Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

LP CHF

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Oleh:
Nama :
NIM :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA, 14 MARET 2021


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) atau dikenal dengan penyakit gagal jantung
kongestif adalah kondisi patofisiologi berupa kelainan pada fungsi jantung yang
menyebabkan terjadinya abnormalitas fungsi jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism jaringan (Samsi & Susilo, 2018). Congestive Hearth
Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis atau kumpulan tanda dan
gejala dikarenakan adanya abnormalitas pada struktur dan fungsi jantung sehingga terjadi
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh secara maksimal
(Rahmatiana & Clara, 2019). Congestive Heart Failure (CHF) yang disebut juga penyakit
gagal jantung kongestif adalah gabungan dari gambaran-gambaran klinis gangguan atau
kelainan pada struktur dan fungsi jantung bagian kiri dan kanan (Pangestu & Nusadewiarti,
2020).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat didefenisikan bahwa Congestive Heart
Failure (CHF) adalah kondisi terjadinya kegagalan struktur dan fungsi jantung dalam
memompa darah keseluruh tubuh sehingga meinumbulkan adanya sekumpulan tanda dan
gejala atau disebut sindrom klinis pada bagian jantung kiri dan kanan.

2. Klasifikasi
Menurut Fajriah (2020) klasifikasi fungsional gagal jantung terbagi dalam empat
kategori kelas, yaitu:

Kelas 1 Tidak ada batasan: aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan sesak
nafas, palpitasi atau keletihan yang berlebihan.

Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan: nyaman saat beristirahat tetapi


menimbulkan keletihan dan palpitasi saat melakukan aktivitas
biasa.

Kelas 3 Keterbatasan aktivitas fisik: nyaman saat beristirahat tetapi


aktivitas minimal atau yang lebih sedikit dari biasanya dapat
menimbulkan gejala tertentu.

Kelas 4 Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik apapun: ditemukan


gejala gagal jantung kongestif saat beristirahat terlebih saat
berkativitas fisik dalam bentuk apapun.

3. Etiologi
PPNI (2017) penyebab terjadinya gagal jantung kongestif (CHF):
 Disfungsi miokard (AMI) Miokarditis menyebabkan terjadinya penurunan kontraktifilitas
otot jantung sehingga mengganggu proses jantung dalam memompa darah dan
menimbulkan terjadinya gagal jantung kongestif.
 Beban tekanan berlebih meningkatkan beban sistolik atau upaya jantung memompa darah
ke seluruh tubuh sehingga dapat menurunkan kekuatan otot atau kontraktilitas otot. Hal
itu dapat berakibat pada penurunan kontraktifilitas serta hambatan pengosongan ventrikel
yang berdampak juga pada penurunan curah jantung (cardiac output / COP) sehingga
meningkatkan beban jantung. Peningkatan beban jantung dapat mengakibatkan terjadi
atrofi serabut otot yang berujung pada kondisi gagal jantung kongestif.
 Peningkatan kebutuhan metabolisme dan beban volume dapat meningkatkan beban atau
kerja jantung sehingga beresiko menimbulkan kondisi gagal jantung kongestif.
 Hipertensi pulmonal yang meningkatkan tekanan darah dari jantung ke paru-paru dapat
meningkatkan beban kerja jantung dan dapat berujung pada kondisi gagal jantung
kongestif.
 Penyakit jantung (Stenosis katup AV, Stenosis katup tamponade pericardium, pericarditis
konstruktif). Mekanisme biasanya melibatkan adanya gangguan aliran darah yang
meliputi jantung. Jadi jantung tidak mampu untuk mengisi darah sehingga dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif.
 Aterosklerosis coroner mengakibatkan terganggunya fungsi miokardium untuk
memompa aliran darah ke otot jantung sehingga sel jantung mati dan menimbulkan
terjadinnya gagal jantung kongestif.

