BUKU Acute Coronary Syndrome Update 2020
BUKU Acute Coronary Syndrome Update 2020
BUKU Acute Coronary Syndrome Update 2020
CARDIOLOGY
UPDATE
2020 Sdition
Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember ISSN 2774-2369
PROCEEDING of CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Cardiology and Vascular Medicine Department
Universitas Airlangga
In Conjunction with SURABAYA CARDIOLOGY UPDATE
Editor :
Agus Subagjo, MD
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI), dan Departemen – KSM Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Copyright Policy
Prohibition is applied to any acts of multiplying, reprinting, and republishing any part of this book or
as a whole without the permission of the authors, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI), and Department of Cardiology and Vascular, Universitas Airlangga – RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya
First published by :
December 2020
Surabaya, Indonesia
Digital Repository Universitas Jember ISSN 2774-2369
AIRLANGGA CARDIOVASCULAR
International Conference II
Expert Meeting III
Editor
Agus Subagjo, MD
Reviewer
Revi Adheriyani, MD
Mia Puspitasari, MD
Office
Welcoming Letter
On behalf of the Organizing Committee, we cordially welcome you to the first and
biggest cardiovascular virtual meeting in Surabaya: 11th Surabaya Cardiology Update in
conjunction with Airlangga Cardiovascular International Conference II / Expert Meeting III
and Continuing Medical Education XXII.
Our vision is to improve patient care by advancing knowledge and skill in prevention,
diagnosis and treatment of cardiovascular disease. The workshop and scientific programme
offers not only a comprehensive, but also more depth about cardiovascular disease with
case interactive, to ensure all can implement the presented lecture in their daily
practice.
We look forward to welcoming you in our virtual platform on December 18-20th, 2020. We
hope that you will have enjoyable time with our programme and might stimulate a creative
exchange of ideas that will be personally rewarding.
Regards,
Chairman
Table of Content
Ethical
Featured— 1 Featured— 2
Most Frequent Daily Ethical Cases
Telemedicine in Cardiovascular Field
Pangeran Akbar Syah, Idris Idham (1-7)
Anna Ulfah Rahajoe (8-10)
Coronary Artery Disease and Intervention Acute Cardiac Care and Heart Failure
Tips and Trick to Achieve a Better Stent Optimization in Acute Heart Failure: “What could GP do more than
CAD: When to Use FFR, IVUS, and OCT? prompt?”
Antonia Anna Lukito (170-173) Akhtar Fajar Muzakkir (237-238)
Is It (Re)-Stenosis Related Chest Pain after PCI or Oxygen Therapy in Acute Heart Failure
Microvascular Disease Farhanah Meutia (239-246)
M. Hafid Akbar (174-184)
Respiratory Failure in Acute Heart Failure: Rapid
Perawatan Sindrom Koroner Akut/SKA di Gawat Oxygen Escalation Therapy
Darurat Farhanah Meutia (247-259)
Kurniawati (185-189)
Latest Update in The Management of Advanced Heart
Fibrinolitik pada Sindrom Koroner Akut Failure
Ni Ketut Suantari (190-192) Susetyo Atmojo (260)
Suryono
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unej, RSD dr. Soebandi, Jember
Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan oleh gabungan gugus tugas ESC, ACC, AHA, dan
penyebab utama kematian dan disabilitas baik di WHF, menjelaskan definisi cedera miokard sebagai
negara berkembang maupun negara maju. adanya bukti peningkatan nilai troponin jantung
Terdapat lebih dari 7 juta kematian di seluruh (cTn) dengan setidaknya satu nilai di atas batas
dunia disebabkan oleh PJK (12,8% dari total referensi atas persentil ke-99. Cedera miokard
kematian) pada tahun 2008[1]. Selain itu, PJK juga dianggap akut bila terdapat peningkatan atau
berperan terhadap penurunan kualitas hidup dan penurunan nilai cTn.[5]
disabilitas. Sebanyak 6,8% Disability-adjusted life-
years lost (DALYs) terjadi pada pria dan 5,3% Infark miokard akut digunakan bila didapatkan
DALYs terjadi pada wanita akibat PJK[2]. Di cedera miokard akut (peningkatan penurunan nilai
Indonesia, PJK merupakan penyebab utama cTn) dengan setidaknya satu dari[5]:
morbiditas dan mortalitas, serta bertanggung
1. Gejala iskemia miokard
jawab terhadap sepertiga dari seluruh kematian3
Jumlah tahun produktif yang hilang (Year of Life 2. Perubahan EKG iskemik baru.
Lost) akibat kematian premature akibat PJK 3. Terbentuk gelombang Q patologis baru pada
diperkirakan sekitar 3299 tahun hilang / 100.000. EKG.
