Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Minum Dengan Men

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

M.

Hidayah

Walisongo Journal of Chemistry (2 (1), Mei 2018, 6-13)


Website: http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/wjc
ISSN 2621-5985 (online) ISSN 2549-385X (print)

Pengolahan Air Limbah Menjadi Air Minum Dengan Menghilangkan


Amonium Dan Bakteri E-Coli Melalui Membran Nanofiltrasi

Malikhatul Hidayah
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
Indonesia

*Email: malikha@walisongo.ac.id

Abstract

Industrial waste water area that flows in the River Flood Canal Semarang can affect the
environment if not done processing. Membrane is one alternative water treatment technologies with the
principle of filtration. The presence of fouling is a problem encountered in the use of the membrane. In this
study will be made of non-fouling nanofiltration membranes made from cellulose acetate. Manufacture of
cellulose acetate membrane is accomplished by phase inversion method, which is changing the shape of the
polymer solid phase into the liquid phase rich in solvent into solids (membrane) which is rich in polymer.
Therefore, the aim of this study was to create a non-fouling nanofiltration membrane using cellulose
acetate polymer as well as assess the effect of PEG additives and pre-treatment with UV light to the surface
of the structure and performance of cellulose acetate membranes for produced water treatment. Research
using cellulose acetate membranes for wastewater treatment is done by varying the type of PEG 1500 and
4000, variations of PEG of 1, 3 and 5% by weight and a UV irradiation for 10, 20 and 30 seconds. The
research followed by testing the performance of the membrane in wastewater treatment using a dead-end
filtration with the parameters of flux and rejection. Characterization of the membrane was analyzed with
SEM and FTIR. Analysis of the results was conducted to determine the levels of turbidity, TDS, COD, Ca 2+, S2-
and oil in waste water before and after passing through the membrane.

Keywords : Waste water, nanofiltration membranes, cellulose acetate. filtration apparatus, SEM and FTIR analysis

Pendahuluan air baku PDAM yang berasal dari sungai banjir


kanal semarang, telah tercemar limbah dari
Sungai banjir Kanal merupakan sumber kawasan industri Di semarang dan limbah rumah
air minum bagi kota Semarang. Air minum tangga. Sehingga penurunan kualitas air
sangat penting dalam kehidupan manusia. berpengaruh pada kualitas air PDAM Semarang
Produsen air bersih yang ada di Semarang saat sehingga dapat mengancam konsumen PDAM.
ini, PDAM, hanya mampu menghasilkan air
bersih tetapi bukan air yang dapat langsung di Dalam proses pemanfaatan air limbah
minum. Hal ini, salah satunya, disebabkan oleh menjadi air minum, diperlukan pengolahan
6

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X (print)