4. Manifestasi Klinis
American Heart Association (AHA) dalam Fajriah (2020) meninjau dari sudut klinis secara
simptomatologis gambaran klinis pada kasus gagal jantung kongestif dibagi berdasarkan
bagian jantung kiri dan kanan.
❖ Pada bagian jantung kiri ditemukan terjadinya kelemahan, cepat lelah, berdebar, sesak
nafas, batuk, takikardia, dyspnea, ronchi basah halus di basal paru, bunyi janung III dan
pembesaran jantung.
❖ Pada bagian jantung kanan ditemukan terjadinya edema tumit dan tungkai bawah,
hepatomegali (pembesaran organ hati), asites dan bendungan vena jugularis.
5. Pathway

6. Komplikasi
Austaryani (2012) komplikasi yang terjadi pada kasus Congestive Heart Failure (CHF), yaitu
sebagai berikut:
❖ Edema pulmoner akut akibat akumulasi jaringan yang terganggu dan menumpuk pada
jaringan.
❖ Hyperkalemia akibat adanya penurunan ekskresi, asiosis metabolik, katabolisme dan
masuken diet berlebih.
❖ Pericarditis efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan
dialysis yang tidak adekuat
❖ Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta multifungsi system renin-angiotensin-
aldosteron.
❖ Anemia akibat adanya penurunan dari eritropoetin dan rentang usia sel darah merah.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pangestu & Nusadewiarti (2020) pemeriksaan lanjutan atau penunjang untuk kasus
Congestive Heart Failure (CHF), yaitu:
❖ Pemeriksaan EKG: Dilakukan untuk merekam perubahan aktivitas listrik jantung saat
terjadi gagal jantung atau mendeteksi gangguan irama jantung yang bisa menyebabkan
terjadinya CHF. Pemeriksaan ini dapat merekam dan mendeteksi aktivitas listrik jantung
dan otot-otot jantung.
❖ CT scan jantung: Dilakukan untuk menemukan gambaran detail mengenai kondisi organ
jantung.
❖ Kateterisasi jantung: Dilakukan untuk menemukan sumbatan pada pembuluh darah
jantung dan mengukur tekanan jantung. Tekanan abnormal dapat menjadi pertanda dan
membedakan kasus antara gagal jantung kanan atau kiri, stenosis, insufiensi serta
mendeteksi arteri koroner.
❖ Rontgen dada: Dilakukan untuk mendeteksi ukuran jantung dan penumpukan cairan
dalam paru-paru yang sering ditemukan pada kasus gagal jantung. Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan pembesaran jantung, bayangan dapat menunjukkan dilatasi, hipertrofi bilik
atau perubahan pembuluh darah yang menunjukkan peningkatan tekanan pulmonalis.
❖ Elektrolit: Dilakukan untuk mendeteksi perubahan cairan elektrolit dalam tubuh
dikarenakan kemungkinan terjadi perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal.
Pemeriksaan elektrolit berfungsi untuk mengetahui kadar natrium dalam serum.
Gangguan elektrolit umum pada kasus gagal jantung yaitu hiponatremia, hypokalemia
dan hipomagnesemia. Hiponatremia merupakan kelainan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan morbiditas dan mortalitas berbagai kondisi klinis. Gagal jantung dapat
terjadi apabila natrium dalam serum menurun hingga nilai <135mE/I.
❖ Analisa Gas Darah (AGD): Dilakukan dengan mengambil sampel darah melalui
pembuluh darah arteri guna mengukur kadar oksigen (O 2), karbon dioksida (CO2) dan
tingkat asam-basa (pH) pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
organ jantung serta gejala yang muncul akibat gangguan distribusi oksigen serta karbon
dioksida atau keseimbangan asam basa dalam tubuh pasien.
❖ Blood Urea Nitrogen (BUN) atau Ureum: Dilakukan untuk menilai kadar urea nitrogen
dalam darah berupa zat sisa dari metabolism protein yang seharusnya dibuang melalui
ginjal.

