkler
(1 zonaaktif)= 960 dm3/menit
T = Waktu operasi sistem= 30 menit
V(kebutuhanair) = Q x T x 2 gedung
= 960 dm3/menit x 30 menit x 2 gedung
= 57600 dm3= 57,6 m3
1 gpm = 0.0002523608 m3/s
1 gpm = 0.2523608 l/s
1 gpm = 3.785412 l/m
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.
- Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk
menstabilkan tekanan air didalam pipa.
- Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa kebakaran
utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
- Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan Diesel
secara otomatis akan bekerja.
- Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda
dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
- Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah Start otomatis dan Mati secara Manual.
- Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan
alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada
setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat
panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5
mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah
1.000 buah kepala sprinkler.
Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena sistem sprinkler otomatik
telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih
banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa
sprinkler tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain.
Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia bekerja
secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem
penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan
lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%
(Marryat, 1988).
Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada
area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di
dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai
digalakkan sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat.
Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit kebakaran tidak dapat
dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka kemungkinan besar kebakaran akan
menyebar ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang
diperlukan untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian
dilaporkan bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA
Journal).
Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, namun lebih berfungsi
sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera menyelamatkan diri. Sedangkan
regu pemadam yang menggunakan APAR (fire extinguisher) dan hidran belum dapat menggantikan
sprinkler karena masih dipengaruhi oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan panelnya, pemipaan
berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan (PRV) dalam rancangan secara
indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap
zona adalah maksimum 175 psi (12 bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala
sprinkler.
Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak hidran bangunan
melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler otomatik boleh dikombinasikan
dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan menggunakan hanya satu set pompa kebakaran
untuk keduanya sprinkler dan hidran (SNI 03-1745-2000).
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti ketahanan api,
kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 101). Misalnya untuk kelas
hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam atau bahkan 4 jam. Serta deteksi
boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu yang karena fungsinya harus
menggunakan detektor panas). Dengan demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya
besar dari total nilai proyek keseluruhan.
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi menjadi 2 bagian
utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan pengaruh kuat (impact) kebakaran.
Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-energi, pengendalian interaksi sumber-bahan bakar,
dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem
proteksi pasif atau kompartemenisasi.
Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya hanya mengandalkan
sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan alarm serta sistem hidran,
sekarang mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan sprinkler. Di Singapore memang sprinkler
merupakan opsi untuk bangunan hunian apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap
dipasang (pompa kombinasi dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali
pipa cabang akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang
harus dipenuhi.
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of Fire
Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara
ruangan terikutkan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit,
maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran udara panas
ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit.
Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling
jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya
akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai
temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57C s/d 343C, dapat diplih tergantung dari
rancangan bahaya kebakaran huniannya.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai
temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal
57C atau 68C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain
seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah
diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu
dilengkapi dengan detektor asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a)
lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan
asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas
asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah
atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak
padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program
simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET).
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler
dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler
haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan
hunian apartemen di atas dan paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan
demikian rancangan densitasnya pun berbeda.
Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala
sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan
instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan
pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat
diperlukan bila terjadi kebakaran.
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan
kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain).
Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.
Di dalam instalasi pemadam kebakaran (Fire Fighting) ada beberapa hal penting yang harus kita ketahui,
salah satunya adalah radius dari IHB, PFE dan Sprinkler.
Radius IHB,PFE dan Sprinkler
Berikut ini adalah ketentuan Radius dari ketiga alat pemadam kebakaran tersebut:
IHB (Indoor Hidrant Box) mempunyai radius 30 meter. Oleh karena itu apabila kita akan
menempatkan IHB pada instalasi pemadam kebakaran yang sedang kita buat kita harus menempatkan
IHB pada jarak 30 meter dari IHB lainnya.
Water is necessary!
Proper amounts of water are
necessary when any portion of a
facility or building to be protected
from a water supply on a public
street, as measured by an approved
route around the exterior of the
facility or building.