Volume 2, Nomor 1, Mei 2018
Pengolahan Air
yang memenuhi standar kualitas yang ada, 1. Seberapa besarkah efektifitas membran
agar produk yang dihasilkan berkualitas Nanofiltrasi?
tinggi dan tidak membahayakan kesehatan 2. Dapatkah menghasilkan air dengan kualitas
manusia. Pengolahan air minum yang sudah lebih baik yaitu tidak hanya air yang bersih
diterapkan di Indonesia berupa pengolahan melainkan juga air minum yang sesuai
konvensional yang terdiri dari Koagulasi- dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
Flokulasi, Sedimentasi dan Filtrasi. Akhir-akhir 907/ MENKES/ SK/ VII/2002?
ini, salah satu teknologi yang banyak Tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian ini
digunakan di negara- negara maju adalah adalah:
Teknologi Membran. Teknologi ini merupakan
teknologi bersih yang ramah lingkungan karena 1. Menguji efektifitas membran Nanofiltrasi
tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi
lingkungan Teknologi membran ini dapat 2. Mendapatkan air dengan kualitas lebih baik
mengurangi senyawa organik dan anorganik yaitu tidak hanya air yang bersih melainkan
yang berada dalam air tanpa adanya juga air minum.
penggunaan bahan kimia dalam
pengoperasiannya. (Wenten 1999). Yang diharapkan dari penelitian ini dapat
menghasilkan air minum dari teknologi membran
Pada penelitian ini, modifikasi permukaan yang sesuai dengan Keputusan Menteri
dilakukan dengan pencampuran zat aditif PEG. Kesehatan No.907/ MENKES/SK/VII/2002.
PEG berperan dalam membentuk pori-pori, Pengolahan pendahuluan berupa proses
meningkatkan jumlah pori-pori pada membran koagulasi dan flokulasi secara umum
nanofiltrasi sehingga meningkatkan permeabilitas merupakan suatu proses penambahan bahan
membran, menekan jumlah macrovoids dan kimia pembentuk flok pada air minum atau air
memberikan sifat hidrofilik pada membran (Ma buangan, untuk bergabung dengan padatan
dkk., 2011, Sukmawati dan Firdaus, 2014). Akan koloid yang sulit mengendap, sehingga dapat
tetapi, modifikasi dengan penambahan zat aditif dihasilkan flok-flok yang mudah mengendap
menghasilkan membran yang mempunyai struktur serta proses pengendapan secara
tidak stabil karena tidak adanya ikatan kimia
antara polimer dan zat aditif (Nur dkk., 2013).
Oleh karena itu, untuk mendapatkan membran Metode Penelitian
non-fouling yang memiliki struktur lebih stabil,
maka dapat dilakukan modifikasi permukaan
membran menggunakan kombinasi metode Alat dan Bahan
pencampuran zat aditif diikuti dengan pre- Bahan-bahan yang digunakan dalam
treatment sebelum koagulasi. Pre-treatment penelitian ini antara lain: air terproduksi dari
dilakukan dengan penyinaran sinar UV pada Chevron Pacific Indonesia, selulosa asetat (CA)
membran sebelum dilakukan proses koagulasi. dari MKR Chemicals, PEG 1500 dan PEG 4000 dari
Penyinaran sinar UV berfungsi untuk pemotongan Sigma-Aldrich Chemie GmbH Steinheim Jerman,
rantai polimer (chain scission) dan proses ikatan Aseton 99,75 % dari Mallinckrodt Chemicals, dan
silang (crosslinking) (Susanto dkk., 2007). Untuk akuades dari Laboratorium Terpadu Universitas
itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai Diponegoro.
pengaruh penambahan zat aditif dan penyinaran
sinar UV terhadap kinerja dan karakteristik Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
membran nanofiltrasi non-fouling selulosa asetat ini adalah turbidimeter, magnetic stirrer, plat kaca,
pada Limbah Air. casting knife, selotip, bak koagulasi, oven, sumber
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sinar UV, peralatan SEM, peralatan FTIR, sel filtrasi
adalah: dead-end, spektrofotometer, peralatan titrimetri,
dan Gas Chromatrography.