8. Penatalaksanaan
 Non-farmakologi:
 Tirah baring;
 Perubahan gaya hidup;
 Pendidikan kesehatan tentang faktor resiko penyakit gagal jantung kongestif.
 Farmakologi:
 Angiostesin converting enzym inhibitor, kelompok obat yang diindikasikan untuk
pasien gagal jantung, hipertensi, dan gagal ginjal kronis. Obat ini membuat dinding
pembuluh darah rileks sehingga menunrunkan tekanan darah.
 Beta bloker, obat untuk mengatur ritme jantung abnormal dan menjaga terjadi
serangannjantung setelah kejadian pertama.
 Angiostesin reseptor blocker, golongan obata yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah, digunakan juga pada pengobatan gagal jantung, dan gagal ginjal.
 Glikosida jantung, obat untuk menstabilkan irama jantung.
9. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan yang dilakukan guna mengumpulkan
informasi dan data pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengetahui masalah
kesehatan dan kebutuhan keperawatan pasien, baik fisik, mental, lingkungan dan sosial
pasien (Dermawan, 2012). Pengkajian yang akan dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestif sebagai berikut:
1. Identitas Pasien
Diidentifikasi nama, nomor RM, tanggal/jam MRS, MRS dari mana, diagnose
medis, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir dan status
pernikahan.
2. Identitas Penanggung Jawab
Diidentifikasi nama, alamat, jenis kelamin dan hubungan dengan pasien.
3. Status Kesehatan:
Dikaji keluhan utama pasien MRS, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga
4. Genogram
Dibuat bagan dari 3 generasi diatas pasien.
5. Pengkajian pola fungsional Gordon
Dikaji pola persepsi dan manajemen kesehatan; pola nutrisi-metabolik; pola
eliminasi; pola aktivitas dan latihan; pola kognitif dan persepsi; pola tidur dan
istirahat; pola persepsi diri-konsep diri; pola peran-hubungan; pola seksual-
reproduksi; pola toleransi stress-koping; serta pola nilai-kepercayaan-budaya.
6. Pemeriksaan Fisik Sistem
Dinilai keadaan umum pasien; pendengaran dan penglihatan; sistem
respiratori; sistem kardiovaskular; sistem pencernaan; sistem neurologis;
sistemm muskuloskeletal; sistem integument; sistem perkemihan;
7. Pemeriksaan laboratorium
Diidentifikasi pemeriksaan yang diikuti pasien, tanggal/jam, hasil dan
keterangan untuk membantu menguatkan diagnose yang diangkat.
8. Terapi medikasi
Diidentifikasi terapi atau pengobatan tertentu yang diterima pasien beserta
dosis dan alasan pembeian.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinik yang dilakukan untuk
mengetahui respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan.
Diagnosa keperawatan diangkat untuk pemilihan intervensi keperawatan guna mencapai
yang optimal dan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012). Diagnosa yang mungkin
muncul pada pasien dengan kasus gagal jantung kongestif diangkat berdasarkan pedoman
buku diagnosa SDKI (PPNI, 2016).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal pompa ventrikel (D.0008).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005).
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
(D.0003).
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056).

C. Intervensi
Intervensi yang diberikan menyesuaikan dengan kasus pasien serta
mempertimbangkan waktu dan kriteria hasil yang diharapkan. Intervensi terbagi dalam
empat bagian, yaitu observasi, nursing, edukasi dan kolaborasi dengan ahli lainnya.
Beberapa intervensi yang diberikan pada kasus gagal jantung kongestif diangkat
berdasarkan pedoman buku SLKI untuk target luaran mencakup tujuan dan kriteria hasil
serta SIKI untuk pengambilan intervensi (PPNI, 2018).

