Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Minum Dengan Men
Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Minum Dengan Men
Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Minum Dengan Men
Hidayah
Malikhatul Hidayah
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
Indonesia
*Email: malikha@walisongo.ac.id
Abstract
Industrial waste water area that flows in the River Flood Canal Semarang can affect the
environment if not done processing. Membrane is one alternative water treatment technologies with the
principle of filtration. The presence of fouling is a problem encountered in the use of the membrane. In this
study will be made of non-fouling nanofiltration membranes made from cellulose acetate. Manufacture of
cellulose acetate membrane is accomplished by phase inversion method, which is changing the shape of the
polymer solid phase into the liquid phase rich in solvent into solids (membrane) which is rich in polymer.
Therefore, the aim of this study was to create a non-fouling nanofiltration membrane using cellulose
acetate polymer as well as assess the effect of PEG additives and pre-treatment with UV light to the surface
of the structure and performance of cellulose acetate membranes for produced water treatment. Research
using cellulose acetate membranes for wastewater treatment is done by varying the type of PEG 1500 and
4000, variations of PEG of 1, 3 and 5% by weight and a UV irradiation for 10, 20 and 30 seconds. The
research followed by testing the performance of the membrane in wastewater treatment using a dead-end
filtration with the parameters of flux and rejection. Characterization of the membrane was analyzed with
SEM and FTIR. Analysis of the results was conducted to determine the levels of turbidity, TDS, COD, Ca 2+, S2-
and oil in waste water before and after passing through the membrane.
Keywords : Waste water, nanofiltration membranes, cellulose acetate. filtration apparatus, SEM and FTIR analysis
6989.75-2009)
2 2 3 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑛𝑔 𝑑i𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i
Bahan-bahan yang digunakan dalam uji
kesadahan pada analisa ion Ca2+ antara lain: f. Analisa kadar minyak
indikator Mureksid (C8H8N6O6), indikator Analisa kadar minyak dapat dilakukan
Eriochrome Black T (EBT = C20H12N3NaO7S), NaOH dengan menggunakan instrument Gas
1 N, Larutan penyangga pH 10, larutan standar Chromatography yang dilakukan di Laboratorium
kalsium karbonat (CaCO3 0,01 M), dinatrium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas
etilendiamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA 2H2O Gajah Mada.
= C10H14N2Na2O8.2H2O) 0,01 M, serbuk KCN dan
akuades.
Dari hasil penelitian, air baku dianalisa untuk mengetahui karakteristiknya. Parameter yang
dianalisa adalah pH, suhu, warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan E. coli. Tabel 1 berikut memperlihatkan
karakteristik air Limbah
Tabel 1. Hasil Analisa Karakteristik Air limbah
Dari hasil analisa diatas menunjukkan air limbah sebelum menuju proses pengolahan
bahwa kualitas air tidak memenuhi standar lanjut menggunakan teknologi membran.
kualitas air minum (Kepmenkes No. 907/ Pengolahan pendahuluan yang dilakukan
MENKES/ SK/ VII/ 2002) terutama untuk menggunakan sistem KFS. Pengolahan
parameter warna, kekeruhan, TSS dan E.coli, maka pendahuluan menggunakan KFS ini diawali
dari itu perlu dilakukan pengolahan sebelum dengan melakukan analisa jartest yang ditujukan
dikonsumsi. untuk menentukan dosis optimum dari
Kemudian dilakukan pengolahan koagulan.. Koagulan yang digunakan adalah
pendahuluan dengan tujuan untuk menurunkan alum.
kandungan kontaminan yang terkandung dalam
Tabel 2. Hasil Analisa Jartest
Pada proses KFS, penambahan koagulan menggunakan teknologi membran, dalam hal ini
ini dilakukan untuk membantu pengendapan membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
koloid, koloid merupakan partikel yang tidak Sebelum digunakan, terlebih dahulu
dapat mengendap secara alami karena adanya dilakukan uji kompaksi dan permeabilitas untuk
stabilitas suspensi koloidal. Hidrolisa atom Al mengetahui karakteristik embran yang
dalam air menurut reaksi sebagai berikut : dihasilkan. Berdasarkan uji kompaksi dan
Al2(SO4)3 + 6H2O ↔ 2Al(OH)3 + 6H+ + SO42- permeabilitasterhadap membran Nanofiltrasi
Reaksi diatas menyebabkan pembebasan berrdasarkan hasil penelitian sebelumnya
ion H+ sehingga pH larutan berkurang. Jika didapatkan hasil bahwa nilai rejeksi untuk
dilihat pada Tabel 3 diatas, dimana pH air baku membran MF yang paling tinggi dicapai oleh
7,08 kemudian pH efluen KFS menjadi 6,47, hal ini tekanan hisap pompa sebesar 1,5 bar (Susilowati,
sesuai dengan proses hidrolisa atom Al seperti 2005). Luas permukaan dari membran adalah
telah dijelaskan diatas. Selain itu, pH 6,47 untuk 0.0828 m2 sehingga dihasilkan fluks sebesar
efluen KFS ini menunjukkan bahwa berada pada 105,797 L/m2 jam. Hal ini dapat dilihat pada
kondisi rentang pH dimana alum dapat bekerja Gambar 10 berikut.
optimum yaitu berkisar antara 6-8 (Alaerts dan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
Santika 1987). diketahui untuk uji kompaksi ini digunakan TMP
Setelah air limbah diolah menggunakan 1,25 bar karena membran UF memiliki range TMP
pengolahan pendahuluan, seelanjutnya dilakukan 1-10 bar sehingga digunakan TMP minimum untuk
pengolahan lanjutan terhadap air baku tersebut mendapatkan fluks konstan yang paling rendah
(Arfiantinosa, 2004).