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print)
M.
Penetapan Variabel Karakterisasi Membran
Variabel Tetap Penentuan fluks dan rejeksi membran
a. Polimer : 18 wt% Selulosa asetat Nilai fluks ditentukan dengan sel filtrasi
b. Pelarut : Aseton dead-end seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2.
c. Aditif : PEG Dalam sel filtrasi diletakkan kertas saring dan
d. Jenis sinar UV : UV A membran yang akan diukur nilai permeabilitasnya.
e. Koagulan : akuades pada suhu kamar Akuades dengan volume kurang lebih 150 mL
dimasukkan ke dalam sel filtrasi dan ditutup rapat,
Variabel Bebas
kemudian diberikan tekanan udara sebesar 3,5
Untuk meneliti pengaruh zat aditif bar. Proses kompaksi dilakukan terlebih dahulu
terhadap kinerja dan karakteristik membran agar rantai polimer menyusun diri selama 30-45
selulosa asetat, penentuan jenis PEG dalam larutan menit. Setelah proses kompaksi, akuades dalam sel
dirancang sesuai dengan Untuk meneliti pengaruh filtrasi diganti dengan air terproduksi, pengukuran
pre-treatment penyinaran sinar UV, penentuan fluks air terproduksi dilakukan dengan mengukur
lama penyinaran sinar UV. volume air terproduksi yang dapat ditampung
selama selang waktu tertentu dengan interval 30
Prosedur Kerja
menit. Nilai fluks dihitung dengan perbandingan
Pembuatan Membran Selulosa Asetat volume permeat per satuan waktu. Penentuan
Pembuatan membran diawali dengan koefisien rejeksi ditentukan dengan menentukan
pembuatan larutan polimer (casting) yang terdiri konsentrasi sebelum dan sesudah melewati
dari polimer CA, PEG dan Aseton. Membran dibuat membran.
dengan komposisi CA tetap yaitu 18 wt%. Jenis Penentuan struktur morfologi membran
PEG yang digunakan yaitu PEG 1500 dan 4000, Penentuan struktur morfologi membran
sedangkan komposisi variasi masing-masing jenis dilakukan dengan SEM (Scanning Electron
PEG yaitu 1 wt%, 3 wt%, dan 5 wt%. CA Microscopy). Mula-mula membran dikeringkan
dimasukkan bersama Aseton ke dalam labu terlebih dahulu, kemudian membran direndam
erlenmeyer tertutup dan diaduk selama 8 jam dalam nitrogen cair selama beberapa detik hingga
dengan magnetic stirrer hingga semua CA terlarut, mengeras. Sebelum dilakukan pemotretan,
kemudian ditambahkan PEG. Selanjutnya larutan membran diangkat dan dipatahkan kedua
didiamkan selama 1 hari untuk menghilangkan ujungnya dengan pinset. Potongan membran ini
gelembung udara dan siap untuk dicetak dengan dilapisi emas murni (coating) yang berfungsi
teknik phase inversion. sebagai penghantar. Selanjutnya, penampang
Cara pencetakan dengan teknik phase melintang dan permukaan membran difoto dengan
inversion yaitu dengan menuangkan larutan cetak perbesaran tertentu.
ke atas pelat kaca yang bagian tepinya diberi
Uji FTIR (Fourier Transform Infra Red)
selotip. Selanjutnya casting knife digerakkan ke
bawah untuk membentuk lapisan tipis pada pelat Karakterisasi membran menggunakan
kaca, lalu dilakukan penyinaran dengan sinar UV FTIR digunakan untuk mengetahui gugus
dengan variasi waktu selama 10, 20, dan 30 menit, fungsional pada membran. Uji ini dilakukan untuk
kemudian dimasukkan ke dalam bak koagulasi memastikan adanya selulosa asetat dan PEG, serta
yang berisi akuades selama 1 jam dilanjutkan pengaruh jenis PEG yang digunakan dan
perendaman dalam bak koagulasi lain selama 24 penyinaran sinar UV pada membran.
jam. Kemudian membran dikeringkan dalam oven
Aplikasi membran selulosa asetat untuk
bersuhu 40-50 oC selama 24 jam.
pengolahan air Limbah
a. Analisa Kekeruhan
Analisa kekeruhan (turbidity) pada air
terproduksi mengacu pada SNI 06-6989.25-2005.
8

