Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Aplikasi Terapi Generalis Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. R Dengan Halusinasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Aplikasi Terapi Generalis Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa

Pada Nn. R Dengan Halusinasi


Arniat Siswi Nazara1, Jek Amidos Pardede2
*arniatsiswinazara26@gmail.com

ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic disease, a severe and disabling brain disorder characterized by confused thoughts, delusions,
strange behavior and hallucinations. Hallucinations are one of the symptoms of mental disorders in individuals which are
characterized by changes in sensory perception; feeling false sensations of sound, sight, taste, touch, or smell. Auditory
hallucinations most often occur when the patient hears voices, these hallucinations have melted and the patient feels very
scared, panicky and cannot distinguish between the fantasy and the reality he is experiencing. Objective: to determine generalist
nursing care standards in schizophrenic patients in reducing symptoms of auditory hallucinations. Methods: this study used a
case study approach interview and observation techniques. The subject used in this case study was one patient with auditory
hallucinations in room mawar Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Obtained data on patients experiencing
sensory perception disorders: auditory hallucinations. The medical diagnosis in the patient is paranoid schizophrenia with nursing
diagnoses namely auditory hallucinations, low self-esteem and social isolation. The results of the case study after nursing care
was carried out by implementing an implementation strategy of sixteen meeting sessions showed reduced problems in patients
with auditory hallucinations so that they were able to control their hallucinations by rebuking, taking medication regularly,
conversing with others and carrying out scheduled activities.

Keywords: Auditory Hallucinations, Implementation strategy, Psychiatric Nursing Care

PENDAHULUAN normla, (2) Faktor psikologis seperti pola asuh


Kesehatan jiwa adalah ketika seseorang tersebut orang tua, kondisi keluarga dan lingkungan, (3)
merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi Faktor sosial budaya seperti kondisi ekonomi,
tantangan dalam hidupnya, dapat menerima konflik sosial, serta kehidupan yang terisolasi
orang lain sebagaimana seharusnya serta disertai stres. Sedangkan faktor lainnya yaitu
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan presipitasi yakni (1) faktor biologi yang terkait
orang lain (Pardede, 2020). Gangguan jiwa dalam gangguan komunikasi dan putaran balik
merupakan permasalahan kesehatan yang otak yang mengatur proses informasi, (2) Faktor
disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, lingkungan yang mana terjadi tingkat stresor
psikilogis, genetik, fisik atau kimiawi dengan lingkungan di luar batas toleransi individu, (3)
jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun Koping yang dapat menentukan seseorang
ketahun (Hartanto,2021). dalam mentoleransi stressor (Oktiviani, 2020).

Halusinasi pendengaran paling sering terjadi Menurut Yosep & Sutini (2016) pada pasien
ketika pasien mendengar suara -suara, skizofrenia, 70% pasien mengalami halusinasi.
halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa Halusinasi adalah gangguan penerimaan
sangat ketakutan, panik dan tidak bisa pancaindra tanpa stimulasi eksternal (halusinasi
membedakan antara khayalan dan kenyataan pendengaran, penglihatan, pengecapan,
yang dialaminya (Pardede, 2021). Penyebab penciuman, dan perabaan). Halusinasi
munculnya halusinasi ada dua yaitu faktor merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi pada individu yang ditandai dengan perubahan
terdiri dari (1) faktor biologis yang berhubungan persepsi sensori persepsi; merasakan sensasi
dengan perkembangan sistem saraf yang tidak palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan dapat berkurang. Selain itu, mengevaluasi cara
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Pardede, mengontrol halusinasi yang paling dirasakan
2020). klien tepat untuk dipilih dalam menghardik
halusinasi.
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016)
menyatakan bahwa pasien dengan halusinasi Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin
dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak mengetahui lebih dalam tentang proses
20% mengalami halusinasi pendengaran dan keperawatan pasien dengan melalui pengelolaan
penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
halusinasi pendengaran, 20% mengalami Nn. R dengan Gangguan Persepsi Sensori :
halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami Halusinasi Pendengaran diruang mawar Rumah
halusinasi lainnya. Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan"

Skizofrenia merupakan penyakit kronis, METODE


gangguan otak yang parah dan melumpuhkan Metode penelitian yang digunakan adalah
yang ditandai dengan pikiran kacau, khayalan, metode studi kasus dengan Teknik wawancara
berperilaku aneh dan halusinasi (WHO, 2021). dan observasi. Subjek yang digunakan dalam
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 studi kasus adalah satu orang pasien dengan
didapatkan estimasi prevalensi orang pernah gangguan persepsi sensori : Halusinasi
menderita skizofrenia sebesar 1,8 per 1000 pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem
penduduk (Pardede & Manao, 2019). Medan. Fokus utama pada kasus ini adalah
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 halusinasi pendengaran. Tempat untuk
didapatkan estimasi prevalensi orang pernah pengambilan studi kasus yaitu di diruang mawar
menderita skizofrenia sebesar 1,8 per 1000 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
penduduk (Syahdi & Pardede, 2022). Menurut Medan. Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal
perhitungan beban penyakit pada tahu 2017 01 November 2022 – 19 November 2022.
beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi Pengumpulan data menggunakan wawancara,
dialami oleh penduduk di Indonesia diantaranya observasi dan dokumentasi.
gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar,
gangguan perilaku dan cacat intelektual HASIL
(Indrayani, 2022). Skizofrenia merupakan Hasil pengkajian dan observasi dilakukan pada
penyakit kronis, gangguan otak yang parah dan tanggal 01 November 2022 pada Nn. R (31
melumpuhkan yang ditandai dengan pikiran tahun) berjenis kelamin perempuan dengan
kacau, khayalan,berperilaku aneh dan halusinasi diagnosa medis Skizofrenia. Pasien menyatakan
(Syahdi & Pardede, 2022). bahwa dulunya pernah mengalami pelecehan
seksual diusia 25 tahun. Pasien juga
Pardede (2020) mengatakan bahwa Untuk mengatakan orang tua angkatnya membenci dan
mengatasi halusinasi dilakukan strategi suka marah-marah padanya, karena gara-gara
pelaksaan untuk mengontrol halusinasi yang dia membuat malu keluarga. Semenjak saat itu
terdiri dari 4 sesi yaitu (1) menghardik halusinasi pasien tidak mempunyai teman dan selalu
dengan menutup telinga, (2) meminum obat menyendiri. pasien mendengar suara atau
secara teratur , (3) halusinasi dengan cara bisikan seperti menyuruh untuk membakar
bercakap-cakap dengan orang lain, (4) halusinasi barang sekitar 5-8x/hari dan terkadang tidak
dengan cara melakukan kegiatan. Evaluasi menentu waktunya, berbicara sendiri dan tertawa
dilakukan untuk mengetahui perkembangan klien sendiri, membawa barang-barang sekitar,
dan memastikan bahwa intensitas halusinasi melempar batu kearah rumah orang. Situasi yang
menyebabkan halusinasi yaitu saat dirinya tampak lesu. Tidak ada alam perasaan spesifik
sedang bengong. Melamun ataupun sedang karena kadang pasien tampak biasa saja, kadan
sendirian.pasien mengatakan bahwa saat merasa sedih dan putus asa seperti tidak
halusinasi datang dirinya menjadi cemas dan berguna. Pasien memiliki afek labil karena pasien
bingung. berekspresi sesuai alam perasaan yang sedang
dialami dan itu sering berubah-ubah sesuai
Faktor predisposisi, pasien mengatakan belum dengan mood pasien. Saat dikaji pasien selalu
pernah masuk rumah sakit jiwa dimasa lalu. meenunduk Ketika berkomunikasi atau berbicara
Begitu pula dengan anggota keluarga pasien dengan lawan bicara. Berdasarkan Observasi
juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. pada klien, Klien mengatakan saat diruangan ia
Pasien menyatakan bahwa dulunya pasien mendengar suara bisikan yang membisikkan
pernah mengalami pelecehan seksual diusia 25 ditelinganya seperti menyuruh atau memerintah
tahun. Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat klien untuk melakukan sesuatu. Tingkat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda Vital, kesadaran pasien, pasien tampak bingung dan
didapatkan hasil TD : 110/70 mmHg ; N : 80x/i ; mondar-mandir. Pasien tidak terbuka dengan
S : 36,5 C ; P : 20x/i. Pasien memiliki tinggi masa lalunya tetapi masih ingat dengan kejadian-
badan 147 cm dan berat badan 48 Kg. kejadian yang menyenangkan/ menyedihkan.
Pasien mudah mengganti topik pembicaraan dan
Didapatkan data, pasien mengatakan menyukai saat bercerita berbelit-belit. Daya tilik diri pasien,
seluruh tubuhnya, pasien mampu menyebut pasien menyalahkan hal-hal di luar dirinya
nama dan jenis kelamin dengan baik, pasien Pasien mengatakan ia bisa di RSJ karena orang
mampu berperan sebagai anak dan berharap tuanya.
dirinya cepat sembuh. Pasien mengatakan malu
dan merasa rendah diri karena membuat malu Diagnosa keperawatan, dari data pengkajian
keluarganya terlebih ketika bertemu dengan yang didapatkan penulis merumuskan diagnosa
orang lain terlebih laki-laki. Pasien mengatakan keperawatan fokus adalah halusinasi
sudah tidak berguna dan dibenci oleh orang pendengaran yang menjadi diagnosa utama,
tuanya karena kondisinya saat ini. Pasien selanjutnya harga diri rendah dan isolasi sosial.
mengatakan sering diejek tetangga karena sakit Diagnosa halusinasi pendengaran didukung
dan mendengar hal-hal aneh. Masalah dengan data subjektif yaitu pasien mengatakan
keperawatan : Harga diri rendah saat diruangan ia mendengar suara bisikan yang
membisikkan ditelinganya seperti menyuruh atau
Orang yang berarti bagi pasien adalah memerintah pasien untuk melakukan sesuatu,
saudaranya. Peran serta dalam kegiatan seperti membakar barang sekitar mampu
kelompok/masyarakat : Pasien tidak mengikuti membawanya. Pasien mengatakan suara-suara
kegiatan kelompok/masyarakat. Hambatan dalam itu muncul saat pagi dan malam hari ketika ia
berhubungan dengan orang lain :Pasien sedang menyendiri dan saat sedang beristirahat.
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan Sedangkan untuk data objektif antara lain Pasien
kelompok karena orang lain takut dekat2 mondar-mandir diruangan ,bicara sendiri. Pasien
denganya serta malu dengan keadaannya. bicara ngawur. Pasien tampak gelisah dan ddk
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial disudut ruangan.

Pasien berbicara cepat, keras, dan sering


terdiam saat menyebutkan sesuatu yang
berkaitan dengan masa lalunya. Pasien tampak
gelisah dan tegang jika diungkit masa lalunya.
Pasien juga terlihat cemas kadang – kadang
Diagnosa kedua yaitu harga diri rendah,
intervensi keperawatan kepada Nn. R dengan
menggunakan strategi pelaksanaan HDR.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
sebanyak 5 sesi , diharapkan pasien pasien
mampu meningkatkan harga diri dengan kriteria
hasil : mampu mengindentifikasi kemampuan
positif yang dimiliki, mampu menilai kemampuan
yang dapat digunakan, mampu melatih kegiatan
1 yang dapat digunakan, mampu melatih
kegiatan 2 yang dapat digunakan, mampu
melatih kegiatan 3 yang dapat digunakan.