Note: Fire hydrant tests are
important to track historical
flow pressure data.
Increased friction from
sedimentation and/or
encrustation can significantly
reduce the available pressure
and flow.
Various hydrant
manufacturers have
different internal
hydrant orifice
designs.
Friction is created as
water is required to go
around bends or sharp
corners.
As you can see, the first
example has a very smooth,
rounded interior orifice
transition. Therefore this design
has a coefficient of 0.90, or only
a 10% loss due to friction loss.
Other designs have 0.80 or 0.70
for their coefficient numbers.
Measuring Flow
An example
Test Hydrant, Static = 80
psi. Residual = 50 psi.
Flowing hydrant, Pitot
pressure is 45 psi.
What do we do with all the numbers?
In this example the
Test Hydrant had a
static pressure of 80
and a residual of 50
psi.
The flowing hydrant
registered a flow
pressure of 45 psi on
the pitot tube.
Lets start by
determining the flow
in gallons of water per
minute (gpm) from the
flowing hydrant.
By using the formula
and the same hydrant
design as before what
is the flow in gpm?
Answer
29.83 x 0.9 = 26.847
2.55 x 2.55 = 6.5025
26.847 x 6.5025 = 174.5
174.5 x 6.7082039 = 1171 gpm
Whats next in the process of
determining total available fire flow?
The test hydrant had a static of 80. We
desire to calculate the maximum flow using
mathematics down to a pressure of 20 psi.
This is the minimum pressure allowed by
most water departments. Lower pressures
would begin to cause negative pressures,
allowing cross contamination to occur.
Continued Flow Calculation
Process
PSI
0.54
PSI
0.54
PSI
0.54
For calculation of requirement of fire water for light and ordinary hazard we consider
onemajor fire at a time and for high hazard we consider two major fires simultaneously.
We consider water requirement for process area 1 LPM/M2
For tank cooling we consider 10.2 LPM/M2
We follow OISD for oil industry.For calculation of capacity of fire water reservoir it is
given in TAC and NBC according totype of building. In TAC hours are also mentioned if
we know hours and pump capacity (given in different tables on the basis of hazard and
numbers of fire hydrants) we can calculate capacity of fire water reservoir. If we have to
fight fire of only one area we can calculate how much water required Example:- If pump
capacity is 273 M3
/hrs. = 4550 LPM If this water coming through 150 mm diameter (06) pipe Maximum
flow capacity of this pipe if we assume velocity 3 M/sec
(For fire water network we assume water velocity = 3 M/sec.)Q = A * V = 3.14 d2
* V/4 D = 150 mm = 0.15 M V = 3 M/sec.Q = 3.14 * 0.15 * 0.15 * 3/ 4 Q = 0.0529875 M3
/ Sec. = 0.0529875 * 1000 * 60 LPM Q = 3179.25 LPM As it is known that discharge of
landing valve of fire hydrant is approximate 900 LPM If we operate two landing valve
then discharge will be 1800 LPM Remaining discharge is 3179.25 LPM - 1800 LPM =
1379.25 LPM We can operate two hydrants and one monitors if hydrants and monitors are
in 150 mmline. As discharge of landing valve is 900 LPM but we connect hose and branch
and water will consume according to the discharge of nozzle. So we can use two hydrants
and one monitors if hydrant line is 150 mm diameter. If diameter of hydrant line is 200
mmQ = 3.14 * 0.2 * 0.2 * 3/ 4 Q = 0.0942 M3
/ Sec. = 0.0942 * 1000 * 60 LPM Q = 5652 LPM If we operate two landing valve then
discharge will be 1800 LPM Remaining discharge is 5652 LPM - 1800 LPM = 3852
LPM In this situation we can operate two hydrants and two monitors of 1800 LPM
(aprox.)
Contoh perhitungan sprinkler :
1. luas lantai yang direncanakan adalah 555 m2(luas total) 41 m2(luas toilet)= 514 m2
2. Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m
3. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping sebesar
area jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air.
Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut :
X = 4,6 m (1/4 x 4,6 m)
= 4,6 m 1,15 m
= 3,45 m
Maka, L = 3,45 m x 3,45 m
= 11,9 m2
Jadi Jumlah Sprinkler yang dibutuhkan :
= 514 m2 /11,9 m2
= 37,64 atau 38 buah Sprinkler
dan sebagai tambahan untuk Volume kebutuhanair sprinkler per gedung :
V=QxT
Dimana, V = Volume kebutuhanair (m3)
Q = Kapasitasair (dm3/menit)
Q = Q tiapsprinkler x Jumlahsprinkler yang pecah
= 80 dm3/menitx 12 sprinkler (1 zonaaktif)
= 960 dm3/menit
T = Waktu opera sisistem= 30 menit
V(kebutuhanair) = Q x T x 2 gedung
check valve tipe ini terdiri atas sebuah disk seukuran dengan pipa yang digunakan, dan
dirancang menggantung pada poros (hinge pin) di bagian atasnya. Apabila terjadi aliran maju
atau foward flow, maka disk akan terdorog oleh tekanan sehingga terbuka dan fluda dapat
mengalir menuju saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi aliran balik atau reverse flow,
tekanan fluida akan mendorong disk menutup rapat sehingga tidak ada fluida yang mengalir.
Semakin tinggi tekanan balik semakin rapat disk terpasang pada dudukannya.
b. Lift Check Valve
Penggunaan untuk fluida steam, gas, maupun liquid yang mempunyai flow yang tinggi.
dalam konfigurasinya mirip dengan globe valve hanya saja pada globe valve putaran disk
atau valve dapat dimanipulasi sedangkan pada lift check valve tidak (karena globe valve
adalah jenis valve putar dan control valve).
Port inlet dan outlet dipisahkan oleh sebuah plug berbentuk kerucut yang terletak pada
sebuah dudukan, umumnya berbahan logam. Ketika terjadi foward flow, plug akan terdorong
oleh tekanan cairan sehingga lepas dari dudukannya dan fluida akan mengalir ke saluran
outlet. Sedangkan apabila terjadi reverse flow, tekanan fluda justru akan menempatkan plug
pada dudukannya, semakin besar tekanan semakin rapat pula posisi plug pada dudukannya,
sehingga fluida tidak dapat mengalir.
bahan dari dudukan plug adalah logam, hal ini mempertimbangkan tingkat kebocoran yang
sangat sedikit dari check valve tersebut. Umumnya lift check valve digunakan untuk aplikasi
fluida gas karena tingkat kebocoran yang kecil. Penggunaan check valve tipe lift ini di
industri adalah untuk mencegah aliran balik condensate ke steam trap yang dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada turbin uap. Keuntungan menggunakan lift check valve
adalah terletak pada kesederhanaan desain dan membutuhkan sedikit pemeliharaan.
Kelemahannya adalah instalasi dari check valve jenis lift hanya cocok untuk pipa horisontal
dengan diameter yang besar.
c. Back water check valve
Back water valve, banyak digunakan pada sistem pembuangan air bawah tanah yang
mencegah terjadinya aliran balik dari saluran pembuangan saat terjadi banjir. Saat banjir
saluran pembuangan akan penuh dan bertekanan tinggi sehingga memungkinkan terjadinya
aliran balik, dengan menggunakan back water valve, hal ini dapat diatasi dengan baik.
d. Swing Type Wafer Check Valve
Dalam penggunaan swing check valve dan lift check valve terbatasi hanya untuk pipa ukuran
besar (diameter DN80 atau lebih). jadi sebagai solusinya adalah dengan menggunakan wafer
check valve. Dengan menggunakan wafer ceck valve dapat digunakan tubing dengan ukuran
yang mengerucut pada satu sisinya sehingga dapat diaplikasikan pada pipa yang lebih kecil
ukurannya.