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print) Volume 2, Nomor 1, Mei 2018
Pengolahan Air
Analisa dilakukan dengan alat turbidimeter Pertama, ambil 50,0 mL sampel
dengan menganalisa nilai NTU (Nefelometrik tambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya)
Turbidity Unit) air terproduksi sebelum dan sampai dicapai pH 12-13. Apabila contoh uji keruh,
sesudah melewati membran. tambahkan 1mL sampai dengan 2 mL larutan KCN
b. Analisa Total Dissolved Solids (TDS) 10%. Tambahkan seujung spatula atau setara
Analisa TDS dilakukan secara Gravimetri dengan 30 mg - 50 mg indikator Mureksid.
sesuai dengan SNI 06-6989.27-2004 pada air Lakukan titrasi dengan larutan baku Na 2EDTA 0,01
terproduksi sebelum dan sesudah melewati M sampai terjadi perubahan warna merah muda
membran. Prinsip dasar pengukuran yaitu air menjadi ungu. Catat volume larutan baku Na 2EDTA
terproduksi yang telah homogen disaring dengan yang digunakan dan hitung kadar Ca dengan
kertas saring glass fiber, filtrat ditampung dalam menggunakan persamaan:
cawan dan dievaporasi pada suhu 1800C ± 20C 𝑚𝑔 𝑉𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝐵𝑀𝐶𝑎 ×
𝐶𝑎 ( ) 1000
serta ditimbang hingga didapat berat konstan. =
Kenaikan berat cawan sebanding dengan berat 𝐿 𝑉 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
padatan terlarut total (TDS).
c. Analisa Chemical Oxygen Demand (COD) e. Analisa ion S2- dengan iodometri (SNI 03-
Analisa ini dilakukan dengan refluks 6875-2002)
tertutup secara spektrofotometri mengacu pada Pada analisa ion S2-, bahan yang digunakan
SNI 6989.2-2009. Langkah pertama adalah antara lain : larutan KI 0,1 N, larutan Na2S2O3 1 N,
preparasi sampel, apabila diperlukan maka indikator amylum , larutan K2Cr2O7 0,01 N, larutan
lakukan pengenceran terlebih dahulu. Sampel NH4OH dan H2SO4, larutan HCl pekat dan akuades.
sebanyak 2 mL dicampurkan ke dalam tube reagen Pertama, dilakukan uji keasaman pada
dengan menggunakan takaran suntik yang telah sampel, ditambahkan NH4OH apabila terlalu asam
disediakan, kemudian dikocok. Sampel lalu atau dengan ditambahkan H2SO4 apabila terlalu
dipanaskan menggunakan COD reactor HI 839800 basa. Kedua, ambil sampel sebanyak 10,0 ml
selama 2 jam pada suhu 150oC. Selesai dipanaskan, sebagai bahan titrasi, tambahkan larutan KI 0,1 N
sampel didiamkan terlebih dahulu hingga hangat sebanyak 12 ml. Ketiga, lakukan titrasi dengan
selama kurang lebih 20 menit, selanjutnya menggunakan Na2S2O3 hingga warna kuning
dilakukan pengocokkan lalu didiamkan hingga
hampir hilang, kemudian ditambahkan indikator
benar-benar dingin. Setelah itu pembacaan sampel
amilum hingga warna biru. Kebutuhan titran yang
dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang
dihasilkan digunakan sebagai perhitungan kadar
gelombang 600 nm.
S2- dengan menggunakan rumus persamaan (3.2).
d. Analisa ion Ca2+ dengan titrimetri (SNI 06- 1000
2−
𝑆 = (𝑉. 𝑁) 𝑁𝑎 𝑆 𝑂 . 𝐵𝑀 𝑆.

6989.75-2009)
2 2 3 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑛𝑔 𝑑i𝑡i𝑡𝑟𝑎𝑠i
Bahan-bahan yang digunakan dalam uji
kesadahan pada analisa ion Ca2+ antara lain: f. Analisa kadar minyak
indikator Mureksid (C8H8N6O6), indikator Analisa kadar minyak dapat dilakukan
Eriochrome Black T (EBT = C20H12N3NaO7S), NaOH dengan menggunakan instrument Gas
1 N, Larutan penyangga pH 10, larutan standar Chromatography yang dilakukan di Laboratorium
kalsium karbonat (CaCO3 0,01 M), dinatrium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas
etilendiamin tetra asetat dihidrat (Na2EDTA 2H2O Gajah Mada.
= C10H14N2Na2O8.2H2O) 0,01 M, serbuk KCN dan
akuades.