Data di Indonesia hampir 30% populasi orang
4. Bukti pencitraan hilangnya miokard yang
dewasa berusia 40 tahun memiliki resiko tinggi
viabel atau kelainan gerakan dinding regional
PJK. Prevalensi ini jauh melebihi prevalensi di
baru dalam pola yang konsisten dengan
India (10,2%) dengan rentang usia sampel yang
etiologi iskemik.
sama (40 tahun ke atas)[4].
5. Trombus intrakoroner yang terdeteksi pada
Acute Coronary Syndrome(ACS)/Sindroma
angiografi atau otopsi.
koroner akut(SKA) merupakan bagian PJK yang
membutuhkan penangan secara cepat dan tepat. Gugus tugas ini membagi jenis MI menjadi lima
Penanganan cepat dan tepat akan meningkatkan jenis[5]:
harapan hidup serta menurunkan resiko komplikas
1. Ruptur plak/erosi dengan atau tanpa trombus
seperti gagal jantung, aritmia dan kematian dini.
oklusif pada arteri yang mensuplai miokard
Pembahasan yang mengalami infark,
2. Adanya ketidakseimbangan suplai dan
Sebelum melakukan pembahasan mengenai
kebutuhan oksigen yang berhubungan dengan
sindroma koroner akut, definisi dari cedera miokard
trombosis akut, misalnya hipotensi, anemia
dan infark miokard akut perlu dipahami kembali.
berat, spasme koroner, gagal nafas, takiaritmia
Perbaruan definisi universal keempat yang disusun
Sejalan dengan pedoman ESC, AHA/ACC juga Sindroma koroner akut tanpa elevasi segmen
menyarankan PCI primer sebagai manajemen ST(NSTE-ACS/NSTEMI) memiliki pedoman ESC
terbaik pasien yang dapat dirujuk dengan cepat baru yang dipublikasikan tahun 20206. Alur
9
dari RS non-PCI (dalam 120 menit) . Untuk pasien manajemen pedoman ACS tanpa elevasi segmen
yang tidak mungkin memperoleh reperfusi cepat ST dapat dilihat dari diagram di bawah ini.
dengan PCI primer, pendekatan farmakoinvasif
Evaluasi awal meliputi penilaian klinis, pencitraan, interval waktu untuk pemeriksaan troponin jantung
dan algoritma 0 jam/1 jam troponin sensitivitas kedua dapat diperpendek shingga mengurangi
tinggi. EKG kondisi istirahat adalah alat diagnosis keterlambatan diagnosis. ESC untuk ini
pertama pada pasien dengan SKA. EKG harus merekomendasikan penggunaan algoritma 0
dilakukan dalam 10 menit kedatangan pasien. jam/1jam. NSTEMI dapat dikesampingkan pada
Pemeriksaan biomarker melengkapi penilaian klinis saat presentasi jika konsentrasi hs-cTn sangat
dan EKG yang dapat menunjukkan cedera rendah. NSTEMI dapat disingkirkan (rule out)
kardiomiosit yaitu hs-cTn. Bila presentasi klinis dengan kombinasi dari kadar baseline yang rendah
sesuai dengan iskemia miokard, elevasi troponin dan kurangnya peningkatan yang relevan dalam 1
jantung mengindikasikan IMA, dengan kadar yangg jam (tidak ada 1jamΔ). Pasien memiliki
meningkat tajam dalam 1 jam onset gejala. Untuk kemungkinan tinggi untuk NSTEMI jika konsentrasi
meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik, hs-cTn saat presentasi setidaknya cukup tinggi atau
Proceeding of Continuing Medical Education XXII
in Conjunction with 11th Surabaya Cardiology Update 153
TRANSFORMING GLOBAL CARDIOVASCULAR HEALTH THROUGH
COLLABORATION: FACING FUTURE CHALLENGE AND INOVATIONS
Digital Repository Universitas Jember
PKB-SCU (2020)
konsentrasi hs-cTn menunjukkan peningkatan yang Langkah selanjutnya ada penentuan risiko. Dalam
jelas dalam satu jam pertama (1jamΔ). Namun, pedoman ESC terbaru, model stratifikasi risiko
perlu digarisbawahi bahwa algoritma ini digunakan seperti GRACE memerlukan pertimbangan khusus
bersama dengan semua informasi klinis yang dalam pengggunaannya. Skor risiko GRACE
tersedia termasuk karakteristik dari nyeri dada. Bila menawarkan performa diskriminatif terbaik. Namun,
pasien hanya berisiko rendah-sedang mengalami penting untuk diketahui bahwa terdapat beberapa
penyakit arteri koroner atau troponin jantung jenis skor risiko GRACE, dan masing-masing
dan/atau EKG normal atau tidak konklusif, coronary mengacu pada kelompok pasien yang berbeda dan
computed tomography angiography (CCTA) memprediksi hasil yang berbeda. Karena
direkomendasikan sebagai alternatif angiografi pembobotan variabel berbeda antar jenis skor risiko
invasif untuk menyingkirkan SKA. GRACE lainnya mungkin sangat berbeda untuk
pasien yang sama, arahan keputusan terapi dapat
menjadi berbeda.