Intervensi Keperawatan, setelah penulis Intervensi untuk HDR yaitu : Sp 1 : Diskusikan
menegakkan prioritas diagnosa yaitu halusinasi bersama klien tentang kemampuan positif yang
pendengaran kemudian penulis merumuskan dimiliki ; Sp 2 : Bantu klien menilai kemampuan
intervensi keperawatan kepada Nn. R dengan yang dapat digunakan, Bantu klien menetapkan
menggunakan strategi pelaksanaan Halusinasi kemampuan yang dapat digunakan, Melatih
dan bina hubungan saling percaya. SP kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1 ; Sp
diterapkan 1x1 sesi pertemuan, jadi 1 diagnosa 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
terdapat 5 sesi pertemuan. Setelah dilakukan dipilih 2; Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai
tindakan keperawatan sebanyak 5 sesi, kemampuan yang dipilih 3
diharapkan pasien pasien mampu mengontrol
halusinasi dengan kriteria hasil : pasien mampu Diagnosa ketiga yaitu isolasi sosial, intervensi
menyebutkan isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi keperawatan kepada Nn. R dengan
pencetus, perasaan dan respon halusinasi. menggunakan strategi pelaksanaan Isolasi
Mampu menghardik halusinasi, mampu sosial. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengendalikan halusinasi pendengaran dengan sebanyak 5 sesi , diharapkan pasien pasien
minum obat, mampu bercakap-cakap dengan mampu meningkatkan harga diri dengan kriteria
orang lain, mengontrol halusinasi dengan hasil : mampu menjelaskan keuntungan dan
melakukan kegiatan terjadwal. mempunyai teman, mampu berkenalan, mampu
bercakap-cakap sambal melakukan kegiatan
Intervensi untuk Halusinasi pendengaran yaitu harian, mampu berbicara sosial. Intervensi
yang pertama dengan percaya dengan cara keperawatan yang diberikan adalah Sp 1 :
(menjelaskan maksud dan tujuan interaksi, menjelaskan keuntungan dan kerugian
jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat, beri mempunyai teman; Sp 2 : melatih klien
rasa aman dan sikap empati), Sp 1 : berkenalan dengan 2 orang atau lebih; Sp 3 :
Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, melatih bercakap-cakap sambal melakukan
situasi pencetus, perasaan dan respon kegiatan harian; Sp 4 : melatih berbicara sosial :
halusinasi, Mengontrol halusinasi dengan meminta sesuatu, berbelanja, dsb
menghardik. Sp 2 :Bantu klien mengontrol
halusinasi pasien dengan minum obat secara Implementasi dan evaluasi Keperawatan,
teratur. SP 3 : Ajarkan klien mengontrol setelah dirumuskan intervensi maka dilakukan
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang implementasi keperawatan dan selanjutnya akan
lain. SP 4 : Ajarkan klien mengontrol halusinasi dilakukan tindakan evaluasi tindakan
dengan membuat dan melakukan kegiatan keperawatan. dimulai tanggal 01 November
terjadwal. 2022 sampai tanggal 19 November 2022.
Implementasi pertama dilakukan yaitu pada hari malam maupun pada saat sendirian. Respon
selasa, 01 November 2022 09.40 WIB, diagnosa objektif : pasien tampak gelisah dan ketakutan,
keperawatan : halusinasi pendengaran dengan bicara tidak jelas, berbicara ngaur, dan
tanda dan gejala : Berbicara sendiri, Mendengar mengatakan mampu melakukan menghardik
suara yang menyuruh untuk membakar barang halusinasi. Assessment atau penilaian hasil
sekitar, Menutup telinga. Implementasi yang halusinasi pendengaran (+). Perencanaan untuk
dilakukan Bina hubungan saling percaya dengan pertemuan selanjutnya menghardik 3x1, minum
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik; SP obat 2x1, risperidone 2x1, clozapine 1x1.
1 : Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan dan respon Implementasi ketiga dilakukan yaitu pada hari
halusinasi; Mengajarkan cara mengontrol kamis, 03 November 2022 09.00 WIB dengan
halusinasi dengan menghardik; RTL: Sp2 : diagnosa keperawatan : halusinasi pendengaran
mengontrol halusinasi dengan minum oat secara tanda dan gejala : sendiri, Mendengar suara
teratur. yang menyuruh untuk membakar barang sekitar,
Menutup telinga. Implementasi yang dilakukan
Evaluasi pada hari pertama selasa, 01 November SP 2 : mengajarkan mengontrol halusinasi
2022 09.40 WIB, respon subjektif pasien mampu dengan minum obat secara teratur; RTL: Sp3 :
menjawab sapaan dan salam dari perawat. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
Namun terkadang terdiam Ketika ditanya tentang dengan orang lain. Evaluasi pada pertemuan
halusinasinya. Respon objektif, pasien tampak ketiga ini adalah respon subjektif pasien
berbicara tidak jelas, langsung diam saat ditanya. mengatakan masih mendengar suara-suara aneh
Assessment atau penilaian hasil hubungan saling yang memerintahkannya untuk membakar
percaya belum terbina. Perencanaan untuk barang sekitar, pasien mampu mengenal obat
pasien bina hubungan saling percaya terpenuhi, untuk halusinasinya. Respon objektif, pasien
latihan mengidentifikasihalusinasinya; isi, tampak berbicara ngaur, tampak ketakutan,
frekuensi, watu terjadi, sruasi pencetus, perasaan mampu minum obat secara teratur. Assessment
dan respon halusinasi 3x/hari, latihan atau penilaian hasil halusinasi pendengaran (+).
menghardik halusinasi 3x/1 hari Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya
menghardik 3x1, minum obat 2x1, risperidone
Implementasi kedua dilakukan yaitu pada hari 2x1, clozapine 1x1.