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print)
M.
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil penelitian, air baku dianalisa untuk mengetahui karakteristiknya. Parameter yang
dianalisa adalah pH, suhu, warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan E. coli. Tabel 1 berikut memperlihatkan
karakteristik air Limbah
Tabel 1. Hasil Analisa Karakteristik Air limbah

Air lLimbah KEPMENKES


Parameter Satuan Uji I Uji II Uji III Rata-rata 907/2002
pH - 6,98 7,06 7,2 7,08 6,5-8,5
Suhu air 28,4 28,8 28,6 28,6
0C Suhu ruang ± 30C
Suhu ruang 28 28 28 28
Warna Mg/LPtCo 18,27 17,86 18,05 18,06 Maks. 15
Kekeruhan NTU 112 98 117 109 Maks. 5
TSS mg/L 157 148 139 148 Maks. 50
TDS mg/L 283 268 262 271 Maks. 1000
MPN/100 8 8
E.coli
mL 7,08x10 - - 7,08x10 Maks. 0

Dari hasil analisa diatas menunjukkan air limbah sebelum menuju proses pengolahan
bahwa kualitas air tidak memenuhi standar lanjut menggunakan teknologi membran.
kualitas air minum (Kepmenkes No. 907/ Pengolahan pendahuluan yang dilakukan
MENKES/ SK/ VII/ 2002) terutama untuk menggunakan sistem KFS. Pengolahan
parameter warna, kekeruhan, TSS dan E.coli, maka pendahuluan menggunakan KFS ini diawali
dari itu perlu dilakukan pengolahan sebelum dengan melakukan analisa jartest yang ditujukan
dikonsumsi. untuk menentukan dosis optimum dari
Kemudian dilakukan pengolahan koagulan.. Koagulan yang digunakan adalah
pendahuluan dengan tujuan untuk menurunkan alum.
kandungan kontaminan yang terkandung dalam
Tabel 2. Hasil Analisa Jartest

Suhu Warna (mg/L Kekeruhan


No. Dosis Alum (mg/L) pH
(0C) PtCo) (NTU)
1 40 6,75 27,1 4, 00 2,85
2 50 6,71 27,1 2, 75 2,20
3 60 6,65 27,1 2,13 1,05
4 70 6,56 27,2 1,81 0,85
5 80 6,46 27,1 1,34 0,55
6 90 6,51 27,2 1,81 1,05
7 100 6,65 27,1 2,13 1,35
8 110 6,74 27,2 3,38 1,80

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print) Volume 2, Nomor 1, Mei 2018
Pengolahan Air
Pada tabel 2 terlihat kekeruhan menurun memudahkan dalam mengatur flow rate
seiring dengan penambahan koagulan hingga 80 pembubuhan. Pengenceran dilakukan sebanyak 5
mg/L, hal ini disebabkan penambahan koagulan kali sehingga konsentrasi alum yang ada menjadi
mempercepat timbulnya flok. Sedangkan setelah 4000 ppm. Alum dengan konsentrasi
dosis koagulan di atas 80 mg/L, kekeruhannya 4000 ppm ini kemudian digunakan untuk
meningkat kembali. Hal ini dikarenakan kondisi KFS. Pada sistem pilot plan KFS, air baku memiliki
air sudah jenuh yang menyebabkan flok flow rate 0,75 L/menit dan flow rate alum untuk
terpecah kembali. Selanjutnya dilakukan konsentrasi 4000 ppm sebesar 15 mL/menit.
pengenceran konsentrasi alum supaya