Tabel 1.
Risiko sangat tinggi Risiko tinggi Risiko rendah
Instabilitas hemodinamik Nyeri Diagnosis NSTEMI sudah ditetapkan Tidak adanya tanda risiko
dada rekuren/refrakter Aritimia Perubahan segmen ST-T baru atau tinggi maupun sangat tinggi.
yang mengancam jiwa Komplikasi dianggap baru (simptomatik maupun
mekanik IMA silent)
Gagal jantung akut yang sangat Henti jantung yang teresusitasi tanpa
berhubungan dengan SKA NSTE elevasi segmen ST atau syok
Depresi segmen ST > 1mm/6lead kardiogenik
dengan elevasi segmen ST aVR Skor risiko GRACE > 140
dan atau V1
pasien-pasien naif aspirin. Tidak direkomendasikan mencapai inhibisi platelet pada saat PCI, bahkan
pemberian loading penghambat reseptor P2Y12 dapat menyebabkan peningkatan risiko
pada pasien yang anatomi koronernya tidak pendarahan, sehingga pemberian penghambat
diketahui atau pasien direncanakan menjalani reseptor P2Y12 dipertimbangkan pada kasus kasus
manajemen invasif dini. Beberapa trial skala besar tertentu dan sesuai dengan risiko pendarahan
menemukan bahwa pemberian baik klopidogrel pasien
atau penghambat reseptor P2Y12 poten kurang
DAPT terdiri dari penghambat reseptor P2Y12 (DAPT) direkomendasikan untuk diberikan selama
yang poten selain aspirin. Dual antiplatelet terapi 12 bulan, terlepas dari jenis stentnya. Dalam
Jember
skenario klinis tertentu, durasi DAPT dapat Dalam kasus hasil tes SARS-CoV-2 positif, pasien
dipersingkat (<12 bulan), diperpanjang (> 12 harus dipindahkan manajemen invasif ke rumah
bulan), atau dimodifikasi (mengganti DAPT, de- sakit COVID-19 yang dilengkapi dengan fasilitas
eskalasi DAPT) dan keputusan ini bergantung untuk menangani pasien positif COVID-19.
pada penilaian klinis individu dan risiko iskemik
serta perdarahan pasien, terjadinya efek samping, Pasien dengan risiko menengah harus dievaluasi
komorbiditas, konsumsi obat lainnya, dan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan
ketersediaan masing-masing obat. Menurut studi diagnosis alternatif untuk T1MI, seperti MI tipe II,
PEGASUS TIMI, pasien dengan ACS yang dapat miokarditis, atau cedera miokard akibat gangguan
mentoleransi DAPT tanpa komplikasi perdarahan, pernapasan atau kegagalan multiorgan atau
pemberian DAPT diperpanjang > 12 bulan harus Takotsubo. Jika salah satu diagnosis banding
dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tampak masuk akal, strategi non-invasif harus
trombotik tinggi dan tidak memiliki peningkatan dipertimbangkan dan CCTA harus dipilih jika
risiko perdarahan mayor yang mengancam nyawa, peralatan dan keahlian tersedia.[8]
dan dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
Kesimpulan
peningkatan risiko trombotik
tinggi, strategi medis bertujuan untuk stabilisasi disease: 2004 update. 2008. Geneva: World
Jember
4. Maharani, A., Praveen, D., Oceandy, D., 7. Ibanez B, James S, Agewall S, Antunes MJ,
Tampubolon, G. and Patel, A. Cardiovascular Bucciarelli-Ducci C, Bueno H, et al. 2017 ESC
disease risk factor prevalence and estimated 10- Guidelines for the management of acute
year cardiovascular risk scores in Indonesia: myocardial infarction in patients presenting with
The SMARThealth Extend study. PloS one; ST-segment elevation. Eur Heart J. 2018
2019. 14(4), p.e0215219
8. European Society of cardiology. ESC Guidance
5. Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Chaitman BR,
for the Diagnosis and Management of CV
Bax JJ, Morrow DA, White HD. Fourth Universal
Disease during the COVID-19 Pandemic. Eur
Definition of Myocardial Infarction (2018). J Am
Heart J. 2020
Coll Cardiol; 2018.
9. Mahmud E, Dauerman HL, Welt FGP,
6. Collet J-P, Thiele H, Barbato E, Barthélémy O,
Messenger JC, Rao S V., Grines C, Mattu A,
Bauersachs J, Bhatt DL, et al. ESC Guidelines
Kirtane AJ, Jauhar R, Meraj P, Rokos IC,
for the management of acute coronary
Rumsfeld JS, Henry TD. Management of Acute
syndromes in patients presenting without
Myocardial Infarction During the COVID-19
persistent ST-segment elevation. Eur Heart J;
Pandemic. J Am Coll Cardiol. 2020
2020.