rabu, 02 November 2022 09.00 WIB dengan
diagnosa keperawatan : halusinasi pendengaran Implementasi keempat dilakukan yaitu pada hari
tanda dan gejala : sendiri, Mendengar suara jumat 04 November 2022 09.00 WIB dengan
yang menyuruh untuk membakar barang sekitar, diagnosa keperawatan : halusinasi pendengaran
Menutup telinga. Implementasi yang dilakukan tanda dan gejala : sendiri, Mendengar suara yang
Bina hubungan saling percaya dengan menyuruh untuk membakar barang sekitar,
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik; SP Menutup telinga. Implementasi yang dilakukan
1 : Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, SP 3 : evaluasi minum obat secara teratur,
situasi pencetus, perasaan dan respon mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
halusinasi; Mengajarkan cara mengontrol dengan orang lain; RTL: Sp4 : Melakukan
halusinasi dengan menghardik; RTL: Sp2 : Kegiatan terjadwal. Evaluasi pada pertemuan
mengontrol halusinasi dengan minum oat secara keempat ini adalah respon subjektif pasien
teratur. Evaluasi :respon subjektif pasien mengatakan suara suara mulai berkurang.
mengatakan mendengar suara-suara aneh yang Respon objektif, pasien mampu mengetahui
memerintahkannya untuk membakar barang manfaat obat dan mampu bercakap-cakap
sekitar, halusinasinya datang pada saat pagi atau dengan orang lain. Assessment atau penilaian
hasil halusinasi pendengaran (+). Perencanaan
untuk pertemuan selanjutnya menghardik 3x1, diagnosa keperawatan : HDR, tanda dan gejala :
minum obat 2x1, risperidone 2x1, clozapine 1x1. Klien tampak malu dan gelisah, dan tanpak sedih
saat di kaji serta menundukkan kepala.
Implementasi kelima dilakukan yaitu pada hari Implementasi yang dilakukan SP 2 : menilai
sabtu, 05 November 2022 09.00 WIB dengan kemamampuan yang dapat di gunakan,
diagnosa keperawatan : halusinasi menetapkan/memilih kegiatan sesuai
pendengaran tanda dan gejala : sendiri, kemampuan, melatih kegiatan sesuai
Mendengar suara yang menyuruh untuk kemampuan yang dipilih 1. RTL : Sp3 : Melatih
membakar barang sekitar, Menutup telinga. kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2.
Implementasi yang dilakukan Sp4 : Melakukan Evaluasi pada pertemuan ini adalah respon
Kegiatan terjadwal. RTL : Evaluasi Sp1-Sp4. subjektif pasien mengatakan masih gelisah dan
Evaluasi pada pertemuan kelima ini adalah malu dan merasa tidak berguna. Respon objektif,
respon subjektif pasien mengatakan merasa pasien mampu mampu Membersihkan tempat
senang dan sudah mampu mengontrol tidur. Assessment atau penilaian hasil HDR (+).
pendengaran aneh tersebut. Respon objektif, Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya
pasien mampu melakukan kegiatan terjadwal. adalah melatih membersihkan tempat tidur dan
Assessment atau penilaian hasil halusinasi melatih mencuci piring.
pendengaran berkurang. Perencanaan untuk
pertemuan selanjutnya evaluasi Sp1-Sp4, Implementasi kedelapan dilakukan yaitu pada
minum obat 2x1, risperidone 2x1, clozapine hari rabu, 09 November 2022 14.30 WIB dengan
1x1. diagnosa keperawatan : HDR, tanda dan gejala :
Klien tampak malu dan gelisah, dan tanpak sedih
Implementasi keenam dilakukan yaitu pada hari saat di kaji serta menundukkan kepala.
senin, 07 November 2022 14.30 WIB dengan Implementasi yang dilakukan Sp 3 HDR : Melatih
diagnosa keperawatan : HDR, tanda dan gejala : kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2. RTL :
Klien tampak malu dan gelisah, dan tanpak sedih Sp4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
saat di kaji serta menundukkan kepala. dipilih 3. Evaluasi pada pertemuan ini adalah
Implementasi yang dilakukan SP 1 : respon subjektif pasien mengatakan masih
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif gelisah dan malu , pasien juga mengatakan
yang dimiliki. RTL : Sp 2 HDR : menilai senang dan bersemangat. Respon objektif,
kemamampuan yang dapat di gunakan, pasien mampu mencuci piring. Assessment atau
menetapkan/memilih kegiatan sesuai penilaian hasil HDR (+). Perencanaan untuk
kemampuan, melatih kegiatan sesuai pertemuan selanjutnya adalah melatih
kemampuan yang dipilih 1. Evaluasi pada membersihkan tempat tidur, mencuci piring dan
pertemuan ini adalah respon subjektif pasien melatih menutup jendela menjelang sore.
mengatakan masih gelisah dan malu dan merasa
tidak berguna. Respon objektif, pasien mampu Implementasi kesembilan dilakukan yaitu pada
mampu memilih kemampuan yang hari kamis, 10 November 2022 14.20 WIB
dimiliki(Membersihkan tempat tidur, mencuci dengan diagnosa keperawatan : HDR, tanda dan
piring, Menutup semua jendela menjelang gejala : Klien tampak malu dan gelisah, dan
malam), dan tampak menundukan kepala. tanpak sedih saat di kaji serta menundukkan
Assessment atau penilaian hasil HDR (+). kepala. Implementasi yang dilakukan Sp 4 HDR :
Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
adalah melatih membersihkan tempat tidur. 3. RTL : Evaluasi sp1-sp4. Evaluasi pada
pertemuan ini adalah respon subjektif pasien
Implementasi ketujuh dilakukan yaitu pada hari mengatakan senang dan bersemangat. Respon
selasa, 08 November 2022 14.30 WIB dengan objektif, pasien mampu menutup jendela setiap
menjelang malam Assessment atau penilaian mampu mempraktekkan cara berkenalan. Pasien
hasil HDR berkurang. Perencanaan untuk tampak menyendiri. Kontak mata pasien kurang.
pertemuan selanjutnya adalah melatih Assessment atau penilaian hasil Isolasi Sosial
membersihkan tempat tidur, mencuci piring dan (+). Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya
melatih menutup jendela menjelang sore. adalah melatih berkenalan dan menjelaskan
keuntungan kerugian mempunyai teman.