Tabel 3. Hasil Analisa Efluen dan % Rejeksi KFS


Efluen KEPMENKES
Parameter Satuan Air Baku % Rejeksi
KFS 907/2002
pH - 7,08 6,47 - 6,5-8,5
Suhu 30 27,75 -
0C Suhu ruang ± 30C
Suhu ruang 29 29
Warna mg/L PtCo 18,06 5,25 70,93 Maks. 15
Kekeruhan NTU 109 6,55 93,99 Maks. 5
TSS mg/L 148 47 68,24 Maks. 50
TDS mg/L 271 170 37,24 Maks. 1000
E.coli MPN/100 mL 7,08x108 1550 99,9994 Maks. 0

Pada proses KFS, penambahan koagulan menggunakan teknologi membran, dalam hal ini
ini dilakukan untuk membantu pengendapan membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
koloid, koloid merupakan partikel yang tidak Sebelum digunakan, terlebih dahulu
dapat mengendap secara alami karena adanya dilakukan uji kompaksi dan permeabilitas untuk
stabilitas suspensi koloidal. Hidrolisa atom Al mengetahui karakteristik embran yang
dalam air menurut reaksi sebagai berikut : dihasilkan. Berdasarkan uji kompaksi dan
Al2(SO4)3 + 6H2O ↔ 2Al(OH)3 + 6H+ + SO42- permeabilitasterhadap membran Nanofiltrasi
Reaksi diatas menyebabkan pembebasan berrdasarkan hasil penelitian sebelumnya
ion H+ sehingga pH larutan berkurang. Jika didapatkan hasil bahwa nilai rejeksi untuk
dilihat pada Tabel 3 diatas, dimana pH air baku membran MF yang paling tinggi dicapai oleh
7,08 kemudian pH efluen KFS menjadi 6,47, hal ini tekanan hisap pompa sebesar 1,5 bar (Susilowati,
sesuai dengan proses hidrolisa atom Al seperti 2005). Luas permukaan dari membran adalah
telah dijelaskan diatas. Selain itu, pH 6,47 untuk 0.0828 m2 sehingga dihasilkan fluks sebesar
efluen KFS ini menunjukkan bahwa berada pada 105,797 L/m2 jam. Hal ini dapat dilihat pada
kondisi rentang pH dimana alum dapat bekerja Gambar 10 berikut.
optimum yaitu berkisar antara 6-8 (Alaerts dan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
Santika 1987). diketahui untuk uji kompaksi ini digunakan TMP
Setelah air limbah diolah menggunakan 1,25 bar karena membran UF memiliki range TMP
pengolahan pendahuluan, seelanjutnya dilakukan 1-10 bar sehingga digunakan TMP minimum untuk
pengolahan lanjutan terhadap air baku tersebut mendapatkan fluks konstan yang paling rendah
(Arfiantinosa, 2004).

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print)
M.
Tabel 4. Hasil Analisa Permeat dan % Rejeksi Membran MF, UF dan MF-UF

Permea % Permea % Perme % KEPMENKE


Parameter Satuan Air Baku t Rejeks t Rejeks at Rejeks S No.
pH - 7,08 7,81 - 6,40 - 7,68 - 6,5-8,5
Suhu air 30 26,5 - 28,60 - 29 -
0C
Suhu ruang 28 - 28 - 28 deviasi 3
29 -
mg/L
Warna 18,06 0,41 97,73 2,13 88,21 2,12 88,26 15
PtCo
Kekeruhan NTU 109 0,54 99,5 1,00 99,08 4,76 95,63 5
TSS mg/L 148 ND 100 ND 100 ND 100 50
TDS mg/L 271 150 44,65 77,5 71,4 75,3 72,21 1000
MPN/10
E.coli 0 8 0 100 0 100 0 100 0