No. Tujuan Dan


Diagnosa Intervensi Rasional
Dx. Kriteria Hasil
1 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen
curah jantung asuhan keperawatan Aritmia (I.02035)
berhubungan 1x24 jam, maka Observasi: Observasi:
dengan gagal masalah penurunan 1. Identifikasi jenis 1. Menilai jenis aritmia
pompa curah jantung dapat atau abnormalitas irama
ventrikel teratasi dengan aritmia. jantung.
(D.0008) kriteria hasil: Nursing:
1. Frekuensi nadi Nursing: 2. Alat monitor jantung
dalam batas 2. Pasang monitor dapat membantu
normal (60-100 jantung. memberikan penilaian
x/menit). tanda-tanda vital pasien
2. Tekanan darah untuk dipantau secara
dalam batas otomatis setiap saat.
normal (90/60 3. Jalan nafas buatan dapat
mmHg – 120/80 3. Pasang jalan membantu mengatasi
mmHg). nafas buatan. masalah yang
3. Takikardi menghalangi jalan
menurun dan pernafasan pasien.
tidak terjadi 4. Alat perekam EKG
aritmia. 4. Rekam EKG 12 dapat membantu
4. Irama jantung sadapan. merekam aktivitas
normal (60-100). listrik jantung dan
5. Dyspnea (sesak menilai adanya
napas) dan batuk abnormalitas pada
hilang. gelombang listrik
(L.02008) jantung.
Kolaborasi:
Kolaborasi: 5. Pemberian antiaritmia
5. Kolaborasi dapat berfungsi untuk
pemberian menangani kondisi
antiaritmia. aritmia jantung.
2 Pola napas Setelah dilakukan Manajemen jalan
tidak efektif asuhan keperawatan nafas (I.01011)
berhubungan 1x12 jam, maka Observasi: Observasi:
dengan pola nafas tidak 1. Observasi pola 1. Menilai adanya
hambatan efektif dapat teratasi dan bunyi nafas abnormalitas pada pola
upaya nafas dengan kriteria tambahan. dan bunyi nafas.
(D.0005) hasil: Nursing: Nursing:
1. Frekuensi nafas 2. Posisikan semi 2. Posisi semi fowler dapat
membaik. fowler. membantu mengurangi
2. Kedalaman sesak nafas dengan
nafas membaik. menggunakan gaya
3. RR normal: 12- gravitasi untuk
20 x/mnt. pengembangan paru.
4. Bunyi nafas 3. Berikan oksigen. 3. Meningkatkan kadar
normal oksigen dalam darah.
(vesikuler). Edukasi: Edukasi:
5. SpO2 normal 4. Edukasi dan 4. Pemahaman pasien
(95-100%). ajarkan teknik tentang tindakan batuk
6. Retraksi dada batuk efektif. efektif dapat membantu
normal. pasien untuk berusaha
7. Tidak ada secara mandiri
sianosis dan mengeluarkan sekret dan
cuping hidung. meringankan sesak.
(L.01004) Kolaborasi: Kolaborasi:
5. Kolaborasi 5. Pemberian alat bantu
pemberian bronkodilator dapat
bronkodilator. membantu mengatasi
sesak nafas.
3 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan
pertukaran gas tindakan Respirasi (I.01014):
berhubungan keperawatan 1x24 Observasi: Observasi
dengan edema jam diharapkan 1. Monitor pola 1. Menilai pola nafas
paru pertukaran gas dapat napas. pasien sebagai acuan
diatasi dengan penentuan intervensi
kriteria hasil : selanjutnya.
1. TTV dalam 2. Monitor adanya 2. Menilai keefektifan
batas normal sumbatan jalan jalan nafas atau adanya
2. Sesak sudah napas. sumbatan tertentu.
mulai berkurang 3. Auskultasi bunyi 3. Menilai suara nafas
3. Bunyi napas napas. pasien.
tambahan sudah Nursing: Nursing:
tidak ada lagi 4. Atur interval 4. Untuk membantu klien
(L.01003) pemantauan jika ada perubahan
respirasi sesuai saturasi oksigen yang
kondisi pasien. mendadak
5. Dokumentasi 5. Mencatat hasil
hasil pemantauan pemeriksaan sebagai
Edukasi: bukti tindakan dan acuan
6. Jelaskan tujuan sekaligus pantauan
dan prosedur kondisi pasien.
pemantauan Edukasi:
7. Informasikan 6. Mengetahui perubahan
hasil jalan nafas
pemantauan. 7. Memudahkan klien
Kolaborasi: dalam memahami
8. Koloborasi tindakan ang dilakukan
dengan dokter 8. Memudahkan klien
jika pertukaran mencari informasi.
gas masih belum 9. Agar mendapat tindakan
teratasi. perawatan selanjutnya
4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera tindakan (I.08238)
fisiologis keperawatan selama Observasi: Observasi:
seperti 1x24 jam, 1. Identifikasi 1. Menilai tingkat dan
inflamasi diharapkan masalah lokasi, keluhan nyeri yang
(D.0077) keperawatan nyeri karakteristik, dirasakan pasien.
akut dapat teratasi durasi, frekuensi,