Implementasi kesepuluh dilakukan yaitu pada
hari jumat, 11 November 2022 14.25 WIB Implementasi ketigabelas dilakukan yaitu pada
dengan diagnosa keperawatan : HDR, tanda dan hari selasa, 15 November 2022 09.00 WIB
gejala : Klien tampak malu dan gelisah, dan dengan diagnosa keperawatan : Isolasi sosial,
tanpak sedih saat di kaji serta menundukkan tanda dan gejala : klien menarik diri dari kegiatan
kepala. Implementasi yang dilakukan evaluasi kelompok, tidak pernah mengikuti kegiatan
sp1-sp4. Respon subjektif pasien yaitu senang masyarakat, menyendiri dan tidur terus.
dan antusias, klien tersenyum dan tidak Implementasi yang dilakukan Sp 2 : Melatih klien
menunduk lagi. Respon objektif, pasien mampu berkenalan dengan 2 orang atau lebih; RTL : Sp
melakukan semua kegiatan sesuai kemampuan. 3: Melatih bercaap-cakap sambal melakukan
Assessment atau penilaian hasil HDR berkurang. kegiatan harian. Evaluasi pada pertemuan ini
Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya adalah respon subjektif pasien mengatakan
adalah melatih membersihkan tempat tidur, mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian
mencuci piring dan melatih menutup jendela berinteraksi dengan orang lain “keuntungannya
menjelang sore. saya bisa banyak teman dan bercerita kepada
teman saya, kerugiannya saya tidak mempunyai
Implementasi kesebelas dilakukan yaitu pada teman”, mampu berkenalan dengan 1 orang. “
hari sabtu, 12 November 2022 14.20 WIB nama saya Ny.R, asal dari Siantar”. Respon
dengan diagnosa keperawatan : Halusinasi objektif, tampak sudah mulai bergabung dengan
pendengaran. Implementasi yang dilakukan teman yang lain. Kontak mata pasien ada.
Evaluasi sp1-sp4. Respon subjektif pasien Assessment atau penilaian hasil Isolasi Sosial
mengatakan senang dan antusias, tersenyum (+). Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya
ketika diajak mengontrol halusinasinya. Respon adalah melatih bercakap-cakap sambal
objektif, pasien mampu menutup jendela setiap melakukan kegiatan harian.
menjelang malam Assessment atau penilaian
hasil Halusinasi pendengaran berkurang. Implementasi keeempat belas dilakukan yaitu
pada hari rabu, 16 November 2022 09.00 WIB
Implementasi keduabelas dilakukan yaitu pada dengan diagnosa keperawatan : Isolasi sosial,
hari senin, 14 November 2022 09.00 WIB dengan tanda dan gejala : klien menarik diri dari kegiatan
diagnosa keperawatan : Isolasi sosial, tanda dan kelompok, tidak pernah mengikuti kegiatan
gejala : klien menarik diri dari kegiatan kelompok, masyarakat, menyendiri dan tidur terus.
tidak pernah mengikuti kegiatan masyarakat, Implementasi yang dilakukan Sp 3: Melatih
menyendiri dan tidur terus. Implementasi yang bercakap-cakap sambal melakukan kegiatan
dilakukan Sp 1 : Menjelaskan keuntungan dan harian; RTL : Sp4 : Melatih berbicara social :
kerugian mempunyai teman; RTL : Sp 2 : Melatih meminta sesuatu, berbelanja dsb. Evaluasi pada
klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih. pertemuan ini adalah respon subjektif pasien
Evaluasi pada pertemuan ini adalah respon mengatakan mampu mampu bercakap-cakap
subjektif pasien mengatakan belum mampu sambal melakukan kegiatan harian. Respon
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, belum objektif, tampak sudah mulai bergabung dengan
mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian teman yang lain. Kontak mata pasien ada.
berinteraksi dengan orang lain. Respon objektif, Assessment atau penilaian hasil Isolasi Sosial
berkurang. Perencanaan untuk pertemuan melalui komunikasi terapautik yang lebih terbuka
selanjutnya adalah melatih berbicara sosial. membantu pasien untuk memecahkan
perasaannya dan juga melakukan observasi
Implementasi kelimabelas dilakukan yaitu pada kepada pasien.
hari kamis, 17 November 2022 09.00 WIB
dengan diagnosa keperawatan : Isolasi sosial, Dari hasil pengkajian, didapatkan tanda dan
tanda dan gejala : klien menarik diri dari kegiatan gejala bahwa ia mengatakan mendengar suara-
kelompok, tidak pernah mengikuti kegiatan suara bisikan yang mengajak ia ngobrol,
masyarakat, menyendiri dan tidur terus. berbicara sendiri,tampak menyendiri dan
Implementasi yang dilakukan Sp 4: Melatih mondar-mandir. Disini sudah didapatkan
berbicara social : meminta sesuatu, berbelanja kesesuaian antara kasus dengan konsep teori
dsb; RTL : Evaluasi Sp1-Sp4. Evaluasi pada bahwa tanda dan gejala yang muncul yang
pertemuan ini adalah respon subjektif pasien dialami oleh klien terdapat dalam teori. Tanda
mengatakan mampu berbicara social : meminta gejala pada pasien gangguan persepsi sensori
sesuatu, berbelanja dsb. Klien tampak senang adalah mendengarkan suara-suara bisiskan atau
dan antusias. Respon objektif, tampak sudah melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui
mulai bergabung dengan teman yang lain.Kontak indera, menyatakan kesal, distorsi sensori,
mata pasien sudah ada. Assessment atau respon tidak sesuai, bersikap seolah melihat dan
penilaian hasil Isolasi Sosial berkurang. mendengar sesuatu, menyendiri, melamun,
Perencanaan untuk pertemuan selanjutnya disorientasi waktu dan tempat, melihat kesatu
adalah melatih dan mengevaluasi Sp1-Sp4. arah, mondar- mandir, bicara sendiri (Pardede,
2020).