Kesimpulan Daftar Pustaka

Dari serangkaian penelitian yang telah


Ahmadun, F.R., Pendashteh, A., Abdullah, L.C., Biak,
dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu
D.R.A., Madaeni, S.S., Abidin, Z.Z. 2009.
berdasarkan jenis membran yang digunakan
Review of Technologies for Oil and Gas
dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa
Produced Water Treatment, Journal of
jenis membran yang menghasilkan persen rejeksi
Hazardous Materials, vol. 170, pp. 530–551.
kontaminan terbaik adalah rangkaian KFS-MF-UF
untuk parameter pH, suhu, TDS, TSS, dan E. coli. Alzahrani, S., Mohammad, A.W., Hilal, N., Abdullah,
Sementara untuk parameter warna dan P. dan Jaafar, O. 2013a. Comparative study of
kekeruhan, yang terbaik dihasilkan oleh rangkaian NF and RO membranes in the treatment of
KFS-MF. produced water — Part I : Assessing water
Berdasarkan KEPMENKES No. quality, Desalination, vol. 315, pp. 18–26.
907/MENKES/SK/VII/2002, maka dapat diketahui Alzahrani, S., Mohammad, A.W., Hilal, N., Abdullah,
bahwa permeat dari rangkaian membran P. dan Jaafar, O. 2013c. Potential tertiary
Nanofiltrasi telah memenuhi persyaratan air treatment of produced water using highly
minum untuk 7 parameter penting, yaitu pH, suhu, hydrophilic nanofiltration and reverse
warna, kekeruhan, TSS, TDS, dan kandungan osmosis membranes, Journal of
bakteri E.coli. Pengolahan air dengan teknologi Environmental Chemical Engineering, vol. 1,
membran telah menghasilkan air olahan dengan pp. 1341–1349.
kualitas air minum yang disyaratkan (untuk 7
parameter penting, yaitu pH, suhu, warna, Barker, R.W. 2004. Membrane Technology and
kekeruhan, TSS, TDS, dan kandungan bakteri E. Application. 2nd ed, John Wiley & Sons, Ltd.,
coli), bukan hanya sekedar menghasilkan air West Sussex.
bersih, sehingga air olahan teknologi membran Billmeyer, F.W. 1962. Text Book of Polimer Science,
dapat dikonsumsi manusia secara aman. John Willey and Sons Inc., New York and
London.

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print) Volume 2, Nomor 1, Mei 2018
Pengolahan Air
Kirk, B. E. dan Othmer, D.F. 1996. Encyclopedia of Selulosa Asetat untuk Pengolahan Air
Chemical Technology, The Interscience Terproduksi, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia
Encyclopedia Inc, New York. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Mulder, M. 1996. Basic Principles of Membrane Semarang.
Technology, Kluwer Academic Publishers, Susanto, Heru, Balakrishnan, M., dan Ulbricht, M.
Netherland. 2007. Via surface functionalization by
Nunes, S. P. dan Peinemann, K.V. 2001. Membrane photograft copolimerization to low-fouling
Technology in The Chemical Industry, New poliethersulfone-based ultrafiltration
York: Willey VCH. membranes, Journal of Membrane Science,
vol. 288, pp. 157-167.
Nur, A.P., Sari, D.K. dan Susanto, H. 2013. Integrasi
Penyinaran Dengan Sinar UV Pada Proses Uemura T., dan Henmi M. 2008. Thin-Film
Inversi Fase Untuk Pembuatan Membran Composite Membranes for Reverse Osmosis.
Non-Fouling, Jurnal Teknologi Kimia dan Dalam Li, N.N., Fane, A.G., Ho, W.S., dan
Industri, vol.2, no.4, pp.189–197. Matsura, T. (Editor), Advanced Membrane
Technology and Application , pp. 3-18, New
Sukmawati, H. dan Firdaus, M.M.H. 2014.
Jersey : John Wiley & Sons Inc.
Pembuatan dan Karakterisasi Membran

Copyright © 2018 WJC | ISSN 2621-5985 (online) | ISSN 2549-385X


(print)

You might also like