atau tingkat nyeri kualitas,
berkurang dengan intensitas dan
kriteria hasil: skala nyeri.
1. Keluhan 2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi fakor
nyeri faktor yang yang mempengaruhi
menurun memperberat dan nyeri dan sebagai acuan
hingga skala meringankan penentuan intervensi
0. nyeri. selanjutnya yang efektif.
2. TTV normal Nursing:
(tekanan Nursing: 3. Kompres dingin
darah, nadi 3. Berikan teknik berfungsi menimbulkan
dan pola non-farmakologi efek analgetik dengan
nafas baik). seperti kompres memperlambat
3. Mual dingin. kecepatan hantaran saraf
menurun. impuls nyeri yang
mencapai otak lebih
(L.08066) sedikit sehingga dapat
menurunkan rasa nyeri.
Edukasi: Edukasi:
4. Ajarkan teknik 4. Memberikan penjelasan
non-farmakologi strategi mengatasi nyeri
untuk secara non-farmakologis
mengurangi seperti relaksasi nafas
nyeri seperti dalam atau mengaihkan
relaksasi nafas pikiran ke arah yang
dalam atau positif sehingga pasien
mengaihkan dapat secara mandiri
pikiran ke arah menurunkan nyeri yang
yang positif. dirasakan.
Kolaborasi: Kolaborasi:
5. Kolaborasi 5. Obat analgetik
dengan dokter digunakan untuk
dalam pemberian mengatasi masalah nyeri
obat analgetik. dengan cara
farmakologi.
5 Intoleransi Setelah dilakukan Pemantauan Tanda
aktivitas tindakan Vital (I.02060)
berhubungan keperawatan selama Observasi: Observasi:
dengan tirah 1x24jam, 1. Monitor tekanan 1. Mengidentifikasi tanda-
baring diharapkan masalah darah, nadi, tanda vital sebagai
intoleransi aktivitas pernafasan, suhu salah satu penilaian
teratasi atau adanya tubuh. pada kondisi pasien.
kemampuan untuk Nursing: Nursing:
melakukan aktivitas 2. Dokumentasikan 2. Mencatat hasil
keseharian secara hasil pemeriksaan sebagai
mandiri dengan pemantauan. bukti tindakan dan
kriteria hasil: acuan sekaligus
1. Frekuensi nadi pantauan kondisi
normal. pasien.
2. Frekuensi nafas Edukasi: Edukasi:
normal. 3. Jelaskan tujuan 3. Memberikan
3. Tekanan darah dan prosedur pemahaman pada
normal. pemantauan. pasien berkaitan dengan
4. Kemudahan tindakan yang
dalam dilakukan agar tidak
melakukan terjadi gagal paham
aktivitas sehari- atau kecurigaan
hari. Manajemen Energi nantinya.
5. Tidak ada (I.05178)
sianosis. Observasi: Observasi:
6. Aritmia saat dan 4. Monitor lokasi 4. Mengidentifikasi
setelah aktivitas dan ketidaknyamanan
menurun. ketidaknyamana beraktivitas sebagai
(L.05047) n selama acuan untuk penentuan
melakukan intervensi selanjutnya
aktivitas. berkaitan dengan
kondisi pasien.
Nursing: Nursing
5. Lakukan latihan 5. Latihan gerakan dapat
gerak pasif dan / membiasakan pasien
atau aktif. memulai aktivitas
kesehariannya secara
mandiri.
Edukasi: Edukasi:
6. Anjurkan 6. Melakukan aktivitas
melakukan secara bertahap dapat
aktivitas secara menjadi tahapan awal
bertahap. pasien memulai
aktivitas mandiri secara
perlahan dan tanpa
memaksakan energinya.
Kolaborasi: Kolaborasi:
7. Kolaborasi 7. Peningkatan asupan
dengan ahli gizi makanan dapat menjadi
tentang cara sumber energi untuk
meningkatkan beraktivitas.
asupan makanan.
Daftar Pustaka

Austaryani, N. P. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dengan Congestive Heart Failure
(CHF) Di Ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan: Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Gosyen
Publising: Yogyakarta.

Fajriah, N. R. 2020. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gagal Jantung
Kongestif (CHF) yang di Rawat di Rumah Sakit.

Pangestu, M. D., & Nusadewiarti, A. 2020. Penatalaksanaan Holistik Penyakit Congestive Heart
Failure pada Wanita Lanjut Usia Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal
Majority, 9(1), 96-106.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rahmatiana, F., & Clara, H. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Congestive
Heart Failure. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1), 7-25.

Samsi, B., & Susilo, C. B. 2018. Penerapan Pemberian Oksigen Pada Pasien Congestive Heart
Failure (CHF) dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

You might also like