Implementasi keenambelas dilakukan yaitu pada
hari sabtu, 19 November 2022 09.00 WIB Pada pengkajian berikutnya Nn. R didapatkan
dengan diagnosa keperawatan : Isolasi sosial, bahwa ia mengatakan malu terlebih pada laki2
Implementasi yang dilakukan Sp 4: Melatih dan karena masa lalu yang tidak menyenangkan, dan
mengevaluasi Sp1-Sp4. Evaluasi pada juga malu karena kondisinya sekarang. Disini
pertemuan ini adalah respon subjektif pasien sudah didapatkan kesesuaian antara kasus
mengatakan senang dan antusias, klien dengan konsep teori bahwa tanda dan gejala
tersenyum dan tidak menyendiri lagi, klien mau yang muncul yang dialami oleh klien terdapat
ikut kegiatan kelompok. Respon objektif, pasien dalam teori. Tanda dan gejala harga diri rendah
mampu mengetahui keuntungan dan kerugian adalah merasa malu, tidak percaya diri, selalu
mempunyai teman, mampu berkenalan dengan 2 menunduk, mengriti diri sendiri, perasaan tidak
orang atau lebih, mampu bercakap-cakap sambal mampu,, pandangan hidup pesimis, penolaan
melakukan kegiatan harian, mampu berbicara terhadap kemampuan diri dan tidak ada kontak
social : meminta sesuatu, berbelanja dsb. mata (Dwi, 2020).
Assessment atau penilaian hasil Isolasi Sosial
berkurang. Pada pengkajian berikutnya Nn. R didapatkan
bahwa ia mengatakan malu, tidak mau
PEMBAHASAN berinteraksi,tampak menyendiri, kontak mata
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data kurang. Disini sudah didapatkan kesesuaian
dari beberapa sumber yaitu dari pasien dan antara kasus dengan konsep teori bahwa tanda
perawat di RSJ, Mahasiswa mendapat sedikit dan gejala yang muncul yang dialami oleh klien
kesulitan dalam menyimpulkan data kerena terdapat dalam teori. Tanda dan gejala isolasi
keluarga pasien jarang mengkunjungi pasien sosial adalah merasa ingin sendirian, merasa
sehingga dibatasi pengunjung di RSJ. Maka tidak aman ditempat umum, merasa berbeda
mahasiwa melakukan pendekatan pada pasien dengan orang lain, merasa asyik dengan pikiran
sendiri, merasa tidak mempunyai tujuan yang rangkaian kegiatan penentuan langkah – langkah
jelas, menarik diri, tidak berminat atau menolak pemecahan masalah dan prioritasnya,
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, perumusan tujuan, rencana tindakan dan
afek datar, afek sedih, Riwayat ditolak, penilaian asuhan keperawatan pada pasien
menunjukkan permusuhan, tidak mampu berdasarkan analisis data dan diagnosa
memenuhi harapan orang lain, kondisi difabel, keperawatan. Pada tahap ini antara tinjauan
Tindakan tidak berarti, tidak ada kontak mata, teoritis dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan
perkembangan terlambat, tidak bergairan/lesu sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan
(Rahayu, 2022). seoptimal mungkin dan didukung dengan
seringnya bimbingan dengan pembimbing.
Diagnosa Keperawatan, diagnosa keperawatan Secara teoritis digunakan cara strategi
adalah respon individu terhadap rangsangan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa
yang timbul dari diri sendiri maupun luar. keperawatan yang muncul saat pengkajian. SP
diagnosa keperawatan adalah interpretasi dari Halusinasi pendengaran yaitu Sp 1 :
data pengkajian yang digunakan untuk Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi,
mengarahkan perencanaan, impementasi dan situasi pencetus, perasaan dan respon
evaluasi. (Arisandy, 2022). halusinasi, Mengontrol halusinasi dengan
menghardik. Sp 2 :Bantu klien mengontrol
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dan teori halusinasi pasien dengan minum obat secara
yang telah dijelaskan diatas, bahwa berdasarkan teratur. SP 3 : Ajarkan klien mengontrol
pohon masalah core problem yaitu gangguan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, dan lain. SP 4 : Ajarkan klien mengontrol halusinasi
disebabkan oleh harga diri rendah, dan dengan membuat dan melakukan kegiatan
berakibat pada isolasi sosial, sehingga pohon terjadwal.