e. Disk Check valve
valve jenis ini terdiri atas body, spring, spring retainer dan disc. Prinsip kerjanya adalah saat
terjadi foward flow, maka disk akan didorong oleh tekanan fluida dan mendorong spring
sehingga ada celah yang menyebabkan aliran fluida dari inlet menuju outlet. Sebaliknya
apabila terjadi reverse flow, tekanan fluida akan mendorong disk sehingga menutup aliran
fluida
perbedaan tekanan diperlukan untuk membuka dan menutup valve jenis ini dan ini ditentukan
oleh jenis spring yang digunakan. Selain spring standar, tersedia juga beberapa pilihan spring
yang tersedia:
check valve jenis ini adalah terdiri dari disk yang bagian tengahnya merupakan poros yang
memungkinkan disk bergerak seolah terbagi dua bila didorong dari arah yang benar (foward
flow) dan menutup rapat bila ditekan dari arah yang salah (reverse flow).
6. Safety Valve
Ukuran akses petugas pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 85 cm lebar dan 100 cm
tinggi, dengan tinggi ambang bawah tidak lebih dari 100 cm dan tinggi ambang atas tidak
kurang dari 180 cm di atas permukaan lantai bagian dalam.
Jumlah dan posisi bukaan akses pemadam kebakaran untuk selain bangunan gedung hunian:
(1). Pada tiap lantai atau kompartemen kecuali lantai pertama dan ketinggian
bangunan gedung tidak melebihi 60 m, harus ada 1 bukaan akses untuk
tiap 620 m2 luas lantai, ataupun bagian dari lantai harus memiliki 2
bukaan akses Pemadam Kebakaran pada setiap lantai bangunan gedung
atau kompartemen.
(2). Pada bangunan gedung yang di dalamnya terdapat kompartemenkompartemen atau ruang-ruang yang ukurannya kurang dari 620 m2yang
tidak berhubungan satu sama lain, maka masing-masing harus diberi
bukaan akses.
(3). Dalam suatu bangunan gedung atau kompartemen yang dilengkapi seluruhnya
dengan sistem springkler otomatis, penentuan bukaan akses didasarkan atas
perhitungan bukaan akses untuk 6.200 m2pertama pada basis 620 m2 untuk tiap
bukaan akses, dan selanjutnya diberikan tambahan bukaan akses berikutnya untuk
luas lantai lebih dari 6.200 m2 dengan basis 1.240 m2. Untuk tiap bukaan akses
tersebut harus didistribusikan pada dinding-dinding bangunan gedung yang
berlawanan.
(4). Bila bukaan akses lebih dari 1 (satu), maka harus ditempatkan berjauhan satu sama
lain dan ditempatkan tidak pada satu sisi bangunan gedung. Bukaan akses harus
berjarak minimal 30 m satu sama lain diukur sepanjang dinding luar dari tengah
bukaan akses.
(5). Bila luas ruangan sangat besar dibandingkan dengan ketinggian normal langitlangit, maka diberikan bukaan tambahan yang diletakkan pada permukaan atas
bukaan dinding luar ke dalam ruang atau area atas persetujuan instansi yang
berwenang.
(6). Pada bangunan gedung yang tinggi luarnya terbatas dan sulit ditempatkan bukaan akses,
maka harus dilengkapi dengan instalasi pemadam kebakaran internal
(1). Setiap jalur tangga untuk pemadaman kebakaran dan saf kebakaran harus dapat
didekati dari akomodasi melewati lobi pemadaman kebakaran.
Catatan :
(a). Outlet pipa tegak dan atau riser harus diletakkan di lobi pemadaman
kebakaran kecuali di level akses atau lantai dasar.
(b). Lif kebakaran diperlukan bila bangunan gedung memiliki lantai 20 m atau
lebih di atas atau 10 m atau lebih di bawah level akses.
(c). Gambar ini hanya menggambarkan komponen dasar untuk suatu saf
pemadam kebakaran.
(2). Semua saf untuk petugas pemadam kebakaran, harus dilengkapi dengan sumber
air utama untuk pemadaman yang memiliki sambungan outlet dan katup-katup
di tiap lobi pemadaman kebakaran kecuali pada level akses.
(3). Saf untuk pemadaman kebakaran harus dirancang, dikonstruksi dan dipasang sesuai
ketentuan yang berlaku.