masalah tidak ada kesenjangan yang
ditemukan antara teori dengan data yang Intervensi harga diri rendah yaitu : Sp 1 :
ditemukan. Diskusikan bersama klien tentang kemampuan
positif yang dimiliki ; Sp 2 : Bantu klien menilai
Diagnosa keperawatan utama pada klien kemampuan yang dapat digunakan, Bantu klien
dengan halusinasi adalah Gangguan persepsi menetapkan kemampuan yang dapat digunakan,
sensori : Halusinasi (pendengaran, penglihatan, Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
pengecapan, perabaan dan penciuman). 1 ; Sp 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan
Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya yang dipilih 2; Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai
adalah Isolasi sosial. Hal ini sejalan dengan kemampuan yang dipilih 3
penelitian Pardede (2020) yang mengatakan
bahwa skizofrenia masih di anggap sebagai Intervensi keperawatan yang diberikan adalah Sp
penyakit yang memalukan dan merupakan aib 1 : menjelaskan keuntungan dan kerugian
bagi keluarga dan pasien, dan sering dianggap mempunyai teman; Sp 2 : melatih klien
mempermalukan keluarga karena pasien berkenalan dengan 2 orang atau lebih; Sp 3 :
halusinasi berbicara sendiri, ketawa sendiri dan melatih bercakap-cakap sambal melakukan
terkadang bicara tidak sesuai dengan kegiatan harian; Sp 4 : melatih berbicara sosial :
kenyataandan menganggu keamanan sekitarnya. meminta sesuatu, berbelanja, dsb
Keadaan ini menyebabkan pasien dikucilkan
dan mengalami isolasi sosial dari masyarakat. Implementasi dilakukan selama 16 hari berturut-
turut. Menurut mislika (2021) Pada diagnosa
Intervensi Keperawatan, menurut Safira (2019) keperawatan Halusinasi Pendengaran dilakukan
perencanaan keperawatan adalah suatu strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, keempat yaitu melatih berbicara sosial seperti
perasaan dan respon halusinasi serta cara meminta sesuatu, berbelanja, dsb.
mengontrol halusinasi dengan menghardik.
Strategi pelaksanaan kedua yang dilakukan pada Evaluasi Keperawatan, menurut Annis (2017),
Ny. R adalah minum obat secara teratur. Setelah evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan
itu dilanjutkan dengan strategi pelaksanaan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
ketiga bercakap-cakap dengan orang lain. pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan
Kemudian strategi pelaksanaan keempat yaitu pendekatan SOAP sebagai berikut, S : Respon
melakukan kegiatan terjadwal. subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, 0 : Respon objektif
Menurut pardede (2021) menghardik merupakan pasien terhadap tindakan keperawatan yang
salah satu upaya yang dilakukan untuk telah dilaksanakan, A:Analisis terhadap data
mengendalikan halusinasi yang muncul. subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
Menghardik halusinasi pendengaran yang apakah masalah masih tetap ada, muncul
muncul dapat dilakukan dengan menutup telinga masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
dan menolak adanya halusinasi. Selain itu, dapat terhadap masalah yang ada, dan P : Tindak
dilakukan dengan konsentrasi, yakin dalam hati lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien
bahwa klien dapat menghilangkan halusinasi, rencana tindak lanjut dapat berupa hal rencana
dan kemudian menolak halusinasi. Hal ini juga dilanjutkan (jika masalah tidak berubah) atau
sejalan dengan penelitian yang mengatakan rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah
bahwa dengan cara menghardik dapat dilaksanakan semua tindakan terapi hasil belum
menurunkan intensitas halusinasi pada klien memuasakan)( Annis, 2017).
(Aldam, 2019).
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada
Setelah diterapkan keempat strategi pelaksanaan diagnosa halusinasi keperawatan pada Nn. S
pada Halusinasi Pendengaran, kemudian yang terakhir menunjukan respon subjektif
dilanjutkan dengan strategi pelaksanaan pada pasien mengatakan senang dan antusias,
harga diri rendah. Pada pasien dengan harga tersenyum ketika diajak mengontrol
diri rendah itu memandang kalau dirinya itu halusinasinya. Respon objektif, pasien mampu
tidak berguna dan merasa dirinya tidak mampu, menutup jendela setiap menjelang malam
dengan cara melatih kemampuan positif dapat Assessment atau penilaian hasil Halusinasi
menggali aspek - aspek kemampuan positif yang pendengaran berkurang.
dimilikinya sehingga diharapkan klien mampu
memandang dirinya itu berguna dan menjadi Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada
individu yang baik (Atmojo, 2021). diagnosa HDR pada Nn. S yang terakhir
menunjukan respon subjektif pasien yaitu senang
Setelah pasien mampu melakukan SP pada HDR dan antusias, klien tersenyum dan tidak
dengan mandiri, kemudian dilanjutkan dengan menunduk lagi. Respon objektif, pasien mampu
strategi pelaksanaan pada Isolasi Sosial. Sejalan melakukan semua kegiatan sesuai kemampuan.
dengan penelitian Meliana (2019) mengatakan Assessment atau penilaian hasil HDR berkurang.
bahwa pada strategi pelaksanaan pertama,
menjelasan keuntungan dan kerugian Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada
mempunyai teman. Strategi pelaksanaan kedua diagnosa Isolasi sosial pada Nn. S yang terakhir
yaitu melatih klien berkenalan dengan 2 orang menunjukan respon subjektif pasien mengatakan
atau lebih. Strategi pelaksanaan ketiga yaitu senang dan antusias, klien tersenyum dan tidak
melatih bercakap-cakap sambal melakukan menyendiri lagi, klien mau ikut kegiatan
kegiatan harian. Kemudian strategi pelaksanaan kelompok. Respon objektif, pasien mampu
mengetahui keuntungan dan kerugian Science Kesehatan, 14(1).
mempunyai teman, mampu berkenalan dengan 2 https://doi.org/10.36729/bi.v14i1.812
orang atau lebih, mampu bercakap-cakap sambal Atmojo, B. S. R., & Purbaningrum, M. A. (2021).
melakukan kegiatan harian, mampu berbicara Literature Review: Penerapan Latihan
social : meminta sesuatu, berbelanja dsb. Kemampuan Positif Terhadap
Assessment atau penilaian hasil Isolasi Sosial Peningkatan Harga Diri Rendah Pada
berkurang. Klien Yang Mengalami Skizofrenia
Dengan Gangguan Konsep Diri Harga
KESIMPULAN Diri Rendah. Nursing Science Journal
Pasien yang mengalami gangguan sensori (NSJ), 2(1), 55-62.
persepsi halusinasi pendengaran dengan https://doi.org/10.53510/nsj.v2i1.63
diagnosis medis skizofrenia. Intervensi
keperawatan secara generalis sangat efektif Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan
diberikan pada pasien dengan gangguan sensori Keperawatan Pada Klien Skizofrenia
persepsi halusinasi pendengaran. Hal ini ditandai Dengan Masalah Harga Diri Rendah
dengan penurunan tanda gejala halusinasi pada Kronik (Doctoral dissertation,
klien setelah diberikannya tindakan keperawatan. Universitas Muhammadiyah
Rencana tindak lanjut dalam penelitian Ponorogo).
selanjutnya yakni mengenai tindakan http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/611
keperawatan dengan cara melakukan motivasi 6
terhadap kegiatan yang terjadwal pada pasien Dwi Oktiviani, P. (2020). Asuhan Keperawatan
dengan halusinasi. Tujuannya untuk menurunkan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
gejala dari halusinasi dan menyempitkan waktu Gangguan Persepsi Sensori:
pasien dalam memikirkan halusinasi. Halusinasi Pendengaran di Ruang
Rokan Rumah Sakit Jiwa
DAFTAR PUSTAKA Tampan (Doctoral dissertation,
Poltekkes Kemenkes Riau).
Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/498
(2019).Efektifitas penerapan standar Gaol, H. L. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa
asuhan keperawatan jiwa generalis Pada Ny. I Dengan Masalah
pada pasien skizofrenia dalam Halusinasi Pendengaran.
menurunkan gejala halusinasi. Jurnal https://doi.org/10.31219/osf.io/r5anf
Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan
Perawat Nasional Indonesia, 7(2), Hafizuddin, D. T. M. (2021). Asuhan
165-172. Keperawatan Jiwa Pada Tn. A
https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.1 Dengan Masalah Halusinasi
67-174 Pendengaran.
Annis, Muhamad. (2017). Upaya penurunan https://doi.org/10.31219/osf.io/9xn25
intensitas halusinasi dengan Hartanto, A. E., Hendrawati, G. W., & Sugiyorini,
memotifasi nelakukan aktivitas secara E. (2021). Pengembangan Strategi
terjadwal. Jurnal profesi vol.12, No. 2 Pelaksanaan Masyarakat Terhadap
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/5233 Penurunan Stigma Masyarakat Pada
6 Pasien Gangguan Jiwa. Indonesian
Arisandy, W. (2022). Penerapan Asuhan Journal for Health Sciences, 5(1), 63-
Keperawatan Jiwa Pada Pasien 68.
Dengan Gangguan Isolasi http://dx.doi.org/10.24269/ijhs.v5i1.32
Sosial. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi 49
Indrayani, N. W. K. (2022). Gambaran Gangguan Keluarga Berhubungan dengan
Persepsi Sensori (Halusinasi Frekuensi Kekambuhan Pasien
Pendengaran) Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan
Skizofrenia Di Uptd Rsj Dinkes Jiwa, 4(1), 57-66.
Provinsi Bali Tahun 2022 (Doctoral https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
dissertation, Poltekkes Kemenkes Putri, N. N. (2022). Manajemen Asuhan
Denpasar Jurusan Keperawatan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
2022). http://repository.poltekkes- Halusinasi Pada Penderita
denpasar.ac.id/id/eprint/9163 Skizofrenia: Studi
Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, Kasus. https://doi.org/10.31219/osf.io
R., & Waruwu, J. F. A. P. (2021). /qv6gy
Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Rahayu, P. P., Mustikasari, M., & Putri, Y. S. E.
Masalah Halusinasi. (2022). Manajemen kasus spesialis
https://doi.org/10.31219/osf.io/fdqzn Keperawatan Jiwa pada klien dengan
Meliana, T., & Sugiyanto, E. P. (2019). isolasi sosial. JURNAL KESEHATAN
Penerapan Strategi Pelaksanaan 1 SAMODRA ILMU, 13(1), 17-23.
Pada Klien Skizofrenia Paranoid https://doi.org/10.55426/jksi.v13i1.188
Dengan Gangguan Persepsi Sensori Safira, N. (2019). Konsep Perencanaan
Halusinasi Pendengaran. Jurnal Keperawatan. https://doi.org/10.3122
Manajemen Asuhan 7/osf.io/ch6mz
Keperawatan, 3(1), 37-45.
https://doi.org/10.33655/mak.v3i1.57 Santri, T. W. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa
Dengan Masalah Gangguan Persepsi
Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban Sensori: Halusinasi Pendengaran
Keluarga Berhubungan Dengan Pada Ny.
Pencegahan Kekambuhan Pasien S.Https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/7ck
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan he
Jiwa, 12(3).
Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan
Mislika, M. (2021). Penerapan Asuhan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Keperawatan Jiwa Pada Ny. N Dengan Masalah Halusinasi Pada
Dengan Halusinasi Pendengaran. Penderita Skizofrenia: Studi
https://doi.org/10.31219/osf.io/efw6j Kasus. https://doi.org/10.31219/osf.io
Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related to /y52rh
Coping when Treating Hallucination Stuart, G. W. (2021). Prinsip dan Praktik
Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart,
Jiwa, 3(4), 453-460. Edisi Indonesia 11. Elsevier Health
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671 Sciences.
Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020). Family Stuart, G. W., & Sundeen, S. (2016).
Support Related to Quality of Life on Keperawatan Kesehatan
Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmiah Jiwa. Jakarta: Elsevier.
Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad, A.
Kendal, 10(4), 645- (2020). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian harga
654.Https://Doi.Org/10.32583/Pskm.V diri rendah pasien gangguan
10i4.942 jiwa. Health Information: Jurnal
Pardede, J. A., Harjuliska, H., & Ramadia, A. Penelitian, 12(2), 224-235.
(2021). Self-Efficacy dan Peran https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2
.234
World Health Organization. (2021).
Who Shizofrenia
https://www.who.int/news room/fact-
sheets/detail/schizophrenia.Diunduh
Tanggal 24 Januari202

You might also like